10

"Kenapa bapak ke sini ?"

"Apa ? Aku cuma ingin mengunjungi menantuku, malas sekali aku lihat wajah songongmu"

"Kalau ada pertumpahan darah di rumah ini, ku usir kalian berdua"

"(Name), aku kan suami–

"Bodo amat"

(Name) lelah dengan pertengkaran bapak anak ini, dua-duanya tak ada yang mau mengalah, membuat (Name) harus jadi penengah diantara keduanya.

Chiba Shizuo berdeham, kemudian menyesap teh yang (Name) buatkan.

"Bocah sepertinya memang patut dibuang ke Bulog"

"Cih, ini semua salah bapak. Kalau saja bapak tak ke sini, hal ini tidak akan terjadi ! Lagian bapak juga mengganggu waktuku UwU-UwUan ku dengan (Name) !"

Tak mau kalah, Shizuo membalas ucapan anaknya meski dirinya tak dianggap bapak.

"Apa ?! Memang apa salahnya mengunjungi menantu sendiri ?! Lagipula (Name) biasa-biasa saja !"

"Hilih ! Sok-sokan peduli ! Pulang saja sana pak tua ! Nanti malah encok di tengah jalan, mana mau aku menolongmu !"

Telinga (Name) berkedut mendengar debat bapak anak ini, sudahlah berisik, unfaedah pula  bahasannya. Lagipula, apa tak bisa salah satu dari mereka mengalah ?

"Anak kurang ajar !"

"Bapak kurang asem !"

"Bocah laknat !"

"Tua bangka !"

"Pemabok !"

"Berkaca sana ! Bapak juga suka mabok !"

"Sama-sama suka mabok diam ya"

Terkicep, keduanya kini langsung tutup mulut dengan kepala menunduk.

Bulu kuduk Yamato berdiri, (Name) kalau sudah marah amarahnya lebih seram dari genderuwo.

Yamato ingat ketika ia menabrak tiang jemuran sampai semua pakaian yang sedang dijemur jatuh semua, padahal (Name) baru saja selesai menjemurnya, kemudian bak hitam anti pecah seharga 32 ribu melayang mengenai kepala Yamato.

"Ingin lanjut lagi ?"

Yamato menggeleng, Shizuo diam memalingkan wajah.

"Tidak"

"Bagus"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top