Part 2

Seperti biasanya, Clara memasukkan beberapa buku tulis, pulpen dan tidak lupa dengan MD yang sudah diisi lagu kesukaannya. Ia membiarkan matanya melihat keseluruh ruangan dan menghela nafas, lalu mengambil sepasang sepatu balet-nya. Dan keluar dari kamarnya.

Saat menuruni tangga, Clara menjinjing tas-nya dan menggenggamnya dengan erat. "Selamat pagi" ucapnya ketika sampai pada undakan anak tangga terakhir yang menghubungkannya secara langsung ke ruang makan yang bersebelahan dengan ruang tamu.

Ayahnya, Theo Houston tersenyum kearahnya dan melipat korannya. "Kemarilah, Cla. Kita makan bersama"

Clara hanya tersenyum dan duduk disebelah ayahnya, berusaha mengabaikan ucapan dingin ibunya, "Memangnya mau sampai kapan kamu memperhatikan penampilanmu, Cla? Kamu terlihat memalukan dalam pakaian itu"

"Aku tahu Mom"jawab Clara pelan dan berterima kasih kepada salah satu pelayan rumahnya, Richard. "Terima kasih Richard"

Richard mengangguk sopan dengan sebelah tangan membawa kain kecil berwarna putih dan tangan yang lain menuangkan lemonade hangat kedalam gelasnya. Ia tidak ingin mendengar ucapan ibunya. Ini menjadi rutinitas yang biasa, ia turun untuk sarapan dan membuat ibunya bersikap sinis kepadanya. Lalu kakak atau ayahnya akan menengahi mereka dan berakhir dengan dirinya yang segera pamit untuk pergi ketempat latihannya.

Dan itu akan terjadi—"Sudah, Mom.Biarkan Clara makan dengan tenang" tegur Claire yang sekarang tengah menggigit bacon garingnya dan beberapa sosis lainnya. "Karena Mom selalu bersikap seperti itu, makanya Clara tidak memiliki selera makan, bahkan aku juga"

"Kalau kamu tidak memiliki selera makan, kamu tidak akan mengganti piringmu dengan yang baru, Claire. Dan kamu juga tidak akan menambah isi makananmu, Sayang" ucap Sophie, ibunya dengan sinis.

Claire meringis dan menjilat bibirnya sesekali. Ia menatap Clara yang kini tersenyum seakan menenangkan saudara kembarnya.

Rutinitas yang biasa, yang selalu dilakukan Clara setiap harinya. Ibunya yang selalu sinis kepadanya, ayahnya yang tenang dan kakaknya yang selalu membelanya. Clara tidak tahu mengapa dan apa alasan yang membuat ibunya bersikap sinis kepadanya.

Tapi ia tidak ingin tahu lagi. Yah, setelah kalian menjalani rutinitas ini selama 25 tahun, kalian akan mulai terbiasa dan tidak akan lagi memiliki perasaan seperti ingin tahu alasan dibalik ini semua. "Cla, kamu mau pergi ketempat biasa?" Claire mengelap mulutnya dan mulai bangkit berdiri.

Ia tersenyum dan mengangguk, "Aku ingin latihan sebelum berangkat kerja"

"Kalau begitu, aku ikut denganmu ya. Tolong turunkan aku didekat tempat kerjaku"

Setelah Clara menyetujuinya, Claire bangkit dan mengecup ayah ibu lalu tersenyum lebar. Sedangkan Clara hanya berpamitan sopan dan mengikuti langkah Claire yang kini sudah berdiri didepan gerbang. "Richard, tolong bantu aku membuka pintu"

Richard mengangguk dan menekan tombol agar gerbang terbuka, sedangkan Clara memasuki mobilnya dan duduk dibalik mesin kemudi."Kamu mau turun dimana, Claire?"

"Ditempat biasa, aku ingin bertemu dengan Dr. Luke"

"Apa kamu akan memeriksakan kandunganmu lagi? Memangnya ada masalah?" Tanya Clara khawatir, karena ini sudah ketiga kalinya saudara kembarnya itu memeriksakan diri dalam 2 minggu terakhir.

Claire menggeleng dan menepuk tanganku menenangkan,"Aku akan baik-baik saja, Cla. Aku berharap semuanya baik-baik saja"

"Kamu tidak meminta Dave untuk menemanimu, Claire?" Tanya Clara dan ia menatap Claire dan sudut matanya, "..Kamu belum mengatakannya kepada Dave?"

Claire tidak menjawab, "Aku tidak mengatakannya karena belum saatnya dia mengetahui semua ini, Cla. Lagipula, kamu tidak ingin menyelesaikan masalah kalian?"

Kali ini Clara yang terdiam, kedua tangannya menggenggam mesin kemudi kuat-kuat. Ia tidak ingin mengatakan apapun tapi Clara juga tahu kalau ia tidak mengatakannya kepada Claire, semuanya akan berubah menjadi lebih rumit. Ia kenal saudara kembarnya. "Masalah kami telah berakhir, Claire"

"Berakhir? Kamu memutuskannya?"

"Tidak.."

"Jadi?" Tanya Claire dengan tidak sabaran. Kini tubuh gadis itu miring 30 derajat hanya untuk mendengar apa yang akan dikatakan Clara.

Clara tersenyum kecil, menghentikan mobilnya tepat didepan rumah sakit kandungan dan ia menatap saudara kembarnya, "Aku tidak merasa telah memutuskan hubungan kami, Claire. Karena sedari awal kami tidak memiliki hubungan apapun. Lagipula kamu sudah bertunangan dengannya dua hari yang lalu, aneh kalau kamu menyuruh aku untuk menyelesaikan urusan kami"

"Cla, kamu salah paham dengan semua ini.."

"Aku tidak salah, Claire"

Gadis itu menghela nafas, mengacak rambutnya dengan frustasi, "Cla, Please. Kamu mencintai dia dan kamu melepaskan dia begitu saja? Kamu mau menjadi pengecut?"

"Aku bukan pengecut, Claire. Please, bisakah kita hentikan pembicaraan ini sampai disini? Karena aku lelah dengan semua masalah ini. Aku, kamu dan Dave hanya akan menemui jalan buntu dalam menyelesaikan masalah ini. Jadi, hentikan semuanya, okay?"

Claire mau memprotes atau melakukan hal yang membuat saudara kembarnya sadar akan hal bodoh yang sudah dilakukannya namun mendadak ponselnya berdering dan ia terpaksa mengangkatnya walaupun itu berasal dari ID Caller yang tidak dikenalnya. "Kalau begitu aku akan turun disini. Terima kasih sudah mengantarku, Cla. Sampai nanti"

Lalu saudara-nya turun dari mobil dan masuk kedalam gerbang rumah sakit sambil menempelkan ponsel-nya ditelinga.

Untuk sesaat yang dilakukan Clara hanya-lah terdiam. Ia tidak ingin membahas semua ini. Semua sudah selesai. Pria itu dari awal tidak pernah mencintainya, jadi untuk apa ia berpikir kalau semua akan kembali normal? Lagipula mereka berdua telah bertunangan dan anehnya Claire masih berusaha menyuruhnya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi diantara mereka

Tidak ada masalah yang harus diselesaikan. Karena tidak pernah ada hubungan diantara kami, Claire

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top