Chapter 5: Abandoned Petroleum

Mengalungkan sebuah kapak genggam pada sabuk yang mengikat celana, Hikaru perlu waktu sedikit lebih lama untuk mengeratkan kembali tali tipis yang tersambung pada jebakan yang terbuat dari kayu-kayu tajam yang tergantung di pohon agar jebakan sederhana yang mereka buat itu dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Berada di wilayah terluar dari daerah yang menjadi bagian SKZ-046, outpost yang menempati stasiun pengisian bahan bakar sekaligus kilang minyak tua ini perlu diberikan perhatian khusus. Selain memiliki wilayah yang luas, hampir 80% dari isinya masih utuh dan sama sekali tak disentuh oleh tangan manusia kendati berada di wilayah strategis yang memungkinkan banyaknya penjarah yang tertarik untuk merampasnya.

Sebuah tanda tanya besar bagi Hikaru dan ia sebenarnya juga penasaran mengapa tidak ada yang berani mendekati tempat yang penuh oleh kilang-kilang besar yang penuh minyak berharga ini. Dan sebuah keuntungan bagi mereka karena dengan begitu, mereka bisa memanfaatkan bahan bakar ini sebesar-besarnya demi kepentingan kelompok. 

Entah bagaimana caranya Yuuka menemukan tempat ini dan sepenuhnya mangakuisisinya. Mungkin ia menggunakan keberuntungan seumur hidupnya demi mendapatkan telur emas ini. Dari yang ia ingat, tiga setengah tahun yang lalu Yuuka memberikan perintah untuk melakukan perjalanan ke utara. Dan tim yang berkelana waktu itu lah yang mengamankan tempat yang masih berdiri kokoh ini hingga sekarang. 

Kali ini, Hikaru tengah melaksanakan inspeksi rutin pada outposts milik SKZ yang tersebar di beberapa titik berbeda dengan jarak yang saling berjauhan. Sehingga dalam tugas ini, anggota yang bertugas sebagai scavengers dibagi menjadi beberapa kelompok dan disebarkan di outpost yang sudah ditentukan. Secara kebetulan Hikaru kembali ditugaskan dengan teknisi ahli—Inoue Rina—dan Yuuka juga mempercayakan tentara yang baru saja pulih itu untuk bekerja bersamanya. 

Ya, Kobayashi Yui.

Beberapa jam sebelum berangkat, Yuuka diam-diam mendatangi Hikaru dan menyampaikan bahwa ia akan membiarkan Yui ikut bersamanya untuk melaksanakan tugas pertama sebagai anggota baru SKZ-046. Sang kapten juga meminta agar Akane tak boleh sampai tahu dengan penugasan yang dilakukan sembunyi-sembunyi ini—sebagai catatan, hubungan mereka berdua masih tak baik sehingga seringkali terjadi miskomunikasi satu sama lain.

Mengenai penugasan yang diberikan, Hikaru tentu saja tak keberatan. Kobayashi, meskipun masih belum mencapai kondisi yang prima setelah mengalami luka berat karena insiden mutan, tetaplah seorang personel pasukan khusus yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan pergi bersamanya, cukup membuat Hikaru merasa sedikit lebih aman sekaligus terbantu karena Yui bersedia membawa sebagian besar barang-barang berat yang diperlukan. Harus diakui, kekuatan fisiknya memang di atas rata-rata manusia normal.

Lihat saja. Sudah berkilo-kilometer mereka berjalan menyusuri hutan belantara dan melewati jalan beraspal dengan mobil-mobil berkarat yang berserakan tak tentu arah, Yui masih juga tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan meskipun ia membawa alat perkakas dan aki cadangan di rucksack besar yang ia sandang di punggungnya. Dan sekarang, ia sudah memperbaiki total delapan ground trap yang ada di sekitar kilang minyak lebih cepat dari Hikaru.

"Hikaru, kau membawa aki tambahan? Kita perlu menggantinya dengan yang baru jika ingin aliran listrik yang ada dalam pagar itu tetap mengalir."

Inoue tiba-tiba memanggilnya melalui handheld transceiver. Padahal jika dilihat, sejak tadi wanita itu hanya diam dan fokus dengan lilitan-lilitan kabel yang memusingkan tanpa peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Jujur saja, itu membuat Hikaru agak terkejut sehingga tubuhnya sempat mendingin selama sepersekian detik. 

Suara keras terdengar ketika Hikaru menarik sebuah bongkahan batu untuk menutupi salah satu jebakan mereka. Ia kemudian menegakkan tubuh, mengusap peluh di dahi dan berjalan mendekati pagar besi untuk memperbaiki bagian yang berlubang. "Ah, tentara itu yang membawanya," Hikaru menjawab, sontak menengok ke belakang, hanya untuk menemukan tidak ada satu orang pun yang ada bersamanya. Kebingungan, Hikaru menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari orang yang dimaksud. "Kobayashi tadi ada bersamaku, aku bersumpah—"

"Lupakan saja, Kobayashi sudah memberiku aki yang baru sekarang. Ia ada dalam stasiun, sedang melihat-lihat kilang minyak. Sejak tadi ia sudah ada di dalam rupanya." Inoue tertawa lepas. Ia memandang keluar melalui celah pagar besi yang tidak ditutupi oleh lapisan kayu, menemukan Hikaru tampak kebingungan setengah mati meski. "Kau sama sekali tidak memperhatikannya, ya?"

"Asal kau tahu saja, aku bahkan tidak tahu kapan ia berjalan masuk. Tidak ada suara, Inoue! Biasanya telingaku selalu mendengar suara sekecil apapun, tapi ini ... argh, dia mulai menakutiku. Aku jadi berpikiran jika Kobayashi sebenarnya adalah hantu dari prajurit yang mati terbunuh."

Hikaru memutuskan untuk kembali fokus melakukan pekerjaannya dalam menambal lapisan besi yang ditempelkan di bagian luar pagar dengan alat las serta lapisan besi baru, dengan HT menempel pada harness yang menyilang di dada sehingga ia dapat berkomunikasi dengan Inoue yang bekerja di sisi lain pagar. Ia segera memakai helm las untuk melindungi wajah dan mata dari percikan api sebelum memulai pekerjaannya.

"Rumor mengatakan ia adalah salah satu anggota Black Army. Sekarang itu menjadi masuk akal. Itu juga lah yang membuat Moriya menolak keras keberadaannya di headquarter." Inoue membalas. "Padahal menurutku, tidak peduli dia anggota Black Army atau tidak, asalkan ia berguna untuk kita seharusnya tidak menjadi masalah. Tapi, entahlah. Moriya lebih tahu dengan apa yang ia lakukan."

Hikaru menggumam pelan. Black Army? Mengapa mantan letnan itu begitu takut dengan mereka meskipun keberadaan dari pasukan khusus berseragam serba hitam itu nyaris tidak pernah muncul dan hampir dianggap sebagai mitos untuk menakuti penjarah. Selama ini, Akane hanya memperingatkan mereka akan keberadaan Black Army tanpa sekalipun memberitahu di mana mereka bisa menemukan mereka atau paling tidak melihat bagaimana wujud mereka.

Sehingga semakin lama, segala sesuatu yang berhubungan dengan pasukan khusus itu sudah tak lagi menakutinya. Dulu, Hikaru selalu gelisah dan terus ketakutan saat pertama kali mendengar kabar bahwa Black Army lah yang bertanggung jawab atas pembantaian sekumpulan pengungsi yang bau jasadnya tercium hingga berkilo-kilometer jauhnya. Kini, Black Army hanya ia anggap sebagai cerita hiburan yang pantas diceritakan pada anak-anak nakal saja.

Wanita bertubuh kecil itu mendongak, memperhatikan kilang-kilang minyak yang tinggi menjulang yang ditumbuhi oleh tanaman rambat. Ukurannya yang begitu besar membuat langit biru cerah di atas sana tertutup hingga membuat cahaya matahari tak membuatnya begitu silau. Daripada Black Army, aku lebih penasaran dengan kilang minyak ini sih.

Kembali pada Kobayashi, si tentara yang sedang mendapatkan tugas pertama untuk ikut melakukan perawatan bulanan pada outpost milik SKZ yang tersebar di beberapa titik. Dari beberapa outposts yang telah mereka singgahi, hanya kilang minyak ini yang membuatnya tertarik. Selain memiliki wilayah yang lebih luas, isi di dalamnya pun tak kalah berharga dengan makanan dan obat-obatan.

Di dunia yang berhasil melewati kiamat ini, keberadaan minyak menjadi salah satu yang paling dicari. Dengan minyak, kau bisa menggunakan genset untuk menghasilkan listrik yang bisa digunakan untuk keperluan-keperluan penting. Seperti membuka alur komunikasi pada objek-objek vital nasional yang masih aktif, menggunakan alat-alat elektronik, sebagai bahan bakar kendaraan, hingga membuat perangkap untuk mempertahankan base. 

Setelah memberikan aki cadangan yang ia bawa di dalam rucksack besar yang terpanggul di punggung, Yui memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat apa yang masih ada di daerah sini. Mungkin, ia bisa membawa pulang beberapa butir buah-buahan yang bisa dimakan. Ia rasa  Inoue sudah hampir selesai dengan pekerjaannya dan Hikaru juga berpesan padanya jika ia tak suka diganggu ketika bekerja. Jadi sepertinya tak apa jika ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak.

Lagipula, Inoue juga sudah menyampaikan bahwa mereka akan singgah selama dua atau tiga jam di sini untuk beristirahat. Ia sudah bersepakat pada Fuyuka dan Habu yang sedang berada di outpost lain untuk tidak menunggu mereka di meeting point. Waktu yang lebih dari cukup bagi Yui untuk melakukan eksplorasi.

Berbekal golok bernoda darah hitam dan sebuah senter kepala, Yui memulai penjelajahan kecilnya dengan menelusuri bagian paling barat kilang minyak yang merupakan daerah paling banyak ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hijau. Setiap kali kedua kakinya menapak, terdengar bunyi kecipak air yang menandakan tanah yang ia pijak merupakan jenis tanah basah yang cukup licin. Beruntung ia selalu menggunakan sepatu pdl tebal yang melindungi hingga ke betis.

Semakin dekat dirinya dengan kilang, semakin gelap pula suasananya. Dan itu membuat lampu senter yang ada di kepalanya menjadi berguna. Cahayanya menyorot ke segala arah. Pada pagar besi yang tinggi menjulang, kilang minyak berkarat, tanaman rambat, hewan-hewan kecil seperti tikus dan landak, gundukan tanah kecil tempat keluarnya cacing. Yui lanjut berjalan menyusuri sisi lain kilang minyak hingga ia mencapai sebuah bangunan terbengkalai yang terbuat dari semen kokoh.

Bangunan itu cukup lebar dan memiliki dua lantai. Seluruh kaca jendela yang ada di sana sudah pecah dan rongga jendela banyak yang ditutupi oleh jaring laba-laba. Dugaannya, bangunan tersebut pernah digunakan sebagai kantor bagi para pegawai stasiun pengisian bahan bakar. Jauh beberapa meter di depan bangunan, terdapat pompa bensin yang sudah rusak—nozzlenya patah dan jatuh tergeletak di bawah. 

Yui melangkahkan tungkainya masuk ke dalam. Tahu lah ia jika tempat itu tak hanya digunakan sebagai kantor tetapi juga digunakan sebagai swalayan. Jika begitu, kantor pastilah berada di lantai dua. Di dalam sana masih ada rak-rak untuk meletakkan barang-barang yang dijual, juga meja kasir dan kulkas-kulkas yang sepenuhnya kosong. Yui tak perlu naik ke atas karena sudah jelas tak ada lagi yang bisa ia ambil di sana. Tapi mengingat kembali tujuannya berkeliling, membuatnya tak bisa menahan keinginan untuk menaiki titian tangga untuk naik ke lantai dua. 

Sesampainya di atas, ia menemukan ruangan hampa yang penuh oleh debu-debu tebal. Sangat gelap. Sorot lampu senternya dapat menangkap ribuan debu beterbangan di depan mata, membuat hidung dan tenggorokannya mendadak gatal. Ia hanya menemukan toilet, satu ruang direksi dengan meja dan kursi yang juga nyaris hancur, dan sebuah lemari. Beberapa cap tangan dan jejak kaki hitam di permukaan lantai juga menjadi perhatian. Sepertinya itu adalah milik orang-orang SKZ.

Membongkar laci meja, Yui menemukan dua buah baterai, satu buah bolpoin, hingga satu buah pisau lipat. Ia memasukkan semuanya ke dalam rucksack dan segera kembali turun ke lantai bawah untuk mencari sesuatu yang bisa dibawa. Di lantai satu, Yui membongkar laci meja kasir dan membuka mesin kasir. Ia juga mengecek setiap rak yang ada di gudang dan yang ada di runag depan hingga kotak-kotak kardus yang tersisa. Berkat pencariannya itu, beberapa makanan kaleng berhasil ia amankan dan ia masukkan ke dalam rucksack.

Beberapa menit kemudian, barulah Yui keluar dari bangunan dan menuju ke sisi lain kilang, Kali  ini yang berada di sisi paling timur. Di daerah sini, kilang minyak itu tampak memiliki lubang yang sangat besar. Yang paling mengerikan, lubang itu berbentuk memanjang seperti ada makhluk yang sangat besar menggunakan cakarnya untuk melubangi kilang minyak tersebut. Menyorotkan senter ke dalam lubang, Yui mendapati bagian dalamnya dipenuhi oleh karat dan bekas darah hitam kering yang meleleh keluar.

Sepertinya pernah ada pertumpahan darah di tempat ini.

Beralih dari satu kilang minyak rusak, Yui berpindah ke kilang minyak lain yang masih berfungsi. Ia memukul permukaan kilang dengan kepalan tangan dan terdengar suara dentuman dalam yang memberikan tanda jika kilang tersebut dipenuhi oleh minyak. Yui mengernyit. Salah satu kilang minyak yang permukaannya sudah tertutupi oleh debu padat hingga cairan lengket yang membeku membuatnya tertarik karena salah satu dari lapisan yang menutupinya retak dan menunjukkan sebuah tulisan—atau gambar berwarna hitam menyerupai sesuatu yang tak asing. 

Ia berjalan mendekat, hendak menggunakan jari-jari tangannya untuk mengusap kotoran lengket yang menutupi gambar misterius tersebut. Yang pertama kali terlihat dari gambar tersebut adalah sebuah tanduk. 

Tanduk? Ini gambar hewan? Siapa yang menggambar hewan bertanduk di sini? Lalu, hewan apa ini? Rusa? Banteng? Atau bahkan ...  kerbau?

Tanpa sadar ia telah membuat berbagai asumsi di dalam kepala. Apa arti gambar yang ada pada permukaan kilang. Apakah itu hanya sebatas logo perusahaan minyak? Tetapi itu nyaris tak mungkin karena perusahaan minyak nasional tidak menggunakan logo yang berhubungan dengan hewan bertanduk. Jika bukan perusahaan nasional, lantas apa? Apakah ini identitas geng? Jangan-jangan SKZ pernah melakukan perampasan pada survivor lain sebelumnya?

Ia tidak suka dengan informasi yang setengah-setengah. Sebagai pasukan infiltrator yang sering diterjunkan di garis belakang wilayah musuh demi mendapatkan intel sebanyak-banyaknya, membuat Yui terbiasa untuk mencari tahu sedalam mungkin informasi baru yang kemungkinan akan berguna untuknya. 

Tangannya tergerak untuk mengusap noda yang menutupi sebagian kecil dari logo yang membuatnya tercekat. Namun—

"Kobayashi! Kemari lah. Apa kau tak ingin mengisi perutmu? Ah, sial ... aku lapar sekali." panggilan Inoue yang berasal dari daerah depan sontak membuatnya terkejut setengah mati. Membuatnya urung memperhatikan gambar yang ada pada permukaan kilang. Yui tak serta merta menjawab. Pikirannya masih tertuju pada gambar tanduk yang tadi ia temukan sehingga Inoue kembali memanggilnya untuk yang kedua kali—dengan suara yang lebih lantang. "Hikaru akan menghabiskan bagianmu jika kau tidak segera datang, lho!"

"Aku akan segera ke sana!" menghela napas berat, Yui balas berteriak seraya memutar tubuh untuk berlari meninggalkan kilang misterius itu menuju tempat daerah terbuka yang berada di dalam area kilang minyak. Mungkin apa yang aku lihat itu bukanlah sesuatu yang penting. Toh, mereka yang bekerja lebih lama di sini sama sekali tidak menganggap logo itu ada. 

Hikaru dan Inoue sudah menunggunya. Mereka duduk di atas batang kayu, di depannya sudah ada kompor lapangan dan beberapa buah nesting untuk memanaskan makanan kaleng yang mereka bawa. Sebelum berangkat, Hikaru diberi empat kaleng jagung manis. Ia memanaskan semuanya menjadi satu dan membaginya sama rata untuk jatah tiga orang. Saat Yui duduk dan meletakkan rucksack di samping tubuhnya, Hikaru langsung menyodorkan nesting berisi jagung manis panas yang harum baunya.

Tersenyum, Yui menerima pemberian Hikaru dengan senyuman lebar. "Terima kasih, Morita."  

"Tidak, tidak. Aku—kami yang seharusnya mengatakan itu padamu. Karena kau, kami bisa menyelesaikan pekerjaan di sini jauh lebih cepat. Kilang minyak adalah outpost yang paling luas sehingga butuh waktu lebih dari setengah hari untuk menggarap apa yang ada di sini. Karena kau membantu, pekerjaan dapat diselesaikan sebelum sore." sembari mengeluarkan sendok lipat dari dalam tas, Hikaru menjawab ucapan Yui lalu menyuap satu sendok penuh jagung manis ke dalam mulut. 

"Biasanya kami mulai bekerja di pagi hari dan kembali esok pagi. Itu mengharuskan kami bermalam di tempat ini ditemani geraman dan lolongan mutan sepanjang malam." kini Inoue ikut menimpali. "Kau benar-benar membantu kami, Kobayashi. Sungguh, terima kasih."

Yui mengangguk-angguk, "Aku hanya membalas budi."

"Sepertinya kau sudah cukup lama menjadi personel militer. Bagaimana rasanya bertahun-tahun hidup di barak?" Inoue meletakkan nesting miliknya yang sudah kosong di atas rumput dan menenggak air mineral dari botol perples miliknya. Sedikit membuat Yui tercengang karena wanita bertubuh kurus itu memiliki nafsu makan yang luar biasa. 

"Seperti biasa. Dibangunkan oleh sirine kiamat pada pukul tiga pagi, berlari sejauh 25km hingga pukul tujuh, makan pagi lalu melanjutkan kegiatan latihan sesuai dengan penempatan masing-masing. Karena aku marksman, maka aku berada di lapangan tembak sampai pukul satu. Lalu melaksanakan jam bebas sampai pukul tiga. Dilanjutkan dengan olahraga sore dan evaluasi bersama pimpinan hingga pukul sembilan malam." Yui mencoba menerangkan sejelas mungkin. Ditatapnya Hikaru dan Inoue yang tampak tertarik dengan penjelasannya secara bergantian. Dan karena mereka menunjukkan antusiasme yang nyata, maka Yui tak keberatan untuk melanjutkan lagi. "Tetapi kami bisa tak tidur dan stand by 24 jam dalam satu minggu jika dalam kondisi darurat. Tapi itu bukan berarti kami tidak tidur sama sekali. Bisa dibilang kami bisa tidur di mana saja. Saat berdiri, duduk, atau dalam keadaan menggantung sekalipun. Kalau pun tidur, kami selalu memeluk senjata. Jika tidak begitu, bisa bahaya."

Hikaru mendengus pelan. "Mereka benar-benar berusaha mencetak super soldier." kali ini ia turut menyelesaikan makan siangnya dan menumpuk nesting milik Inoue dengan miliknya sendiri. 

"Bagaimana dengan kalian?" Yui mencoba bertanya meskipun ia sedikit banyak sudah tahu seperti apa jawaban yang akan diberikan oleh Hikaru dan Inoue.

Ia sering sekali berada di sekitar barak khusus pengungsi, berisi orang-orang yang berhasil diselamatkan oleh tentara dari berbagai kalangan juga mendengarkan bagaimana cerita mereka selama hidup luntang-lantung tanpa arah di tengah kepungan makhluk mutasi haus darah yang siap menyantap mereka hidup-hidup. Tidur tak tenang karena dibayangi oleh darah dan anggota keluarga yang tewas. Atau lebih parah lagi memori kelam akan anggota keluarga yang berubah menjadi makhluk mutasi yang membantai habis belasan orang dan memakannya hidup-hidup.

Tubuh yang menggantung, isi kepala yang berceceran karena ledakan proyektil, bagian-bagian tubuh yang termutilasi—ia sudah terbiasa dengan semua itu. Barak pengungsi, meskipun berada di bawah pengawasan militer, tak ubahnya menyerupai hutan belantara dengan hukum rimba yang mengakar kuat. Jika bukan karena wabah yang membuatmu tertekan, maka orang-orang yang ada di sekitar sana yang akan membuatmu merasa demikian. 

Di sana, hanya ada tiga pilihan mutlak yang dapat dipilih. Membunuh, dibunuh, dan bunuh diri.

Oleh sebab itu, Yui sedikit terkejut karena menemukan sebuah tempat pengungsian yang tergolong damai—tentu saja dengan mengabaikan keberadaan mantan letnan Moriya. Ini adalah hal yang pertama kali ia lihat seumur hidup.

"Bisa dibilang SKZ adalah tempat paling aman yang pernah kutinggali. Meskipun pernah terjadi suatu masalah yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, tempat ini tetaplah menjadi alasan mengapa aku masih dan mau bertahan hidup hingga detik ini. Ada banyak sekali alasan kuat yang dapat mendorongku untuk membunuh diriku sendiri dan mati, karena aku yakin sebagian besar orang tidak akan memiliki harapan lagi jika melihat keadaan dunia yang tak akan pulih," Hikaru menjelaskan. "tapi di sini, kami memiliki sesuatu yang pantas untuk dijaga. Sesuatu yang pantas untuk dipertahankan. Sesuatu yang ... membuatku sadar bahwa hidup ini memang masih berharga."

"Yuuka mengikat kami menjadi satu. Dan semakin menekankan pada kami untuk saling percaya dan menjaga satu sama lain setelah insiden pemberontakan kala itu. Ia membuat kami menjadi satu keluarga, dan Akane membantu kami menyusun kembali mental dan moral kami yang telah lama dihancurkan oleh kondisi." Inoue melanjutkan dengan nada sendu. Sorot matanya yang semula tampak ceria kini meredup dengan arah pandang menuju langit biru berawan di atas sana. "Oleh karena itu, kami masih percaya jika kami adalah keluarga, Kobayashi. Apapun yang terjadi."

Pemberontakan? Yui berucap dalam hati. Benar juga, Sugai pernah mengatakan hal semacam itu padaku. Dan mata Hikaru menjadi cacat karena ledakan yang terjadi saat pemberontakan terjadi. Aku ingin bertanya tapi rasanya itu akan membuat dua orang ini terluka karena mengingat kembali masa lalu kelam yang pernah mereka alami. 

"Itu bagus." pada akhirnya Yui hanya bisa memberikan jawaban singkat. Berakhir menelan bulan-bulat pertanyaan-pertanyaan yang membuat rasa penasarannya meningkat tinggi bak anak usia lima tahun yang baru menginjak taman kanak-kanak. Merusak suasana yang dibangun sehangat ini sama saja dengan membuat petaka rumah tangga yang berakhir pada perceraian.

Setelah benar-benar menyelesaikan makan siang dan membereskan kompor lapangan serta nesting yang sudah digunakan—Hikaru menumpuknya dan membungkusnya dengan plastik hitam, kemudian membawanya di tangan kanan—ketiga orang itu kembali melakukan pengecekan terakhir sebelum bersama-sama meninggalkan outpost dengan menutup semua akses masuk dan menyalakan lampu-lampu UV di sekitar outpost.

Hikaru mengatakan jika mereka akan singgah di sungai dahulu untuk mencuci alat makan. Selain itu, Inoue juga ingin mengangkat jaring ikan yang ia tebarkan dua hari yang lalu. Mereka tiba setelah satu jam berjalan tanpa suara menyusuri hutan yang kelewat tenang. Bahkan Inoue sendiri merasa ada sesuatu yang janggal dari keheningan hutan hari ini. Tak ada suara binatang, tak ada angin, juga tak ada suara mutan. 

Keheningan itu mengirimkan perasaan waspada dan tak nyaman yang hadir secara mendadak. Itu membuat Inoue segera berlari ke pinggir sungai dan menarik jaring ikan miliknya, memasukkannya ke dalam kantung plastik untuk dijejalkan ke dalam tas tanpa peduli isi tasnya akan basah. Begitu pula dengan Hikaru. Ia buru-buru membilas nesting mereka dan memasukkannya lagi ke dalam kantung plastik. Sementara Yui? Ia berjaga di sekitar sungai dengan sebilah golok.

Baru saja beberapa meter mereka berjalan, sebuah suara dari sepatu yang berat masuk ke dalam indra pendengaran Yui yang tajam. Menyadari bahwa suara itu tidak jauh dari tempat mereka, sesegera mungkin ia menarik kedua rekannya untuk merunduk dan bersembunyi. Inoue, sepertinya hendak bersuara—memprotes tindakannya yang sangat mendadak—tetapi Yui dengan sigap membungkamnya dengan telapak tangan sekaligus memberinya tatapan tajam dari sudut mata.

Beruntung. Sangat beruntung. Tindakannya tepat waktu sehingga Inoue tak sampai mengeluarkan suara nyaringnya untuk memaki ataupun mengaduh. Sebab sepersekon detik kemudian, pemilik dari derap langkah berat yang tadi didengarnya mulai terlihat dalam pandangan.

Ada tiga orang. Ketiganya bertubuh tinggi besar, dengan bahu kokoh menopang tas yang memiliki antena hitam yang mencuat keluar dari dalam. Helm kevlar dengan night vision dan visor berkaca smoke yang terpasang, senapan serbu yang pastinya penuh amunisi membuat keberadaan ketiga orang itu cukup membuat Inoue, Hikaru, dan Yui terancam. Terutama ketika mereka sadar jika ketiga orang asing tersebut berpakaian serba hitam.

Satu dari mereka—yang bertubuh paling tinggi daripada dua orang lain—tampak membawa sesuatu di tangan kanannya. Lebih tepatnya, sebuah kepala manusia. Tentara hitam tersebut melemparkan kepala tersebut ke sembarang arah dan secara kebetulan mendarat tepat di samping lengan Hikaru. Jika ia menengok ke samping kiri, maka wajahnya akan langsung berhadapan dengan wajah dari kepala buntung yang balik menatapnya dengan bola mata menggantung dan lidah yang terjulur keluar.

Detik itu juga, mereka berani bertaruh atas segala hal dalam hidup mereka bahwa mereka sedang memikirkan satu hal yang sama. Sebuah fakta bahwa mereka telah tanpa sengaja menemukan personel Black Army yang selama ini hanya dianggap sebagai dongeng anak-anak. 

Ciri-ciri mereka sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Akane. Seragam militer berwarna hitam legam mulai dari helm hingga sepatu. Membuat mereka tampak seperti makhluk aneh yang berjalan-jalan di hutan dengan senapan yang siap menyemburkan puluhan hingga ratusan peluru tajam. Entah apa yang mereka cari di dalam hutan ini, dan keberanian sebesar apa yang mereka miliki karena hanya membawa tiga orang—dan masih dalam keadaan hidup tanpa luka.

Berbanding terbalik dengan batalyon Yui yang langsung habis dibabat mutan hanya dalam waktu beberapa jam. 

Ketiga orang itu semakin merundukkan tubuh. Memastikan mereka sudah benar-benar rata di atas tanah dan tersembunyi di balik semak belukar yang tebal. Melalui celah-celah dedaunan, Yui berusaha mengintip seperti apa sosok wajah mereka. Tapi sayang, ketiga anggota Black Army itu menutupi wajah dengan military mask. Membuat Yui benar-benar tidak bisa melihat sedikit pun wajah mereka.

Beruntung mereka masih berada di dekat wilayah sungai sehingga suara napas yang memburu dan setiap pergerakan kecil mereka dapat disembunyikan dengan suara gemericik air sungai yang lembut. Sebab, jarak antara personel Black Army dan tiga orang anggota SKZ saat ini bisa dibilang dekat. Cukup dekat sampai Yui dapat mendengar apa yang mereka bicarakan satu sama lain.

Yui menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Memberi isyarat pada Hikaru dan Inoue yang panik setengah mati untuk menahan napas dan fokus mendengarkan salah satu dari tentara hitam itu berbicara. "Renegade sudah mengonfirmasi tentang keberadaan basecamp pengungsi di dalam hutan ini. Setelah mendapatkan koordinat darinya, aku tidak yakin jika aku bisa menahan keinginanku untuk mengeksekusi mereka semua."

"Huh, dasar bocah tengik. Lakukan saja agar aku dan Carberus bisa melihat Overlord menyiksamu habis-habisan. Asal kau tahu, dia bisa mengembalikan semua siksaan yang kau berikan pada korban-korbanmu kepadamu seperti karma." tentara lain menimpali dengan suara yang cukup keras, juga dengan sedikit meremehkan di akhir kalimatnya. "Jangan pernah melangkahi perintah. Helsinki saja hampir dibuat mati karena membiarkan dia kabur. Jangan kira kau bisa bebas hanya karena Overlord menganggapmu sebagai anak didiknya."

"Hei, Maverick." ucap si tentara. "Katakan saja kau takut pada Overlord."

"Tidakkah semua orang, sadar atau tidak sadar, juga sepantasnya takut kepadanya?"

Selepas Maverick menyanggah ucapan rekannya yang terkesan meremehkan dengan sebuah pertanyaan retoris, ketiga tentara itu kompak terdiam sejenak. Sebelum salah satu dari mereka—sepertinya tentara yang bernama Carberus—kembali memulai pembicaraan. "Kali ini Overlord tak ingin bermain cepat seperti biasa. Sepertinya ia memiliki sesuatu yang direncanakan."

"Sepertinya begitu. Sayang sekali, jika itu misi, berarti Helsinki tidak akan bisa ikut bersama kita. Aku jadi penasaran, apa dia sudah mati?"

"Dia tidak akan bisa mati. Kau tahu benar akan hal itu, IRIS."












Di atas adalah visualisasi wajah anggota Black Army. Karena di sini masih tengah hari, jadi night visionnya diangkat ke atas dan diganti sm ballistic goggles buat nutupin mata. Fungsinya apa mereka bener-bener nutupin wajah? Supaya orang-orang yang mereka bunuh ngga tahu siapa yang mengeksekusi mereka sampai mati.

Jadi ... Renegade, Maverick, Carberus, IRIS, Helsinki sampai Overlord. Jelas ya kalo Overlord ini bigbossnya Black Army. Inget-inget codenamenya ya, soalnya masih ada beberapa anggota Black Army yang belum muncul wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top