2. Insiden Yang Manis

Happy reading

♥️♥️♥️

Pertama kali Arman bertemu dengan Jihan Majarani Anugerah yang saat itu masih pegawai baru. Arman bermaksud menyeduh kopi di pantry, tiba-tiba matanya terpaku pada sosok wanita berjilbab yang tertawa lepas bersama Mbak Nita, salah satu staf keuangan.  Senyum dari wanita berlesung pipit itu langsung menghantuinya selama berhari-hari.

Berdasar penyelidikan Arman selama seminggu, dia tahu bahwa kebiasaan Jihan sebelum bekerja adalah menyeduh  wedang uwuh di pantry. Pernah suatu hari Arman sengaja datang ke pantry pagi-pagi. Padahal biasanya cukup minta tolong Yanto—office boy—di kantor untuk mengantar kopinya.

Arman sengaja ingin meyeduh kopinya sendiri dengan maksud ingin berkenalan dan meminta nomor telepon Jihan secara langsung. Walaupun, bisa saja dia tinggal mencari tahu lewat HRD. Jihan yang sedang fokus mengaduk wedang uwuh tidak memperhatikan kedatangan Arman.
Arman sengaja berdehem agak keras bermaksud mencari perhatian.  Spontan  Jihan terpekik, gelas berisi wedang uwuh yang masih panas tumpah. Membasahi hijab dan gamis Jihan, yang langsung berwarna merah.

Arman yang refleks bermaksud menolongnya dengan mengambil tisu untuk membantu membersihkan, malah menbuat Jihan ketakutan dan langsung berlari menuju toilet.
Melihat Jihan yang sampai siang masih mengenakan pakaian dengan noda berwarna merah membuat Arman merasa sangat bersalah. Arman langsung menyuruh sekretarisnya untuk membelikan satu set gamis.

Jihan menolak ketika Arman memberikan satu set gamis, tetapi Arman bersikeras memaksa Jihan untuk menerima. Bahkan, Arman berhasil membujuk Jihan untuk memakai gamis pemberiannya.
Sungguh, insiden yang manis untuk sebuah perkenalan.

🍀🍀🍀

Sekitar tiga bulan yang lalu, pada suatu senja di salah satu sudut kedai kopi di utara Jogja. Tampak Arman dan Jihan duduk berhadapan  sambil menikmati menu andalan di kedai tersebut. Awalnya, Jihan menolak karena tidak ingin pergi berduaan saja, tapi Arman bersikeras memaksa yang akhirnya Jihan mengabulkannya.

"Jihan, maaf abang memaksamu pergi hari ini. Ada hal yang ingin kusampaikan sejak lama," tutur Arman sambil memandang wanita di hadapannya yang mengenakan gamis tosca dan hijab berwarna putih tulang. Arman sengaja meminta Jihan memanggilnya abang karena usianya yang terpaut empat tahun diatasnya.
0
"Iya, Bang, nggak papa. Apa yang ingin abang sampaikan?" Jihan tersenyum datar karena dia belum pernah pergi berduaan dengan lelaki selain ayahnya. Beberapa kali Jihan berusaha memperbaiki posisi duduknya dan sesekali melirik ke arah pergelangan tangan kirinya.

Arman terdiam sejenak, memindai wanita di hadapannya yang tampak kikuk. Sungguh terlihat menggemaskan. Wanita yang berhasil mencuri hatinya yang membuatnya melupakan luka masa lalunya.

"Maukah Jihan membuka hati untuk abang? Abang merasa Jihan adalah wanita yang spesial." Arman berkata sambil menatap lekat manik nJihan.

"Mak-maksud Abang?"  Jihan mengerjap bingung, dia yang tengah meneguk capuccinonya pun terhenti dan tampak salah tingkah.

"Iya, membuka hati untuk abang agar kita saling mengenal lebih dekat."

"Maaf, Bang, Jihan gak bisa. Terimakasih atas perasaan Bang Arman sama Jihan, tapi maaf Jihan tidak mau ada ikatan selain halal," tutur Jihan dengan lembut.

Arman yang mendapat penolakan malah bertambah kagum melihat wanita di hadapannya, padahal selama ini dia banyak dikejar-kejar wanita. Diam-diam Arman bertekad untuk berjuang mendapatkan wanita berlesung pipit ini.

Tiga bulan semenjak kejadian itu meningkatkan intensitas hubungan Jihan dan Arman. Lingkup kerja yang sama membuat mereka saling mengenal satu dengan yang lain.

Arman kerap menghubungi Jihan dan mengirimkan pesan. Berkali-kali menawarkan untuk mengantar pulang yang selalu berakhir penolakan. Sampai akhirnya perhatian Arman membuat Jihan perlahan membuka hati untuk pria itu.

🍀🍀🍀

Hari libur dimanfaatkan Arman dan Jihan membuat janji dengan wedding organizer ternama di kota Jogja, atas referensi teman Arman yang sudah pernah menggunakan jasa mereka. Arman pun sudah membuat janji temu dua hari sebelumnya.

Mobil hitam meluncur menuju arah barat Jogja, sampailah mereka di jalan Godean. Arman pun menepikan mobilnya di depan bangunan berwarna kuning gading dengan plang nama Best Wedding Organizer.

Begitu membuka pintu mobil netra Jihan terpana melihat arsitektur dan penataan tamannya.Sebenarnya kantor Best Wedding Organizer adalah sebuah rumah tinggal yang dimodifikasi jadi kantor, bangunan yang kental sekali dengan arsitektur jawa dengan pintu utama gebyok ukiran jawa. Dengan halaman yang luas untuk lahan parkir,tanaman hias dan kolam ikan yang dibuat cukup artistik. Bagi Jihan ini menandakan bahwa pemilik Best Wedding Organizer adalah seseorang yang mempunyai cita rasa tinggi.

Begitu memasuki ruangan, Arman dan Jihan disambut wanita cantik dengan rambut sebahu yang mempersilahkan kami menunggu di ruang tamu yang terdapat satu set kursi kayu antik dengan meja bulat di tengahnya. Tak menunggu lama, datanglah seorang pria berkacamata berambut ikal dicepol ala man bun. Pria tersebut mengulurkan tangannya dan disambut oleh Arman. Sedang Jihan menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai salam.
Virdiano, pria tersebut mengenalkan dirinya yang diketahui ternyata sebagai pemilik Best Wedding Organizer. Arman pun menjelaskan konsep pernikahan yang diinginkannya. Jihan berusaha menyimak pembicaraan di hadapannya, tapi otaknya sibuk berfikir sejak tadi tentang sosok lelaki berkacamata yang tampak familiar.

Virdiano mengakomodasi semua keinginan Arman dan Jihan dengan telaten dan sabar, sambil memberi masukan kepada keduanya. Akhirnya disepakati konsep pernikahan outdoor dimana tamu undangan lebih santai karena Arman dan Jihan ingin mereka bisa berbaur dengan nyaman.

Beberapa kali tatapan Jihan dan Virdi bertemu, segera Jihan menundukkan pandangannya dengan kikuk. Entah kenapa dadanya bergemuruh tanpa disadari oleh tatapan tajam pria bermata elang itu, yang segera mengucapkan istighfar dalam hatinya.
Hampir dua jam, Arman dan Jihan menghabiskan waktu di kantor Virdiano. Akhirnya disepakati konsep pernikahan outdoor sesuai yang diinginkan Arman dan Jihan, dan ditunjuk mbak Yana yang bertugas mengurusi pernikahan mereka. Tidak lupa mereka membuat janji temu untuk pertemuan berikutnya.

"Oke, Mas Virdi, pertemuan berikutnya mungkin bisa jadi saya berhalangan karena kesibukan pekerjaan. Saya menyerahkan sepenuhnya pada Jihan untuk mengurus pernikahan kami." tutur Arman kepada Virdiano.

"Siap, Mas Arman. Sampean ndak usah khawatir. Insya Allah semua berjalan lancar," tukas Virdiano dengan logat jawanya yang khas.

"Aamiin." serempak Jihan dan Arman menjawab.

Hari sudah menjelang sore ketika Arman dan Jihan meninggalkan kantor Best Wedding Organizer. Arman fokus dengan jalanan di hadapannya, tiba-tiba dikejutkan suara berkeriuk di sampingnya. Sontak Arman menoleh, melihat Jihan yang meringis malu, mereka pun spontan tertawa bersama.
Dan kini mereka duduk berhadapan, di lesehan ayam panggang di jalan Palagan. Arman yang pecinta pedas menikmati ayam panggang yang disiram dengan racikan sambal pedasnya mantab di lidah khas di warung ini. Sedangkan Jihan lebih memilih ayam panggang manis yang disiram dengan bumbu areh yang guris dan manis.

" Jihan, apa kamu keberatan jika kita sudah menikah untuk tidak bekerja di luar rumah. Maaf, maksud abang bukan untuk membatasi tapi- " Arman mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pendapatnya.

" Gak papa Bang, memang Jihan berniat resign kok. Mungkin nanti jika Abang mengijinkan Jihan akan bekerja di rumah saja, tapi Jihan belum memikirkan. Fokus ke pernikahan dulu aja."

" Syukurlah, Abang beruntung memilih kamu." Arman mencuci tangannya di mangkuk kecil yang disediakan, kemudian meminum es jeruk di depannya.

" Itu—," Arman mengulurkan tisu dan membersihkan noda di wajah Jihan. Pipi Jihan memerah menahan malu, membuat Arman terkekeh.

" Cantik."

"Hahh."

" Kamu cantik."

" Abang, ihh." Tanpa sadar jihan melempar gumpalan tisu yang tadi diberikan Arman untuk membersihkan wajahnya. Pipinya yang memerah semakin merona terkena gombalan Arman. " Ehh, maaf abang." Jihan tersenyum kikuk, malu dengan perbuatannya.
Arman pun terbahak tak dapat menahan ketawanya.

🍀🍀🍀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top