Bab 14
Abi tidak buta ketika matanya melihat sesosok perempuan yang mirip dengan Kalina. Memang di dunia ini konon ada tujuh kembaran kita tapi itu berlaku bagi yang terlahir kembar. Ia langsung curiga dan semakin menajamkan penglihatan apalagi si wanita malah makin menundukkan wajah seolah dagu dan lehernya menempel. Perempuan ini memakai kaos panjang dan celana panjang seperti petani. Abi menengok ke arah Samuel yang menggerakkan jali telunjuk dan hendak membuka mulut.
"Anda pemilik Jati-jati ini?"
"Iya. Saya cucu Pak Darsa dan anda?"
"Saya Harold, Salah satu Arkeolog yang menggali situs di Daerah sekitaran sini dan Ini Rissa, asisten saya."
Rissa malah semakin membenamkan topi, pinngiran topi nyaris menutupi separuh wajahnya. Sungguh pertemuan ironis. Setelah merasa tidak akan pernah melihat sama satu lain kenapa mereka harus bertatap muka di daerah persembunyian Rissa.
"Oh Rissa ya?"
Rissa yang dipanggil semakin menunduk dan memejamkan mata ketika mendengar nada suara Abi yang seolah mengejeknya. Apa pria itu tahu apa yang dilakukannya dengan Kalina.
"Dan Pak Harold."
"Orang biasanya memanngilku Profesor Harold. Bapak juga boleh, panggilan apa pun tidak masalah. Aku beberapa waktu lalu menyurati kakekmu soal penggalian di hutan Jati. Beliau belum membalas."
"Oh soal itu saya sudah membacanya juga."
Rissa merasakan langkah kaki Abi. Ia yakin pria itu sangat dekat dengan tempatnya berdiri.
"Aku kira, aku akan mendapatkan ijinnya secepat mungkin."
"Itu bisa dibicarakan. Kakek saya menyerahkan keputusan itu di tangan saya."
Abi menahan nada bicaranya senatural mungkin seolah ia tidak terkejut dengan kemunculan Rissa yang tiba-tiba padahal degup jantungnya bertalu-talu kalau tidak ada orang lain di antara mereka. Rissa akan ia seret atau ia panggul untuk pergi dari hutan ini. Beraninya perempuan ini malah menyembunyikan diri seolah Abi dapat dibodohi. Rissa kira dengan menunduk terus maka Abi akan menghilang melalui pintu ajaib.
Harold mulai paham. Si Abi memang berbicara padanya tapi mata pria ini terus fokus ke arah Rissa dan kenapa Rissa malah memegang erat jaket abunya seolah takut akan diculik.
"Lalu apa keputusanmu? Kenapa dari tadi kamu terus menatap asistenku? Itu bukan tindakan yang sopan untuk seseorang yang baru pertama bertemu."
"Oh Maaf Prof kalau aku melihat asistenmu terus. Dia mirip sekali dengan seseorang yang ku kenal."
"Pasti dia mirip dengan artis papan atas bernama Kalina kan? Ini Rissa saudara kembarnya. Apa kamu salah satu pacar atau Fans Kalina?"
Rissa seperti dijatuhi rudal. Kenapa profesornya semakin memperjelas siapa dirinya. Jika Abi tahu penipuannya dengan Kalina harusnya pria itu tidak bingung. Kemungkinan paling baik, abi tak mengenalinya sebagai wanita yang menghabiskan waktu bersamanya di Italia. Itu bagus kan. Kenapa juga Rissa mesti takut, harusnya kan dia bersikap santai.
"Bukan. Saya tunangannya."
"Wah parah. Rissa ini calon adik iparmu!"
Mau tak mau Rissa memperlihatkan wajahnya pada Abi. Ia meneguk ludah karena tenggorokannya kering.
"Benarkah? Senang berkenalan denganmu. Kita belum pernah diperkenalkan secara resmi."
Saat tangan Rissa terulur dan mereka bertemu pandang seketika Rissa tahu kalau rahasianya sudah terbongkar. Sudut bibir Abi naik satu diikuti alisnya yang mengernyit seolah menuduh jika dirinya sudah ketahuan.
"Senang juga berkenalan denganmu. Kalina banyak membicarakan tentangmu." Itu mengisyaratkan jika Kalina sudah mengatakan pertukaran di antara mereka.
"Ku harapkan dia menceritakan yang baik-baik," ujarnya Khawatir karena Abi tak kunjung melepas tangannya.
"Dunia memang sempit sekali. Pemilik Hutan Jati ini ternyata masih berkerabat denganmu Rissa. Kamu bisa memudahkan perijinannya kan?"
Ini tidak lucu, dan Tawa Profesor tidak menular padanya. Carissa ketahuan dan ingin rasanya melarikan diri lebih jauh lagi.
"Tentu tapi aku ingin melihat bagian mana yang akan digali. Kakak ipar, bisa kamu tunjukkan yang mana tempatnya."
Rissa merasakan tangan Abi bepindah ke arah lengannya. Pria itu menuntunnya paksa ke tempat yang ia tidak ketahui jelasnya. Ini proyek Yudhistira. Kenapa ia yang mesti jadi tumbalnya.
"Akan ku tunjukkan jalannya." Lebih parahnya Profesor meninggalkannya di belakang bersama Abi sedang Samuel memilih berjalan di depan sambil menahan tawa. Mereka tahu jika ia berperan sebagai Kalina waktu di Italia dan Abi sadar ia adalah perempuan yang menghangatkan ranjangnya.
"Jadi Apa pekerjaanmu kakak ipar?"
"Aku membantu profesor Harold. Aku kan asistennya."
"Jadi kamu pergi sejauh ini dari rumah, dari kami?" Pertanyaan itu terasa ambigu.
"Aku dapat pekerjaan yang sesuai dengan pendidikanku. Tak baik menolak kesempatan sekalian menikmati daerah baru."
Di setiap langkah, Abi memegangnya semakin erat. Pria ini tahu bahwa ia berusaha lari.
"Rissa salah satu murid terbaikku di Universitas," ujar Profesor menambahkan.
"Profesor terlalu berlebihan. Yudhistira yang terbaik."
"Siapa Yudhistira?"
"Kamu akan bertemu dengannya nanti karena ia ketua proyek penggalian ini. Nah Kita sudah sampai."
Keempat orang menghentikan langkah. "Yang akan di gali dari sana." Tunjuk Profesor ke sebelah timur dekat sungai kecil. "Dan sampai ke sini." Tempat mereka berhneti. " Yang kami gali sekitar dua ratus meter persegi. Kamu tidak keberatan."
"Aku mau berpikir dulu. Aku mau menghitung berapa jumlah pohon yang akan ditebang."
"Pemerintah akan menggantinya dengan uang kopensasi yang pantas."
"Pohon ini aku yang menanamkan hingga aku punya keterikatan batin yang cukup erat. sulit melepas mereka."
Profesor cukup mengerti dan perkataan Abi jelas membuat Rissa penasaran. "Tolong pertimbangkan. Penggalian ini untuk anak cucu kita kelak."
Abi melirik Rissa yang bergerak cepat, berpindah ke sisi aman sang Profesor, mencari celah aman agar jauh dari jangkauanya.
"Baiklah tapi aku juga punya permintaan. Aku mau tahu apa yang kalian coba gali, aku mau tahu penemuan ini akan dipakai untuk apa nantinya. Apa benar kalian hanya membutuhkan lahan seluas dua ratus meter tanpa perlebaran dan aku bisa mencari tahu jika berbicara secara pribadi dengan kakak iparku. Rissa, maukah kamu meluangkan waktu untuk berbicara berdua denganku?"
"Profesor atau Yudhistira lebih mengetahui tentang proyek ini. Aku orang baru, aku tidak tahu banyak."
Abi menanggapinya dengan senyum tipis. Ia sudah menduga akan mendapatkan penolakan. "Aku lebih enak berbicara dengan orang yang ku kenal asal usulnya. Bukan bermaksud meremehkan. Kita juga belum pernah mengobrol sebagai keluarga."
"Aku akan menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan agar kamu dapat menjelaskan secara detailnya," Lagi-lagi Profesor menambahi padahal lelaki tua ini tidak tahu jika Rissa dalam keadaan terhimpit.
"Ayolah Kakak ipar. Aku akan menjamumu dengan layak."
Lihat senyum congkak Abi terlihat semakin menjadi-jadi, kalau sudah begini Rissa bisa apa selain menyanggupi. Samuel tidak membantu, asisten Abi seolah tuli dan jadi manusia buta hingga membiarkannya masuk ke kandang serigala.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top