Part. 18.2 - The last venom
Lanjutan dari Part. 18.1 :
“Bisakah kita kembali pada rencana semula? Dimana Tan dan Hana sekarang?” tanya Nayla sambil menatap Petra dan Ashley dengan ekspresi menegur.
“Tentu saja mereka sudah selesai,” jawab Petra ketus.
“Apa maksudmu dengan selesai?” balas Hyun langsung.
“Joel dan Tan sudah melakukan pengambilan master data dari tubuh Hana dan ibunya. Mereka masih tidak sadarkan diri, tentu saja. Masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan selagi Joel dan Tan melanjutkan sisa pekerjaannya,” ujar Petra sambil berjalan menuju ke sisi mobilnya. “Begitu juga dengan kita. Ayo masuk!”
“Apa yang terjadi? Kenapa bisa Hana dan ibunya yang…”
Petra menyodorkan iPad yang menampilkan penjelasan untuk pertanyaan Hyun dengan ekspresi masam ketika mereka sudah duduk berdampingan di kursi depan. Ashley dan Nayla menempati kursi belakang dalam posisi membelakangi dengan berbagai aktivasi senjata yang mengarah pada sisi belakangnya.
Hyun membaca semua penjelasan dengan seksama dan mengabaikan kejadian yang sedang terjadi saat ini ketika Petra sudah melajukan kemudi. Tidak menyangka jika Tan bisa melakukan semua itu tanpa bercela, mengesampingkan ego, dan menerima berbagai resiko yang harus ditanggungnya, termasuk kehilangan Hana.
Hyun mendengus pelan dan sudah merasa lelah dengan permasalahan keluarga yang seolah tidak ada habisnya. Jika Harabeoji sudah sampai bertindak, itu berarti hal ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibiarkan dan akan diselesaikan hingga akhir. Meski ayahnya tidak tahu, atau mungkin sudah tahu saat ini, tapi Hyun tidak akan membiarkan keluarganya kembali terancam. Sudah saatnya menyudahi perasaan bersalah yang dimiliki Harabeoji atas apa yang menimpa keluarganya.
Hyun menaruh iPad ke sisi mobil setelah mendapat semua penjelasan dan mulai melakukan aktivasi pada beberapa tombol di depannya. Adapun mobil yang dikendarai Petra adalah mobil dengan interior yang dilengkapi berbagai teknologi untuk melakukan penyerangan. Ketika mereka sudah berada pada jalur menuju ke titik terowongan bawah tanah, di situ sudah ada tembakan yang menyerang mobil mereka dari beberapa kendaraan yang menyusul di belakang.
Ashley dan Nayla sudah melakukan balasan dengan memberi tembakan pada kendaraan yang menyusul mereka. Mobil yang mereka tumpangi adalah Skywalker, terbuat dari bahan anti peluru dan ledakan. Khusus dibuat dan digunakan dalam keadaan mendesak seperti sekarang.
“One down,” cetus Ashley datar.
“Two,” lanjut Nayla.
Mobil tiba-tiba meluncur ke kanan, dan lajunya semakin cepat. Laju kendaraan bergerak ke kanan dan ke kiri, menghindari ledakan yang dilemparkan. Tiga ledakan menggelegar cepat, tampak pembalasan dari pihak lawan mulai dilakukan, tapi itu tidak membuat 4 orang yang berada di dalam Skywalker memberi reaksi yang berarti. Masih tetap fokus pada apa yang ada di hadapannya.
Hyun mengetik cepat di tombol, melakukan aktivasi pada rudal kecil yang ada di sisi mobil, mengunci posisi mobil yang berada di belakang, dan tanpa ragu menekan tombol di sana, bersamaan dengan laju kecepatan Petra yang meninggi. DUAR! Satu mobil meledak, membuat dua mobil yang lainnya, merasakan gelombang ledakan yang membuat mereka terguling ke samping. Titik-titik merah yang mendekat mulai berkurang dan semakin berkurang, tanda bahwa mereka sudah melumpuhkan lawan.
“Timur. Tepat di ujung jalur. Poin klimaks untuk membekuknya,” ucap Petra sambil menyeringai sinis.
“Hello, Lads. I hope you miss me,” suara Joel terdengar di alat komunikasi mereka.
“Tidak sama sekali, kau baru saja berniat untuk membuatku kurang keren,” balas Petra datar.
“Memang itu rencananya,” sahut Joel dengan nada biasa saja. “Master data sedang dalam proses loading. Noel dan Tan sedang bekerja untuk meretas sistim media informasi Korea dan Internasional, guna melakukan penyebaran data. Persiapkan diri, Hyun.”
“Untuk apa?” tanya Ashley dengan kening berkerut sambil menoleh pada Hyun.
Nayla hanya terdiam sambil tetap fokus pada urusannya dalam melumpuhkan sisa mobil terakhir yang mengikuti mereka.
“Persiapkan diri untuk apa, Kim Hyun?” Ashley mengulang kembali pertanyaannya dengan kesal.
“Jika data itu tersebar, maka nama besar Ryeung Holdings Group sedang dipertaruhkan. Bisa jadi berada di ambang kehancuran,” jawab Hyun dengan tatapan menerawang.
“Apa?” seru Ashley dan Nayla bersamaan.
“Inilah yang dikehendaki oleh Harabeoji,” balas Hyun lagi. “Master Data itu memiliki daftar panjang yang berisi nama-nama besar dalam lingkup pengusaha, politikus, dan kompetitor, baik di dalam atau luar negeri. Dana gelap yang dilakukan, sering terjadi dalam proyek yang dipegang oleh perusahaan kami. Seolah mereka ingin menggulingkan kerajaan bisnis Ryeung Holdings Group karena kecemburuan yang tidak berakhir.”
“Severus memburu data itu untuk memeras para kriminal demi mencari keuntungan? Lalu mengancam keselamatan keluarga kita lewat data itu? Begitu?” tebak Nayla tanpa ekspresi.
“Tidak akan kubiarkan seperti itu!” desis Ashley geram. “Aku akan membuat para koruptor itu berbicara dengan benar nanti. Lihat saja.”
Petra meringis pelan mendengar desisan Ashley. “Kuharap kau tidak bertindak keterlaluan, mengingat mereka sudah lanjut usia, dan tahan jarimu agar tidak mengebiri mereka.”
“One minute to exposure,” peringatan sudah dilemparkan Joel lewat alat komunikasi mereka.
“All clear,” balas Nayla setelah berhasil melumpuhkan sisa satu mobil yang berada di belakang.
Di ujung hutan bambu yang berada di sisi timur, terdapat sebuah tebing yang mengarah pada laut timur perbatasan. Petra menghentikan Skywalker ketika bisa melihat ada empat orang berada di sisi tebing, termasuk Jung-Hwa di sana.
“Kau tidak bisa melakukan hal ini, Hyun! Keluargamu akan hancur jika data itu tersebar!” seru Jung-Hwa ketika Hyun sudah keluar dari mobil, diikuti yang lainnya.
Tiga orang yang mengawal Jung-Hwa mengarahkan senjata pada mereka, sambil bergerak mundur ke sisi tebing, memberi perlindungan bagi Jung-Hwa.
“Kalau begitu, lakukan tugasmu untuk membuktikan kebenaran!” sahut Ashley sinis.
Hyun mendelik tajam pada Ashley yang selalu menyela pembicaraan tanpa permisi, lalu mengarahkan tangan pada Petra agar tidak usah mengikutinya ketika berjalan mendekat pada Jung-Hwa.
“Jangan seperti ini, Jung-Hwa. Aku tahu kau tidak berniat seperti itu. Sebentar lagi, data itu akan tersebar,” ujar Hyun tanpa ekspresi.
Mata Jung-Hwa melebar kaget, menatap Hyun tidak percaya dengan ekspresi yang tidak terbaca. “Apakah itu sudah…”
“Yeah, itu sudah diambil dari tubuh Hana.”
“Hana? Apa yang kalian perbuat padanya?”
“Dia baik-baik saja.”
“BOHONG! Dia tidak akan baik-baik saja! Hal itu menyakitinya dan tidak bisa diambil begitu saja.”
“Resiko itu bisa kami tanggung selama master data itu sudah diambil dari tubuhnya. Dia tidak akan kesakitan.”
“Kau tidak bisa dengan mudahnya mengatakan hal itu. Apa kau tidak tahu betapa bodohnya kalian? Kau sama saja dengan…”
Ucapan Jung-Hwa terhenti ketika ponselnya berbunyi. Alis Hyun terangkat ketika melihat Jung-Hwa tampak kebingungan dengan panggilan itu, lalu mengangkatnya dalam suara rendah. Ekspresi pria itu menggelap dan sudah pasti apa yang didengarnya, bukanlah hal yang menyenangkan. Bersamaan dengan itu, ponsel Hyun bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Hyun segera mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan itu dengan napas yang memberat.
“Sudah selesai,” gumam Hyun dalam nada getir.
Pesan singkat berupa link yang terhubung langsung dengan pemberitaan secara serempak. Diawali dengan aib keluarga berupa rekaman pembunuhan atas kakak perempuannya, Kim Yun-Hee, yang dilakukan oleh pihak keluarga sendiri. Dilanjutkan dengan beberapa kejahatan Ju Ik-Joon, kekejaman oknum Venom, pengenalan Severus, dan diakhiri dengan daftar nama-nama dari berbagai kalangan yang terlibat.
Jung-Hwa menatap Hyun dengan ponsel yang masih menempel di telinga. Ada kesan amarah, kecewa, dan tidak terima dari sorot matanya sambil berseru kencang. “Lakukan pengambil-alihan! Jangan mendiamkan. Suruh pusat kendali untuk…”
Ucapan Jung-Hwa terhenti dan ekspresinya tampak lebih kaget, membuat Hyun segera memberi perintah lewat kode tangannya pada Ashley dan Nayla untuk segera bertindak. Tiga orang yang bekerja untuk melindungi Jung-Hwa, belum sempat bertindak karena dua wanita itu sudah melemparkan spuit yang dimodifikasi menjadi peluru bius.
Dengan ponsel yang masih bertengger di telinga, Jung-Hwa tampak tidak fokus dan refleks bergerak mundur, tidak menyadari jika dia sudah sampai di ujung tebing. Tampaknya apa yang didapatkannya lewat panggilan itu cukup membuatnya tidak percaya.
“Jung-Hwa!” seru Hyun sambil berlari untuk menangkap Jung-Hwa yang sudah terlanjur menginjak ujung tebing dan membuatnya…
“Shit! Atas dasar apa dia terpilih menjadi kepala militer yang sama sekali tidak waspada terhadap situasi darurat?” seru Petra kaget ketika melihat Hyun tidak sempat menggapai Jung-Hwa karena pria itu sudah terjatuh dari tebing.
“Tujuh detik masuk ke dalam laut lepas, kira-kira lima detik kemudian akan menabrak batu karang. Tidak sampai sekarat tapi cukup menyakitkan,” ujar Nayla sambil mengetik di tab khusus.
Sementara itu, Hyun dan Petra segera bergegas menuju bagasi Skywalker. Keduanya sama-sama melepas pakaian yang dikenakan, menyisakan pakaian khusus berbahan rubber yang menjadi kostum kerjanya. Melempar pakaian mereka begitu saja ke dalam bagasi, dan masing-masing mengambil skateboard khusus.
“Alpha One, getting ready in ten,” ucap Petra sambil melompat dan menaiki skateboard yang langsung berubah bentuk menjadi lebih panjang secara otomatis.
Hyun melakukan hal yang sama dengan Petra. “Off we go to Zero Dark Thirty.”
“Confirmed,” balas Joel dari alat komunikasi. “Another ten to the rescue.”
“Copy that, Sir,” balas Petra dan Hyun secara bersamaan.
Keduanya memasang sebuah alat kecil di daun telinga, menekannya dan langsung berubah menjadi sebuah kacamata pelindung dan berfungsi sebagai layar komputerisasi.
Ashley dan Nayla bergegas masuk kembali ke Skywalker, kembali bertugas untuk membersihkan jalur hutan bambu bersama dengan tim Eagle Eye yang mulai berdatangan ke lokasi. Sedangkan Hyun dan Petra kembali melompat sambil mengayunkan tubuh dan kaki agar skateboard segera bergerak menuju ujung tebing, lalu terjun bebas menuju ke laut lepas untuk mencari Jung-Hwa.
“Get ready for Aquaspace. In 3, 2, 1,” ucap Petra dengan lugas, lalu berseru girang sambil melakukan salto di udara dan mendarat mulus di permukaan laut dengan skateboard yang berubah menjadi surfing board secara otomatis.
Hyun dan Petra berselancar sambil mencari posisi Jung-Hwa lewat lensa pelacak yang dikenakan mereka.
“On the left, nine o’clock, bleeding, survived,” ujar Hyun yang segera membelok arah untuk mencapai Jung-Hwa yang tampak berusaha berenang di sana.
“Good,” sahut Petra yang menyusul Hyun dan menyamakan posisi mereka, lalu berpencar ke sisi yang berlawanan ketika Jung-Hwa sudah terlihat.
Saat posisi Jung-Hwa sudah berada di tengah, dengan Hyun dan Petra yang berada di sisi kiri dan kanan. Keduanya kompak berjongkok, masing-masing meraih satu tangan Jung-Hwa, lalu menarik pria itu ke atas, bersamaan dengan saling mendekatkan diri untuk menyatukan kedua surfing board itu.
Kini, ketiganya sudah berada di atas dua surfing board yang menyatu. Dua tangan Jung-Hwa yang masing-masing dicengkeram oleh Hyun dan Petra kini sudah terborgol.
Tak lama kemudian, sebuah speedboat datang ke arah mereka dengan Joel sebagai pengemudinya. Laju kecepatan speedboat melambat dan menyesuaikan posisi mereka. Dengan segera, Petra menaiki speedboat lebih dulu, lalu menarik Jung-Hwa, dan disusul Hyun setelahnya.
“Bukankah seharusnya kau bisa menggapainya tanpa harus bersusah payah seperti ini?” komentar Joel tanpa ekspresi.
“Kau tidak tahu jika diantara kita ada yang selalu menjadi tukang pamer?” balas Hyun ketus sambil menarik Jung-Hwa dan mendudukkannya di kursi, lalu memakaikan sabuk pengaman.
“Aku hanya ingin mencoba board serbaguna buatan terbaru dari Nick. Kau tahu? Tadi itu sangat menyenangkan,” sahut Petra sambil terkekeh senang setelah mengambil kembali dua surfing board dan menekan tombol untuk mengubah sistim menjadi skateboard.
“Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Bukankah kalian bisa saja membiarkanku mati di sini?” desis Jung-Hwa sambil menatap sengit pada ketiga pria itu, lalu tatapannya menajam pada Joel dengan ekspresi menuduh.
“What? Bukan hanya aku yang berpura-pura menjadi teman di sini, jadi jangan melihatku dengan tatapan seperti itu, Brother,” ujar Joel dengan satu alis terangkat sambil menyeringai licik.
“Otak licik ular berbisa sudah tertanam hingga mengakar oleh pria sialan ini. Jadi jangan coba-coba,” tukas Petra sambil bertolak pinggang dan memiringkan wajah untuk melihat sisi wajah Jung-Hwa yang berdarah. “Apa itu baik-baik saja? Kuharap kau tidak berpura-pura untuk gegar otak karena batu karang yang kau tabrak tadi tidak seberapa.”
Jung-Hwa mendengus dan membuang muka dengan ekspresi menggelap. Hyun menaruh satu lutut di lantai dan menatap Jung-Hwa dengan tajam.
“Aku masih menganggapmu sebagai seorang teman dan tetangga yang cukup dekat, Jung-Hwa. Dalam masa sulitmu, Harabeoji dan Abeoji yang sudah membantumu melewati masa kesukaran ketika orangtuamu sudah tiada saat kau masih remaja,” ujar Hyun dengan penuh penekanan.
“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Jung-Hwa dingin.
“Membalas budi untuk kebaikan yang sudah kau terima. Setidaknya, aku memberimu kesempatan untuk menggapai kesejahteraan, lewat dirimu yang akan memberi keterangan dan menjadi saksi atas apa yang terjadi saat ini,” jawab Hyun tidak kalah dinginnya.
Jung-Hwa hanya tersenyum hambar. “Kenapa harus aku ketika kalian bisa mengenalkan diri pada dunia atas kehebatan dan kemampuan kalian? Bukankah…”
“Dunia tidak harus tahu apa yang kami lakukan,” sela Joel kalem. “Kami hanya ingin kedamaian dan keamanan tercipta. Tidak lebih dari itu. Sebab, nama besar bukan suatu kebanggaan, karena hal itu seringkali menjadi baru sandungan dan berakhir menjadi ambisi. Bukankah semakin tinggi, maka kesombongan akan menjadi hakiki? Jangan lupakan soal angin atau badai yang akan menerpa.”
“Pada intinya, kami tidak perlu membuktikan diri tentang siapa kami. Cukup saja orang terdekat atau keluarga kami yang mengetahui hal itu, dan lawan sebagai saksi atas kehebatan kami,” tambah Petra.
Jung-Hwa tidak membalas dan terdiam cukup lama. Mungkin tidak menyangka jika akan mendengar hal seperti itu tapi Hyun tidak peduli. Selagi Ashley dan Nayla bekerja untuk mendatangi para oknum yang termasuk dalam daftar panjang itu bersama dengan Shin dan yang lainnya, tugasnya adalah untuk membuat Jung-Hwa berpihak pada dirinya.
“Dengan satu syarat,” ucap Jung-Hwa akhirnya.
Joel dan Petra hanya menghela napas, sementara Hyun masih bersikap datar.
“Kau tidak diperkenankan untuk bernegosiasi,” tolak Joel langsung.
“Aku tidak bernegosiasi dengan organisasi kalian, tapi dengan Hyun,” sahut Jung-Hwa sinis.
“Hm, aura perselisihan mulai tercium,” gumam Petra sambil berckck ria dan mengambil duduk di samping Joel, tampak tidak tertarik dengan apapun yang ingin disampaikan Jung-Hwa.
“Syarat seperti apa yang kau inginkan?” tanya Hyun kemudian.
“Aku menginginkan Hana. Dan dia harus bersamaku,” jawab Jung-Hwa dengan lantang.
Hyun tertegun, Petra tertawa, sedangkan Joel hanya mengusap dagu sambil memperhatikan Jung-Hwa dengan kening berkerut.
“Soal itu, kau harus berusaha sendiri. Perasaan Hana bukan urusanku,” cetus Hyun judes dan menempati sisa kursi kosong yang ada di samping Jung-Hwa.
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Sudah kubilang aku tidak bernegosiasi dengan organisasimu,” tanya Jung-Hwa sambil menatap Joel dengan ekspresi tidak suka.
Joel memberi senyuman setengah dan menggeleng pelan sambil berbalik untuk melajukan kemudi speedboat. “Sekedar saran, lebih baik lupakan syaratmu karena peperangan yang ada di hadapanmu, akan jauh lebih besar dari apa yang terjadi hari ini.”
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Part ini terinspirasi dari update visual Petra yang lagi surfing 😣
Agak maksa dan halu parah ye?
Tapi bodo amat lha 🤣
Yang penting hepi aja.
Ide skateboard berubah jadi surfing board, boleh dapet pas lagi bengong karena mumet 🙈
Sumpah deh, gak paham lagi kenapa bisa makin gak beres halunya 🤣
Anyway, seru2an udah kelar.
Next part, main cinta2an aja.
Borahae 💜
P.S. yang nanyain kenapa Noel gak ada?
Biasa, dia mah suka main di belakang layar, orangnya males untuk bersusah payah karena bukan orang lapangan 🤣
Mendingan duduk santai sambil otak atik komputer bareng Tan.
30.04.2020 (21.26 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top