💙 Ingat, Jangan Lupa Bersyukur!💙
Seorang cowok bersurai putih duduk di tepian sungai sambil melemparkan batu hingga menyembrang ketepian.
Ia teringat Sang kakek pernah berkata, "Jika batu yang dileparkan sampai ke seberang sungai, seseorang akan mendapat keberuntungan."
Sudah ke sekian kalinya Si Cowok melemparkan batu hingga ke sebrang sungai. Namun, keberuntungan tak pernah memihak kepadanya. Ia selalu bertanya-tanya, apakah Dewi Fortuna musuhnya? Atau apakah nasib sial adalah saudaranya? Hidupnya selalu tertimpa sial selalu, kadang capek juga ketiban sial mulu, apes.
"Pergilah engkau, Wahai kesialan!!" rutuknya dalam hati sambil mengerucutkan bibirnya yang lucu.
Tiba-tiba, tanpa sepengetahuan cowok bersurai putih yang bernama Mafumafu itu temannya datang mendekat dan tanpa ba-bi-bu-be-bo, mengangetkan Mafu hingga ia tercebur ke sungai. Alamak, baru aja di bilangin sial lagi, kan.
"Sungguh malang nian nasibku ini," rutuknya dalam hati sambil terus tenggelam dengan gaya yang eksotis.
Sakata yang melihat temannya tenggelam tak kunjung muncul ke permukaan menjadi panik.
"Bodoh! Oii, Mafu! Lo, bukan ikan cepat kembali ke darat," teriaknya dengan kesal kemudian bergegas melompat ke sungai untuk menyelamatkan, Mafu.
Untung aja arus sungai saat itu lagi normal bayangkan kalau deras? Mereka bisa hanyut kebawa arus sungai. Aaih, ngebayanginnya aja udah bikin ngeri dan merinding.
Lima belas menit kemudian Sakata dengan terengah-engah membawa Mafu yang pingsan ke tepi sungai, "Sial, berat amat nih anak, kebanyakan makan kali ya," umpatnya kesal.
Sakata yang bingung dan gak tau cara membangunkan Mafu dari pingsannya, segara menelepon temannya, Soraru.
"Halo," kata seseorang dengan nada malasnya di sebrang telepon setelah nada sambung terhubung.
"Halo, Sor, ini gue, Sakata, gue mau nanya sesuatu sama, lu!"
"Tanya apa?"
"Cara bangunin orang yang habis tenggelam gimana ya?"
"Lo, tanya sama gue? Gue tanya sama siapa dong?"
"Bangsat!!"
Sakata mematikan teleponnya dengan kesal setelah mendengar jawaban dari Soraru. Sedangkan Soraru sendiri heran, 'ada apa dengan Sakata?' Soraru yang gak peka hanya bisa elus-elus dada sambil menggelengkan kepalanya.
Melihat Mafu yang masih pingsan, Sakata menelepon teman dekatnya Mafu yaitu Amatsuki.
"Amatsuki yang ganteng kece maksimal di sini." Suara narsis Amatsuki langsung terdengar begitu telepon tersambung.
"Mat, gue mau tanya sesuatu sama, elo. Boleh?"
"Mat-mat-tomat? Apakah daku yang ganteng ini terlihat seperti tomat? Sehingga dipanggil begitu."
"Ya, enggaklah, Bambang!!"
Sakata ingin berkata kasar tapi gak jadi karena takut dosa, yang diatas tadi anggap aja Sakata khilaf.
"Gue mau tanya serius nih sama, elo. Gimana cara bagunin orang yang pingsan karena tenggelam?"
"Oh, itu sih mudah tinggal, Lo, ceburin aja lagi ke sungai, nanti tu orang bakalan bangun dengan sendirinya. Gampang, 'kan?" kata Amatsuki dengan mode seriusnya. Sakata, yang mendengar itu pun merinding.
'Nih, orang manusia apa setan? Gak ada otaknya emang," teriak batinnya Sakata setelah itu ia langsung mematikan telepon tanpa mengatakan apa-apa.
Sebenarnya Mafu yang berbaring di tepian sungai tidaklah pingsan sepenuhnya, ia sadar tapi seluruh tubuhnya lemah untuk digerakkan dan tanpa daya melihat Sakata yang panik.
Mafu ingin bilang ia baik-baik saja, tapi mulutnya susah untuk diajak bicara. Ciah, kayak di film-film aja. Tapi satu hal yang bikin Mafu sadar ia beruntung punya teman yang perhatian seperti Sakata. Meski rada-rada kasar dan jail tapi hatinya baik juga.
Sekarang, Mafu yakin beruntung atau enggaknya di hidup ini, jangan lupa untuk tetap selalu bersyukur. Jika kita selalu bersyukur keberuntungan pasti datang dengan sendirinya dan kesialan menjauh dengan sendirinya.
Sakata yang tak tau harus apa berteriak panik sehabis menutup teleponnya.
"Tolong! Ibu-ibu, bapak-bapak!! Bantu saya teman saya pingsan!"
Untung saja dua warga, Soulilah dan Ruhiman kebetulan menuju sungai dan mendengar teriakan Sakata.
"Kenapa temannya, Mas," tanya seorang warga yang bernama Soulilah.
"Mati, Mas!" kata Sakata dengan raut wajah kesalnya.
"Apa? Beneran, Mas, temannya mati?" tanya Ruhiman yang berada disebelah Soulilah kaget.
"Ya, kagaklah, Mas. Teman saya abis nyunsep alias terngelam di sungai terus belum bangun-bangun sampe sekarang," kata Sakata dengan wajah tanpa dosanya. Padahal salah siapa coba Mafu nyunsep di sungai. Ya, salah Sakatalah.
"Lah, kenapa gak langsung dibawa ke rumah sakit aja, Mas?" tanya Soulilah.
"Dia berat, saya gak kuat!" kata Sakata dramatis.
Mafu yang setengah sadar berteriak dalam hati, 'Emangnya gue gendut apa? Badan Lo aja yang cacingan makanya kurus, dasar manusia!'
"Mas, udah kasih dia pertolongan pertama?" tanya Soulilah.
"Eehh? Pertolongan pertama?" tanya Sakata otaknya mendadak loading.
"Lah, masa gak tau pertolongan pertama?" tanya Ruhiman heran.
"Itu yang melakukan CPR terus tekan-tekan dada gitu loh, Mas," kata Soulilah membantu menjelaskan.
"Tekan-tekan dada gimana, Mas," kata Sakata polos sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.
Ruhiman dan Soulilah yang melihat itu pun ingin berkata kasar. Sedangkan Mafu yang setengah sadar ingin menangis atau tertawa melihat kelakukan temannya itu.
Ruhiman yang kesal melihat tingkah polosnya Sakata, datang mendekat kemudian menampol kepala Sakata. Sehingga yang punya kepala mengaduh kesakitan.
"Adoww!!" teriak Sakata mengaduh kesakitan.
"Sorry, Mas. Tangan saya suka nakal," kata Ruhiman dengan wajah datarnya. Sakata yang gak terima ditampol segera menarik rambut Ruhiman, sehingga terjadilah adegan jambak-jambakan rambut antara mereka berdua.
"Udah! Jangan bertengkar. Ayo, kita bawa dia ke rumah sakit," kata Soulilah menengahi pertengkaran Ruhiman dan Sakata.
Mafu sangat bersyukur masih ada orang yang perhatian padanya. Jadi, ia merasa masih manusia bukan seonggok daging yang tergeletak mengenaskan di tepi sungai.
Akhirnya, Mafu yang setengah sadar pun benar-benar pingsan karena kedinginan. Sakata, Ruhiman dan Soulilah segara membawanya kerumah sakit.
Apapun yang terjadi dalam hidup ini, baik itu kesialan mau pun keberuntungan. Ingat, jangan lupa bersyukur! Dibalik semua yang menimpa kita pasti ada hikmahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top