Chapter 9
Selamat Membaca ^^
•
•
Christy duduk berkumpul bersama beberapa perempuan di ruang tamu. Mereka membicarakan banyak hal. Sebagian perempuan lainnya berkumpul di taman belakang. Mereka terbagi menjadi dua kubu yang terpisah seolah-olah dunia terbelah dua. Kameramen siap di sana dan mengabadikan momen kebersamaan ini.
"Kemarin Rick bilang mau ngajak makan siang bareng. Dia juga bilang kalau aku punya kulit yang indah," cerita Nita penuh semangat. Wajahnya berseri-seri dan senyumnya mengembang turut mengisi kebahagiaan itu.
Christy memperhatikan peserta lain. Dia yakin semua perempuan di sana merasa iri, tapi tidak dengannya. Pasalnya Rick sudah pernah mengatakan hal yang sama padanya. Waktu pacaran dulu mereka sering makan siang bersama di kantin. Lebih so sweet, kan?
"Rick kelihatannya memang romantis. Tapi Adam nggak kalah romantis. Dia ngajakin aku candle light dinner malam ini," sambung Tere.
"Kalian berdua beruntung, tapi lebih beruntung lagi aku sih. Essan mau ngajakin main bowling nanti sore. Oh, God! I can't wait!" timpal Diana.
Oke, soal Rick mungkin Christy tidak iri, tapi persoalan laki-laki lainnya, dia merasa sudah tersingkir karena tidak ada yang mengajaknya jalan.
"Oh, iya, Hans tuh keliatan manis banget. Iya kan, Chris?" Hani bertanya, sengaja memanas-manasi para perempuan yang berada di sana. Dia sudah muak mendengar para perempuan pamer akan pergi dengan para bujangan tampan.
Christy yang kala itu sedang melamun langsung tersentak akibat pertanyaan Hani yang tiba-tiba. Dia cuma bisa nyengir.
"Permisi?"
Beruntung suara itu menghentikan seluruh percakapan yang sedang berlangsung. Semua orang menoleh ke arah si pemilik suara. Mata mereka menatap seorang pria berpakaian kemeja rapi berwarna biru dongker membawa sebuket bunga mawar.
"Saya ingin mengantarkan bunga sekaligus suratnya. Apakah di antara kalian ada yang bernama Christy Anastasia?" tanya laki-laki itu sambil menaikkan kedua alisnya penasaran.
"Ya, itu saya." Christy mengacungkan jari telunjuknya. Refleks. Efek selalu melakukan itu sejak masa sekolah.
"Ini bunga dan suratnya, Miss. Have a nice day!"
Selepas kepergian kurir bunga, Christy menghirup aroma bunga mawar yang wangi. Warna pink dan merah menjadi keindahan yang menyejukkan mata. Setelahnya dia mengambil surat yang bertengger di atas bunganya.
"Siapa pengirimnya, Chris? Ayo baca!" pinta Nita tidak sabar.
Christy membuka lembar tulisannya. Di pojok kirinya ada foto sang pengirim, sementara di pojok kanan paling bawah ada nama pengirimnya. Dia tidak tahu jika sosok yang mengirim bunga akan seniat ini sampai mengetik suratnya.
Christy membaca ulang isi dari suratnya. Sementara Nita yang berada di sebelahnya langsung terkaget-kaget sambil berkata; "Oh, My God!"
"Apa lo nolong Hans di masa lalu sampai dia ngajakin menghabiskan waktu bersama seharian ini?" pekik Nita tidak percaya.
"Seriously?!" Diana merampas kertas yang dipegang Christy setelah bangun dari tempat duduknya. "O-EM-GI!"
Kenapa segeger itu hanya karena Hans mengajaknya pergi? Padahal mereka sendiri sudah memiliki janji dengan laki-laki yang memilih mereka. Tatapan iri bercampur ingin mencekiknya tergambar dengan jelas di wajah para perempuan itu. Suasananya semakin canggung. Lebih baik Christy pergi dari sana sebelum dicecar banyak pertanyaan.
"Aku permisi dulu ya. Bye!"
Christy keluar dari rumah sambil memeluk bunga dan kertasnya. Untungnya dia sudah mengenakan pakaian rapi yang cukup menawan. Dia melihat mobil Mercedes hitam berhenti sempurna di depan pintu utama tepat setelah keluar. Seorang laki-laki turun dari mobil itu dan membukakan pintu untuknya. Siapa lagi kalau bukan Hans? Laki-laki berperawakan tinggi itu menyunggingkan senyum manisnya.
"Hai, Chris. Makasih bersedia aku ajak pergi," ucap Hans.
Christy tertegun sebentar. Setiap kali melihat Hans, dia pasti kaget. Kemiripan hampir seratus persen itu membuat Christy nyaris menyangka idolanya datang menjemputnya. Akan tetapi dia sadar dalam hitungan detik setelah mendengar Hans bicara bahasa Indonesia.
"Hai, Hans," sapanya pelan.
"Sudah siap jalan sama kw premium-nya Cha Eunwoo?" canda Hans.
Christy tidak banyak bicara dan mengangguk. Mata belonya tak berhenti memperhatikan wajah Hans. Tak lama kemudian dia memasuki mobil, lalu disusul Hans setelahnya.
"Wajah aku semenarik itu ya sampai kamu lihatin terus?"
Ketahuan deh! Christy buru-buru mengalihkan pandangannya dan menggeleng. Aduh, memalukan!
"Kamu mau ngajak pergi ke mana nih?" Christy bertanya, mulai mengalihkan pembicaraan supaya Hans tidak membahas wajahnya.
"Rahasia. Nanti kamu juga tahu."
"Nggak ada bocoran sedikit mau ke mana?"
"Kalau dibocorin namanya bukan rahasia, Chris. Pokoknya kamu suka. Ya, mudah-mudahan sih," jawab Hans agak ragu.
"Oke deh. Aku tunggu kita sampai tujuan." Christy mulai merapikan posisinya dan melihat ke arah Hans. "Btw, kamu kok tahu soal Eunwoo Astro? Kuliah di Korea?"
Christy tidak mau sampai ditipu sama Essan. Cukup sekali dia kelihatan bodoh. Jangan sampai mengulang kebodohan yang sama.
"Nggak, aku kuliah di sini. Banyak pasienku yang suka idol Korea dan bilang kalau aku mirip salah satu personel boyband Astro namanya Eunwoo. Aku cari tahu dan ya... memang mirip. Kamu idolain Eunwoo?" jelas Hans.
Christy baru ingat jika wajah semuda Hans berprofesi sebagai dokter. Dia pikir umurnya Hans akan lebih muda darinya, ternyata tidak. Mereka seumuran. Tak disangka Adam yang mukanya kelihatan dewasa lebih muda dua tahun darinya.
"Oh, pasien kamu yang bilang. Kebetulan sih iya, aku fans beratnya. Dia ganteng, suaranya bagus, ditambah aktingnya juga oke," balas Christy.
"Semoga kamu ngidolain aku kayak kamu idolain Eunwoo," ucap Hans penuh harap. "Omong-omong, makanan kesukaan kamu apa, Chris?"
"Aku lebih suka makan spaghetti sih soalnya nggak ada sayuran. Aku nggak suka sayuran. Kalau kamu?"
"Aku suka semua makanan. Kalau film, kamu lebih suka genre apa?"
"Semua genre aku suka kecuali horor. Khusus yang satu itu aku benci sampai kapan pun. Kalau kamu gimana? Pecinta film horor ya?"
Hans tertawa pelan. "Kalau dibilang pecinta horor sih nggak juga. Aku suka nonton aja. Kalau gitu untuk yang satu ini, kita nggak sependapat, Chris."
Perbincangan mereka terus berlanjut membahas tentang diri masing-masing. Menanyakan warna kesukaan, apakah ada alergi yang diderita, dan lain sebagainya.
Untuk urusan mengobrol, Christy perlu mengakui jika Hans lebih unggul dari Essan. Mungkin karena Hans menanyakan hal mendetail tentang dirinya, bahkan yang tidak penting sekalipun. Di sela kebersamaannya dengan Hans, dia malah kepikiran Essan.
📺📺📺
Setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta, Christy menganga ketika mengetahui ke mana tujuan mereka. Di atas puncak gedung yang tinggi, Christy melihat helikopter sudah menunggu kedatangan mereka.
"Kita keliling Jakarta naik ini ya, siapa tahu ada pemandangan yang menarik," ucap Hans dengan entengnya.
Kalau ibunya tahu dia naik helikopter dengan Hans, dia jamin ibunya akan menyuruh pepet Hans sampai terpikat sama rayuannya. Siapa sih tidak senang diajak naik helicopter, yang kalau menyewa lima belas menitnya lebih dari enam juta? Christy termasuk yang senangnya tidak karuan.
"Kamu yakin? Apa nggak seharusnya naik mobil aja?" tanya Christy ragu.
"Yakin dong. Ayo, kita naik. Nggak akan kenapa-kenapa. Ada aku kok." Hans menarik tangan Christy dengan pelan.
Mau tidak mau Christy menaiki helikopter. Seperti film Fifty Shades of Grey versi Hans yang bukan pengusaha melainkan dokter, laki-laki itu memakaikannya sabuk pengaman dan headphone. Kalau seperti ini dia serasa menjadi Anastasia Steele versi Indonesia.
"Hans, yakin nggak apa-apa? Aku takut."
"It's okay, Chris. Kalau kamu takut, kamu bisa remas lengan aku. Jangan khawatir. Semua baik-baik aja kok. Percaya sama aku."
Christy mempercayakan dirinya kepada Hans. Saat helikopter mulai naik ke udara, Christy meremas lengan Hans seperti anjurannya. Dia menutup mata karena takut. Ini pertama kalinya dia naik helicopter. Rasanya tentu berbeda dari naik pesawat.
Beberapa menit setelah helikopter stabil, Christy mendengar suara Hans.
"Chris, buka mata kamu. Lihat deh pemandangan sekitar."
Christy membuka mata perlahan. Dia melihat ke samping kanan, kiri, bawah, dan semua sisi sambil tersenyum takjub. Ternyata Jakarta kelihatan indah dari atas secara langsung. Meskipun pemandangan macet di bawah sana menjadi tontonan juga.
"Bagus, kan? Kamu suka?"
Christy mengangguk sambil tersenyum. "Suka kok. Indah dari atas sini."
Selama lima belas menit mereka berdua mengagumi keindahan kota Jakarta, akhirnya helikopter mendarat sempurna. Perjalanan singkat mereka berakhir.
"Turunnya pelan-pelan, Chris." Hans mengingatkan seraya mengulurkan tangannya setelah helikopter yang ditumpangi sudah berhenti sempurna.
Christy menyambut uluran tangan Hans padanya. "Makasih Hans."
"Kamu senang? Atau, mau naik lagi?" Hans bertanya setelah sudah bersampingan dengan Christy.
"Ah, nggak. Aku sudah senang kok. Makasih ya kamu ngajak aku keliling naik helikopter. This is my first time dan nggak akan terlupakan," jawab Christy, masih menunjukkan senyum excited yang sama.
"Kalau begitu kita makan ya. Kamu suka spaghetti, kan? Aku tahu tempat yang enak."
"Boleh."
Saat berada di dalam lift guna turun dari puncak bangunan, Hans menarik bahu Christy hingga menghadapnya. Tangan Hans bergerak terampil merapikan setiap helai rambut Christy, yang sebelumnya berantakan terkena terpaan angin. Dari jarak sedekat ini Christy dapat menikmati wajah sempurna Hans tanpa berkedip.
"Aku, Essan, Rick, dan Adam. Menurut kamu siapa yang paling keliatan menarik?" tanya Hans di sela kegiatannya.
Dalam hati Christy sudah menyingkirkan Rick lebih dahulu. Begitu pula Adam yang masih membuatnya kesal karena tertipu. Jadi tersisa Hans dan Essan. Dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan. Dua-duanya juga charming. Jadi dia harus menjawab siapa?
"Uhm..."
"Apa pun jawabannya jangan dijawab sekarang. Kamu simpan dulu."
Christy mengangguk setuju.
Beberapa menit kemudian akhirnya lift berhenti di lobby. Christy segera keluar bersama Hans. Keluarnya mereka dari lift menjadi sorotan utama sebagian perempuan genit yang ada. Sementara itu, cameramen dan kru IMJ terus mengikuti pergerakan mereka.
Pandangan Christy terus terarah pada Hans yang tak berhenti memikat mata. Kulit putih mulusnya, wajah rupawan, tubuh tinggi dengan postur yang oke punya, ah... semua bak boneka Ken!
"Chris, kamu lebih suka spaghetti carbonara atau spaghetti bolognese?"
Christy mengabaikan pertanyaan itu. Akibat terlalu fokus memperhatikan wajah Hans, dia sampai tidak menyadari di depannya ada pintu kaca. Beruntung saja Hans menyadarinya sehingga dengan sigap tangannya menahan lengan Christy sampai langkahnya berhenti.
"Di depan kamu ada pintu, Chris. Hati-hati, kening kamu bisa sakit kalau kepentok kaca." Hans menunjuk pintu yang berjarak beberapa langkah dari Christy.
Perlahan-lahan Hans menggamit tangan Christy dan menyelipkan jari jemarinya pada jemari Christy. Setelah itu Hans menggenggamnya dengan erat. Christy tertegun beberapa saat menyadari genggaman tangan itu.
"Supaya kamu nggak ceroboh lagi. Aku juga takut kamu hilang dan nabrak orang," jelas Hans, seolah mengerti tatapan Christy pada genggaman tangan mereka.
Christy tidak menduga Hans memberi penjelasan. Belum lagi saat laki-laki itu tersenyum manis menampilkan semua gigi putih nan rapi. Detak jatungnya berdetak lebih cepat. Sentuhan tangan Hans benar-benar luar biasa membuatnya gugup.
"Semua orang harus tahu kalau aku lagi jalan sama perempuan semenarik kamu."
Damn! Christy menjerit histeris dalam hati mendengar pernyataan itu.
Oh... hatinya...
... luluh semudah es yang mencair.
📺📺📺
Jangan lupa kasih vote dan komen<3
Follow IG: anothermissjo
Sejauh ini kalian suka sikapnya Essan atau Hans? :3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top