26. Kecelakaan
Jihan menyiapkan keperluan Virdiano seperti biasa. Setelah memilihkan pakaian untuk Virdiano dan meletakkan di atas ranjang, Jihan bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Jiham merasakan tubuhnya lebih enak pagi ini, mual yang dirasakannya tidak seperti kemarin. Virdiano kembali memaksa akan mengantar ke dokter, tapi Jihan berdalih bahwa Ayumi bisa kecewa karena terlanjur membuat janji.
Virdiano mengecup kening Jihan lama, dan melepasnya. Entah kenapa, pagi ini Virdiano seakan tidak rela berpisah dengan Jihan. Kalau tidak ingat banyaknya pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini, ingin rasanya di rumah saja.
Jihan mencium punggung tangan Virdiano sebelum suaminya berangkat kerja. Melambaikan tangan sampai mobil Virdiano tidak terlihat lagi.
Jihan bergegas masuk ke dalam untuk bersiap-siap. Ayumi dan Jihan bermaksud mendatangi dokter kandungan perempuan pagi ini, Ayumi sudah membuat janji terlebih dahulu untuk mendapatkan nomor antrian.
****
Jihan dan Ayumi berada di ruang tunggu RSIA Ananda. Jihan mendapat nomor urut lima pasien dari dokter Dyah.
"Pasien Ibu Jihan Maharani Anugerah," teriak seorang perawat yang memakai seragam biru muda dan memegang bwekas di tangan kirinya.
Seorang dokter perempuan berusia empat puluh tersenyum ramah. Dokter berkacamata ini menyuruh Jihan berbaring di ranjang pasien.
Seorang perawat membantunya untuk mengangkat bajunya di atas perut dan menutup bagian bawah tubuhnya dengan selimut.
Dokter Dyah mengoleskan gel di atas perutnya dan melakukan Ultrasonografi dengan alat bernama tansducer. Dokter Dyah mengamati monitor yang di gantung, kemudian menoleh pada Jihan seraya tersenyum.
"Selamat, ya, usia kandungan ibu tiga minggu." Dokter Dyah menunjukkan titik Hitam yang terlihat di monitor itu adalah janin yang berusia tiga minggu.
"Alhamdulillah," seru Jihan dan Ayumi bersamaan. Sudut mata Jihan berkaca saat Ayumi yang berada di samping Jihan meremas tangannya karena bahagia.
Setelah menyerahkan hasil cetak USG dan meresepkan vitamin dan obat anti mual untuk ibu hamil, dokter Dyah berpesan untuk kontrol bulan depan.
Jihan kemudian menebus resep yang diberikan dokter Dyah di apotek RSIA Ananda, yang terletak di bagian depan rumah sakit.
****
Jihan hendak membeli serabi Notosuman. Ketika kendaraan yang ditumpangi melewati jalan Bhayangkara, tiba-tiba Jihan ingin makan serabi khas Solo tersebut. Jihan menyuruh sopir untuk berhenti sejenak, dia keluar dari kendaraan dan bermaksud menyeberang.
Tiba-tiba dari arah belakang ada sebuah sepeda motor yang berlari kencang, Jihan yang terkejut tidak sempat menghindar. Dia samar-samar mendengar suara Ayumi yang berteriak memanggil namanya sebelum merasakan sekelilingnya gelap.
****
Jihan langsung dilarikan ke rumah sakit PKU Muhammadiyah yang terletak tidak jauh dari tempat kejadian.
Ayumi menangis tersedu meratapi Jihan yang berada di ruang operasi, berkali-kali merutuk dan menyalahkan diri sendiri. Heru memeluk istrinya mencoba menenangkan dan menyalurkan ketenangan.
Virdiano yang berdiri di luar ruang operasi, menatap dengan cemas ke arah pintu. Virdiano juga menyalahkan dirinya sendiri, seandainya saja pagi tadi dia berkeras mengantar Jihan.
Ayumi langsung memberi kabar pada Heru dan Virdiano bahwa Jihan mengalami kecelakaan tabrak lari. Beruntung sopir mobil yang mereka tumpangi melihat dengan jelas sosok yang menabrak Jihan, bahkan mengingat nomor plat sepeda motor yang dipakai.
Virdiano sudah melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib, yang berjanji akan segera mengusut pelakunya.
Begitu ruang operasi terbuka, tampak seorang dokter keluar menuju keluarga pasien. Dokter yang memakai tag nama Ajun Wijaya, menjelaskan bahwa operasi berjalan baik. Gumpalan darah pada otak bisa dikeluarkan. Pasien sekarang berada dalam kondisi tidak sadar tapi cukup stabil. Dokter Ajun juga memberi tahu bahwa sungguh keajaiban yang terjadi bahwa janin dalam kandungan Jihan baik-baik saja mengingat benturan yang terjadi cukup keras.
Tak lama, dua orang perawat mendorong brankar keluar dari ruang operasi. Tampak Jihan tidak sadar dengan luka di sekujur tubuh, kepalanya terbalut perban.
Virdiano langsung berlari menghampiri Jihan dan menggenggam tangan Jihan yang terkulai. Berjalan di samping brankar mengikuti perawat yang hendak memindahkan Jihan di ruang perawatan.
****
Virdiano memandangi tubuh istrinya yang selama satu minggu terbaring tidak sadarkan diri. Sudut matanya terasa panas, tanpa sadar pipinya menjadi basah. Virdiano tidak tega melihat berbagai macam selang dan peralatan yang menempel di tubuh Jihan.
Virdiano tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya, jika sampai kehilangan Jihan. Di sudut hatinya, dia bersyukur bahwa dia akan menjadi seorang ayah. Dia berharap Jihan segera sadar kembali.
Selama satu minggu, Virdiano tidak pernah meninggalkan Jihan sedikit pun. Ayumi dan Heru yang berkali-kali menyuruh Virdiano untuk pulang dan beristirahat sebentar, tetapi ditolak dengan tegas. Virdiano bersikeras bahwa dia ingin menjadi orang pertama yang dilihat Jihan ketika bangun.
Tampak lingkaran hitam yang cukup jelas, menandakan Virdiano nyaris tanpa istirahat. Ruang VVIP yang ditempati Jihan sudah berubah fungsi menjadi tempat tinggal bagi Virdiano. Sofa yang terletak di sudut sudah berubah menjadi ruang kerja Virdiano. Andre setiap hari datang dan membawa berkas-berkas untuk ditandatangani Vidiano. Best sementara waktu diserahkan pada Mbak Yana untuk mengelola.
Pelaku tabrak lari sudah terungkap, dia adalah Tya yang dendam pada Jihan karena cemburu dan sakit hati. Tya mengaku bahwa dia diperalat oleh Meilina. Virdiano sudah menghubungi pengacaranya untuk menuntut dua orang wanita licik itu agar mendapatkan hukuman setimpal.
"Fa bi ayyi 'alaa 'i rabbikumaa tukadzdzibaan ...." Virdiano sedang melantunkan surat Ar-Rahman sambil menggenggam tangan Jihan. Ketika tiba-tiba, dia merasakan pergerakan di ujung jari Jihan.
Virdiano segera meletakkan Al Quran di atas nakas dan memencet bel berulangkali. Dia terus menggenggam tangan Jihan seraya berdoa meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Tak lama, dokter ditemani seorang perawat memeriksa kondisi Jihan. Suara rintihan pelan terdengar dari mulut Jihan. Ujung-ujung jari tangan Jihan bergerak perlahan.
"Allaaah ... Allaaah ...." lirih Jihan menyebut asma-Nya seiring dengan kesadaran. Perlahan-lahan kedua matanya mengerjap dan terbuka.
Samar-samar Jihan melihat cahaya dan ruangan serba putih di sekelilingnya. Sampai kesadarannya pulih, pandangan Jihan bertemu dengan Virdiano yang tersenyum dengan pipi yang basah kepadanya. Jihan tidak ingat apa yang terjadi padanya.
"Sakiiit ... sakiiit Mas. Kepalaku ...," rintih Jihan. Virdiano segera mundur memberikan tempat untuk dokter guna memeriksa kondisi Jihan.
Ayumi dan Heru yang baru datang, langsung menghambur masuk. Keduanya terkejut melihat Jihan ternyata sudah sadar. Ayumi memegang lengan Heru, berharap cemas menunggu dokter yang memeriksa Jihan.
"Tidak usah khawatir, hal ini normal teejadi pada pasien yang mengalami pendarahan otak. Mohon keluarga pasien bisa membuat pasien nyaman dan rileks, serta tidak menambah beban pikirannya."
Virdiano mengangguk dan mengucapkan terimakasih atas bantuan dokter jaga yang memeriksa Jihan.
Virdiano mendekat ke arah Jihan, menggenggam erat tangan kirinya. Tak henti mengucap syukur bahwa istrinya kembali sadar. Sedangkan Ayumi dan Heru juga menggenggam erat tangan kanan Jihan bersamaan, mereka menangis bahagia bisa melihat kembali putri mereka.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top