Part 6
Aerylin berjalan di koridor kelas sambil bersenandung kecil. Di tangannya tergenggam sebuah buku beserta pulpen. Satu persatu ruang kelas dilewati cewek berkuncir kuda itu hingga dia berhenti tepat di depan ruangan dengan papan yang bertuliskan 'perpustakaan'. Keningnya sedikit berkerut kala melihat perpustakaan tersebut seperti tidak berpenghuni. Sepi. Meskipun memang hari-hari biasanya juga sudah sepi. Tapi, paling tidak, ada petugas atau beberapa siswa berlalu lalang di sekitar ruangan tersebut, mengingat letaknya yang berada di pojok.
Tapi Aerylin nggak mau terlalu peduli. Toh, dia kesini cuma mau minjem buku rangkuman matematika. Setelah dapat, pergi, deh. Mengangkat bahu, tangan Aerylin terangkat, membuka pintu.
"Permisi,"
Begitu pintu terbuka, aroma buku yang tercampur dengan pengharum ruangan langsung menyelusup ke dalam rongga hidungnya. Mata Aerylin berpendar, mencari keberadaan petugas perpustakaan yang biasanya berjaga di meja depan. Namun, tetap saja kosong.
Perlahan, Aerylin melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Dia mengitari rak demi rak yang menjulang tinggi hingga ke sudut belakang perpustakaan. Tapi langkahnya seketika terhenti begitu mendapati Sakha yang tengah duduk sambil membaca buku dengan kedua telinga yang terpasang earphone.
Tanpa sadar, Aerylin memiringkan kepala, menatap wajah Sakha yang entah kenapa semakin menarik perhatiannya saat sedang fokus seperti itu. Belum lagi kacamata baca yang bertengger di hidung mancung Sakha, menambah kesan manly pada cowok itu. Selama beberapa waktu, Aerylin benar-benar terkesima pada Sakha sampai tiba-tiba, ucapan Heru kemarin terngiang di kepalanya, membuat Aerylin sontak tersadar dari lamunannya lalu merutuk kecil.
Dengan tergesa, Aerylin langsung membalikkan badan. Namun, karena kurang hati-hati, tidak sengaja tubuhnya menabrak salah satu rak hingga sebuah buku tebal yang terletak di atas rak terjatuh dan hampir mengenai kepala cewek itu jika saja tidak ada yang menarik tangannya untuk menyingkir, membuat buku tersebut akhirnya jatuh tergeletak di lantai.
Aerylin reflek menjerit kecil. Dia menatap buku tersebut dengan raut kaget. Helaan napas lega meluncur dari bibirnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau buku tersebut mengenai kepalanya. Beruntung ada orang yang menolongnya.
Eh, tunggu. Apa tadi? Menolongnya?
Tatapan Aerylin langsung beralih. Ketika kepalanya mendongak, dia sontak memekik tertahan. Wajah yang tadi menarik perhatiannya kini tepat berada di depan matanya. Meski tinggi Aerylin hanya sebatas bahu Sakha, dia tetap bisa menatap mata almond berbingkai kacamata baca milik Sakha yang entah kenapa malah membuatnya terbuai.
Dan dia baru menyadari kalau selain ganteng, Sakha itu enak diliat dalam waktu yang lama.
"Lo emang orangnya ceroboh, ya?"
Saat Sakha membuka suara, manik hitam Aerylin langsung terfokus pada bibir merah delima cowok itu, seolah-olah tengah memberitahukan kalau Sakha bukanlah seorang perokok.
Sementara Sakha kontan mengerutkan kening karena Aerylin tidak menjawab dan malah melamun. Kala matanya mengikuti arah pandang Aerylin, Sakha spontan memutar kedua bola mata lalu menyentil kening Aerylin, membuat cewek itu mengaduh sakit sambil mengelus kening.
"Liat apaan lo?" Sakha melepas pegangannya pada pergelangan tangan Aerylin kemudian sedikit menjaga jarak. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.
Seketika Aerylin salah tingkah. Dia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, guna mengurangi kegugupan yang melanda. "Nggak liat apa-apa, kok."
Sakha mendengus. Dia agak membungkuk untuk mengambil buku yang jatuh tersebut lalu menaruhnya kembali di rak. Lantas, cowok itu berderap menuju tempat duduknya lagi.
"Biasain liat sekitar, biar nggak ceroboh." Celetuk Sakha yang dibalas pelototan tak terima oleh Aerylin.
"Gue nggak ceroboh!" Elak Aerylin sembari duduk di depan Sakha.
"Tapi gue liatnya gitu," jawab Sakha kalem.
"Kita baru beberapa kali ketemu, tapi lo udah dengan seenaknya mengklaim kalau gue ceroboh. Sok tau banget!"
Mendengarnya, Sakha hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai balasan dan memilih untuk melanjutkan bacaannya.
Aerylin yang merasa dikacangin, merangsek memajukan tubuh, ingin melihat buku yang dibaca cowok berkulit putih itu. Dan yang didapatinya adalah tulisan dalam bahasa inggris, membuat kepala Aerylin menjadi pusing seketika. Dia memang tidak ahli di bidang bahasa inggris. Paling taunya cuma beberapa kata saja. Itupun kadang-kadang keliru artinya.
"Lo bisa bahasa inggris?" Tanya Aerylin tiba-tiba.
Sakha melirik Aerylin sebentar lalu mengangguk pelan. "Lumayan."
"Kok, bisa? Lo les private, ya, di luar sekolah?"
"Enggak,"
"Terus? Gue aja yang sekolah udah hampir sebelas tahun, bahasa inggrisnya masih berantakan. Kalah pokoknya kalau dibandingin sama anak bule."
Sakha kontan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap aneh Aerylin. "Selain ceroboh, otak lo emang agak bermasalah, ya?"
Aerylin mencebik. "Enggak dua-duanya."
Kemudian, Aerylin memundurkan tubuhnya lalu berpangku dagu. Dia menatap Sakha lamat-lamat. Menelisik wajah cowok itu yang terlihat tanpa celah. Tapi alisnya seketika berkerut kala menyadari kalau ternyata wajah Sakha agak kebule-bulean. Terbukti dari freckless yang menghiasi bagian batang hidung mancungnya, juga warna iris mata Sakha yang cokelat kehijauan.
"Lo ada gen bule?"
Pertanyaan yang diajukan Aerylin secara mendadak langsung menghentikan pergerakan Sakha yang hendak membuka halaman selanjutnya. Terdiam sejenak, Sakha pun mendongak, menatap datar cewek itu.
"Lo nggak perlu tau." Ucap Sakha dingin.
"Apa yang salah? Gue, kan, cuma nanya doang."
"Pertanyaan lo yang salah." Sakha menutup buku dan bangkit. Tapi, ketika dia ingin pergi, ponselnya berdering nyaring. Sembari merogoh ponsel di saku, cowok itu melangkah dengan tergesa menuju pintu perpustakaan.
Samar-samar, Aerylin sempat mendengar nama 'Leony' terucap di bibir Sakha begitu cowok itu mengangkat panggilan, membuat Aerylin langsung menyimpulkan kalau orang itu sepertinya mempunyai peran penting di hidup Sakha. Mengingat wajah Sakha yang berubah serius dan langkahnya yang menjadi tergesa.
Benak Aerylin mendadak dipenuhi pertanyaan tentang Sakha. Cowok itu terlihat misterius dibalik sikapnya yang kadang berubah-ubah. Dan kalau sudah begini, tandanya cuma satu.
Dia harus mencaritahu jawabannya.
~~~
Sabtu, 13 Juni 2020
Happy weekend semua 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top