"Aku akan mencari ke selatan. Sepertinya ada banyak bunga."
"Baiklah, kalau begitu aku akan ke utara. Sampai bertemu di rumah." Bibsylangsung terbang ke arah yang dia sebut. Lantas, aku pun terbang berlawanan arah dengannya.
Udara pagi ini sungguh segar. Kulihat di ufuk timur, matahari perlahan mulai menampakkan diri. Embun di dedaunan perlahan menguap dan menghilang. Terbang saat keadaan seperti ini adalah kesukaanku. Aku semakin semangat untuk bekerja. Rasanya seperti baru keluar dari telur, menyenangkan sekali melihat dunia yang seperti ini.
Beberapa menit aku terbang melintasi perumahan dan kebun, akhirnya padang rumput yang luas terlihat oleh mataku. Aku terus terbang mencari kumpulan bunga yang aku lihat kemarin, aku sangat yakin ada di sekitar sini.
"Hai, Bily."
Aku hampir menabrak Vivi yang tiba-tiba ada di hadapanku. Dia menghentikan sejenak pencarian bunga yang sedang kulakukan.
"Oh, hai, Vivi."
"Kau mencari apa? Sepertinya serius sekali."
"Kau tahu kumpulan bunga di sekitar sini?"
"Iya. Aku mau mengambil nektar di sana. Kau mau ikut?"
Mataku berbinar mendengar pernyataan Vivi. Jelas aku langsung mengangguk dengan semangat. Itu tujuanku ada di sini, tentu saja aku mau.
Vivi terbang mendahuluiku, dengan senyum yang terus mengembang aku mengikutinya. Untung saja aku bertemu Vivi, jadi tidak harus repot mencari-cari lagi. Aku yakin nektar di sana pasti banyak.
Yang paling penting, di sini jauh dari rumah manusia. Jadi kami, para lebah bisa leluasa mengambil nektar bunga.
Kadang manusia mengusirku saat mengumpulkan nektar di bunga mereka, sangat menyebalkan. Parahnya lagi aku juga pernah diusir saat terbang di sekitar mereka, padahal aku hanya terbang, tidak niat melukai sama sekali.
Mencari nektar seperti ini sudah menjadi kewajiban kami, kalangan lebah betina. Kami mengumpulkan nektar untuk persediaan makan semua lebah yang ada di sarang. Kadang manusia tidak memikirkan itu, mereka sering mengusik pekerjaan kami.
"Nah, sampai. Aku ke sana, ya." Vivi terbang ke arah bunga merah muda yang adadua meter di depan kami.
Tempat ini benar-benar indah. Banyak lebah-lebah lain yang juga mencari nektar di sini.Aku jadi lebih semangat mengambil nektar. Segera kuterbang menuju bunga berwarna kuning yang menarik perhatianku.
Bunganya indah, merekah sempurna. Mahkota bunga yang terkena pancaran matahari pagi membuatku semakin tergiur untuk mengambil nektarnya. Sesuai prediksiku, nektar di sana manis dan segar. Namun sayang, hanya ada sedikit yang tersisa. Mungkin lebah lain sudah mengambil sebagiannya, atau memang hanya sedikit nektar yang bunga ini hasilkan.
Aku kembali terbang memilih bunga yang lain. Terbang melewati beberapa lebah yang bekerja, membuatku merasapunya teman. Biasanya aku hanya mengambil nektar sendiri di sekitar sarang, tapi sepertinya setelah ini aku akan sering mencari nektar lebih jauh.
"Hei, siapa kau?" Aku menoleh ke belakang, melihat siapa yang berbicara.
Aku mengerutkan kening melihat lebah itu. Sepertinya dia bukan kawananku, aku tidak pernah melihatnya.
"Namaku Bily, siapa kau?"
"Aku Merri. Kau baru pertama di sini, ya? Aku tidak pernah melihatmu."
"Aku dari tempat yang jauh, wajar jika kau tidak pernah melihatku."
Merri mengangguk mengerti. Sepertinya Merri lebah yang ramah, aku jarang bertemu lebah yang bukan kawanan tapi mau menyapa seperti ini.
"Aku dari kawanan yang bersarang di sekitar sini. Di sini memang banyak bunga, setiap hari pasti ada lebah asing yang datang mencari nektar."
Aku sedikit menganga mendengar penuturan Merri, rupanya di sini lebih menyenangkan dari yang kupikirkan.
"Kau ingin berkeliling? Sekaligus mencari bunga bersamaku."
Tentu saja aku mengangguk cepat. Ini sungguh hari yang menyenangkan, mendapat tempat yang banyak bunga, dan bertemu lebah baik hati seperti Merri. Aku harap setiap aku bekerja selalu seperti ini.
Aku dan Merri mengobrol selama terbang. Jika ada bunga yang menarik, kita saling menunggu hingga selesai mengambil nektar, setelah itu kembali terbang mencari bunga yang lain.
Terbang bersama Merri sungguh menyenangkan, sampai-sampai aku tak menyadari jika kantung tempat nektar di perutku sudah penuh.
"Maaf, Merri. Aku harus kembali ke sarang, sudah banyak nektar yang aku kumpulkan."
"Yaah, dari sini aku harus mencari nektar sendiri. Baiklah kalau begitu, hati-hati. Aku harap bisa mencari nektar denganmu lagi."
"Aku juga berharap sama sepertimu." Aku tersenyum sebelum Marri terbang menjauh dariku.
"Bily, mau pulang bersama?" Ternyata Vivi, aku pun mengangguk kemudian terbang bersamanya.
Aku cukup dekat dengan Vivi, dia menetas setelahku, kami juga menetas berdampingan. Vivi adalah lebah pertama yang kulihat, jadi tentu saja aku mudah dekat dengannya. Sedangkan Bibsy, dia sahabat sekaligus saudara yang paling dengar denganku.
"Kau tidak ingin masuk?" tanya Vivi ketika kami sampai di sarang.
"Aku mau menunggu Bibsy. Sepertinya dia belum datang."
"Baiklah. Aku masuk duluan." Vivi masuk ke sarang meninggalkan aku yang bertengger di dahan.
Banyak lebah yang datang dan menanyaiku kenapa tidak masuk ke dalam. Tentu saja jawabanku sama, menunggu Bibsy.
"Kau lama sekali, sih," omelku saat Bibsy baru saja datang.
"Maaf. Ayo masuk, terima kasih sudah menungguku."
Karena ucapan terima kasih dari Bibsy, rasa kesalku mereda. Dia memang teman yang paling bisa menghadapi sikapku.
Aku dan Bibsy masuk ke dalam sarang. Di sana, banyak lebah pekerja yang menempatkan nektar yang telah mereka olah ke wadahnya. Aku pun mengeluarkan nektar dari perutku melalui mulut dan menyerahkannya pada lebah pekerja.
Mereka memasukkan nektar itu ke perut, dan setelahnya akan dikeluarkan kembali sebagai cairan kental yang disebut madu.
"Bily, ayo kita cari bunga lagi. Kali ini bersama saja, di sekitar sarang."
Tawaran Bibsy cukup menarik, aku juga lelah terbang jauh ke padang rumput.Sepertinya di sekitar sini bersama Bibsysudah cukup menyenangkan.
Aku dan Bibsy pun keluar. Namun, baru satu meter kami terbang, kericuhan terjadi di sarang. Aku dan Bibsy berhenti dan melihat ke belakang.
Sarang kami goyang, semua lebah yang ada di dalam langsung berhamburan keluar. Aku sama paniknya dengan mereka, langsung saja aku terbang mendekat ke sarang untuk melihat keadaan. Bahkan teriakan Bibsy untuk menunggunya tidak kuturuti.
Aku ingin bertanya pada lebah yang lain, tapi mereka masih terbang panik mengelilingi sarang. Tiba-tiba sebuah batu menghantam kembali sarang. Sontak aku melihat ke arah batu itu berasal.
Ternyata manusia. Kenapa mereka mengganggu kami lagi?
Mungkin karena serangan batu kedua, lebah lain langsung memandang manusia itu sepertiku. Mereka ada tiga orang, salah satunya duduk mencari batu dan yang lain berteriak entah berbicara apa.
Sekali lagi batu menghantam sarang kami. Mereka tertawa, aku sudah sangat kesal, tapi Bibsy mengingatkanku agar jangan terlalu emosi.
Kali ini, hantaman batu berhasil membuat sarang kami jatuh. Amarahku tak tertahankan, setiap hari kami mengumpulkan nektar, mereka malah menjatuhkannya dan membuang cadangan makanan kami.
Mungkin lebah lain berpikiran yang sama denganku. Mereka langsung mengejar para manusia itu. Tanpa bisa aku kontrol, aku ikut terbang mengejar manusia itu bersama lebah yang lain. Padahal Bibsysudah menahanku dan melarangku pergi, tapi amarahku lebih besar hingga Bibsy saja tidak bisa menghentikannya.
Manusia itu terus berlari ketakutan. Aneh, mereka takut tapi kenapa tetap mengusik?
Aku terbang semakin dekat dengan mereka, terus mendekat hingga berjarak tiga puluh centimeter. Terbangku semakin cepat, nafsu ingin menyengatnya semakin besar. Rasa kesal ini membuatku tak ingin melepas mereka.
Sedikit lagi, aku akan bisa menyentuh lehernya. Lima detik kemudian aku berhasil menyengatnya kemudian terbang menjauh. Rasanya lega bisa memberi pelajaran pada manusia pengusul itu.
Namun, seketika aku menjadi lemah hingga terjatuh dan tak kuat untuk terbang. Saat itu aku ingat apa yang dikatakan Bibsy beberapa minggu yang lalu. Katanya, ketika kita menyengat manusia, saat itu pula kita memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Ternyata,hari yang menyenangkan ini harus berakhir. Harapan bertemu dengan Merri dankembali ke padang rumput menjadi impian semata. Selamat tinggal dunia manisyang kucinta.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top