#10 Teman lama
HARI Senin malam, Tessa mengantre di depan counter salah satu restoran ayam goreng di sebuah mall. Dia baru selesai membeli stok kanvas dan cat minyak lagi karena orderannya mulai bertambah banyak. Setelah gilirannya tiba dan pesanannya segera diambilkan, dia mengambil saus sambal secukupnya, kemudian berkeliling mencari tempat duduk strategis. Akhirnya bangku di pinggir tembok jadi pilihan.
Diletakkannya nampan makanan dan minumannya di meja, dan kantong besar belanjaannya di satu kursi kosong, lalu menghampiri wastafel untuk cuci tangan. Tempat ini sering dijadikannya pilihan untuk makan setelah belanja, kecuali jika sedang ramai sekali dan harus mengantre untuk mendapatkan meja. Tidak ada alasan khusus. Lokasinya kebetulan tidak jauh dari pintu masuk mall.
Tessa sudah mulai mengunyah ayamnya ketika matanya tidak sengaja menemukan Rex di salah satu meja, dengan seorang gadis, yang wajahnya kurang familier. Mungkin dia siswi yang kurang populer di sekolah mereka, atau malah berasal dari sekolah lain. Mereka nampak akrab. Tapi tak lama keduanya bangkit. Rex membawa nampan mereka dan membuang sampahnya ke tempat yang sudah disediakan, kemudian mereka berjalan menuju pintu keluar.
Dan saat berjalan, lelaki itu tidak sengaja menoleh ke meja Tessa.
Keduanya bersitatap.
Tessa mesem.
Rex lalu membisikkan sesuatu ke gadis itu, membuatnya menoleh ke Tessa. Tessa mengangguk sopan, meletakkan ayamnya ke atas piring kertas. Gadis itu kemudian berlalu, sementara Rex malah putar balik menghampirinya.
"Masih suka kemana-mana sendirian, Tes?"
Lelaki itu duduk tanpa dipersilakan.
"Iya," sahut Tessa singkat, mengelap mulutnya dengan tissue, tidak menyangka akan kedatangan tamu.
"Lanjutin, sih. Santuy. Kayak gue nggak pernah lihat lo makan lahap aja."
Tessa meringis, malu. "Tessa makan, ya." Kemudian segera mengambil lagi potongan ayamnya dan mulai makan. "Tadi itu pacar?"
"Temen renang. Anak BSS." Rex menyandarkan punggungnya dengan santai ke sandaran kursi.
"Oh. Pantes wajahnya nggak familier."
Pandangan Rex jatuh ke kantong belanja di sebelah Tessa.
"Lo nggambar lagi? Bukannya dulu bilang udah nggak suka nggambar? Mau fokus main basket aja."
Tessa meringis. Dulu dia memang lebay dan baperan. Langsung nggak pede kalau ada yang memberi komentar negatif padanya. "Lo pernah bilang doodle buatan gue punya nilai jual, kan? Sekarang gue wujudin."
"Gila. Serius, Tes?" Rex terlihat terkejut sekaligus senang. "Keren, ih."
"Di sini banyak yang suka ternyata, haha. Anak-anak kuliahan. Gue juga nggak nyangka."
"Lo promoin lewat apa?"
"Sosmed doang. Awalnya Kak Asti minta dibikinin buat kakaknya yang lagi ultah. Terus dia post di IG gitu. Eh temen-temen kakaknya banyak yang suka."
"Ada official IGnya?"
"Ada."
"Apa namanya? Sini biar gue follow."
Tessa kemudian memberi tahu nama IG untuk toko onlinenya. Followernya memang baru tiga ratusan. Tapi sudah lumayan bagus karena belum sebulan dibuat. Dan produk yang dia posting juga ramai testimoninya.
"Keren lo, Tes." Rex memuji, tulus.
Tessa mesem, kemudian bangkit berdiri untuk cuci tangan dan membuang sampah bekas makanannya.
"Kapan-kapan kalau mau beli peralatan lukis partai besar, gue tahu tempat yang bagus, Tes. Harganya lumayan terjangkau juga dibanding di toko-toko ATK di mall. Kalau mau, gue anter."
"Wih, serius mau nganter? Perasaan situ sibuk banget, deh."
"Ya kalau pas luang."
Tessa semringah. "Tengkyuu. Elo baik banget dari dulu."
Rex cuma mengangkat bahu dengan santai. "Lo naik apa ke sini? Mau bareng?"
"Naik ojol."
"Bareng gue aja, deh. Gue bawa motor."
Tessa mengangguk-angguk dan segera bangkit dari kursinya, merapikan belanjaannya agar mudah dibawa.
"Sini gue bawain." Rex meraih kantong-kantong besar itu dari tangannya.
"Eh, nggak usah repot-repot. Nggak berat juga."
"Gue juga maunya nggak repot, tapi nggak enak dilihat orang. Masa lo jalan sama gue, tapi elo yang bawa belanjaan sebanyak ini. Nanti gue dighibahin."
Tessa ngakak dan mengiyakan saja, segera berjalan beriringan keluar dari tempat makan itu.
Temannya ini masih sebaik dan semenyenangkan saat mereka masih SD dulu, dan Tessa bersyukur karenanya.
¤ ¤ ¤
Tessa baru menginjakkan kaki di rumah ketika ponselnya bergetar. Edgar mengirim pesan.
Edgar Samapta
Kangen.
Tessa mendengus. Senior sekaligus pacar supersibuknya itu sedang ada pertandingan voli dengan SMA tetangga. Tessa tidak pergi menontonnya karena waktunya bertepatan dengan janjinya bertemu dengan salah seorang pembeli tadi, sebelum dia putuskan restock bahan-bahan lukis sekalian mumpung sedang di mall.
Tessania Prameswari
Please jangan bucin.
Tessania Prameswari
Dan jangan bilang ini
kangennya sambil bau
keringet?
Edgar Samapta
Keringat juara. 😎
Tessa tertawa.
Meski hanya pertandingan persahabatan, dia ikut senang dan bangga.
Tessania Prameswari
Jangan lupa besok ada
rakor panitia seleksi
calon anggota OSIS.
Tessania Prameswari
Kayaknya kemarin ppt-
nya belum dilayout deh.
Edgar Samapta
Hmm, diingetin. 😏😏
Tessania Prameswari
Buruan pulang, terus
dikerjain. Daripada
kena omel Bu Endang.
Edgar Samapta
Gue mampir rumah lo
ya, Tes.
Edgar Samapta
Temenin makan bakso
deket UMM.
Sekarang sudah jam delapan malam. Dan Tessa juga baru saja makan ayam goreng, masih sangat kenyang.
Tapi dia tidak tega mau menolak.
Tessania Prameswari
Makan doang, abis itu
Kakak langsung pulang.
Deal?
Edgar Samapta
Otw.
Tessa mesem, segera mematikan layar ponselnya, dan mulai membongkar belanjaannya tadi. Malam ini dia harus begadang lagi karena ada banyak pesanan masuk. Untung tidak ada PR untuk pelajaran sekolah besok.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top