Chapter 3 -The Other Side


Jauh dari watak asli, Tae Gu amat tergesa-gesa melucuti diri meski ia belum memastikan korbannya sudah tak bernapas lagi. Tangannya meraba area intim jenazah itu. Ketika merasakan kelembapan yang tertinggal di sana, pria sadis itu merasa menang, dugaan sebelumnya memang benar. Seringaian laknat bersarang di wajah kejinya. Laki-laki itu meludahi telapak tangan kiri guna membasahi kebangkitannya. Dengan menggunakan tangan yang lain, ia mengangkat paha kiri Kagome dan meletakkan di atas bahu kanannya. Setelah itu, Tae Gu menarik pinggang mayat yang masih hangat itu mendekat ke arahnya agar ia lebih leluasa.

Pada usaha pertama, psikopat itu ditolak oleh selaput dara. Desakan untuk menguasai kian menggebu-gebu tapi ia maju teramat pelan. Rahang Tae Gu mengeras, lalu mengendur, dan kembali mengencang di detik selanjutnya. Dengan satu dorongan kuat, segel itu diterobos paksa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, darah dalam bentuk lain telah ia tumpahkan. Sesaat ia berhenti, menutup kedua mata, dan menengadah. Tae Gu menatap sorot cahaya putih dari balik kelopak matanya yang tertutup, demi menenangkan diri, juga demi menikmati urgensi yang sarat adiksi.

Ketenangan diri gagal diraih, kewarasan jauh meninggalkan Tae Gu yang dilingkupi oleh rasa panas sejak melesakkan diri ke dalam wanita itu. Secara refleks, pinggulnya bergerak mundur perlahan sebelum memberi entakkan mendadak. Itu terulang dua kali sebelum ia mulai jatuh ke dalam ritme cepat yang memabukkan. Pria itu membuka mata, dengan serakah netra hazel Mo Tae Gu memuja yang ada di hadapan. Esensi jiwanya rela menghamba pada pemandangan menakjubkan yang dihasilkan oleh kematian dan keintiman; wajah lembut berhias luka serta darah namun penuh kedamaian itu sungguh elok di matanya, raga indah tak bernyawa itu terayun dengan anggun seiring gerakannya.

Tangan kanan si lelaki terulur, ia meremas dengan brutal salah satu buah dada mayat wanita itu. Apa yang ditangkap oleh indra penglihatannya dan disentuh oleh tangan kotornya adalah rangsangan terbesar untuk sel-sel kelabu di kepalanya. Cukup lama udara tertahan di paru-paru ketika dirinya tercengkram dengan erat. Saat tubuhnya berteriak meminta oksigen, barulah Tae Gu meraup udara sebanyak yang ia bisa. Ia dapat merasakan dirinya kian tercekik dan terisap dalam hasrat nan hebat. Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Tae Gu mempercepat tempo, ia membiarkan dirinya tersapu oleh arus sensasi baru yang dengan mudah menjadi candu.

Sedangkan di sisi lain ... tentu saja, kematian Kagome hanya untuk sementara.

Shikon no tama-berlian mistis yang tercipta oleh leburan jiwa seorang pendeta wanita suci ketika melawan ratusan siluman jahat hampir seribu tahun lalu-yang bersemayam di suatu tempat di tubuh Kagome segera bertindak. Sisi buruk permata yang diwakili oleh iblis bernama Magatsuhi itu tidak ingin lenyap begitu saja, ia ingin terus mengobarkan kegelapan di muka bumi melalui Kagome. Berbeda niatan tapi sama tujuan, sisi murni shikon pun tak bersedia kehilangan inang yang sempurna. Kedua sisi gaib berulang kali memulihkan tubuh yang menjadi kediaman. Setelah takdir mempertemukan wanita itu dengan manusia berdarah dingin seperti Mo Tae Gu, mereka kerap kali mengembalikan miko itu dari kematian.

Belasan menit setelah mati untuk yang kesekian kali, kutukan yang tertambat pada Kagome berlaku; bagian tengkorak yang retak kembali tersambung, serpihan tulang-tulang kaki yang hancur pun utuh, luka sayatan di dada tertutup tanpa bekas, benang-benang di area mulut terlerai lalu berguguran, bibir yang carut-marut pulih lagi, bercak darah yang tertumpah masih membalur, namun keadaan seluruh tubuhnya tanpa cela sebagaimana semula pada saat wanita itu membuka mata.

Yang pertama Kagome sadari adalah kedua pergelangan tangannya yang masih terikat berada di atas kepala. Tapi fakta yang paling membuatnya tercengang adalah tubuhnya berguncang, bersinambung dengan irama. Sosok yang tak diketahui namanya itu tengah menggagahinya!

~~~>

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top