Part. 27 - Accusation

Hai, balik lagi dengan Tan 😙

Buat yang suka Jared, semalam Babang udah update di lapak beliau, karena aku udah oper lanjutan.

Happy Reading 💜

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Sudah kubilang agar kau tidak memperlakukannya seperti sebelum dia mengalami hal itu, Tan. Apa kau tidak melihat jika dirinya terguncang oleh tekanan yang kau berikan bertubi-tubi selama beberapa hari ini? Dari kemunculanmu, tindakanmu yang gegabah dengan membawanya keluar dari mansion, dan bersikap terlalu keras untuk orang yang masih melupakan jati dirinya," ucap Joel dingin.

Tan menatap Hana yang terlelap dengan kondisi yang cukup lemah sampai harus diberikan infus. Sedaritadi, Tan hanya berdiri di ujung ranjang, melihat tindakan Ryu dan Brant yang berkolaborasi untuk memberi pertolongan, dan bergeming di posisinya.

"Dia sudah bisa mengingat beberapa hal," balas Tan datar.

"Dan belum mengetahui apa yang diingatnya secara pasti. Ingatannya hanya seperti kepingan puzzle yang masih belum menemukan letak yang benar. Jika kau memaksakan kehendak, maka Hana akan mengalami hal yang jauh lebih parah dari ini," sahut Joel ketus.

"Hal yang lebih parah seperti apa?" tanya Hyun yang sudah berada di kamar itu, sejak diberitahukan kondisi Hana yang tidak sadarkan diri.

"Sistim kerja metabolisme tubuh masih belum stabil, masih terlalu rentan untuk mendapatkan tekanan dan tuntutan karena jiwanya yang belum siap menerima asupan. Satu-satunya yang menyeimbangkan kekacauan itu adalah hormon kehamilannya, tapi itu tidak cukup kuat. Meski masih dalam posisi non reaktif, tapi reaksi kimia yang sudah terlanjur menyebar dalam tubuhnya bisa kembali aktif kapan saja," jawab Joel sambil menatap Tan dengan tajam.

"Aku yakin jika Tan tahu jelas tentang hal ini," balas Shin tanpa ekspresi, tapi nada suaranya begitu dingin. "Apa yang kau inginkan sebenarnya, Namdongsaeng? Apa niatmu untuk membalaskan dendam masih ada, meski kau terlihat seperti ingin memiliki dan mencintainya? Begitu?"

Kini, Tan sepenuhnya menoleh pada Shin dan membalas tatapan Shin tidak kalah sengitnya. "Itu adalah tuduhan yang sangat serius dan tidak beralasan."

"Aku tidak menuduh. Itu benar," balas Shin tanpa ragu.

"Apakah ini adalah urusan keluarga yang tidak harus kudengar dan kuketahui? Jika ya, aku ingin keluar untuk menikmati pantai di sore hari," celetuk Noel dengan nada malas dan spontan semua tatapan tertuju padanya.

"What? Aku tidak suka ikut campur dengan urusan keluarga orang lain," balas Noel sambil mengangkat bahu dan menatap mereka bergantian.

Mereka berkumpul di kota yang sama bukan tanpa alasan. Semua karena rencana pernikahan yang akan dilakukan Tan dan Hana minggu ini, dimana para tetinggi dan keluarga besar sudah berkumpul di sebuah vila yang terletak tidak jauh dari farmhouse milik Brant.

Di kamar utama itu, sudah ada Joel, Noel, Hyun, Petra, Brant, dan Ryu. Yang lainnya sedang berada di lantai bawah dengan jumlah orang yang entah ada berapa. Mungkin semua sudah mendatangi rumah ini ketika mendengar Hana yang tidak sadarkan diri.

"Aku tidak berpikir seperti yang kau katakan, Hyeong," ujar Tan sambil mendengus dan kembali menatap Hana.

"Tapi kau bertindak sebaliknya! Dengar, aku tidak mengerti apa yang kau rencanakan sampai menghamilinya sebelum pengambilan master data dari chip yang tertanam dalam tubuh Hana. Yang aku inginkan adalah kau yang bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan, tapi tidak dengan mengambil kesempatan untuk melanjutkan dendam," ucap Shin dengan penuh penekanan.

"Apa sih maksudmu?" decak Tan kesal.

"Hana adalah adik kita, juga adik kesayangan Noona. Kematian Noona bukanlah keinginan kita semua, tidak juga diketahui oleh Hana. Hanya karena orangtuanya sudah melakukan hal yang keji, tapi tidak berarti kau bisa melimpahkan kesalahan mereka pada putrinya. Itu tidak adil, Tan!" tukas Shin tegas.

Semuanya terdiam, juga Tan. Semua tatapan tertuju pada Tan dengan ekspresi beragam, namun itu tidak membuat Tan harus merasa terganggu.

"Kau adalah orang pertama yang mengatakan semua hal itu pada Hana. Kali ini, kau pun demikian. Harabeoji berniat untuk memulihkan ketenangan diri Hana yang sudah terlewati dengan baik, tapi kedatanganmu mengacaukan segalanya," lanjut Hyun.

Tan menyeringai sinis. "Apa itu salah jika aku memberitahukan kebenaran untuknya? Dia merasa tidak bebas dan terisolasi. Dan aku..."

"Apa keuntungan yang bisa kau ambil selain melihat kehancurannya, Tan?" sela Shin dingin.

Tan bungkam.

"Kau juga memperparah keadaannya dengan mengandung anakmu. Apa kau pikir itu adalah hal yang terpuji? Justru itu menambah kesakitannya," tambah Shin.

"Jika seperti itu, lebih baik hentikan saja, Tan!" Suara Kim Hyuk-Shin terdengar dan semuanya tersentak sambil menoleh ke ambang pintu.

Hyuk-Shin muncul bersama Adrian, sepertinya sudah sedaritadi mendengar percakapan mereka.

"Aku sudah merelakan kepergian putriku dan sudah menerima dua menantu yang menggantikan posisinya. Ditambah lagi dengan cucu-cucu yang sehat dan lucu, termasuk cucuku yang sedang dikandung oleh Hana. Bagaimanapun, Hyu-Ra adalah adikku, terlepas dari apa yang sudah diperbuat dan aku tidak ingin dendam menguasai hidupku, juga dirimu," ucap Hyuk-Shin dengan mimik serius.

"Abeoji..."

"Ibumu sudah mengatakan sesuatu padaku," sela Hyuk-Shin kembali. "Dia tidak bisa hadir bukan karena tidak menyetujui Hana sebagai menantu, juga bukan karena masih tidak terima dengan kematian kakak perempuanmu. Ada cucu yang harus diperhatikan dan dia menunggu kedatanganmu bersama Hana nanti."

Tan bergeming dan menatap Hyuk-Shin dengan ekspresi sedatar mungkin. Bagi mereka, Tan dan ibunya adalah duo anggota keluarga yang masih belum menerima kenyataan dan berusaha untuk membalaskan dendam. Bisa jadi, itu benar.

Semenjak kejadian itu, Tan selalu menemani ibunya dan menjadi pendengar dari semua curahan hati sang ibu. Tapi, Tan juga merasakan hal yang berbeda saat bersama dengan Hana. Bukan untuk mencelakakan, tapi untuk menemaninya.

"Aku tahu," balas Tan kemudian. "Dengan atau tanpa kehadirannya, aku akan tetap menikahi Hana. Dia mengandung anakku."

"Meski demikian, kau tidak bisa menggunakan itu sebagai alasan," sahut Hyun.

"Apa kau ingin memisahkanku dengan Hana dan membuat anakku tidak mengenal ayahnya?" tanya Tan sengit.

"Bukan memisahkan. Setidaknya, kami ingin pastikan kondisi Hana stabil dan bisa melahirkan dengan baik. Tidak merasa tertekan olehmu atau mengalami kondisi seperti ini lagi," koreksi Hyun.

"Apa bedanya?" balas Tan yang semakin sengit.

"Tan," panggil Joel tenang.

Tan mendelik tajam pada Joel yang sudah menatapnya dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Aku yakin kau tahu semua kemungkinan yang bisa terjadi. Awal mulanya, kau sudah berjanji denganku dan Master Kim. Jangan mengingkar," ucap Joel dengan penuh penekanan.

"Berjanji? Perjanjian macam apa yang dilakukan ayahku dengan anakku tanpa sepengetahuanku?" decak Hyuk-Shin sinis.

"Sudahlah, Hyeong. Aku yakin jika Abeoji memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya. Jika tidak, mereka tidak akan bisa mendapatkan informasi penting yang sudah menggulingkan para oknum yang berlaku curang," ucap Adrian menenangkan.

"Tapi tidak menambah masalah dengan anakku menggagahi keponakanku sendiri!" sembur Hyuk-Shin marah.

"Hana bukan keponakanmu. Tidak ada darah Kim yang mengalir dalam tubuhnya," ujar Tan mengingatkan.

"Jika ada pun, kau tetap akan mendekatinya, bukan?" sembur Hyuk-Shin lagi. "Apa kau pikir aku tidak tahu jika kau memang tertarik padanya sejak remaja?"

"Jika kau sudah tahu, untuk apa lagi meragukan diriku yang ingin menikahinya dengan mengucapkan perkataan yang tidak diperlukan seperti tadi, Abeoji?" balas Tan lantang.

"Keadaan sudah berubah dan pemikiran sudah berbeda!" sahut Hyuk-Shin berang.

"Lagi pula, aku hanya muak dengan kalian yang terus mengawasi dan mengurungnnya. Apakah salah jika aku memberinya kebebasan? Hanya karena aku tidak berubah menjadi pria tolol yang begitu mencintai wanitanya seperti dua kakakku, bukan berarti aku harus dicurigai, bukan?" ucap Tan dengan ekspresi merendahkan ketika melihat Hyun dan Shin menatapnya sengit.

"Maaf jika kalian tersinggung, aku tidak bermaksud demikian. Aku tidak membutuhkan wanita yang bermulut kasar dan bersikap sok pahlawan dalam membela diri sendiri, sehingga merasa tidak membutuhkan pria. Menjadi lemah, bukan berarti harus memperlakukannya dengan hati-hati. Justru sebaliknya, perlu ditempa lebih banyak untuk menjadi lebih kuat, bukan? Jika kalian berpikir aku masih ingin melanjutkan dendam, membuatnya kesakitan, dan menjatuhkannya dengan segala kekurangannya, maka kalian diperkenankan untuk mencari dan membunuhku saat itu," lanjut Tan sambil menatap dingin pada semua orang yang ada di sekelilingnya.

"I love you, Buddy! You are awesome," celetuk Petra sambil merangkul bahu Tan dengan santai dan terkekeh setelah terdiam sedaritadi. "Kurasa mereka hanya ingin mengingatkanmu, jangan terlalu dianggap serius."

Tan menepis tangan Petra yang merangkulnya. "Bisakah kalian meninggalkan kamar ini? Hana ingin beristirahat dan rasanya tidak etis jika kalian mengerubunginya yang adalah satu-satunya wanita di sini dan dalam keadaan tidak sadar."

Joel adalah orang pertama yang meninggalkan tempat itu sambil mendengus kasar, disusul Brant dan Ryu, lalu satu persatu mengikutinya. Hanya tinggal Hyuk-Shin yang tetap bergeming untuk menatap Tan penuh arti. Orang terakhir yang keluar adalah Adrian dan berinisiatif untuk menutup pintu kamar, memberi ruang pribadi bagi Hyuk-Shin dan Tan.

"Kemana kau akan membawanya setelah menikah? Aku yakin kau sudah memiliki rencana untuk membawanya, bukan?" tanya Hyuk-Shin tanpa basa basi.

"Yang jelas, Hana tidak akan tinggal di mansion keluarga, Abeoji. Sudah memiliki cucu dari dua kakakku, harusnya kau sudah cukup terhibur tanpa perlu menginginkan anakku juga," jawab Tan tanpa ragu.

Hyuk-Shin menggertakkan gigi dan menatap Tan berang. "Tidak bisakah kau bersikap ramah dan sopan sedikit pada orangtuamu sendiri? Haruskah seperti ini? Dingin dan tidak berperasaan? Aku tahu kau sudah banyak menahan diri dan begitu pendiam, tapi tidak harus memusuhi semua orang, termasuk ayahmu sendiri."

Ekspresi Tan semakin datar. Meski ayahnya sudah banyak berubah semenjak Hyun menikah dan mendapatkan cucu perempuan pertama dalam keluarga, tapi tidak menyurutkan penilaian Tan tentang ayahnya yang terlalu membanggakan tiga kakaknya. Menjadi anak bungsu, seringkali posisinya terlupakan.

Tidak mengambil bisnis, juga tidak ingin mengambil porsinya sebagai pewaris, melainkan menjadi model freelance dan peneliti dalam Eagle Eye, adalah caranya untuk melepaskan diri dari nama besar Kim. Tidak jarang dirinya sering diremehkan dan diragukan, seperti saat ini.

Meski dirinya tak berperasaan, tapi tidak sampai hati untuk menyakiti Hana. Apa yang dilakukan sama sekali tidak berniat untuk membuat Hana terluka, karena dirinya masih belajar untuk memahaminya meski sangat merepotkan.

"Aku hanya ingin melakukan apa yang kuinginkan. Sudah terlambat untuk memberi perhatian yang seharusnya kau berikan sejak dulu, Abeoji. Aku sudah dewasa dan bisa memilih jalan hidupku tanpa campur tanganmu," ucap Tan tanpa emosi.

Hyuk-Shin tertegun, bisa dibilang cukup kaget. Kemudian, dia menghela napas dan terlihat berpikir. Kedatangan ayahnya, bisa jadi adalah kekuatirannya terhadap langkah yang akan diambil Tan dan dianggap mengancam. Seringkali, Tan sering bertindak tanpa pemberitahuan. Itulah yang membuat mereka sering berasumsi buruk.

Ibunya yang tidak datang saat ini, tidak membuat Tan heran karena posisinya tidak lebih penting dari cucu-cucunya yang menggemaskan. Lagi pula, anak bungsu adalah anak bungsu. Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Tanpa berkata apa-apa dan mungkin berpikir jika itu sia-sia, Hyuk-Shin berlalu dari kamar itu, meninggalkan Tan yang masih berdiri di posisinya. Menoleh untuk melihat Hana yang masih tertidur, Tan menghela napas dan menggelengkan kepala. Dia bergerak untuk mendekat dan duduk di sisi ranjang dengan posisi tubuh mengarah padanya.

Satu tangan terangkat untuk membelai kepala Hana, memandangnya dengan sorot mata sayu, dan perasaan yang begitu lelah. Tan terdiam selama beberapa saat, kemudian mencium pelipis Hana dengan dalam.

"Jika aku bersikap terlalu kasar dan seolah tidak mengerti akan dirimu, maaf. Aku tidak tahu bagaimana caranya," bisik Tan dengan nada pelan sekali. "Aku hanya bertindak seturut kemauanku tanpa memikirkan perasaan orang lain. Maafkan aku soal itu."

Hana masih terlelap. Deru napasnya begitu teratur, seolah wanita itu begitu nyenyak dalam tidurnya. Tan tahu jika saat ini, dirinya seperti berbicara seorang diri.

"Aku akan membawamu keluar dari lingkaran ini, Hana. Untuk membawamu ke dalam kehidupan yang sesungguhnya dimana tidak ada yang mengenali atau hendak menjatuhkan kita. Ada kalanya, hidup sebagai orang asing jauh lebih baik ketimbang menjadi orang yang dikenal dan disukai. Kau bisa melakukan banyak hal tanpa peduli apa kata orang," lanjut Tan dengan ekspresi menerawang.

"Mungkin kau lupa, tapi aku selalu mengingat janji kita bersama. Bahwa kau ingin aku selalu mendampingimu saat dewasa nanti, dan aku yang bersedia untuk mendampingimu selama kau membutuhkanku," ucap Tan lirih dan mengakhirinya dengan kecupan di kening Hana.

"Aku hanya mencintaimu, itu saja yang perlu kau ketahui," bisik Tan lembut.


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Sebenarnya, Tan itu baik kok.
Beneran! Cuma nggak bucin aja.
🙄🙄🙄

27.08.2020 (19.00 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top