Gotong Royong
Andisa Nindya Cecilya adalah gadis kelas tiga di SMA Cakrawala yang terletak di Surabaya. Setiap hari ia selalu datang lebih pagi dibandingkan teman-temannya. Udara pagi masih segar, inilah yang ia suka dari datang pagi. Tanpa banyak suara, orang berlalu-lalang. Ia bukan menyukai hal tersebut, namun ia merasa pagi hari saat sepi lebih membuatnya tenang.
Cecil duduk di kursi panjang yang tersedia di taman. Taman yang cukup luas, dan rindang membuatnya nyaman berlama di sini. Cecil menatap kupu-kupu yang terbang ke sana ke mari sesuka hatinya. Indah, bahkan jika ia memilih ia ingin menjadi kupu-kupu agar bisa terbang tiggi.
Namun, ada satu yang mengganggu pandangannya yakni semut.
Semut saling berbaris dengan rapi. Binatang tersebut melakukannya dengan senang hati bahkan jika salah satu lelah, yang lainnya juga lelah, begitupun sebaliknya.
"Kita harus kumpulkan makanan, tak jauh lagi. Di sebelah sana!" seru Rando, salah satu semut yang terlihat kelelahan.
"Jika kau capek, istirahatlah, biar kami yang mencarinya," tukas Avo.
"Bukankah kita akan terus bersama. Aku tak ingin kalian bersusah payah." Dengan napas tersengal, Rando bersikeras agar Avo tak melakukan itu.
"Baiklah, kalian terbaik." Rando tersenyum pada Avo.
Rando salut pada sikap Avo.
Avo dan Rando terus berbaris. Avo di belakang Rando, sementara teman lainnya saling menata barisan setelah Avo. Saling berbaris, indah di mata para semut.
Cecil menatap barisan semut itu tampak mengganggu keindahan taman. Ia hendak mengusir sang semut dan mencoba menggantinya dengan keindahan kupu-kupu dan kawannya.
'Untuk apa mereka di sini, mengganggu keindahan taman saja.' Monolog Cecil pada dirinya sendiri.
Ia mempercepat langkahnya, kemudian ia meniup semut-semut agar mereka pergi.
"Sial, dasar gadis sombong. Dia mengganggu kami," ucap Deka, sang semut yang tak terima pada Cecil.
Pastilah sang semut kalah dengan Cecil. Tubuh mereka terlalu kecil.
"Dia pasti lebih memilih kupu-kupu dibandingkan kami." Avo tampak sedih.
Avo sebenarnya iri pada kupu-kupu yang bisa terbang sementara dirinya dan kawan-kawan tak bisa terbang seperti kupu-kupu. Ia sebenarnya lelah dengan ini semua, namun teman-temannya selalu menyemangati.
Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut memang kecil namun ada yang agar besar yang tampak mata. Semut banyak macamnya. Walaupun tubuhnya kecil namun gigitannya menimbulkan nyeri. Dia bukan hewan pengganggu. Semua hewan memiliki kelebihan masing-masing. Tak perlu saling iri.
Avo tidak iri, namun ia hanyalah lelah dengan keadaannya.
Avo menatap kupu-kupu yang seenaknya datang dan pergi. Bahkan, ia menatapnya seperti ada rasa keinginan yang besar untuk menjadi kupu-kupu, terbukti dari dia yang termenung saat menatap kupu-kupu.
Rando menyadarkan Avo. Ia tahu sekarang apa yang dirasakan Avo. Namun, Avo seharusnya menyadari jika dia mempunyai kelebihan yang mungkin tak dimiliki oleh kupu-kupu.
"Sudahlah, semua yang kau lakukan akan ada hasilnya. Jangan lihat mereka. Kau harus berusaha daripada menginginkan menjadi mereka."
Sekawanan semut lainnya saling menatap keduanya.
Tak sengaja, Andre terjatuh ke bawah, terperosok karena tiupan Cecil. Cecil pun merasa puas sekarang tak ada yang mengganggunya lagi.
"Andre, awas. Bertahanlah,"ucap Nia salah satu semut yang melihat Andre terjatuh.
Andre sudah terjatuh, namun dengan semangatnya ia masih mencoba bertahan, ia yakin walau selalu disepelekan, ia bisa bertahan dengan gotong royong sesama temannya.
Akhirnya Andre mampu bertahan walau kesakitan. Teman-temannya pun merasa senang.
Rando kini fokus lagi pada Avo, berusaha menenangkan Avo. Ia mencari cara agar memperoleh makanan karena sekawanan semut pasti juga lapar.
Avo menyadari dirinya yang terlalu iri pada kupu-kupu dan menurut dengan ucapan Rando.
Sekawanan semut tersebut melirik, mencari makanan.
Kebetulan, di sebelah sana terdapat snack sisa. Dengan cepat, mereka menginstruksikan dan saling berbaris. Mereka melupakan tempat yang dihuni Cecil.
Cecil hanya menatap semut tersebut dengan kesal. Cecil menganggap semut hanya akan merusak pemandangan. Cecil tipikal orang yang suka kebersihan.
Gadis bermata sipit tersebut pergi menghampiri snack sisa agar semut tak mengerumuninya. Dengan cepat ia mengambil dan membuangnya ke tempat sampah.
"Kok dibuang sih, tega banget tuh orang." Avo geram pada Cecil.
Beginilah yang membuat Avo membenci menjadi semut, menganggap mereka kecil. Hal itu membuatnya frustrasi kembali. Ia tak ada lagi semangat.
Sementara kupu-kupu tadi hinggap di tempat yang agak jauh, namun mereka mencari makan sendiri-sendiri.
"Avo, lihatlah kupu-kupu yang kau maksud. Bahkan ia saja mencari makan sendiri. Aku sudah bilang semua hewan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi kau tak perlu khawatir." Rando menjelaskan panjang lebar.
Avo mengamati kupu-kupu tersebut. Dia melihat kupu-kupu satu dengan yang lainnya saling mencari makan sendiri. Ia kini sadar jika dia lebih beruntung karena dibantu oleh teman-temannya yang sangat baik hati di kala sedih dan senang. Semua semut lakukan bersama-sama.
Cecil mendekat ke arah kupu-kupu tersebut, seakan ia senang berada di taman ini sendirian.
Cecil selalu saja melakukan hal apa saja yang ia suka. Terkadang ia berkumpul bersama banyak teman, namun jika suasana hatinya buruk, ia akan menyendiri, tak ingin diganggu oleh semua temannya. Hal ini membuat banyak orang menganggap dirinya sebagai orang sombong.
Cecil hanya ingin seperti kupu-kupu yang bisa hidup bebas tanpa siapa pun melarangnya. Dikagumi bahkan ia dicari orang lain. Cecil sama halnya seperti Avo, namun kini Avo-seekor semut telah berubah. Avo tak ingin menjadi kupu-kupu.
Entah apa yang ada di pikiran gadis delapan belas tahun tersebut. Yang ada dirinya merasa menarik jika menjadi kupu-kupu. Cecil selalu melihat dari hal yang besar dan indah. Ia tak memperhatikan hal kecil.
Tangan Cecil mendekat ke kupu-kupu, seakan meminta agar kupu-kupu menghinggapi telapak tangannya.
"Mungkin, dia hanya melihat sesuatu dari hal terbesar saja,"ucap Avo.
Kawanan semut heran dengan sikap Avo yang bisa berpikiran seperti itu. Avo telah menjadi bijak sekarang. Namun, Avo melakukan hal seperti ini juga dari nasihat teman-temannya dan kejadian yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Oke, ayo kita cari makanan lain." Rando menawarkan diri pada kawanan semut.
Kawanan semut mengangguk, merespons Rando. Dengan senang hati mereka terus mencari makanan agar tak lapar.
"Eh, di sebelah sana. Itu yang tak terlalu jauh dari tempat gadis itu," seru Avo.
"Kalian gak capek kan?" tanya Rando pada kawanan semut.
Kawanan semut menggelengkan kepalanya, mereka tersenyum pada Rando. Rando yang melihat respons mereka pun menatap hangat mereka. Inilah yang Rando sukai menjadi seekor semut. Kekeluargaan dan kebersamaan selalu ada. Rando dari dulu tak iri jika ia menjadi semut, walau selalu disepelekan orang.
Baginya, semut itu hebat, mampu bertahan walaupun selalu diusir orang. Semut itu kecil tapi tak menampakkan kesombongannya, bukannya dia menjelekkan hewan lain. Rando selalu saja berusaha agar dapat memperoleh makanan dari sisa snack maupun lainnya, namun ia tak egois, ia ingin berbagi kebagiaan pada kawanan semut. Baginya, mereka berarti.
Kawanan semut mulai berjalan, membentuk formasi dan saling bekerja sama berjalan menuju tempat tersebut. Mereka menempuh jarak yang cukup jauh, karena tubuh mereka yang kecil.
Sudah cukup lama mereka berjalan. Hingga mereka akan sampai pada tempat yang hanya berjaram beberapa meter darinya. Napasnya mulai tersengal, mereka istirahat sebentar.
Merekapun bangkit setelah kembali membaik. Tak pantang menyerah dan terus berjalan.
Cecil mengalihkan pandangannya, melihat kegigihan kawanan semut. Ia merasa kasihan, sudah diusir tetap saja tak patah semangat. Satu hal yang membuatnya heran yakni kerja samanya dan kebersamaan yang mereka dapatkan, tidak sama seperti kupu-kupu. Ia teringat dirinya sendiri yang ingin seperti kupu-kupu, melihat sesuatu dari hal besarnya saja. Kupu-kupu memang indah namun ia sekarang menyukai kebersamaan kawanan semut.
Kawanan semut itu masih berjalan. Tinggal beberapa langkah lagi mereka dapat mengambil snack sisa.
Akhirnya mereka berhasil mengambil snack sisa. Snack sisa itu cukup berat, membuat mereka harus mengangkat bersama makanan itu. Pemandangan yang indah yang dapat dilihat oleh Cecil.
Kawanan semut tersenyumkarena perjuanganya yang tak kenal putus asa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top