Part. 20 - Backup and Restore

Cowok songong ini yang memenangkan voting 😊

Happy reading 💜



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Tan menarik napas lalu meringis nyeri sambil menangkup perutnya akibat pukulan Hana. Meski demikian, tatapannya menghunus tajam pada Harabeoji yang tampak menikmati kesakitannya.

"Aku benar-benar tidak percaya jika kau tega mengubahnya seperti itu, Harabeoji," desis Tan dingin.

Harabeoji tampak menikmati teh dengan khusyuk, sama sekali tidak terpengaruh dengan desisan Tan. Dia bahkan menyeruput beberapa kali, mendesah lega, dan menyerahkan cangkirnya pada Yoo-Jin yang selalu setia mendampingi disampingnya.

"Apa maksudmu, kau tidak menyangka jika Hana akan menjadi kuat seperti itu?" tanya Harabeoji kemudian.

Tan menyeringai hambar dan melirik pada Ryu dengan kesal. "Apa yang sudah kau lakukan selama dua bulan ini, huh? Laporan yang kau berikan padaku adalah Hana ceroboh dan malas dalam melakukan pelatihan. Suka makan dan minum kopi, juga penyuka drama dan nonton hingga tengah malam."

"Tapi aku bukan penjaga hati dan pikirannya, Hyeongnim. Bukan salahku, jika dia memiliki pertahanan diri. Lagi pula, itu adalah hasil dari pelatihannya selama dua bulan ini," balas Ryu tanpa ekspresi.

Mata Tan melebar ketika mendengar balasan Ryu, disusul dengan gelak tawa Harabeoji yang begitu senang di sana. Yoo-Jin mengulum senyum saja.

"Ryu memang memberi laporan yang benar, Tan. Dia sama sekali tidak salah," ujar Harabeoji ringan.

Ryu adalah salah satu anggota Eagle Eye yang sudah mendapatkan pelatihan selama dua tahun. Menjadi anggota tetap dengan menaruh semua perhatian dan pekerjaannya pada organisasi, Ryu sudah menjadi leader dalam salah satu tim Alfa untuk daerah Tenggara. Tentu saja, atas bantuan Joel, Tan bisa mendapatkan Ryu untuk mengawasi dan melindungi Hana selama masa perjanjian yang harus disetujuinya.

Dua bulan untuk tidak mengusik Hana, tidak mengunjungi, tidak mencari, atau membuat keributan selama proses pembentukan itu berlangsung. Dalam surat perjanjian yang diajukan Harabeoji padanya, Tan tidak diperkenankan untuk terlibat dalam masa pembentukan Hana di mansion itu. Tentu saja, Tan sangat merindukan Hana.

"Bagaimana dengan urusanmu, Tan? Apakah urusan yang sedang kau jalani, sudah diselesaikan? Bagaimana dengan para pelaku yang masuk dalam daftar itu?" tanya Harabeoji, yang terdengar seperti omong kosong karena sudah pasti, pria tua itu mengetahui segalanya tanpa perlu ditanyakan.

"Tanpa perlu kau tanyakan, kau sudah tahu jawabannya, Harabeoji. Sekarang giliran aku yang bertanya, apa yang sudah kau lakukan pada Hana? Apa kau yakin jika hanya memberi pelatihan biasa selama dua bulan?" tanya Tan dengan sengit.

Harabeoji memberi senyuman yang membuat Tan merasa jengkel. Jika bukan karena orang itu adalah pihak tertua yang harus dihormati, ingin rasanya Tan pergi dari mansion itu sambil membawa Hana bersamanya.

"Aku memberikan sugesti saat melakukan hipnosis pada Hana yang belum tersadar pada waktu itu, tujuannya adalah agar dirinya terkendali dengan pikiran yang positif. Setidaknya, ada rasa percaya diri untuk menghilangkan trauma," jawab Harabeoji dengan lugas.

"Sugesti apa yang kau berikan padanya?" tanya Tan lagi.

"Bahwa dia sudah tinggal di mansion ini sejak kecil dan sudah menjalani pelatihan selama dua tahun. Oleh karena itulah, dia merasa sudah sangat lama berada di mansion ini dan melakukan aktifitas seperti biasa," jawab Harabeoji sambil menyilangkan kaki.

"Jadi, dia sama sekali tidak mengingatku?"

"Untuk apa dia harus mengingatmu ketika semua orang dilupakan olehnya?"

"Harabeoji!"

Harabeoji menghela napas dan menatap Tan penuh simpati. "Aku terpaksa melakukan hal itu agar anak itu bisa merasakan kebahagiaan dan tidak perlu membebani kesalahan orang tuanya, Tan. Aku tahu kau merindukannya, tapi kuharap kau bisa bersabar. Lagi pula, aku sudah memberimu kesempatan untuk mendekatinya selama sebulan ini. Maka, pergunakan waktumu sebaik mungkin."

"Aku datang untuk menjemputnya, Harabeoji," ujar Tan penuh penekanan.

"Kalau begitu, buktikan saja. Asal kau tahu, untuk mendapatkan kembali ingatannya yang semula hanya satu banding sepuluh. Kuharap kau mulai mempesiapkan diri dari sekarang," balas Harabeoji tenang.

Tan melengos dan beranjak berdiri. "Aku tidak peduli, yang aku tahu adalah aku akan membawanya, dengan atau tanpa ingatannya itu."

"Jangan memaksakan kehendak," tegur Harabeoji.

"Bukan seperti itu, Harabeoji. Aku hanya ingin mengambil apa yang sudah menjadi milikku."

"Dia bukan milikmu."

"Tapi dia memiliki apa yang kupunya."

"Apakah itu cinta?"

"Lebih dari itu."

Sesudah itu, Tan meninggalkan ruang kerja Harabeoji, diikuti Ryu di belakangnya. Tidak ingin mendengar atau berdebat lebih banyak, Tan hanya tidak mau membuang waktu. Dua bulan selagi menunggu dan mengawasi, Tan disibukkan dengan urusan untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya yang menjadi kasus terbesar yang ada di negaranya. Firma hukum yang dimiliki Hyun dan Ashley pun begitu sibuk dalam menjalani persidangan untuk menjebloskan mereka ke penjara.

Sisa yang lain adalah urusan Joel dan Petra. Entah apa yang dilakukan keduanya karena Tan tidak perlu tahu. Juga, tunangan gadungan yang bernama Jung-Hwa pun sibuk menjadi pahlawan besar dalam kasus itu, sehingga dirinya sering didatangi para pencari berita untuk mendapatkan konfirmasi.

"Apakah ada gelombang yang mencurigakan?" tanya Tan sambil menerima iPad dari Ryu, dan membaca apa yang tertera sambil berjalan.

"Untuk sementara normal," jawab Ryu.

"Tidak ada tanda-tanda abnormal?" tanya Tan lagi.

"Negative, Sir," jawab Ryu lagi.

Tan mengangguk dan menyerahkan kembali iPad itu setelah sudah mendapatkan informasi yang diinginkan. "Baiklah, aku akan mencoba memperhatikannya hari ini. Juga..."

Ucapan Tan terhenti ketika dia bisa melihat Hana turun muncul dari koridor sebrang, tampak sudah berganti pakaian dengan outfit yang sangat jarang dilihatnya dalam tampilan Hana yang dikenalinya.

Wanita itu memakai sweatshirt dan jegging yang melekat pas di tubuh, sorot mata Tan menyusuri lekuk tubuhnya dari atas hingga ke bawah dan kembali ke atas. Menilai dengan seksama dan satu sudut bibirnya terangkat mengulas senyum setengah yang hambar.

Hana mengerjap kaget dan melirik pada Ryu dengan ekspresi tidak suka. Kemudian, dia menatap Tan dengan tatapan dingin, seolah dirinya adalah orang asing.

"Kau harus memberi hormat pada pelatihmu, Nona," ucap Ryu datar tapi tegas.

Hana merengut dan terlihat tidak rela, tapi tetap melakukan apa yang dikatakan Ryu untuk membungkuk hormat pada Tan. Masih bergeming dan belum memberi respon, Tan menatap Hana tajam, sama sekali tidak mengindahkan ekspresi tidak nyaman dari Hana.

"Kau ingin melatihku, atau ingin memakanku? Kenapa ekspresimu begitu menakutkan?" tanya Hana dengan kening berkerut dan suara mencicit.

Ryu berdeham pelan untuk menyadarkan Tan agar melakukan sesuatu karena dirinya masih bergeming. Sorot matanya sama sekali tidak teralihkan dari wajah Hana yang semakin tidak nyaman ditatap olehnya. Ingin rasanya membawa Hana dalam pelukan yang erat, juga membawanya pergi dari situ sekarang juga, tapi sialnya terlalu banyak hambatan yang tidak diinginkan saat ini.

Sambil mendengus pelan. Tan memberikan sikap dingin seperti biasa, demi menampik pesona Hana yang sepertinya akan membuatnya semakin tidak terkendali. "Persiapan dirimu. Sehabis makan siang, kita akan memulai sesi pertama."

Lalu, Tan pun berjalan meninggalkan Hana dengan Ryu di sana, untuk turun menuju lantai bawah, tepatnya ke ruang makan karena Halmeoni sudah menyiapkan makan siang di sana.

"Halmeoni," sapa Tan sambil membungkuk.

Halmeoni tersenyum dan menyambut Tan dalam pelukan yang erat. "Kau sudah melakukan yang terbaik."

Tan hanya memberi senyuman hambar dan menoleh ke arah Harabeoji yang sudah datang bersama dengan Hana yang mendampinginya. Halmeoni menyambut Harabeoji dan mengantarnya duduk di kursi utama. Tan duduk di sisi kiri bersama dengan Yoo-Jin, sementara Halmeoni dan Hana di sisi sebrang. Ryu menyingkir untuk memberi ruang bagi mereka.

"Apakah kau merasa baik-baik saja, Hana?" tanya Harabeoji.

Tan melirik pada Hana yang tampak memijat pelan keningnya. Mata Tan melebar senang ketika bisa melihat cincin pemberiannya masih tersemat di jari manis Hana, lalu menunduk untuk mulai menikmati makan siang dengan perasaan yang lebih baik.

"Aku hanya lelah," jawab Hana kemudian.

"Bukan berarti itu bisa dijadikan alasan untuk mangkir dari pelatihan kick boxing pertamamu, Hana," balas Harabeoji.

"Aku tidak mencari alasan. Hanya memberimu jawaban karena kau bertanya padaku, Harabeoji," koreksi Hana dengan lugas.

Tan langsung mendongak dan tertegun menatap Hana yang berani mengeluarkan suara untuk membalas perkataan Harabeoji. Sama sekali tidak menyangka akan perubahan yang dianggap mustahil olehnya, tapi ekspresi merengut Hana adalah jawabannya.

Kemudian, obrolan dialihkan oleh Halmeoni yang bercerita tentang rencananya untuk menanam bibit sayuran di lahan kosong yang ada di dekat ranch mansion, disambut oleh Harabeoji dan Yoo-Jin dengan balasan seadanya. Tan menikmati makan siang dalam diam, sambil sesekali memperhatikan Hana yang tampaknya tidak begitu menyukai makanan yang tersaji.

Segala jenis sayur disingkirkan ke sisi piring, hanya menikmati potongan daging dan mengunyah tanpa minat. Tan pun kembali menekuni makan siangnya dan menyelesaikannya dalam waktu lima menit kemudian.

"Terima kasih untuk makan siangnya," ujar Tan sambil beranjak dan membungkuk, lalu menoleh pada Hana dengan satu alis terangkat. "Jika kau sudah selesai, kau bisa langsung menuju ke ruang pelatihan yang ada di bawah."

"Kenapa tidak di luar ruangan?" tanya Hana dengan nada protes.

Tan menggeram pelan dan melotot tajam pada Hana. "Aku yang melatih, itu berarti aku yang memberi peraturan."

Dia bisa melihat Harabeoji tersenyum dari sudut matanya, tapi mengabaikannya dengan berjalan meninggalkan ruang makan itu dalam perasaan dongkol. Tan segera menuju basement mansion yang memiliki sebuah ruang serbaguna, yang ditunjuk untuk tempat pelatihan.

Ryu sudah berdiri di depan pintu ruangan itu dan mengangkat alisnya saat melihat ekspresi Tan yang menggelap. Dia membukakan pintu untuk Tan masuk dan mengikutinya ke dalam.

"Apa yang sudah dilakukan oleh Harabeoji sampai Hana menjadi seperti itu? Kenapa dia harus menjadi pembangkang?" tanya Tan pada diri sendiri.

"Aku sudah memberikan laporan padamu tentang itu, Hyeongnim," balas Ryu, yang merasa jika Tan sedang berbicara dengan dirinya.

"Aku tidak bertanya padamu," sahut Tan tidak senang.

Ryu masih memberikan ekspresi yang begitu datar, seolah ucapan Tan tidak berarti apa-apa baginya. Kemudian, dia berjalan ke sudut ruangan dan kembali pada Tan dengan menyerahkan sebuah tas padanya.

Tan menerima tas itu dan segera membukanya untuk mengambil sebuah kaus. Dia melepas atasannya dan berganti pakaian. Saat dia membuka kaus, ada seruan yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

"Omo! Punggungmu banyak sekali tato besar." Itu Hana.

Tan berbalik sambil memakai kausnya dan memperhatikan Hana yang sudah berjalan masuk ke dalam ruangan. Ryu membungkuk dan meninggalkan mereka berdua di ruangan itu, lalu menutup pintu.

"Ada yang aneh dengan pria bertato?" tanya Tan tanpa ekspresi.

"Tidak. Hanya heran saja, karena sepertinya aku pernah melihat tato yang sama sepertimu," jawab Hana ketika sudah berhenti di hadapannya.

Satu alis Tan terangkat. "Pernah melihat tato yang sama? Dimana?"

Hana mengerutkan kening dan tampak berpikir, lalu menggeleng pelan. "Aku lupa. Tapi sepertinya memang pernah melihat."

Spontan, senyuman Tan mengembang dan merasa senang dengan ucapan Hana. Meski demikian, sugesti adalah sugesti, masih bisa berubah selagi adanya perubahan yang membantunya untuk kembali pada ingatan semula.

"Apakah itu coklat?" tanya Hana penuh minat dengan tatapan yang menunduk pada tas Tan yang masih terbuka.

Tan mengangguk sambil mengambil sebuah kotak coklat kesukaan Hana sejak kecil. Dia sengaja membelinya saat di bandara dan memang membawakan coklat itu untuknya.

"Apa aku boleh memakannya?" tanya Hana lagi.

"Untukmu," jawab Tan sambil menyerahkan sekotak coklat itu.

Hana tersenyum sumringah dan segera duduk di lantai ruangan, menyilangkan kaki, lalu membuka kotak coklat itu. "Aku tidak menyukai menu makan siang hari ini. Aku masih lapar."

"Kenapa kau tidak bilang untuk meminta makanan kesukaanmu?" tanya Tan dengan alis bertaut heran dan ikut duduk bersila di depan Hana.

"Harabeoji pasti akan mengoceh dan aku pusing mendengarnya," jawab Hana dan memasukkan sebutir coklat ke dalam mulutnya dan memekik girang. "Ini enak sekali. Tidak salah jika aku menyukainya sejak dulu."

"Sejak dulu?" tanya Tan untuk memastikan.

Hana mengangguk tanpa ragu. "Aku sering mendapatkan coklat ini dan memakannya sampai habis. Jika bukan karena sakit gigi dan gigiku berlubang, aku tidak akan berhenti menikmati coklat ini," jawab Hana dengan ekspresi menerawang.

Senyum Tan mengembang dan mengangguk mantap. Reaksi kimia yang terkandung dalam cincin mulai memberi sedikit rangsangan untuk daya kerja otak Hana dalam mengingat hal kecil. Coklat adalah hal pertama yang teringat oleh Tan untuk menstimulasi ingatan Hana sebagai permulaan percobaan.

"Darimana kau mendapatkan coklat itu?" tanya Tan lagi.

"Aku diberikan oleh..." kening Hana berkerut dan tampak memikirkan jawaban selanjutnya. Dia tampak ragu dan bingung, lalu menggelengkan kepala.

"Tidak apa-apa, aku tidak perlu tahu darimana kau mendapatkan jika kau tidak ingin memberitahuku," balas Tan kemudian.

Hana mengangguk dengan sorot mata yang tampak bingung, tapi mulutnya masih mengunyah coklat itu dengan tekun.

"Apa kau ingin melakukan pelatihan sekarang, atau nanti?" tanya Tan.

Hana menatapnya lirih. "Apakah di sini ada kamera pengawas?"

"Tidak ada."

"Apakah aku boleh duduk saja di sini dan tidak ikut pelatihan? Apakah Ryu bermulut besar akan melaporkannya pada Harabeoji, jika aku seperti itu? Atau kau yang akan melapor pada Ryu, jika aku tidak ingin melakukan pelatihan hari ini karena masih lelah?"

"Tentu saja tidak," balas Tan tanpa ragu.

Mata Hana melebar kaget. "B-Benarkah? Apa kau serius?"

"Kenapa aku harus mengadu jika kau memang lelah?" sahut Tan sambil tersenyum miring.

Hana menghela napas lega dan tersenyum lebar padanya. "Terima kasih. Aku sangat lelah karena mengitari mansion tadi pagi. Kedua kakiku terasa seperti jelly dan sangat lemas."

"Itu berarti kau harus mendapat pijatan," ucap Tan yang langsung mengubah posisi untuk meluruskan dua kaki Hana dimana wanita itu memekik kaget.

"A-Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin kutendang?" seru Hana yang hampir terjungkal ke belakang, tapi satu tangan besar Tan sudah menahan punggungnya dengan cepat.

Deg! Kedekatan ini membuat darah Tan berdesir kencang. Aroma floral dari tubuh Hana, kelembutannya, kehangatannya, membuat Tan teringat dengan kebersamaan mereka saat itu. Sorot mata coklat Hana begitu cemerlang, memberikan arti yang sama seperti Tan. Kerinduan. Meski ekspresi Hana masih bingung, tapi dia tidak menolak atau memberontak ketika Tan sedekat itu dengannya sekarang.

"Aku akan memijat kakimu," jawab Tan dengan parau, lalu perlahan beringsut mundur untuk menjangkau dua kaki Hana yang terjulur.

"Aku tidak pernah membiarkan ada yang... enngghhh, di situ sakit," keluh Hana saat Tan memijat pergelangan kakinya dengan gerakan memutar.

"Ototmu terlalu kaku dan tegang. Kau harus melakukan pemanasan sebelum beraktifitas. Juga, jangan memaksakan diri karena itu akan berakibat buruk bagi kesehatanmu," ujar Tan sambil menekan dengan perlahan, merasakan sendi-sendi otot yang menegang.

Shit! Tan mendengus ketika Hana diperlakukan sekeras itu oleh Harabeoji. Apakah dia tidak tahu jika wanita seperti Hana, sama sekali tidak cocok melakukan kekerasan seperti ini? Tan begitu fokus dalam memijat bagian kaki Hana yang diperlukan pijatan untuk menghilangkan rasa lelah, sampai tidak menyadari jika Hana kini sudah menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Aku minta maaf, Oppa," ucap Hana kemudian.

Pijatan itu terhenti, dan Tan mendongak ketika mendengar Hana memanggilnya dengan panggilan yang sangat dirindukannya. "Untuk?"

"Karena aku sudah memukulmu saat kau memelukku," jawabnya pelan.

"Tidak apa-apa, kau memang perlu melakukan hal itu jika merasa terancam," balas Tan.

"Apa kau mengenaliku hingga kau perlu memelukku seolah sudah lama tidak bertemu denganku?"

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"

"Entahlah. Kita baru bertemu, tapi aku sudah merasa seperti tidak asing denganmu. Apakah itu aneh?"

Ada rasa lega dalam hati Tan ketika Hana mengungkapkan perasaannya. Tidak ada yang perlu dicemaskan, selama dirinya berada bersamanya sekarang. Di samping itu, cincin yang tersemat di jari Hana, adalah caranya untuk melindungi dan menekan beberapa tekanan, seperti serum atau kimia yang dimasukkan dalam tubuh Hana.

Seperti teknologi yang memiliki pemindai cadangan untuk menyimpan data-data penting, yaitu backup and restore, seperti itulah cincin yang dibuat Tan untuk dipakai oleh Hana. Tidak ada yang tahu tentang itu, kecuali Joel. Sebab, kode itulah yang diberikan Joel agar Tan mendapatkan hal baru. Selain hal yang lain misalnya.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Si Tan, belom apa2 uda main pijit aja.
Kita main baperan aja dulu, yah 🙈
Aku lagi butuh yang manis2 soalnya.



14.05.2020 (20.48 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top