18. Mengenal Lebih Dekat

♥️♥️♥️

Jihan berjalan tertatih menuju kamar mandi, dia berhenti sejenak merasakan inti tubuhnya yang terasa nyeri. Ketika hendak melangkah kembali, dia dikejutkan oleh suara serak khas orang bangun tidur di belakangnya.

"Apa perlu kugendong?"

Jihan menggeleng cepat dan memaksakan dirinya berjalan lebih cepat segera menuju kamar mandi. Terdengar suara kekehan pelan dari balik pintu.

Jihan berusaha berjalan senormal mungkin menuju dapur, dia bermaksud untuk membuat sarapan. Ternyata Ayumi sudah lebih dulu berada di dapur, sibuk dengan berbagai macam bahan makanan dan sayuran di hadapannya.

Jihan mendekati Ayumi dengan perasaan bersalah. "Bunda, maaf, seharusnya Jihan bangun lebih pagi."

"Sudah sana biar bunda aja yang masak. Sebaiknya kamu urusin aja keperluan suamimu." Ayumi melambaikan tangan menyuruh Jihan pergi. Akhirnya Jihan mengalah dan bergerak menuju kamar.

Dilihatnya Virdiano sudah tampak segar, rambutnya yang basah dibiarkan tergerai. Jihan memandang tak berkedip pria berkacamata yang tampak tampan dalam balutan celana jins dipadu t-shirt berwarna hitam, dia tersipu malu ketika tatapan keduanya bertemu.

"Ehm, Mas Virdi butuh sesuatu?" tanya Jihan dengan canggung. Alih-alih menjawab Virdiano menggandeng Jihan dan mendudukkan di atas ranjang.
Virdiano menangkup wajah Jihan dan menatap lekat di maniknya.  "Kita sudah suami istri yang sah, jangan bersikap canggung seperti ini. Apalagi semalam ...." Virdiano menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jahil, yang langsung dihadiahi cubitan kecil di lengannya.

"Sudah, ah, ayo kita keluar. Nggak enak sama Ayah dan Bunda," ujar Jihan sambil menggamit lengan Virdiano. Virdiano menyambut uluran tangan Jihan dengan jari yang saling bertaut keluar dari kamar.

Heru dan Ayumi yang duduk di meja makan, tersenyum cerah melihat Jihan dan Virdiano yang tampak mesra. Virdiano menarik dua buah kursi untuk Jihan dan untuk dirinya sendiri, mengenyakkan pantat di kursi berhadapan dengan Heru dan Ayumi.

"Ayo makan, Bunda masak spesial untuk kalian berdua." Ayumi mengendikkan dagu memberi kode Jihan untuk mengambilkan makanan untuk Virdiano. 

Di atas meja tersaji urap-urap dan ayam kremes lengkap dengan kerupuk. Mereka berempat menikmati masakan Ayumi dengan lahap diselingi canda tawa. Heru sangat pandai membawa suasana dengan selera humornya.

"Oiya, habis ini bunda sama ayah pamit pulang." Ayumi melirik Heru sembari mengulum senyum.

"Bundaaa! Jihan masih kangen!" rengek Jihan menatap Ayumi penuh harap.

"Ish, pengantin baru harus lebih banyak menghabiskan waktu berdua biar mengenal lebih dekat. Betul 'kan Yah?" Ayumi menatap Heru meminta pendapat, yang langsung dihadiahi anggukan sebagai jawaban.

"Ayah sama Bunda mau kencan habis ini," ujar Heru sembari mengerling pada Ayumi. Jihan dan Virdiano saling pandang dan saling melempar senyum melihat sikap Ayumi dan Heru yang masih mesra meski usia pernikahan mereka sudah puluhan tahun.

Jihan dan Virdiano mengantarkan kepulangan Heru dan Ayumi sampai pagar. Setelah mobil Heru hilang dari pandangan, mereka memutuskan masuk ke dalam rumah.

🍀🍀🍀

Virdiano dan Jihan memutuskan nonton film di ruang tengah, mereka berdua duduk agak berjauhan di sofa putih. Virdiano beberapa kali melirik ke arah Jihan yang tampak serius menatap adegan yang sedang berlangsung. Virdiano menggeser duduknya perlahan sampai tepat di samping istrinya.

Berpura-pura menguap, Virdiano merebahkan kepalanya di bahu Jihan. Jihan melirik sekilas dan membiarkan Virdiano pada posisinya.

"Jihan ...."

"Iya Mas." Jihan berusaha fokus menatap layar 32 inci di hadapannya, padahal seluruh adegan yang dia lihat sama sekali tidak terekam di otaknya. Ada bagian tubuhnya yang tidak selaras dengan perintah otak.

"Apa kamu mengingat masa kecil kita?" tanya Virdiano, yang entah kapan sudah tertidur di pangkuan Jihan. 

Jihan menerawang berusaha mengingat masa kecilnya, "Samar-samar Mas. Jihan ingat, sering diajak Ayah ke rumah kakak ganteng. Terakhir, Jihan berkali-kali merengek, tapi Ayah tidak mengabulkan. Katanya kalian sudah pindah. Jihan sedih sekali, sampai sakit demam. Kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi Mas?"

Wajah Virdiano berubah sendu, mengingat kejadian berpuluh tahun lalu yang merupakan awal petaka keluarganya. "Bapak memboyong aku dan Ibu ke Jakarta karena mendapat pekerjaan baru di Jakarta. Rumah lama kami dijual. Karirnya meningkat cepat, ternyata terjadi skandal dengan anak perempuan tempat Bapak bekerja. Akhirnya mereka menikah dan Ibu memilih pergi mengasingkan diri ke Semarang. Semenjak itu Ibu sakit-sakitan, setahun sebelum meninggal beliau minta pulang ke Jogja. Mungkin firasat waktu itu."

Jihan merasakan dadanya sesak mendengar cerita Virdiano, tangannya  meremas tangan Virdiano seakan mencoba menyalurkan kekuatan untuk suaminya.

"Bertahun-tahun aku hidup dalam dendam pada Bapak. Di akhir hidupnya Bapak mencari Ibu untuk minta maaf, tapi nasib berkata lain. Beliau meninggal duluan sebelum sempat bertemu Ibu." Virdiano mengurai kepahitan hidupnya di mas lalu, beban yang selama ini tersimpan seakan tersangkat hanya dengan menceritakan pada seseorang.

Sudut mata Jihan memanas, merasakan berbagai kepedihan yang terjadi dalam hidup Virdiano.

🍀🍀🍀

Pagi ini Virdiano merasakan hatinya sangat ringan dan lapang. Setelah semalaman dia dan Jihan saling bercerita, melepaskan beban masa lalu yang selama ini dipendam sendiri dan akhirnya berubah dendam pada Prabu, bapaknya.

Virdiano juga bercerita bahwa berawal dari dendan itulah dia mendirikan Best Wedding Organizer. Virdiano bermimpi ingin menolong orang mewujudkan pernikahan impian mereka.

"Jihan, sebaiknya kamu bersiap-siap. Hari ini aku ingin mengajakmu ke kantor dan memperkenalkanmu pada seluruh karyawan," ujar Virdiano setelah menyesap kopi hitam miliknya.

Jihan yang sedang menggigit sandwich, berhenti sejenak dan menatap Virdiano. Kemudian tersenyum cerah dan mengganggukkan kepala sebagai jawaban.

Virdiano sengaja mengumpulkan seluruh karyawan Best Wedding Organizer. Senin pagi adalah agenda meeting rutin mingguan, biasanya tiap-tiap leader akan memberikan laporan untuk setiap proyek yang dikerjakan. Apabila ada proyek baru juga akan dibahas secara detil untuk konsep dan pelaksanaannya. Virdiano adalah orang yang sangat teliti sehingga kesalahan sekecil apa pun tidak luput dari penglihatannya.
Setelah meeting selesai Virdiano memanggil Jihan yang sejak tadi menunggu di ruangannya untuk bergabung ke ruang meeting.

Virdiano memperkenalkan Jihan sebagai istrinya kepada seluruh karyawan yang hadir. Kemudian memperkenalkan satu persatu leader yang ada dan beberapa karyawan lain. Bila dijumlah total seluruh karyawan Best Wedding Organizer ada lima puluh orang termasuk anak magang.

Jihan memindai satu persatu yang hadir dalam ruangan ini. Tampak beberapa Jihan sudah mengenal saat tempo hari Jihan mengurus pernikahannya dengan Arman.

Mbak Yana, salah satu leader yang dikenalnya tersenyum hangat. Ada Tantri  dan Hana bagian Customer Service juga memberi salam untuk Jihan. Tampak di ujung ruangan, Jihan melihat seorang gadis cantik berambut cokelat menatapnya dingindan angkuh. Jihan mengingat ketika Virdiano memperkenalkan tadi, gadis itu bernama Tya, salah satu leader juga seperti Mbak Yana.

Jihan merasakan beberapa orang yang tampak kasak-kusuk menatap dirinya dengan pandangan mencemooh. Tentu saja itu di dengarnya secara tidak sengaja. Setelah meeting selesai Jihan pamit ingin ke kamar kecil, tapi di ujung koridor dia mendengar beberapa orang membicarakan dirinya. Entah apa yang salah pada dirinya hingga mereka bersikap seperti itu.

Berusaha mengabaikan yang terjadi Jihan melangkah masuk menuju ruangan Virdiano.

🍀🍀🍀










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top