Part. 18.1 - The last venom
Part ini terpaksa harus dibagi menjadi dua bagian karena mencapai 5 ribu kata.
Terima kasih sudah menunggu.
Happy reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Mengembuskan napas kasar, Jung-Hwa menatap tajam pada jalur panjang menuju perbukitan dengan kesabaran yang kian menipis. Sudah lebih dari 48 jam, pencarian yang dilakukan oleh tim penyidiknya sama sekali belum mendapat perkembangan yang berarti. Hana masih menghilang bersama kakak sepupunya yang sudah membuatnya geram.
Sebuah penginapan kecil adalah tempat terakhir yang sempat ditempati mereka, namun tidak ada petunjuk yang berarti. Hanya ada toko pakaian yang mendekati perbatasan yang sempat dikunjungi mereka untuk membeli pakaian dan kembali melanjutkan perjalanan hingga ke perbatasan.
Lewat dari kamera perekam jalan, jejak mobil yang dikendarai mereka hanya sampai di ambang perbatasan. Seharusnya, mereka masih tetap berada di Saejang, tapi berkali-kali dilakukan peninjauan lokasi, tetap tidak menemukan sesuatu yang berarti. Ada yang tidak masuk akal dan sudah pasti ada permainan di dalamnya.
“Apa kau yakin jika tidak tahu menahu tentang keberadaan adikmu sendiri?” tanya Jung-Hwa sambil menoleh pada Hyun.
Hyun sedang mengedarkan pandangan ke sekeliling, memperhatikan setiap detail yang ada di sekitarnya, dan menyilangkan tangan dalam ekspresi berpikir. Dalam hidupnya, tidak ada yang bisa melakukan sesuatu secara tersembunyi tanpa tercela, kecuali 3 orang yang dikenalinya. Harabeoji, Joel, dan Petra.
Harabeoji dengan ketenangan dan sikap diamnya yang tak terbantahkan, Joel dengan pengamatan kritis dan sikap dinginnya, sedangkan Petra dengan gayanya yang santai dan kerap kali mengecoh seolah dirinya tidak tahu apa-apa.
Sementara itu, urusan tentang pencarian bukti dari Hana memang dilakukan tanpa sepengetahuan ayahnya, dan tentu saja mengundang kecurigaan Hyun tentang adanya penyembunyian informasi yang lain sebagai pengalihan perhatian.
Lagi, pikiran Hyun mengarah pada tiga orang yang dianggapnya paling mampu melakukan tindakan tanpa sepengetahuan orang lain atau orang terdekat, atau bisa saja mereka memang memiliki niat terselubung dan sengaja membuat mereka tidak tahu menahu tentang apa yang dikerjakan.
“Jika aku tahu, apa mungkin aku akan bersamamu untuk melakukan pencarian selama dua hari ini?” balas Hyun akhirnya, lalu menoleh pada Jung-Hwa yang sudah menatapnya curiga.
“Bagaimana mungkin adikmu pergi dan kau tidak bisa mencarinya? Lelucon macam apa ini?” desis Jung-Hwa tajam.
“Hey, jangan menuduh suamiku dengan sembarangan!” Ashley melangkah tanpa ragu untuk berhenti tepat di hadapan Jung-Hwa dan bertolak pinggang, menatap pria itu dengan tatapan tidak suka. “Satu-satunya orang yang boleh menuduhnya adalah aku. Kau sama sekali tidak diperbolehkan.”
Jung-Hwa memutar bola mata dan menggelengkan kepala. “Aku tidak tertarik dengan drama percintaan yang kau lemparkan, Ashley-ssi. Intinya, bagaimana mungkin adikmu pergi dan kalian tidak tahu sama sekali?”
“Justru itulah yang sedang kami lakukan, yaitu mencari tahu. Mungkin terkesan konyol dan tidak masuk akal, tapi begitulah adanya. Bisa jadi, Tan tahu bahwa ada penyusup di antara kami sehingga hal itu sengaja dilakukan supaya kami tidak keceplosan,” jawab Ashley dengan nada sindiran.
“Maksudmu, aku adalah penyusup?” balas Jung-Hwa lantang.
Ashley menyeringai sinis. “Aku tidak berkata demikian. Lagi pula, motif pencarian yang kau lakukan perlu kugali lebih lanjut. Kau mengetahui ada sesuatu pada Hana setelah mendapat informasi dari Kim Hyu-Ra, tapi kau tidak melakukan apa pun sampai selama itu. Apakah itu tidak aneh? Oh, jangan lupakan juga tentang jabatanmu yang adalah seorang kepala polisi militer yang memiliki akses untuk melakukan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mengawasi. Bukankah itu sangat lucu? Atau mungkin… sengaja?”
Ucapan Ashley membungkam Jung-Hwa yang tidak mampu membalasnya. Hanya menatap tajam dan rahangnya mengetat, tampak tidak senang dengan ucapan tapi tidak menampik.
“Jika kau adalah seorang pengacara, maka kau pasti mengerti tentang asas praduga tak bersalah,” ujar Jung-Hwa kemudian.
“Bukan berarti mendiamkan hal itu tanpa melakukan tindakan seperti membiarkannya dan mengawasi target secara langsung,” timpal Ashley sambil mengangkat kedua alisnya.
“Aku tidak bekerja sendiri. Aku sudah menjelaskan pada Hyun bahwa aku sudah memberitahu Master Kim, juga Joel. Perlu diketahui, akulah yang membantu Joel untuk menemukan titik lokasi sarang Venom dimana kalian bisa menjangkau Severus,” balas Jung-Hwa sengit.
Deg! Hyun yang sedaritadi terdiam, langsung mendelik tajam pada Jung-Hwa saat mendengarkan balasan terakhirnya. Tidak salah lagi, pikir Hyun. Jika memang Jung-Hwa menyampaikan informasi tentang Hana pada Harabeoji dan Joel, maka sejak saat itu, sudah ada tindakan yang dilakukan mereka.
Sistim pelatihan yang dilakukan oleh Eagle Eye adalah bisa menjadi apa saja sesuai dengan keadaan, dan tidak bisa menampik soal musuh menjadi kawan, atau kawan menjadi musuh.
Lagi pula, Hyun pernah menjadi penyusup untuk menghancurkan Black Panther, sangat natural dalam menjadi kawan bagi lawan, lalu menghancurkannya perlahan. Jika apa yang dipikirkan saat ini adalah benar, maka itu berarti dia perlu memahami situasi yang terjadi saat ini. Bahwa Joel dan Petra sedang melakukan sesuatu. Saat ini.
“Apa tujuanmu sebenarnya, Jung-Hwa?” tanya Hyun kemudian, sambil menarik Ashley mundur agar menjauh dari pria itu. “Apa kau ingin dianggap sebagai pahlawan negara dengan menghancurkan seorang kriminal seperti Ju Ik-Joon, atau organisasi hitam seperti Venom? Atau bisa jadi, Eagle Eye yang menjadi incaranmu?”
Hyun menyeringai sinis ketika melihat ekspresi wajah Jung-Hwa yang berubah kaget selama sepersekian detik, lalu kembali normal. “Jika aku ingin menghancurkan kalian, bagaimana mungkin aku bisa memberitahu semua informasi itu pada pemimpin kalian?”
“Karena kau tahu kami sangat mampu mencari hal yang tidak bisa ditemukan oleh lawan, sementara kau tidak tahu bagaimana caranya membongkar semua kejahatan dan membutuhkan bantuan. Hanya saja, caramu sangat tidak pantas,” balas Hyun tanpa eskpresi.
“Apa maksudmu? Tuduhanmu sangat tidak masuk akal!” desis Jung-Hwa sinis, dan tim kepolisian yang mengikuti pencarian, kompak mengarahkan senjata pada Hyun dan Ashley.
Sama sekali tidak terpengaruh, tapi justru sama-sama tersenyum, baik Hyun dan Ashley memperhatikan mereka dengan tatapan remeh. Mereka sedang berada di hutan bambu yang ada di jalur perbukitan, tepat di titik lokasi hilangnya jejak Tan dan Hana dari kamera pengawas yang terpasang di beberapa titik jalan.
“Kau berusaha mencari tahu tentang adanya sesuatu yang tertanam dalam tubuh Hana, mengandalkan teori yang dikemukakan oleh Joel. Meski kau terkesan membantu, tapi sebenarnya, kau juga tidak menyukai eksistensi Eagle Eye dalam menanggulangi kasus yang seharusnya kau selesaikan, bukan begitu? Terlebih lagi dalam hal ini berhubungan dengan keluarga besarku,” ucap Hyun sambil memasukkan dua tangan ke dalam saku.
“Itukah pendapatmu tentang apa yang sudah kulakukan dalam menjaga dan melindungi Hana?” celetuk Jung-Hwa dengan satu alis terangkat.
Hyun hanya tersenyum sinis. “Perlukah aku menyampaikan pendapatku secara ekstrim? Kau yang katanya adalah tunangan dan mencintainya, tapi justru membiarkannya terkurung dalam distrik ini karena signal kuat yang ada dalam tubuhnya. Bisakah aku berpendapat bahwa kau tidak ingin hal itu keluar dari tubuhnya? Atau kau mengenal beberapa tokoh kriminal yang ada dalam master data dan merasa perlu melindungi para kriminal itu untuk menutupi ketidaksiapan kepolisian negara ini yang kurang tegas? Atau juga, kau tidak ingin Eagle Eye yang mengatasi hal ini dan merasa dirimu kalah dalam bersaing?”
“Jika itu benar, tanganku sudah gatal untuk memberimu pelajaran,” tukas Ashley dengan dingin.
Jung-Hwa tersenyum sinis sambil menatap keduanya dengan tajam. “Sungguh sangat lucu melihat kalian yang membaca situasi dalam keadaan seperti ini. Jika memang begitu, lantas apa yang ingin kalian lakukan? Bukankah sudah jelas jika kalian sama-sama dipermainkan oleh keluargamu sendiri?”
“Selalu ada alasan di balik semua tindakan. Mungkin saja, ada yang mereka ketahui sebelum kami menyadari,” komentar Hyun datar.
“Apa kau barusan mengakui, jika kau adalah salah satu polisi kotor yang ingin mencari nama dengan membantu seolah kau adalah kawan, tapi ternyata musuh dalam selimut?” ujar Ashley sambil mendelik sinis pada beberapa orang yang mulai mendekat.
Jung-Hwa hanya menyeringai sinis dan tampak tidak menggubris pertanyaan Asley dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling sambil mengarahkan alat pelacak untuk mencari signal yang tertangkap di sana. Pria itu memerintahkan kepada orang-orangnya untuk mengepung Hyun dan Ashley, sementara dia segera beranjak meninggalkan lokasi itu dengan diikuti beberapa orang pilihannya.
“Seharusnya kau bisa sepintar adikmu yang sudah menaruh kecurigaan pada orang itu, sampai tidak ingin ikut dalam pencarian bersamanya,” bisik Ashley dalam suara rendah dan mulai mengubah posisi untuk berdiri membelakangi Hyun, mendekatkan punggung keduanya.
“Apa kau tidak tahu jika ada yang harus terjun ke lapangan untuk membuka jalur?” balas Hyun sambil mengawasi kepergian Jung-Hwa ke sisi Timur.
“Angkat tangan dan jangan bergerak!” seru satu orang dari tim kepolisian itu, dimana mereka masih mengarahkan senjata.
“Maaf sekali, hanya ada satu pria sialan yang boleh berseru padaku seperti itu, dan itu bukan dirimu,” balas Ashley yang langsung melempar sebuah pisau kecil ke arah orang itu dan segera bertindak tanpa pemberitahuan, seperti biasanya.
Hyun mengumpat dalam hati dengan tindakan Ashley yang selalu membuatnya harus bergerak tiba-tiba untuk menghindar dari beberapa tembakan yang mengarah pada mereka berdua.
“Bisakah kau memberitahu jika ingin bertindak? Bagaimana jika kau tertembak?” sewot Hyun sambil mendorong mundur Ashley untuk membungkuk, lalu menarik pisau dari sisi boots yang dikenakan Ashley, dan melempar ke arah penembak.
“Kau tidak akan membiarkanku tertembak, Oppa,” balas Ashley yang menarik pistol dari balik mantel yang dikenakan Hyun, dan menembak tanpa ragu.
Tiga kali tembakan terdengar, bersamaan dengan tiga orang yang terkapar. Sisa yang lainnya mulai berpencar, ada yang bersembunyi untuk mengawasi, dan ada yang berusaha untuk menggapai tapi sudah ditaklukkan oleh Ashley. Di dalam hutan bambu itu, Hyun yakin jika ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh duo petinggi.
Menekan alat komunikasi di telinga sambil mengejar para tim Jung-Hwa yang melarikan diri, Hyun berlari cepat diikuti Ashley di belakangnya. Dia mendelik ke sisi kanan, dimana adanya gerakan cepat yang menyusul mereka dalam balutan serba hitam. Rosie, hm.
“Sudah cukup tua untuk berlari lebih cepat, Kakak Ipar?” ejek Nayla dari alat komunikasinya, dan bergerak cepat mendahului Hyun.
“Sudah kukatakan bahwa orang itu bermasalah tapi kau tidak percaya padaku. Meski dia adalah teman kuliahmu, rasanya itu sudah cukup menjadi pelajaran bahwa dia tidak bakat dalam menjadi teman,” suara Shin yang terdengar masam, menyusul setelah panggilannya berhasil.
“Untuk itukah kau bersantai di mansion?” balas Hyun dengan terengah, sambil mengarahkan pistol ke arah kiri, menembak tanpa ragu, dan terdengar suara orang terjatuh.
“Oh, benar sekali. Aku sedang bersantai setelah menggeledah satu distrik ini dan mendapatkan banyaknya kamera pengawas dengan lambang Venom bersama si Kembar. Jin-Wook sedang sibuk berkomunikasi dengan ayahnya, and guess what? Adik kita, Tan, sudah selesai melakukan tugasnya dengan baik.”
Hyun spontan berhenti ketika mendengar pemberitahuan Shin, sama sekali tidak memperhatikan Ashley yang bergerak melewatinya. “Maksudmu?”
“Tan sudah melakukan pekerjaannya dengan baik. Penyelesaian terakhir akan segera dilakukan,” jawab Shin.
“Jung-Hwa…,”
“Oh, dia sedang mencari signal yang mengarah pada sebuah terowongan bawah tanah, tempat dimana Tan dan Hana sempat berada di sana. Kusarankan agar kau tidak perlu menyusul karena tidak ada jalan keluar.”
“Darimana kau tahu semua ini?”
“Sekitar 5 menit yang lalu, oleh Jin-Wook sialan yang sudah mengetahui semuanya dan tidak memberitahu kita. Itulah tugas sialannya setiap kali berada di sekitar kita.”
“Untuk?”
“Untuk mengecoh teman sialanmu yang bermuka dua. Satu sisi dia bekerja sebagai kepala militer, satu sisi dia adalah salah satu klan Venom yang tersisa. Kini kau tahu kenapa Hana masih bertahan di tempat ini, bukan? Misinya adalah memastikan Hana tidak keluar dari distrik terkutuk ini, dengan harapan master data tidak akan didapati oleh siapa pun. Juga, dia tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan hal itu, selain membunuh Hana, tapi… terjebak dengan perasaan yang tiba-tiba menjadi hambatan.”
Hyun masih bergeming dan mendengarkan kembali beberapa informasi terkait, sambil memberi signal peringatan pada Ashley dan Nayla. Beberapa tim sudah dilumpuhkan oleh dua wanita itu, tapi tidak berarti apa-apa sebab ada banyak yang menyusul untuk membekuk mereka.
“Jung-Hwa tetap perlu diamankan. Setidaknya, dia tidak menyakiti Hana, belum mengambil master data, dan hanya mendiamkannya,” putus Hyun akhirnya.
Shin hanya berdecak di sebrang sana, disusul dengan beberapa keluhan dari Ashley dan Nayla yang diabaikannya, karena kali ini, Hyun perlu melanjutkan untuk mengejar Jung-Hwa. Bisa jadi, alasan Hyu-Ra dalam memilih Jung-Hwa adalah karena pria itu begitu berhati-hati dalam melakukan setiap tindakannya. Bermain aman.
Satu ponsel kecil khusus yang berada di saku segera diambil, mengetik angka satu untuk melakukan panggilan, dengan tatapan waspada ke sekeliling untuk berjaga-jaga. Suara kekehan ringan menyapa di telinga, tanda panggilan sudah masuk.
“Menarik,” komentarnya ringan. “Bahwa pengalamanmu tentang penyamaran dan penyusupan sama sekali tidak berguna saat ini.”
“Kau cukup pandai dalam bersandiwara, Petra. Dimana kau? Aku yakin kau sudah bertindak untuk melakukan sesuatu,” balas Hyun cepat.
“30 detik,” jawab Petra. “Oh tidak, 20 detik. Belok ke arah kanan, ambil jalan tersempit untuk menjangkauku.”
Hyun segera melakukan apa yang diucapkan Petra dan tiba di lokasi yang disebutkan dalam hitungan persis yang disebutkan Petra. Dia bernapas terengah sambil menatap Petra yang sudah duduk santai di atas kap mobil, bersama dengan Ashley dan Nayla yang tampak fokus melihat iPad yang dipegangnya.
“Lamban sekali,” celetuk Petra tanpa mengalihkan perhatian.
“Jadi, istri dan iparku bersekongkol untuk membohongiku?” desis Hyun sambil menatap Ashley dan Nayla secara bergantian.
“It called proffesional. Sejak dulu, Orchid League tidak pernah memihak Eagle Eye,” balas Ashley tanpa beban. “Lagi pula, aku baru tahu hal ini sekitar setengah jam yang lalu, atau saat Joel menghubungiku.”
“Aku memberitahu Nayla untuk bersiap, mengingat Shin dan yang lainnya sedang sibuk bekerja,” timpal Petra santai.
“Dan Jung-Hwa?” tanya Hyun.
“Sudah memasuki underground itu, bersama dengan orang-orangnya,” jawab Petra santai.
“Apa yang akan mereka dapatkan di sana?” tanya Hyun sambil bergerak untuk ikut menyaksikan apa yang tertera di layar iPad.
Petra memainkan beberapa hal di layar iPad sambil menyeringai, berusaha mengecoh para target dalam memberi signal buatannya, dan menekan sisi telinga untuk berkomunikasi. “Sisi selatan, jalur kedua, seorang pria berpakaian resmi, diikuti tiga orang anggotanya, memegang pistol raging bull 454. Red code.”
“Konfirmasi visual?” tanya Hyun dan Petra langsung mengangguk.
“Aku muncul untuk bersenang-senang. Bagaimana mungkin aku membiarkannya masuk ke dalam dan menyergap begitu saja? Tentu saja, aku ingin sedikit bermain agar terkesan aku sedang bekerja, meski duduk santai di sini pun pekerjaanku bisa selesai,” jawab Petra mantap, dan langsung mendapat toyoran kepala dari Ashley.
“Damn you, Bitch? Kenapa aku selalu merasa tidak senang jika bertemu denganmu?” umpat Petra sambil melotot tajam pada Ashley yang tampak biasa saja.
“Karena berhubungan denganmu selalu membuatku kesal,” balas Ashley sambil mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
“Hyun, lihat istri gilamu! Aku heran kenapa kau bisa memilihnya. Jika aku tidak menghargaimu, sudah lama aku ingin merobek mulut sialannya itu!” desis Petra sambil menatap Hyun tajam dan menunjuk Ashley kasar.
“Bisakah kita kembali pada rencana semula? Dimana Tan dan Hana sekarang?” tanya Nayla sambil menatap Petra dan Ashley dengan ekspresi menegur.
“Tentu saja mereka sudah selesai,” jawab Petra ketus.
“Apa maksudmu dengan selesai?” balas Hyun langsung.
“Joel dan Tan sudah melakukan pengambilan master data dari tubuh Hana dan ibunya. Mereka masih tidak sadarkan diri, tentu saja. Masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan selagi Joel dan Tan melanjutkan pekerjaannya,” ujar Petra sambil berjalan menuju ke sisi mobilnya. “Begitu juga dengan kita. Ayo masuk."
To be continued...
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Lanjutan Dan penjelasan akan update besok.
Good night 💜
Nih, kasih muka songong Tan dulu.
29.04.2020 (21.59 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top