13

Mereka kembali ke Safe Place, disaat melewati City, mereka melihat anak kecil yang kira kira seumuran George.

George yang merasa dia tidak asing langsung menghampiri dia.

Yang dihampiri langsung menengok kearah George yang berlari ke arahnya.

"George?"

"Richard!"

"George!!!"

"Richard!!!!"

"Stop it, that's cringe." Potong Richard dan menatap datar George.

"I just kangen with kamu." Balas George dengan efek bling bling disekitarnya.

"Bahasa mana?" Tanya Richard.

"Jaksel ajaran [Name]." Jawab George.

Yang disebut justru menampilkan wajah datar nan kesal, "Maksudmu apaan, George?!"

"Hehe." Balas George.

"Sudahlah, ayo kembali, sebelum Zee dan Zuzy... Yeah, you know what I mean." Potong Zizzy.

"Oh iya! Kan aku kabur dan ga balik balik!"

!! Penting !!

Untuk sekarang dan seterusnya, [Name] akan diganti menjadi aku, agar lebih terasa kalau itu adalah diri kalian.

Mungkin bisa dibilang.. [Name]'s Pov?

———

"George! Kau membuatku khawatir!" Ucap Zuzy begitu kami kembali.

"Alah~ aku hanya ingin melihat siapa yang menyakiti keluargaku~" Jawab George sedikit mengimutkan wajahnya.

Omg.

Zizzy dan Pony sudah kembali keatas duluan untuk mencari Giraffy dan Mimi, untuk mengabarkan kalau mereka sudah kembali termasuk aku.

Setelah itu kami ditunjukkan kamar masing-masing, ternyata kamar hanya tersisa 1. Aku pun terpaksa 1 kamar dengan George dan Richard. Kupikir mereka hanya anak 14 tahun, toh. Tak akan terjadi hal yang menyesatkan. Lagipula umurku 17, jarak yang dekat. Sama-sama bocah.

Kamar ini terdapat 2 kasur, kasur berukuran besar dan satu lagi berukuran kecil. Aku memutuskan untuk mengambil tempat tidur berukuran kecil, sedangkan George dan Richard mengambil tempat tidur yang besar.

10 menit berlalu, isinya hanya kesunyian George dan Richard, aku sendiri sedang sibuk dengan ponsel. Kembali memperhatikan foto yang sempat dikirim oleh Mr. P saat itu. Anak yang dipanggil Ayysa ini sangat familiar, aku memiliki insting yang kuat untuk menemuinya. kemungkinan besar dia bisa mengembalikan ingatanku ini.

"[N- Name]..." Aku menoleh, mendapati George dan Richard dengan wajah ketakutan menatap ke luar jendela. Aku pergi ke luar kamar untuk ikut melihat apa yang membuat mereka ketakutan begini, paling hanya bayangan mal-

Dorrr!

Crashh (kaca pecah)

Aku terkejut akan suara pistol serta pecahan kaca itu, peluru itu membeset pipiku. Aku merasa kesal dengan orang itu, dapat dipastikan dia seorang laki-laki, berhoodie hitam dengan raut wajah yang tak dapat diartikan. Saking kesalnya aku melesat lompat dari jendela itu ke atap gedung sebelah di tempat lelaki itu berada.

George dan Richard melongo, tak lama Giraffy yang kamarnya bersebelahan dengan mereka datang dengan raut wajah terkejut. "Astaga apa yang terjadi??" Sahutnya, "George, pangil siapapun dan suruh mereka ke atap gedung sebelah kanan, beritahu mereka apa yang terjadi!"

Sementara itu, aku menatap lelaki ini dengan kesal, dia sendiri menatapku dengan tatapan meremehkan.

"Aku menyukai manusia sepertimu."

Aku gak salah dengar, 'kan? Lelaki itu dengan percaya diri berkata sepertiku.

Aku jadi tak berani menatapnya, yang kutatap sekarang adalah tanganku yang terkena goresan dari pecahan kaca. Nampak berdarah meskipun hanya sedikit. Tiba-tiba tangan lelaki itu memegang tanganku yang terluka, spontan aku meringis.

"Astaga.. Lihatlah nasib tanganmu ini, seandainya saat itu kamu tidak lari dariku..."

'Saat itu?' apa maksudnya, sungguh aku tidak mengerti. Dia menatapku dengan tatapan menyeramkan, biasanya aku selalu berani, namun tatapan lelaki ini membuatku tak bisa melakukan apa-apa. Astaga... tidak mungkin aku kalah begini, 'kan?

"[Name]! Menunduk!!" Suara laki laki yang aku kenal, Pony. Aku menunduk sesuai ucapannya, pedang kayu milik Pony melesat tepat di atasku. Lelaki itu melepas tanganku dan melompat pergi, sambil berteriak, "Aku akan selalu mengawasimu!!!!"

"Astaga itu mengerikan.." Pony berkomentar dan menghampiriku, aku menatap ke arahnya. "Ayo kita kembali, tapi, kurasa Zizzy akan mengomel padamu, setelah apa yang kamu lakukan barusan. Aku bergidik ngeri sambil menatap tanganku yang menjadi aneh, terdapat cahaya biru cyan yang menyala dari luka karena terbeset kaca tadi. Aku menutupinya dengan lengan baju dan menyusulPony yang mulai berjalan pergi.

---

"Kamu ngapain sih, Ya Allah.. Aku langsung mau pingsan loh saat mendengar kamu sampai melompat dari jendela yang pecah hanya untuk mengejar pria tidak dikenal itu. Harusnya kamu diam saja, sekarang lihat, kamu terluka dan menjadi incarannya!!" Tanya Zizzy mengomel padaku. Sebenernya lebih kayak membentak, sih.

Aku seketika melihat flashback tentang masa kecilku yang tiba-tiba muncul, temanku selalu membentakku. Aku menunduk, seketika Zizzy merasa bersalah dan memelukku. "M-maaf, aku khawatir.." Ucap Zizzy pelan sambil menatap Pony dan Giraffy yang nguping dari atas. Padahal sudah disuruh ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Aku menangis kecil ketika Zizzy memelukku. Aku butuh pertolongan, aku butuh bahu lain untukku, aku butuh sesseorang yang mengerti aku.

"Kuantar kamu ke kamarmu, ya? Atau kamu masih mau lanjut cerita?" Tanya Zizzy, aku menggeleng, "Kapan kapan ceritakan semuanya padaku, jangan dipendam sendiri.."

Gimana aku mau cerita.. Kalau aku saja tak ingat apapun..
Maafkan aku, semuanya... Aku benar-benar bodoh.

......

Malam itu kamar sudah gelap, namun karena cahaya di tanganku sekitarku tampak terang, aku membaca lagi kertas dari lelaki itu.

[Fullname], atau [Name]. Aku tidak akan memberitahu namaku sekarang, pasti kamu sudah tau siapa yang memberi surat ini, 'kan? Aku selalu memperhatikanmu, tapi kau tidak menyadari keberadaanku sama sekali. Apakah kau benar-benar detective yang kepolisian Lucella banggakan? Kau lebih seperti orang yang ceroboh bagiku.

Aku ingin rasanya merobek surat itu sekarang.

Wow wow jangan emosi, aku tetap menyukaimu apa adanya lho~ Aku sudah mengetahui lokasimu sekarang, jangan kabur dan menyusahkan teman-temanmu yah. Mereka bisa kerepotan karena mengurusmu yang diincar oleh aku lho. Karena itu kapan-kapan kita bisa bertemu lagi, aku akan mengabarimu, jangan beritahu siapapun tentang surat ini, [Name].

Baiklah, kelewatan sudah orang ini. Namun aku tidak tau dia siapa. Tapi, saat dia memegang lenganku tadi, aku bisa tau kalau dia.. manusia, sepertiku. Kurasa aku memang harus menemuinya, aku mungkin bisa bertanya soal diriku. Mengingat tindakannya seolah-olah sangat mengenal aku.

Tapi bagaimana caranya untuk tidak melibatkan yang lain? Apalagi karena hal ini yang lain bisa saja waspada dan terus mengawasiku. Bagaimana caraku menghubunginya juga? Aku kembali menatap kertas itu dan membaliknya. "Oh-"

Setelah menganalisis diriku, kau pasti akan menyadari aku merupakan manusia, sama sepertimu. Lalu kamu berfikir untuk menemuiku untuk bertanya tentang dirimu lebih dalam. Aku tentu saja sangat ingin bertemu denganmu<3! Temui aku di mall tempat kau menemukan George, tepat 3 hari setelah aku memberi ini.

3 hari berarti.. Ini hari Selasa malam, baiklah, hari Jumat malam, deal.

"Apa yang sedang kau baca, [Name]?"

TBC

Gomen pendek, biar ngegantung:D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top