#5 Korban modus

EDGAR menjelaskan dengan sabar pada Bu Endang perihal laporan kegiatan MOS kemarin dan progress proposal kegiatan pemilihan OSIS yang baru. Sebenarnya belum mencapai deadline. Tapi pembina OSIS satu ini memang demen going for extra miles.

"Laporan MOS tinggal ngecek bagian keuangannya aja, Bu. Besok saya, Aisyah, sama Yunara mau crosscheck terakhir dulu sebelum diserahkan ke Ibu. Kalau proposal penerimaan anggota OSIS sama pemilu Ketua OSIS yang baru, tinggal perbaikan redaksional sama formatnya aja. Besok pagi saya pastikan sudah ada di meja Ibu."

Diliriknya keluar jendela, menuju halaman depan. Ah, itu Tessa sedang berjalan bersama temannya menyeberangi halaman. Sialnya, Edgar lupa tidak memberikan nomor HPnya pada gadis itu. Dia cuma bisa berharap Tessa tidak lupa janji mereka untuk pulang bersama.

"Oke. Kalau ada kendala langsung WA aja."

"Insya Allah aman, Bu. Kan kami juga sudah pengalaman bikin laporan sama proposal. Siapa dulu dong yang membimbing?"

Bu Endang tertawa.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Bu. Kasihan teman saya sudah menunggu."

"Temen apa temen? Anak-anak pada gosipin kamu pas MOS kemarin lho."

"Ya Allah, Bu. Emang saya ngapain? Saya profesional. Sumpah, deh."

"Jangan pacaran terus, Gar. Udah kelas dua belas."

"Siap, Bu. Saya tuh kalau pacaran mulai mengganggu urusan sekolah, pasti langsung saya putusin. Buat apa pacaran tapi toxic, nggak mendukung self improvement?"

Bu Endang menepuk lengannya sambil tertawa. "Ya udah. Hati-hati pulangnya. Anak orang jangan dibawa mampir-mampir."

"Siap, Bu. Assalamu alaikum."

"Waalaikum salam."

Edgar bergegas menuju tempat parkir.

Tak lama ponselnya bergetar.

Pesan WhatsApp baru dari nomor tak dikenal.

+62***********
Kak, ini Tessa.

Edgar menoleh sekeliling halaman depan sekolah, mengira-ngira arah mana yang paling mungkin Tessa tuju, dan menemukan gadis itu di dalam pos sekuriti. Sedang berbincang dengan Pak Asep.

Edgar Samapta
Iya. Lo di pos sekuriti,
kan? Gue samperin.

+62***********
Ok.

Edgar menuju motornya, menyahut sapaan yang ditujukan padanya sambil lalu, langsung menyalakan mesin dan menuju pos sekuriti. Gadis yang menunggunya itu bersembunyi di dalam.

Dia turun. Membawa serta helm ekstra dan mengangsurkannya ke Tessa.

"Yuk, Tes."

Tessa menganggu sopan pada Pak Asep dan segera memakai helm itu ke kepalanya.

"Cepet bangat dapet yang baru, Gar?" Pak Asep yang bertanya.

Edgar cuma tertawa. "Zaman sekarang kalau nggak gercep, diduluin sama yang lain."

"Sa ae." Pak Asep geleng-geleng, sambil mengganti channel TV.

"Tessa pamit dulu Pak Asep."

"Duluan, Pak!" Edgar ikut pamit, segera duduk di jok motornya, diikuti oleh Tessa

"Ati-ati, Neng. Pedangan. Jangan sampe jatuh dan bikin dengkul lecet lagi kayak kemarin." Pak Asep menasehati.

Gadis itu cuma manggut-manggut.

"Pegangan, Tes." Edgar membeo.

Tessa segera berpegangan pada besi di belakang jok.

Edgar menyepakati saja. Dan mereka segera melesat keluar dari gerbang.





¤ ¤ ¤





Rumah Tessa tidak jauh. Hanya lima belas menit naik motor, jika tidak macet. Tapi bisa tiga puluh menit sampai sejam sendiri jika naik angkot. Untungnya sekarang macet, jadi mereka bisa berlama-lama di jalan. Edgar tertawa dalam hati.

Diliriknya gadis itu lewat kaca spion.

Tessa menatap lurus ke deretan ruko di kiri jalan, dengan tangan masih mencengkeram kaku ke besi di belakang.

"Jangan tegang gitu, dong, Tes. Gue punya SIM, kok. Kita nggak bakal kena tilang. Skill gue juga nggak perlu diragukan."

Tessa berdehem, mengalihkan pandangannya dari toko-toko dan rumah makan di sepanjang jalan. Sekilas dia dan Edgar bersitatap lewat kaca spion. "Siapa juga yang tegang?"

Edgar mengalihkan topik. "Tadi pemilihan ketua kelas, ya? Elo jadi apa?"

"Nggak jadi apa-apa." Tessa menyahut datar.

"Bagus lah. Jadi bisa fokus ke pelajaran sama ekskul."

"Iya."

"Rencana mau ngambil ekskul apa?"

"Belum tahu. Masih minggu depan deadlinenya."

Mereka berhenti di lampu merah.

"Kalau bingung, bisa tanya ke gue, Tes." Edgar mulai lagi.

"Iya. Nanti Tessa tanya."

Anehnya meski sudah macet, perjalanan tetap terasa sangat sebentar. Motor Edgar tiba-tiba saja sudah berhenti di depan halaman rumah yang dituju.

Tessa mengembalikan helmnya---dan Edgar segera mengancingkannya ke besi belakang jok. Kemudian gadis itu merogoh tasnya dan mengeluarkan bungkusan berisi jaket yang sudah dicuci.

Edgar menerimanya dan memasukkan ke dalam tas.

"Gue jemput pulang-pergi tiap hari deh, Tes."

Tessa yang sudah siap masuk jadi mengurungkan niatnya, menatap seniornya itu dengan alis bertaut karena heran.

"Feedbacknya apa? Masa Kakak mau repot-repot antar jemput tanpa imbalan?"

"Buset, emang tampang gue segitu jahatnya? Gue kasih tebengan karena kita searah. Emang aneh?"

"Aneh. Karena Kakak baru kenal saya. Dan pasti ada banyak orang lain lagi yang searah."

"Gue taunya elo doang."

Tessa berpikir sejenak. Nggak ada ruginya juga menerima tawaran Edgar. Tapi dianya nggak enak kalau nanti malah ngerepotin.

"Iya deh terserah. Tapi kalau Kakak kesiangan, Tessa tinggal. Dan kalau Tessa yang kesiangan, Kakak juga jangan segan-segan ninggalin saya. Gimana?"

"Iya. Gampang."

"Oke."

Tessa bersiap-siap masuk, tapi ditahan lagi.

"Eh, Tes!"

"Iya?"

"Mumpung masih lama, gue bilang sekarang. Hari Sabtu ini jangan bikin janji sama siapa-siapa, ya. Temenin gue ke toko buku. Butuh beli novel buat tugas resensi Bahasa Indonesia."

Tugas itu Edgar tidak bohong. Hanya saja sebetulnya dia tidak membutuhkan Tessa untuk pergi ke toko buku. Di dekat sekolah ada mall besar dan ada toko bukunya. Dia bisa saja pergi sendiri atau ke sana mengajak teman-temannya. Atau bahkan kalau mau, tidak perlu ke toko, cukup bongkar saja rak buku mamanya. Pasti ada novel di sana.

"Oke. Kebetulan saya juga mau ke ATK."

Edgar mesem, tidak menyangka ajakannya langsung diterima begitu saja. Meski alasannya diterima bukan karena dirinya yang mengajak, melainkan karena gadis itu juga sekalian ada perlu. Tidak masalah, sih. Yang penting dia bisa pergi dengannya.

"Ya udah, gue pamit."

"Hmm. Hati-hati, Kak. Makasih banyak tumpangannya."

"Sama-sama."





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top