21. Di Balik Layar

Mitos kelima: Selayaknya predator lain, vampir cenderung mengincar mangsa yang lemah dan mudah ditangkap. Oleh karena itu, vampir kadang-kadang digunakan sebagai julukan bagi orang yang mencari untung dengan cara mengambil hak orang lain, terutama mereka yang lemah di mata hukum.

~ 🥀🥀🥀 ~

Inspektur Davenport menghabiskan hari Kamis yang berawan itu di ruang arsip kepolisian East Avenue. Ia buka berkas-berkas kasus selama sepuluh tahun terakhir. Periode pembangunan Rathcliffe Valley menghasilkan tumpukan berkas yang tebal. Kebanyakan mengenai demonstran yang ditahan atas tuduhan mengganggu keamanan publik. Di atas kertas, mereka hanya diinterogasi semalam, lalu dibebaskan keesokan harinya. Namun, polisi itu mengetahui bahwa keadaan sebenarnya tidaklah begitu sederhana. Di East Avenue, interogasi berarti penyiksaan. Sejumlah pemuda pulang dalam keadaan babak belur. Dua-tiga orang malah harus menanggung cacat seumur hidup gara-gara tidak punya biaya untuk berobat dengan benar.

Dari mana ia mengetahui semua itu? Sewaktu kebanyakan orang memilih bungkam, sebuah kantor berita kecil konsisten memberitakan kekejaman yang terjadi di balik layar. Oleh karena itu, beberapa anggotanya harus membayar dengan nyawa.

"Oh, keluarga Sullivan ini tetanggaku." Inspektur Davenport membolak-balik sebuah berkas. "Sampai sekarang tidak ada yang tahu persis mengapa rumah mereka bisa terbakar, ya? Dari dulu, kurasa peristiwa ini ada hubungannya dengan pekerjaan Tuan Alfred Sullivan. Rasanya kebetulan sekali musibah itu terjadi waktu ia mulai aktif mengkritik pembangunan Rathcliffe Valley."

Di kala membaca, sesuatu menarik perhatiannya. Beberapa hari sebelum kebakaran itu terjadi, beberapa warga melihat sekelompok pemuda asing berkeliaran di sekitar rumah keluarga Sullivan. Para pemuda itu berpakaian bagus, tutur para saksi itu, dan beberapa kali berbincang dengan para penanggungjawab proyek perumahan. Orang-orang duga mereka mata-mata polisi. Ada juga yang bilang mereka mahasiswa, sebab mereka pernah terlihat datang dari arah tempat kompleks universitas kerajaan berada. Inspektur Davenport tidak menemukan catatan tindak lanjut atas laporan-laporan tersebut. Hanya ada selembar surat keterangan dari pemadam kebakaran, menyatakan bahwa sumber api mungkin berasal dari minyak yang terbakar, dan kasus itu ditetapkan sebagai kecelakaan.

"Mari kita cari siapa pemuda-pemuda ini," gumam sang detektif. Ia baca berkas-berkas lain, tetapi tidak ada yang membahas tentang mereka. Selain itu, berkas-berkas mengenai penanganan para demonstran pun terkesan ditulis untuk memenuhi formalitas saja. Ia hanya tahu bahwa, sehabis Rathcliffe Valley selesai dibangun, kepala polisi East Avenue beserta beberapa bawahan setianya diam-diam dimutasi ke kota-kota lain. Beberapa waktu setelahnya, sempat ada pembahasan di Dewan Kota Ashfield mengenai dugaan suap dan penyalahgunaan kekuasaan oleh kepolisian East Avenue, tetapi isu itu pun terlupakan seiring berjalannya waktu.

"Pantas kalau sampai sekarang warga sini membenci polisi." Inspektur Davenport mengetuk-ngetukkan ujung pena ke buku catatannya. Waktu semua itu terjadi, ia masihlah seorang polisi yang hijau. Alih-alih diterjunkan menangani demonstran, ia malah diperbantukan ke Southbank, tempat ia akhirnya ditarik jadi penghuni tetap. Kata atasannya, itu karena ia murid yang cemerlang di akademi kepolisian, dan pemuda sepandai dirinya tidak seharusnya menetap di daerah tanpa masa depan.

Kini, ia sadar bahwa ia telah disingkirkan secara halus.

Sesungguhnya, Inspektur Davenport prihatin melihat keadaan East Avenue saat ini. Sama seperti enam tahun lalu, kali ini pun rakyat kecil yang menjadi korban. Bedanya hanya pada jenis kejahatannya. Mungkinkan ini pun suatu upaya untuk menyingkirkan masyarakat kelas bawah dari East Avenue, tetapi dengan cara yang lebih tersamar? Ia pernah mendengar, Rathcliffe Valley sebenarnya adalah tahap awal dari sebuah proyek pembangunan besar-besaran. Andai warga tidak menentang begitu keras, bisa jadi ada lebih banyak bangunan mewah di sini, dan para penduduk asli sudah tersingkir entah ke mana.

"Ah, sial, aku takkan memperoleh apa-apa dari sini!" Dengan kesal pria itu menutup map di tangannya. Saat ia berjalan keluar, Petugas O'Neill berlari-kari kecil menghampirinya. Pemuda berambut merah itu membawa sebuah kabar.

"Inspektur Davenport, maaf, ada dua orang yang ingin bertemu dengan Tuan. Seorang gadis dan seorang pemuda," ucapnya. "Aku sudah bilang bahwa Tuan sedang sibuk, tetapi mereka bersikeras menunggu. Mari, ia ada di ruang depan!"

Inspektur Davenport mengikuti petugas muda itu ke ruang depan. Di kursi pengunjung, duduk gadis pelayan yang kemarin ia lihat di Emerald Hall. Di samping si gadis adalah seorang pemuda berambut cokelat yang tidak dikenal Davenport. Meski demikian, ia ingat pernah melihat pemuda itu di flat sewaannya, berdiri memperhatikan saat ia memasukkan barang-barangnya ke kamar.

"Selamat siang, Inspektur Davenport. Kita sudah pernah bertemu, tetapi belum sempat berkenalan. Namaku Oliver, penghuni di seberang kamar Tuan, dan ini Amy, pelayan di rumah Lord Nathaniel Beverley." Dengan gerakan sopan, pemuda itu berdiri dan mengulurkan tangan. Walau logatnya agak kampungan, terpancar aura menyenangkan darinya. Tipe pemuda sederhana yang tidak neko-neko, batin Davenport. Ia bertanya-tanya apakah pemuda itu adalah kekasih Amy.

"Senang berkenalan, Tuan dan Nona. Ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Davenport. Lelaki itu menjatuhkan tubuh di kursi di seberang Oliver, lalu duduk dengan kaki bersilang.

"Oh, panggil kami dengan nama depan kami saja, Tuan. Tidak usah khawatir, kami belum terlalu tua. Lagipula mantan anak-anak panti asuhan seperti kami sudah biasa hanya bernama depan saja." Oliver tertawa renyah. "Sebaiknya, biar Amy saja  yang menjelaskan. Bukan begitu, Amy?"

"Eh?" Mata si gadis melebar, wajahnya malu-malu. "Y ... ya, Inspektur Davenport, ada sesuatu yang perlu kusampaikan pada Tuan. Tadinya aku berniat menyimpan hal ini seorang diri, tetapi setelah mengetahui permintaan Lord Beverley pada Tuan, serta berkonsultasi dengan Oliver .... Aku merasa mungkin aku bisa membantu Tuan."

"Baiklah, Amy, Oliver, apa yang hendak kalian sampaikan?"

"Itu ...." Amy melirik pada Petugas O'Neill, yang mengawasi di dekat pintu. Oliver meraih tangan kanan Amy dan meremasnya, sebagai bentuk dukungan. Sejenak gadis itu terdiam, sebelum akhirnya menghela napas panjang.

"Aku pernah berbicara dengan Dokter Satterthwaite. Aku sempat mendengar beberapa hal ketika Dokter Satterthwaite berdebat dengan Lord Beverley. Lalu, um, ketika Lord Beverley pulang dalam keadaan terluka parah, aku yang membukakan pintunya." Suara Amy lirih, hampir tidak terdengar. "Biarpun tidak banyak, aku harap aku bisa berguna bagi penyelidikan, Tuan."

Inspektur Davenport mengangguk. Dalam hati, ia senang mendengar perkembangan itu. Akhirnya, ada seseorang yang mau bicara juga! Penampilan gadis itu sendiri, menurut pengamatannya, agak mengibakan. Mata bulat berbingkai lingkaran hitam di balik kacamata berbingkai sama bulatnya, sekilas membuat gadis itu mirip burung hantu lumbung. Lalu, tata rambut dan pakaiannya, oh, betapa sederhana! Belum lagi cara duduknya yang seperti mengkerut itu, seolah-olah si gadis menganggap diri pakaian kotor yang teronggok di sudut kamar.

"Apakah Lord Beverley tahu apa yang hendak kaulakukan?"

"Tidak, tidak, jangan beritahu Lord Beverley, Tuan!" Gadis itu terperanjat, lalu cepat-cepat menggeleng ketakutan. "Aku hanya pamit hendak bertemu dengan Oliver. Bila Tuan menganggap apa yang hendak kubicarakan ini kurang pantas, sebaiknya kami pergi saja."

"Kau melakukan hal yang benar, Amy. Jangan takut, kau bisa percaya padaku. Nah, sekarang, ayo, ceritakan semuanya mulai dari yang paling awal. Seperti apa hubungan Lord Beverley dan Dokter Satterthwaite sebelum mereka berselisih? Apa yang kau ketahui tentang mereka, yang belum pernah diberitahukan pada polisi?"

"Tolong, jangan di sini, Inspektur." Sekali lagi Amy menggeleng. "Aku mau menghormati keinginan Lord Beverley untuk tidak melibatkan polisi. Kalau Tuan berkenan, mari kita berbicara di tempat Oliver saja. Aku janji, aku takkan menyembunyikan apa pun dari Tuan."

Secara tidak sengaja, chapter ini jadi cukup politis juga 😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top