19. Kesaksian Lord Beverley
Mitos ketiga: Selain kemampuan menghilang dan berubah bentuk, vampir memiliki kekuatan dan kecepatan di atas manusia biasa, dan juga kekebalan terhadap sebagian besar senjata konvensional. Perak, kayu aspen, dan besi yang sudah diberkati menggunakan air suci adalah sebagian material yang diketahui dapat melukai vampir.
~ 🥀🥀🥀 ~
Strigoi. Kata bahasa Romania yang merujuk pada makhluk-makhluk pengisap darah berbentuk menyerupai manusia. Legenda tentang mereka menyebar ke seluruh Eropa, dan orang-orang Inggris menyebut mereka vampir, dari bahasa Slavic. Menurut kepercayaan di Inggris, dan juga negara-negara tetangga di Eropa Barat, makhluk-makhluk itu berasal dari Eropa Timur. Ada kisah yang bilang bahwa mereka adalah penyihir yang berubah wujud karena ritual ilmu hitam, ada pula yang menganggap mereka mayat hidup. Vampir sudah lama menjadi bahan penelitian para penggemar supranatural, tetapi mengapa seorang ahli kimia ikut-ikutan mempelajarinya?
Katakanlah, bila tebakan tergilaku benar dan Nathaniel Beverley adalah sesosok vampir, asalkan perbuatannya bisa dibuktikan di depan hakim, seharusnya ia tetap bisa dipersalahkan atas pembunuhan-pembunuhan itu, pikir Inspektur Davenport. Sekarang, tinggal bagaimana caraku menjelaskan semuanya pada kepala polisi tanpa terdengar seperti orang gila.
"Inspektur Davenport, saat kau melihat sosok yang kaukira aku itu, apa yang sedang sosok itu lakukan?" Setelah diam sesaat, Lord Beverley bertanya. "Lalu, di manakah sosok itu sekarang? Apakah kau berhasil menahannya?"
"Ia berusaha menculik seorang anak, Lord Beverley. Aku memergokinya di tengah aksi. Pagi tadi, aku sudah mengumpulkan saksi-saksi. Bagaimana, apakah Tuan masih hendak menyangkal? Terserah apa yang hendak Tuan lakukan, tetapi ingat, Tuan takkan mungkin menghindar dari hukum." Inspektur Davenport menyeringai. "Begitu kami menemukan keterkaitan Tuan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, tentu Tuan tahu konsekuensinya."
"Ah, begitu, begitu rupanya!" Sekonyong-konyong, Lord Beverley tertawa lepas. Tak ayal, giliran Inspektur Davenport yang keheranan. Melihat seseorang yang hingga sesaat lalu masih tampak tertekan, tetapi sekarang ekspresinya begitu lega .... Apa gerangan yang merasuki Lord Beverley? Tentu ia takkan bersikap begini gila bila ia benar-benar tidak terkait dengan kasus ini! Ah, Davenport benar-benar tak paham.
"Maaf, aku tidak melihat ada yang lucu, Lord Beverley," ucap Inspektur Davenport ragu-ragu.
"Perkataanmu! Itulah yang lucu! Mendekatlah, Inspektur. Biar kutunjukkan alasan aku tak mungkin berkeliaran dan menculik anak-anak kemarin malam."
Dengan gerakan kaku, Lord Beverley berdiri. Pipinya memerah karena terlalu banyak tertawa. Matanya berkilat-kilat, basah berlapis air mata. Hati-hati pria itu melepaskan jasnya, sambil sesekali berjengit kesakitan. Kemudian, ia buka kancing atas kemeja putihnya. Di balik kain katun itu, tampak lapisan perban yang membalut bahu dan dada bidang sang ilmuwan. Bercak-bercak cokelat kemerahan mewarnai perban di sekitar bahu kanannya. Perlahan, Lord Beverley melepaskan perban itu, memperlihatkan luka-luka cabik menganga yang mulai mengering.
Inspektur Davenport tercengang. Mulutnya ternganga, tak sanggup berkata-kata. Aroma darah dan larutan iodin menusuk hidung. Di bagian terparah, malah ia bisa melihat daging memerah. Pantas bila Lord Beverley terlihat begitu aneh hari ini. Dengan luka separah itu, seharusnya pria itu pergi ke rumah sakit! Apa gerangan yang terjadi kepadanya?
"Bagaimana? Menurutmu, bisakah aku menangkap seorang bocah dengan keadaanku sekarang?" Lord Beverley berucap, tenang tetapi penuh emosi. "Bisakah aku mengayunkan tanganku untuk merobek tenggorokan seseorang, sedang aku sendiri bahkan kesulitan untuk menggerakkan bahu? Masihkah kau yakin akan melihatku di tiang gantungan, wahai inspektur yang budiman?"
"M ... maafkan kelancanganku, Lord Beverley," Tersendat-sendat Inspektur Davenport menjawab. Lord Beverley menyelubungkan perban ke bahunya. Ujungnya ia selipkan asal-asalan, sekadar agar tidak copot kembali. Lelaki itu kembali berpakaian, lalu duduk bersandar di kursinya yang empuk. Matanya terpejam. Dadanya naik turun, dengan irama napas yang makin lama makin teratur. Selang beberapa saat kemudian, kelopak matanya membuka lagi.
"Inspektur Davenport, percayakah kau pada sihir dan ilmu hitam?" tanya Lord Beverley.
"Antara ya dan tidak, Tuan," jawab Davenport ragu-ragu. "Pekerjaan ini menuntutku untuk selalu menomorsatukan logika. Namun, ada hal-hal yang belum bisa terjangkau akal manusia saat ini. Adakah jawaban pasti untuk asal kehidupan? Atau mengapa beberapa peradaban pada zaman dahulu berkembang sangat maju, lalu tiba-tiba menghilang? Untuk saat ini, kuanggap hal-hal itu semata belum bisa diungkap oleh ilmu pengetahuan yang ada sekarang."
"Setidaknya kita punya pendapat sama mengenai perkara itu. Sekarang, bisakah kau menyimpan rahasia? Aku ingin kita bicara sebagai dua kawan diskusi, dan bukan sebagai seorang polisi dan target investigasi. Apa yang akan kuberitahukan setelah ini adalah urusan yang sangat rahasia, dan aku akan sangat menghargai apabila hal itu tak pernah muncul dalam catatan kasus kepolisian, baik sekarang maupun selama-lamanya."
"Baiklah." Inspektur Davenport menyetujui. Sudah lama ia tidak merasakan rasa penasaran yang sebegini besar. Lord Beverley, di matanya, memang seaneh reputasi yang ia dengar, tetapi ada sesuatu dalam diri lelaki itu yang mampu membuatnya begitu ingin mendengarkan lebih jauh. Sepasang mata kelabu di balik lensa berbingkai logam itu terlihat bagai air yang dingin dan dalam, penuh rahasia yang menunggu untuk diungkapkan.
"Bagus. Nah, sekarang, dengarkan baik-baik, Inspektur." Lord Beverley tersenyum tipis. "Kulihat sedari tadi kau memperhatikan tulisan di belakangku, Inspektur. Memang isinya sungguh di luar kebiasaan, bukan?"
"Ya, aku pernah mendengar tentangnya. Legenda vampir, maksudku." Inspektur Davenport mengangguk. "Tetanggaku, seorang nenek yang aneh tetapi ramah, menceritakannya waktu aku masih kanak-kanak. Sudah lama aku tidak menaruh perhatian pada hal-hal supernatural, tetapi ketika kuketahui bahwa semua korban pembunuhan ini tewas kehabisan darah, aku teringat pada legenda itu. Maaf, Tuan, mungkin kau akan menganggapku sudah sinting, tetapi untuk sesaat aku benar-benar yakin kau adalah seorang vampir!"
"Lalu, bagaimana jika kuberitahu kau bahwa pemikiranmu bukan hanya seratus persen waras, tetapi juga adalah kebenaran dari kasus ini?"
"Itu ...." Sang inspektur kehilangan kata-kata. Akhirnya, pria itu menghela napas panjang, pasrah. Ia mengangguk, mempersilakan lawan bicaranya untuk bercerita.
"Inspektur Davenport yang baik, inilah kebenaran yang sesungguhnya." Suara Lord Beverley tenang dan dalam, seperti seseorang yang sedang mendongeng. "Aku telah bertemu sosok pembunuh itu, dan rupanya hanya bisa dijelaskan dengan legenda kuno tersebut. Gerakannya gesit seperti serigala, haus darah seperti singa. Telah lama aku mengikuti vampir itu. Di sela-sela pekerjaanku, kupelajari naskah-naskah kuno dan dongeng nenek-nenek tua, berharap bisa memurnikan senyawa yang jadi kelemahan makhluk itu, tetapi sampai sekarang belum berhasil juga. Terakhir kali kami bertemu, ia menorehkan luka-luka itu padaku, sebagai tanda peringatan bagiku."
"Seharusnya Tuan tidak diam saja!" Spontan, Inspektur Davenport berdiri dan berteriak. "Tuan tahu pelakunya sejak awal, tetapi tidak memberitahu siapa-siapa. Tidakkah Tuan melihat kekacauan di kota? Ibu-ibu yang merana kehilangan anak? Orang-orang yang tewas sia-sia? Tak pernahkah Tuan berpikir bahwa beberapa di antara mereka mungkin adalah buruh perusahaan keluarga Tuan, yang mengalirkan kekayaan bagi Tuan lewat keringat mereka?"
"Kau sekarang terdengar seperti Satterthwaite, Inspektur. Kalian berdua sama saja. Selalu ingin jadi pahlawan, dan berharap orang lain pun mau jadi pahlawan. Namun, Inspektur, sama sepertimu, ada orang-orang yang ingin kulindungi, setidaknya sampai tewasnya Satterthwaite. Itulah mengapa sekarang aku bercerita padamu, Inspektur. Dengan sangat menyesal, kuakui bahwa aku telah gagal mengatasi masalah ini sendirian. Maka, mengingat kondisiku sekarang ini, aku ingin meminta bantuan padamu secara pribadi. Bekerjasamalah denganku, dan akan kulakukan segala yang kumampu agar kau dapat menangkap pembunuh itu."
Maaf telat update, lagi hectic banget nih 😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top