Chapter 8 - Deep END


Lagi-lagi, sejatinya, Kagome tidak mengambil kesempatan untuk berusaha pergi atau membunuh sang lelaki. Tidak juga lisannya melahirkan gemuruh yang selama ini terkandung di hati. Semua adegan itu hanya angan-angan semata. Faktanya, Kagome hanya membuat tubuh pria itu membeku sementara hanya untuk mengejar pencapaiannya saja. Setelah yang dikejar telah tergapai, ia malah tenggelam dalam air mata.

Ketika tangisnya telah mereda dan logika mulai diraihnya, Kagome mengangkat kepala. Di tengah keheningan, mereka hanya saling menatap.

Kagome pribadi pada awalnya tidaklah mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Nalarnya menampik meski nuraninya mengiyakan. Dia selalu menyalahkan berlian terkutuk yang tertanam di suatu bagian di tubuhnya, dia terus menunjuk Magatsuhi atas semua pikiran buruk yang ia miliki.

Benar adanya, di setiap menit, tiap detik, selalu ada pertarungan di dalam jiwa Kagome. Sisi murni dan sisi tercemar bola empat arwah terus bertarung untuk memenangkan pikirannya, untuk mengambil alih tindak-tanduknya. Dan kini, setelah ia disekap oleh laki-laki itu, keinginan-keinginan gelap yang selama ini terkubur niscaya bertambah kuat. Terlebih lagi, dengan hilangnya segel suci sebagai perawan kuil juga sebagai seorang wanita, kekuatan di dalam dirinya yang tadinya seimbang kini menjadi timpang. Perlahan-lahan, sisi jahat menggerus sisi baik. Cahaya kebajikan masih bersinar terang, tapi pekat di sekelilingnya kian meraja.

Tentu saja, sisi gelap permata terkutuk itu pun memiliki andil besar atas segala pemikiran menyesatkan. Akan tetapi, jika Higurashi Kagome harus jujur pada diri sendiri, cikal bakal penyimpangannya telah lama tertanam. Sejak masa pubertas, ia menikmati peran sebagai korban. Hubungannya dengan manusia setengah siluman bermulut kasar yang terus menyakiti perasaan dan petualangannya di masa lampau pun sudah merupakan suatu pembuktian. Rasa tanggung jawab tak lebih dari selubung kenyataan. Ia tidak pernah benar-benar merindukan kehidupan normal, faktanya, ia adalah perempuan yang dahaga akan bahaya dan selalu menikmati ketegangan.

Keputusan yang akan diambil Kagome kemudian bukan karena ia pernah sekali jatuh hati pada seseorang yang tepat di waktu yang salah. Tidak, Kagome bukan lagi remaja bodoh yang salah mengartikan satu perlakuan. Tak terbantahkan, ia pernah tenggelam dalam sakit yang tak terhingga secara fisik maupun mental. Hati rapuhnya sudah dewasa untuk membedakan rasa. Namun begitu, semua yang ia utarakan dalam khayalan-khayalannya tadi adalah kejujuran juga kebenaran. Miko itu melihat refleksi diri di jiwa pria yang telah menyekapnya.

Boleh jadi sisi gelap yang membuat Kagome rela menyiksa diri sampai mati. Mungkin saja sisi cahaya yang menyelipkan asa suci ke dalam nurani, bahwa ia dan laki-laki itu masih dapat terselamatkan. Entah apa yang tengah dan akan terjadi. Semua akan ia ketahui nanti. Ketetapan hatinya bulat sudah, Kagome memutuskan untuk bertahan di sana sedikit lebih lama. Itu adalah satu hal yang pasti. Kagome hanya mampu menerka berapa banyak nyawa yang pernah lelaki itu renggut, tapi ia tidak dapat menyangkal bahwa saat itu ia tidak peduli. Ia tak sanggup lagi menahan perasaan di lubuk hati.

Wanita itu melepaskan rangkaian mantra penaklukkan hanya dengan kedipan mata. Dalam tempo singkat pria itu menyadari tubuhnya dapat kembali berfungsi seperti sedia kala. Segera saja pria itu mendorong tubuh Kagome agar menjauh dari dirinya dengan kasar. Dari ekor mata, ia melihat wanita itu duduk meringkuk, dengan kepala tertunduk, dan tangan terikat yang menutupi dada. Ia mengarahkan punggung pada Kagome, lalu mengenakan kembali boxer serta celananya.

Tae Gu memungut segala peralatan dan senjata yang telah ia gunakan, membersihkannya secara asal dengan tisu, lalu mengamankannya di tempat semula. Selama itu, kalimat yang sama terus terulang dalam benak, 'apa yang baru saja terjadi?' Secara perlahan otaknya kembali menelaah rentetan adegan yang telah berlaku. Pelik untuk dipercaya, apa yang telah ia perbuat dan apa yang wanita itu mampu lakukan.

Kemampuan regenerasi wanita itu amatlah menakjubkan, namun yang barusan ia saksikan sangatlah mengerikan. Tanpa satu sentuhan dan hanya dengan pandangan yang dilayangkan tubuhnya sontak tak dapat digerakkan. Jika saja wanita itu memang berniat melepaskan diri darinya, maka itu akan sangat mudah dilakukan. Bahkan tanpa kesulitan wanita itu dapat membunuhnya kapanpun ia inginkan. Kendati demikian, ia tidak melakukan hal itu, tidak sejak enam hari yang lalu ia menyekapnya. Mengapa?

Sesungguhnya, apa yang Kagome rencanakan? Mengapa wanita itu berdiam diri menerima perlakuannya yang semena-mena? Apakah Kagome hanya mengulur waktu dan ingin balik mempermainkan jika momennya tiba? Mungkinkah ekspresi yang ditampilkan wanita itu selama ini hanya sandiwara belaka? Sebagian hati Tae Gu mengenyahkan dugaan itu, ia adalah manipulator ulung yang telah lama mengecoh dunia. Dari semua orang, ialah yang paling dapat membedakan emosi asli maupun artifisial. Amarah, rasa sakit, dan kedukaan yang pernah ditampakkan wanita itu adalah yang sebenar-benarnya. Akan tetapi, begitu banyak hal janggal yang tak dapat logikanya terangkan. Jalan pikiran yang serupa dengan gumpalan benang kusut itu membuatnya jauh dari pemahaman. Tae gu merasa bahwa ia terlalu banyak merampas kesempatan yang pada akhirnya akan balik menyudutkan.

Refleks, mata pria itu bergerak ke arah sosok yang mentalnya perdebatkan. Tiba-tiba, tanpa diperintah, tangannya bergerak cepat. Ia merogoh saku, meraih kunci mini, membuka laci, mengambil satu benda yang ada di sana sebelum mendekati tawanan.

Kagome tak dapat menyembunyikan kekagetan ketika pria itu berjongkok di depannya. Suara unik saat bagian tajam pisau utilitas didorong keluar langsung membuat degup jantung sang miko melonjak pesat dan menggedor rongga dadanya kuat-kuat. Belum sempat ia berprasangka, laki-laki itu telah selesai memutus tali yang menjerat tangannya. Bilah pipih pisau multifungsi itu telah kembali masuk, pria itu pun lantas berdiri membelakanginya.

Sepintas, Tae Gu memandang cemas benda di tangan kiri. Ia pribadi khawatir akan perubahan diri. Ia tidak pernah mengira sebelumnya bahwa bercinta dengan seorang wanita akan membuat batinnya begitu kacau. Mengikuti arus pemikirannya, Tae Gu hampir saja menggeleng secara harfiah. Kagome memang bukan wanita manapun yang ia temui. Dan ia terus menepis kenyataan bahwa pengalaman intim pertama kali bagi wanita itu maupun dirinya tidak akan berpengaruh sama sekali dengan pendapatnya di masa mendatang. Lagipula, yang tadi ia setubuhi adalah mayat, bukan?

Kala benak Tae Gu menelisik lebih dalam lagi, ia menyadari bahwa jauh sebelum mereka terkait aktivitas seksual, sedikit demi sedikit, sang mangsa sudah lama menyelinap dan memengaruhi sebagian dirinya. Pahit untuk diakui, apa yang wanita itu utarakan tentang ia yang terluka dan membutuhkan pertolongan mungkin juga benar adanya. Ia yang biasa dinilai terlalu tinggi maupun terlampau hina hanya dari kulit terluar kini merasa rapuh tanpa cangkang. Kagome mampu menembus dinding pertahanan yang ia bangun, wanita itu berhasil menemukan inti sukmanya yang terpenjara di pusat labirin yang pikirannya dirikan. Sekuat apapun psikopat itu menampik, hati kecilnya terus mengulang kalimat yang sama. Iya, hati kecil, bagian yang telah lama terkucilkan itu kini mulai angkat bicara dan memaksakan satu hal padanya.

Dengan alasan itulah Tae Gu merasa risau. Ketakutannya sungguh bukan tanpa alasan. Meski tanpa kata, wanita itu seakan menggiring dan menariknya perlahan. Contohnya persis seperti saat itu; Tae Gu meraup kemejanya yang terserak di lantai, lalu menaruhnya di atas sandaran kursi. Tanpa menoleh maupun pertimbangan lagi, ia bertutur, "Kau boleh menggunakannya setelah membersihkan diri." Entah apa yang meracuni otaknya, segala ketetapan bagai di luar niat dan kehendak. Hari kedua penyekapan, ia memberi makan wanita itu untuk pertama kali. Kasur lipat untuk beristirahat ia sediakan di hari ke empat. Dan hari ini, di hari ke enam, ia memperbolehkan wanita itu mengenakan pakaiannya. Semua kebaikan hati yang pernah ia serahkan teruntuk sang miko seakan tak memiliki pilihan. Lalu esok, entah apa yang akan dengan segenap hati ia berikan.

Semakin lama berurusan dengan wanita itu ia semakin melemah. Keteguhan pendiriannya lambat laun goyah. Sesuatu yang dimiliki wanita itu seakan bersenandung memanggilnya, menggetarkan hati, menumbuhkan afeksi, dan membangkitkan empati yang telah lama mati. Keinginan untuk lari dan bersembunyi kala itu begitu besar. Meski begitu, melepaskan wanita itu tidak termasuk dalam rencananya. Sudah menjadi perangai Mo Tae Gu pantang menyerah menghadapi tantangan, dan hal itu sejalan dengan kemauan hati kecilnya. Maka dari itu, ia akan menahan wanita itu sedikit lebih lama.

Tae Gu menatap pintu di hadapan, ia berusaha keras untuk melangkahkan kaki dan menolak dorongan hati untuk menoleh terakhir kali demi mengecek keadaan wanita yang disekapnya sebelum pergi. Dan Kagome, dengan segala kegaduhan batin yang menerpa, ia hanya menengadah, memandang punggung pria yang berjalan pelan hendak meninggalkan ruangan.

Diam-diam, bahkan tanpa sang shikon miko itu sendiri sadari, Magatsuhi, mencintai kekelaman jiwa laki-laki yang menyekap Kagome. Sisi gelap itu seakan mendapat energi dari Mo Tae Gu. Ia akan terus menyeru dalam bayangan, agar kedua manusia itu jatuh dalam kenistaan. Jika tidak keduanya, Magatsuhi terus berharap bahwa suatu saat pria itu akan menemukan shikon no tama dari ceceran tubuh Kagome. Dengan begitu, wanita yang selama ini membatasi kuasanya akan mati tanpa mampu hidup lagi dan kepemilikan shikon berpindah tangan. Otomatis, Midoriko yang menjadi simbol sisi baik akan teredam. Dan Magatsuhi bersama pria itu dapat leluasa menyebarkan kejahatan.

Hampir serupa, sisi murni shikon no tama pun terpengaruh dengan keberadaan Tae Gu. Melalui Kagome, Midoriko terus berusaha memandu pria yang tersesat itu ke jalan yang lurus. Secara perlahan, secercah cahaya terus mencari celah, berupaya menerangi kelam yang paling hitam sekalipun. Dan suatu saat nanti, semburat sinar yang merayap pasti akan menyentuh legam di dasar kegelapan hati sang pembunuh berantai.

Selaras dengan pergulatan Magatsuhi dan Midoriko di dalam bola empat arwah, benak Kagome dan Tae Gu pun diserbu oleh beribu pertanyaan yang membahana. Di tengah pekat malam yang membutakan, mereka berusaha mengerti apa yang dipersembahkan oleh takdir. Di antara kesunyian yang memekakkan pendengaran, keduanya tanpa lelah mencoba untuk menerka jawaban yang hanya disediakan oleh masa depan.

Bagaimanapun juga, Higurashi Kagome hanyalah pendeta wanita yang merindukan percik kegilaan. Dan Mo Tae Gu, ia hanya seorang pendosa yang mendamba titik kedamaian. Baik kehancuran maupun keindahan yang akan dibawa esok hari, kedua insan itu tidak memiliki jalan lain selain bertahan dengan ketetapan hati dan menapak lurus ke dalam pusaran badai api.


~The End~

.

.

.

Sedikit penjelasan yang diambil dari berbagai sumber:

Parafilia adalah gangguan seksual dimana seseorang mengalami dorongan seksual yang berulang dan fantasi yang melibatkan objek bukan manusia atau pasangan yang tidak tepat atau tanpa persetujuan, atau ... situasi yang menyakitkan atau merendahkan.

Parafilia diambil dari akar Bahasa Yunani yaitu para (pada sisi lain) dan philos (mencintai).

Individu dengan parafilia menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon terhadap stimulus yang tidak biasa.

Ciri parafilia menurut DSM IV (diagnostic and statistical manual of mental disorder) adalah melibatkan dorongan atau fantasi seksual yang berulang dan kuat, yang bertahan selama 6 bulan atau lebih. Salah satunya berpusat pada: Perasaan merendahkan atau menyakiti diri sendiri atau rekan seksnya.

Dan tiga—dari banyak—yang termasuk tipe gangguan seksual parafilia yaitu; Masokisme seksual (kecenderungan yang tidak normal untuk mendapatkan kesenangan dengan cara disakiti orang lain), Sadisme seksual (kelainan saat seseorang akan mengalami kenikmatan penuh saat menyakiti lawan jenisnya secara fisik maupun psikis), dan Nekrofilia juga disebut Thanatofilia dan Nekrolagnia (bentuk perilaku seksual menyimpang yang ditandai oleh hasrat untuk berhubungan seks dengan mayat).

End notes: Thanks untuk semua yang membaca cerita ini hingga selesai dan menyempatkan waktu untuk meninggalkan vote or komentar (if any). Fiksi ini sengaja dibuat menggantung, bad atau kemungkinan happy ending tergantung imajinasi pembaca.

P.S. Chapter 6 & 7 not really happening. Itu hanya ada dalam khayalan Kagome.

Minna saiko arigatou.

Bonus ^^

https://youtu.be/JoMaCxfFjBE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top