Part 2

Suasana kantin di SMA Astraguna Garda pada jam istirahat terlihat begitu ramai. Para murid saling berteriak saat mereka memesan makanan, hingga menimbulkan suara bising. Tak mau ketinggalan, Aerylin pun ikut berteriak dari tempatnya duduk.

"PAK YAN, RYN BELI MIE AYAM BAKSO SAMA ES JERUKNYA SATU."

"SIAP NENG RYN!"

"Berisik amat lo Yer." Momo yang sedang menonton ulang MV idol kesayangannya--BTS--merasa terganggu dengan teriakan melengking sahabatnya itu.

"Lo nggak pesen, Mo?" Tanya Aerylin tanpa mengindahkan gerutuan Momo. Dia mengambil beberapa tisu lalu merobeknya menjadi kepingan kecil.

Kebiasaan Aerylin kalau lagi nggak ada kerjaan.

"Males. Mending uangnya ditabung buat beli kuota. Biar bisa streaming BTS." Jawaban Momo langsung mendapat cibiran dari Aerylin. Dia menggumpalkan beberapa lembar tisu lalu melemparnya ke arah Momo yang sedang duduk di hadapannya.

"Dasar k-popers. Lebih mentingin kuota daripada perut sendiri. Kalau lo sakit, gue nggak mau repot, ya!"

Momo berdecak dan balas melempar tisu pada Aerylin. "Ngaca, Neng! Siapa yang kemarin-kemarin nangis gara-gara D.O sama Xiumin pergi wamil?"

Mendengarnya, Aerylin hanya bisa meringis sambil menutupi wajahnya dengan tisu. Sumpah, dia juga malu pake banget saat mengingat kejadian dimana dia menangis histeris di kamar ketika melihat berita kalau Xiumin akan pergi wamil yang disusul oleh D.O beberapa pekan kemudian.

Sebenarnya, dia tidak seperti Momo yang nge-fans BTS garis keras. Hanya saja, Aerylin cukup sering mengikuti berita terkait EXO. Selain lagu mereka yang bagus, prestasi mereka juga tidak kalah mengagumkan jika dibandingkan dengan wajah para idolnya.

Jadi, begitu tau kalau member EXO bakal berkurang lagi, meski hanya sementara, dia tetap merasa sedih.

Tapi, di luar itu semua, Aerylin memang menyukai lagu apapun yang menurutnya enak didengar, tidak peduli bergenre apa dan berasal dari negara mana. Mangkanya, dia cukup tau banyak lagu dari zaman dulu hingga sekarang.

"Siapa, sih, yang nggak sedih ditinggalin dalam waktu yang lumayan lama? Belum lagi Lay yang nggak tau kapan balik ke EXO." Aerylin bertopang dagu, meratapi nasibnya yang tidak akan bisa melihat kehadiran Xiumin dan D.O di setiap kegiatan EXO lagi, setidaknya dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun.

"Nanti juga balik lagi." Kata Momo santai, membuat mata Aerylin melotot.

Dia membuka mulut, hendak protes namun terurung karena Cecel datang sambil menyodorkan pesanannya. Kini fokus cewek itu teralih. Dia menatap lapar semangkuk mie ayam bakso dan es jeruk yang terhidang di hadapannya.

'Akhirnya cacing-cacing di perut gue nggak bakal kelaperan,' batinnya berucap dengan tangan yang mengelus perut. Tanpa ba bi bu, dia memakan makanannya dengan lahap.

"Kok, lo yang bawa pesenan Aer, Cel?" Tanya Momo heran. Sementara Aerylin memilih untuk tetap makan. Tampak tidak tertarik untuk sekadar bertanya pertanyaan yang sama dengan Momo meski dia pun sempat heran.

Karena bagi Aerylin, makanan adalah segalanya.

Mendengus, Cecel menghempaskan bokongnya di bangku sebelah Momo. Dia mencomot kentang goreng pesanannya lalu memakannya.

"Tadi gue lewat gerobaknya Pak Yan, terus dititipin pesenannya Aer. Mana gue juga bawa makanan sama minuman. Udah gitu rame lagi. Rasanya gue kayak bawa porselen yang harganya bisa sampe jual ginjal. Hati-hati banget. Salah dikit, ancur semua."

Momo terkekeh. "Nggak apa-apa. Sekalian ngelatih skill keseimbangan. Lo mau jadi model, kan?"

"Ya, tapi nggak gitu-gitu juga kali." Ucap Cecel sambil berdecak sebal.

"Walaupun kecil, tapi tetep berguna, Cel."

Cecel memutar kedua bola mata. "Terserah lah."

Kemudian, hening. Mereka bertiga kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing hingga Aerylin berhasil menghabiskan makanannya. Setelah meminum es jeruk sampai habis, matanya menyisir seisi kantin yang sudah tidak seramai tadi, untuk mengusir kebosanan. Karena kebetulan, ponselnya berada di dalam tas.

Dan tatapan Aerylin jatuh pada salah satu dari tiga cowok yang duduk di bangku paling pojok, dekat pintu. Seseorang yang menjadi bahan gosipan tadi pagi di dalam kelas. Cowok itu sedang duduk selonjoran di atas kursi sembari memainkan ponsel.

Tapi, entah kenapa, Aerylin seperti salah fokus. Beberapa helai rambut hitam kecokelatan milik Sakha jatuh mengenai kening cowok itu, ditambah wajah seriusnya yang sesekali didukung oleh kernyitan alis membuat wajahnya terlihat makin mempesona.

Demi kerang ajaib, Aerylin hampir khilaf!

Namun, buru-buru dia menggelengkan kepala, mengenyahkan semua pemikiran absurd yang berkeliaran di kepalanya.

Apa-apaan, sih, dia? Kenapa jadi norak gini gara-gara liatin Sakha?

Tapi anehnya, Aerylin tidak bisa melepaskan tatapannya pada Sakha. Setiap gerak-gerik cowok bermata almond itu tidak pernah luput dari pengamatannya.

Merasa diperhatikan, Sakha mengangkat kepala, balik menatap Aerylin dengan alis yang terangkat satu.

Seketika, Aerylin gelagapan karena tertangkap basah. Kontan dia memutuskan kontak mata di antara mereka berdua sambil membenarkan posisi duduknya, menutupi rasa gugup yang menghinggap.

"Kapan dapet matematika? Abis istirahat bukan?"

Eh?

Spontan Aerylin merutuki kebodohannya begitu menyadari pertanyaan yang dia ajukan karena salah tingkah. Sedangkan Momo dan Cecel langsung menghentikan kegiatan mereka lalu menatap Aerylin terkejut.

"Tumben banget lo nanya gitu. Biasanya, kan, lo paling anti ngomongin matematika." Ucap Momo tak habis pikir.

Selama ini, Aerylin dan matematika itu kayak musuh bebuyutan. Ngelirik bukunya aja jarang, sekalipun ada ulangan. Paling-paling, buka buku matematika buat jadi penutup hape pas jam pelajaran matematika berlangsung.

Aerylin nyengir kuda. "Siapa tau Bu Sri nggak masuk. Bisa free class." Katanya beralasan.

"Nggak ada kata free class kalaupun Bu Sri libur. Pasti ada aja tugas yang harus dikumpul." Balas Cecel sedikit kesal.

"Tapi, Bu Sri juga nggak suka sama murid yang telat. Bentar lagi istirahat selesai. Gue mau ke kelas, takut dihukum."

Aerylin melihat arloji di pergelangan tangannya lalu berdiri. Lantas, dia berderap menuju pintu kantin dengan tergesa.

"Eh, tunggu Yer!" Seru Cecel seraya mengekori Aerylin yang diikuti Momo.

Ketika melewati meja Sakha dan teman-temannya, diam-diam Aerylin melirik ke arah cowok itu yang sudah kembali berkutat pada ponselnya, sebelum akhirnya keluar dari kantin.

~~~

Wamil : wajib militer

Sabtu, 06 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top