Dilema [Tiga]

Radit sudah meng-invite pin bbmku beberapa jam yang lalu. Dengan senyum lebar aku meng-acc dirinya.
Namun ada yang berbeda pada kontak bbm nya itu.

Namaku sudah tidak tertulis di statusnya? Mengapa? Bahkan namanya masih terpampang jelas di status bbmku.
Mungkin karena bbm baru. Pikirku untuk tetap positif thinking.

Raditya [19.35]
Malam cantik

Senyumku merekah ketika nama Radit berada di notifikasi bbmku. Yah akhirnya yang ngechat aku bukan cuma grup saja! Kini ada Radit! Akhirnya penantianku kini terbalaskan.

Dengan buru-buru aku segera mengetik balasan untuk Radit. Aku tak mau jika Radit harus menunggu balasanku terlalu lama.

Fanya [19.36]
Malam juga sayang 💜

Aku menatap ponselku menunggu balasan. Biasanya tak sampai satu menit Radit akan membalas chat dariku.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Aku kembali mengecek ponselku. Ku pikir Radit tak membalas cepat karena aku lupa belum mengirimnya seperti dulu. Setelah ku cek ternyata tidak. Pesan itu sudah terkirim dan masih di delive oleh Radit.

Empat menit

Lima menit

Karena bosan menunggu, ku buka umpan bbmku.

Raditya [19.38]
Gambar tampilan berubah

Mataku membelalak tak percaya.
Sekitar tiga menit yang lalu Radit merubah foto profilnya namun ia masih men delive chat dariku? Apakah dia sesibuk itu untuk sekedar membalas chat dariku yang notabenenya adalah pacarnya?

Lalu ku putuskan untuk mengechat Radit lagi.

Fanya [19.41]
Sayang?

Raditya [19.43]
Maaf sayang tadi aku lagi sibuk

Sibuk? Tapi kok masih sempet ganti foto profil?

Fanya [19.44]
Sibuk apa?

Raditya [19.46]
Lagi ngerjain pr matematika ini

Radit? Ngerjain pr? Tumben banget? Biasanya kan dia paling anti ngerjain pr. Apalagi pelajaran matematika. Aku paham betul jika Radit membenci pelajaran itu.

Fanya [19.47]
Tumben kamu mau ngerjain pr :v

Raditya [19.49]
Hehehe aku kan anak rajin sekarang 😌

Fanya [19.50]
Ih boong ya! 😚

Raditya [19.52]
Boong apaan coba😋
Yaudah aku tidur dulu ya sayang. Bye 😘

Aku menghela nafas kasar. Tak biasanya Radit tidur jam segini. Bahkan dulu kami pernah tidur jam tiga pagi gara-gara asik berchatting ria. Mungkin ia capek sehabis futsal tadi, pikirku.

Fanya [19.53]
Goodnight sayang 💜
Mimpi indah ya 😘

Raditya
Read

Apa? Read doang? Radit kan nggak pernah hanya membaca pesanku? Tapi ini apa?

Argh! Mungkin malam ini aku tidak akan bisa tidur memikirkan hal ini.

🍀🍀🍀

Mataku menghitam sempurna setelah bangun tidur. Ekspetasiku benar. Kemarin malam aku tak bisa tidur karena terus memikirkan Radit. Cowok itu sudah memenuhi otakku walaupun hari sudah berganti.

"Mata lo kenapa kayak panda gitu Fan?" Zelen menunjuk daerah bawah mataku yang mengantung.

"Insom gue Len," jawabku lalu mengeluarkan buku dari dalam tas.

"Ada masalah?"

Setelah meletakkan buku Bahasa Indonesia, ku tatap Zelen dengan raut sendu. Aku ingin menangis namun sekuat tenaga aku menahannya.

Zelen segera menarik tanganku keluar kelas. Ia membawaku ke taman belakang sekolah yang sepi. Mungkin pelajaran jam pertama sudah dimulai. Tapi Aku dan Zelen sudah tak perduli lagi.

"Jangan nangis Fan, gue tau lo kuat," Zelen mengusap punggungku halus.

Dan itulah kata kuncinya. Apa yang diucapkan Zelen adalah kata kunci untuk membuatku menangis. Jika seseorang menyuruhku untuk menangis, maka tak kan ada air mata yang keluar.
Tapi, jika ada yang melarangku menangis, air mata akan membanjiri pipiku. Dan Zelen tau betul tentang hal itu. Makanya ia berkata seperti itu yang secara tidak langsung menyuruhku untuk meluapkan segala emosiku melalui tangisan.

Tangisanku benar-benar pecah. Zelen memelukku erat. Kumohon Tuhan jangan kau pisahkan aku dengan sahabatku yang satu ini.

Tangisanku mulai mereda ketika aku sadar sudah membuat seragam Zelen basah.

"Udah siap cerita?"

Aku menghirup udara dalam-dalam meyuplai pasokan udara yang mulai menipis. Dadaku yang tadi sesak sudah normal seperti biasanya.

"Gimana kalo gue putus sama Radit?"

🍀🍀🍀

Karena keadaanku yang kurang sehat, Zelen mengantarku menuju UKS.
Mataku sungguh sembab disertai mata yang menghitam. Jika dikira-kita aku sudah seperti zombie sekarang.

Ku baringkan tubuhku dalam kasur UKS. Sekalian untuk tidur siang hehehe dan kami memiliki alasan untuk tidak dihukum karena membolos pada jam pelajaran pertama.

"Gue balik dulu ya Fan, jaga diri lo baik-baik" ucap Zelen lalu keluar dari UKS.

Aku mencoba memejamkan mataku berusaha untuk tidur namun hasilnya nihil. Aku terus memikirkan tentang Radit,Radit, dan Radit. Seolah-olah hanya namanya saja yang ada di otakku.

Mungkin karena efek kurang tidur dan kasur yang nyaman hehehe akhirnya aku pun bisa tertidur pulas. Untung saja hari ini UKS sepi sehingga aku bisa leluasa mendengkur kekeke

Pipiku seolah dielus oleh seseorang. Kubuka mataku dan yang pertama ku lihat adalah Gibran. Dia adalah teman sekelasku yang selalu tidur di pojok kelas. Ia juga kaget ketika mataku membuka. Sekarang pertanyaannya dua.

1. Mengapa dia ada disini?

2. Dan mengapa dia mengelus pipiku?

Jika ada yang bisa menjawab akan mendapat dua juta rupiah dibayar nunggak #plak

Gibran segera menarik tangannya dari area wajahku.

"Tadi ada tai cicak di pipi lo," ucap Gibran datar lalu ia berbaring di ranjang yang ada di sebelah ranjangku.

"What?" aku segera menuju ke wastafel dan mengelap pipiku dengan air. Bagaimana jika nanti akan tumbuh jerawat? Ah lebay!

Kulihat wajah Gibran yang terpantul di kaca jendela. Dia, seperti tertawa? Tapi menertawai apa? Apakah diriku? Pede gila!

Ah pikiranku tak sanggup untuk memikirkan hal lain selain Radit. Kubaringkan diriku ke kasur lagi dan berharap Radit akan menjengukku.

Gibran bersenandung ria dan itu membuatku terganggu. Sangat terganggu!

"Kenapa sih lo ke UKS? Lo kan nggak sakit!" usirku secara tidak langsung.

"Lah elo kan juga nggak sakit. Kenapa ke UKS?" tanyanya balik.

Aku menggeram kesal. "Gue sakit kok!" ucapku lantang.

Gibran menatapku dengan tatapan meremehakan. "Sakit hati aja bangga"

Mataku membelalak. Bagaimana ia bisa tau?

"Ma-maksud lo?" Aku pura-pura tidak tau. Mana mungkin cowok yang selalu tidur bisa mengerti sesuatu? Bukankah yang ia pikirkan hanya tidur saja?

"Nggak usah pura-pura nggak tau. Basi!"

Lagi-lagi aku terkejut. Lalu kugeser tubuhku agak menjauh. Mungkin ia spesies langka karena mengerti jalan pikiranku.

"Gue langka kan ya" Gibran menaik turunkan alisnya jahil.

Kok bisa tau sih? Apa dia seorang cenayang? Hii kok aku jadi merinding ya

"Gue bukan cenanyang, asal lo tau. Dan masalah tubuh lo yang merinding, tuh ada yang ngeliatin lo di belakang"

What the hell!

Kenapa ia bisa tau?

Dan apa yang ia maksud ada yang ngeliatin gue dari belakang?

Apakah itu?

Ah lupakan! Ngaco nih orang.

Dasar gila!

"Gue nggak gila ya" Gibran menatapku sambil tersenyum mistis.

Aku segera menarik selimut sampai ke atas kepala menghindari cowok misterius itu.

Memang hari ini adalah bad day ever! Hah!
Balik lagi! Hokya hokyaa

Gimana sama part ini?

Give me vote and comment!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top