#8 - Thank You
🌻
.
.
.
.
.
Silahkan baca NOTE di akhir chapter. Penting ya chingudeul, karena akan ada voting pemilihan FANFIC baru ❤️
Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya guys
👁👄👁👌💕

[Third Person's POV]
Melihat Kim Dokja, yang menatapnya seperti melihat hantu atau sosok yang perlahan menjauh, seketika mengingatkan Cale para tangisan Raon dan tatapan mata kehilangan Choi Han.
Samar-samar, ia juga melihat sosok jiwa anak kecil yang menangis di balik kuatnya Kim Dokja, sehingga tepukan adalah hal yang tanpa Cale sadari, ia lakukan.
"Kerja bagus."
Cale ingin memuji Dokja, yang pasti sudah melewati banyak rintangan, untuk dapat ke posisi ini.
"Kau hebat."
Pujian itu tulus datang dari Cale. Ia menepuk kepala sosok Kim Dokja, berharap dapat menenangkan pria lainnya, selayaknya ia menenangkan Raon atau Choi Han.
Dokja hanya tertawa basah, membuat Cale mengerutkan keningnya. Kemudian melihat keseluruhan penampilan yang lain. Duh, pasti sudah melewati pertempuran berat, dinilai dari pakaiannya yang penuh darah dan kotor juga bahkan ada sobekan!
"Jonghyuk-ssi," panggil Cale, mau tidak mau menjadi tidak tahu malu lagi. Demi penyelamatnya!
"... apa kau masih punya pakaian lebih?" Menganga pada Cale yang berani meminta sang Protagonis, Dokja di sisi lain mulai mendekati si rambut merah. Takut-takut si bajingan mola-mola ia akan menabok Cale karena bersikap kurang ajar.
"Untuk apa? Untuk si 'Prophet' ini?" Terlambat menutupinya, Dokja hanya menerima tatapan bingung Cale dengan pasrah.
"... 'Prophet'?" Beo si rambut merah kecil, yang malah jatuh menggemaskan di mata sang pembaca.
"... bisakah kita turun terlebih dahulu? Skenario Utama #2 sudah dimulai..." pada tatapan kritis Protagonis, serta pandangan penuh tanya (+menuntut) Cale, Dokja membalikkan badannya untuk berjalan ke stasiun bawah tanah.
Ah ya, Hanibaram!
Tak jadi berjalan, Dokja berbalik dengan ancang-ancang menggendong Cale.
"A-aku tidak apa-apa. Turun tangga lebih baik dari pada-" tidak peduli, Dokja tetap menggendong Cale dengan bridal style kemudian menatap protagonis sinis.
Bajingan mola-mola, kau sudah menghabiskan banyak waktu dengan Hanibaram... sekarang giliranku!
"Dokja-hyungnim, aku baik-baik saja-"
"-tidak. Kau masih terluka."
"-tapi, aku bahkan menerima sinar matahari. Tulangku baik-baik saja-"
"-kenapa kau berbicara seperti orang tua?"
"-aku memang sudah tua-"
"-Cale-ya-!"
"Ya ampun... kalian seperti pasangan baru menikah saja," timpal suara baru, mengalihkan pertengkaran ringan antara Dokja dan Cale. Keduanya kompak melihat Jung Heewon, yang menanti kedatangan mereka dengan senyuman menggoda di wajahnya.
"Heewon-ssi!" Dokja memerah pada wanita lain, sedangkan Cale tersenyum sumrigah pada kehadiran penyelamat keduanya.
"Heewon-noonim." Cale diturunkan, dan segera pemuda berambut merah itu diserang oleh pelukan berkelompok Sangah, Heewon dan Gilyoung.
"Aduh, lama sekali sudah tidak melihatmu, Cale-ya," bisik Sangah dengan senyum berkaca-kaca.
"Bagaimana kabarmu, bocah cantik?" Sahut Heewon mengacak-acak rambut merah Cale.
"Hyung, apa kau sudah makan? Kenapa kau kurus sekali?" Gumam Gilyoung saat memeriksa pinggang ramping mungil Cale.
"Seharusnya itu yang kutanyakan padamu, Gilyoungie. Apa kau sudah makan dengan baik?" Anak kecil memberikan senyuman manis dan mengangguk.
"Sudah!"
"Bagus, bagus... anak pintar."
Tersenyum pada adegan yang membalsemkan jiwa, Dokja, Sangah, Hewoon dan Hyunsung mengeluarkan aura penuh bunga melihat interaksi Cale dan Gilyoung.
"Cale-Oppa? Dimana Master?" Agak takut menghancurkan reuni memanjakan hati, Jihye bertanya pelan sambil menatap sekitar.
"Aku disini." Dan kehadiran Yoo Jonghyuk-lah yang menghancurkan suasana damai itu. Dokja menatap si protagonis dengan wajah tersungut-sungut, yang dibalas sama cemberutnya oleh Jonghyuk.
"Ah, Jonghyuk-ssi." Pada senyuman Cale, mau tidak mau pria bertubuh tinggi itu melempar sesuatu ke wajah Dokja.
"Sudah puas?" Tanya Jonghyuk sambil mengangkat tangan ke ubun kepala merah Cale, kemudian menepuknya dua kali.
"M-master?" Terkejut pada tindakan lembut Masternya, Jihye yang malang hanya bisa menganga. Beda dengan Heewon yang bersiul pada saingan Dokja, menatap dari bawah hingga atas pada penampilannya.
"Ck, aku akan tetap mendukungmu, Ja. Tenang. Wanita ini ada di pihakmu." Tepuk Heewon di dadanya dengan wajah menyebalkan. Mendapat hadiah tatapan tajam Dokja, sembari meraih pakaian yang dilempar sembarangan oleh Jonghyuk.
"Terima kasih, Jonghyuk-ssi-"
"Jonghyuk-hyungnim." Berkedip namun tidak karena terkejut, Cale hanya tersenyum kecil dan mengangguk patuh.
"Terima kasih, Jonghyuk-hyungnim." Puas, sang Protagonis mengangguk. Wajahnya terlihat ingin menyampaikan sesuatu pada Cale, tapi tertahan. Karena bajingan itu kini menghadapkan wajahnya ke arah Kim Dokja.
"Kau masih hidup, 'Prophet' Kim Dokja," gumam pria tertinggi itu dengan tatapan datar. Dokja, disisi lain mendengus dan mengukir senyuman bisnis.
"Bagaimana? Apa sekarang kau percaya padaku?" Tangan terbentang dengan wajah sombong. Bahkan tidak malu memikirkan ada Cale dan yang lainnya menonton.
"Sekarang, kau tidak bisa meragukanku lagi, Yoo Jonghyuk. Aku tahu banyak hal yang bisa membantumu, loh~" tawar Dokja terdengar bangga pada dirinya sendiri.
Cale, disisi Dokja hanya bisa melihat pria yang lebih tua dengan wajah kritis dan penuh tanda tanya.
"Ck. Aku harus pergi." Mengabaikan Kim Dokja, Yoo Jonghyuk menepuk kembalu kepala Cale dua kali dan mengangguk pada Jihye dengan mata ke arah Cale.
Instruksi untuk mengawasi Cale, yang segera di pahami oleh Jihye.
"Baik, Master!"
"He! Mau kemana kau?! Baru saja berjumpa, bukankah saatnya berdiskusi untuk rencana yang lebih baik?!" Yoo Jonghyuk tidak mengubrisnya. Hanya menatap Kim Dokja dingin sebelum pergi begitu saja. Meninggalkan sang pembaca yang sudah gemelutuk gigi, memikirkan bisa meninju wajah tampan menyebalkan itu.
[Skenario Ketiga sedang berlangsung.]
[Saluran #GIR-8761 aktif!]
[Saluran #BIR-3642 aktif!]
"Ah sudahlah, lupakan bajingan mola-mola itu," gumam Kim Dokja menghela napas sebelum tersenyum pada Cale yang menatapnya dengan tatapan lebar.
... aah... pembahasan 'Prophet' yang tidak bisa Dokja hindari akhirnya tiba.
"Ayo sebelumnya kita pergi untuk melihat keadaan dulu. Sebentar lagi akan menjadi ramai." Senyum Dokja manis pada party-nya, dibalas tatapan datar Lee Jihye.
Sekelompok manusia itu kemudian berjalan menuju sisi lain stasiun, dimana terdapat beberapa orang lain disana. Betapa terkejutnya Kim Dokja melihat suasanan diam dan kondusif disana. Beberapa terlihat meringkuk, tampak takut untuk menganggu.
"Bersikap baiklah, bajingan. Master sudah memperingatimu, bukan?" Gertak Jihye saat melihat dengan tatapan dingin pada salah satu orang disana. Orang itu terlihat ingin menggapai Cale, yang tidak luput dari pandangan Dokja.
... hmm tindakan Yoo Jonghyuk yang aneh ini entah kenapa sedikit membantu mereka.
"Hmm, ini cukup untuk 4 orang." Pada gumaman Jihye, semua mata melihat gadis itu tengah menatap suatu ubin yang memancarkan cahaya kehijauan dan ada angka '4' tertera disana.
"Apa itu?" tanya Gilyoung, di sisi kiri Cale, memeluk pinggangnya.
"Ini Green Zone dan hanya 4 orang yang bisa memasukinya." Menatap curiga pada Dokja yang alih-alih Jihye menjawab, gadis remaja itu mengabaikannya.
"Jadi, kenapa semua orang bisa menjadi begitu jinak mendadak?" tanya Dokja saat mereka kembali berjalan ke tepi lain dinding stasiun. Tangannya juga gercep untuk memperbaiki selimut di bahu Cale.
"Apa karena Jonghyuk-ssi memukul mereka semalaman?" Jihye menyeringai manis pada pertanyaan jelas Hyunsung.
"Demi Cale-Oppa yang bisa tidur dengan tenang, apa sih yang tidak dilakukan Master~?" goda Jihye terkikik membuat Heewon kembali bersiul.
"Itu tindakan yang sangat terpuji dari Jonghyuk-ssi! Apa yang akan kau lakukan, Dokja-ssi?"
"... Heewon-ssi." Kedua perempuan berbeda usia itu hanya tertawa satu sama lain pada balasan iritasi Dokja.
"Ah iya, Dokja-hyungnim." Cale jawdrop saat melihat semua mata kini meliriknya.
"Apa ada kamar mandi disekitar sini..? Maksudku, apa Zona-Zona ini bisa mempengaruhi suatu ruangan...?" tanya Cale canggung saat tangannya bergerak untuk menyapu pipinya. Ugh, efek tidak mencuci muka sehingga terasa sangat berminyak. Ia juga sadar sudah tidak mandi berhari-hari. Apakah menjadi suatu dosa jika ia meminta mandi?
"Ada. Ikuti aku." Jihye berjalan menuju ke suatu kerumunan orang, dengan seorang pria paruh baya bertubuh tambun yang duduk membaca majalah usang.
"Biarkan kami ke kamar mandi sesaat!"
"Tolong anakku!"
"Hei, kau pria tua! Dimana sisi kemanusiaanmu?!"
"-ugh." Gilyoung pun terjatuh oleh dorongan kasar orang-orang disana. Cale, yang berada di dekatnya segera berjongkok untuk menolong anak kecil itu dan di interupsi dengan kasarnya.
"Apa kau tidak tahu untuk tidak mengganggu wilayah orang lain, hum?" Jihye menyipitkan matanya pada sapaan kasar dari anak buah cunkring di depannya. Pedang terhunus seketika saat sosok lainnya mengaktifkan skill-nya.
"Apa tindakan Master semalam tidak membuatmu jera, pak Tua?" tanya gadis itu dingin, membuat pria yang mengaktifkan skill-nya itu, Gong Pildu meneguk ludahnya sesaat. Mengingat masa kelam saat skill-nya dihancurkan begitu saja oleh bajingan tampan Yoo Jonghyuk itu.
"Tapi, sekarang bajingan itu tidak ada disini, bukan? Heh."
[Inkarnasi 'Gong Pildu' mengaktifkan skill 'Weapon Zone Lv. 3'!]
Sontak Dokja dan Hyunsung bergerak untuk melindungi para wanita dan anak kecil. Cale, yang berada dibalik tubuh Kim Dokja menyipitkan matanya kesal. Bahkan penggunaan kamar mandi juga di ambil alih pihak? Cale lupa lagi bahwa orang-orang akan menjadi lebih jahat saat yang lain merasakan keputusasaan.
Karena tidak ada hukum yang berlaku di dunia apokaliptik.
"Jangan gunakan kekuatanmu, Cale-ya." Merasakan aura alam kuat mulai menguar dari Cale, Dokja segera berbalik dengan wajah dingin. Tidak ingin melihat Cale memuntahkan banyak darah lagi didepannya.
"Tapi-!"
"Hei, bau apa ini? Kau, si rambut merah." Semua mata berbalik menatap kelompok Dokja, khususnya pada Cale. Mengambil ancang-ancang untuk mendekati Gong Pildu, sosok bermata coklat kemerahan itu kembali dihentikan oleh Dokja, Gilyoung dan dua tangan kuat Hyunsung di bahunya.
"Jangan kesana, Cale-ya."
"Biarkan aku melakukan hal ini sekali, Dokja-hyungnim," balas Cale dengan mata bertekad.
"Tapi, kau akan muntah darah-!"
"Tidak apa-apa, Heewon-noonim. Aku merasa akan baik-baik saja sekarang."
[500 koin di tambahkan! Kekuatan Lv. 5 ⇨ Kekuatan Lv. 10]
Merasa lebih berenergi dan tidak memerdulikan protes dari Dokja and co, Cale maju sambil menyerahkan selimut di bahunya pada Sangah.
"Ya, Sir?" Menyeringai melihat kepatuhan si rambut merah, Gong Pildu menyeringai. Matanya melihat penampilan keseluruhan Cale dengan senyuman sugestif.
"Kau ingin tinggal disini? Aku akan memberikanmu secara gratis jika kau-" menepuk pahanya, mata Gong Pildu menatap intens ke arah Cale. Sosok yang cantik sekali dengan wajah pucat berona, serta rambut kemerahan panjangnya yang terurai indah.
"Ah ya? Kalau begitu, aku sangat berterima kasih, loh." Senyuman lembut muncul di wajah saat sebuah Stigma di aktifkan.
[Stigma 'The Scammer who Fight for Justice Lv. ???' di aktifkan!]
"Tapi, lingkungan bersentaja tidak baik untuk manusia. Apa kau tidak tahu itu, Sir?" tanah bergemuruh dan Dokja menyaksikan saat salah satu skill yang pernah ia baca di novel itu muncul.
[Atribut Pribadi 'Super Rock/Earth Lv. ???' di aktifkan!]
Tanah di sekitar Gong Pildu kemudian mulai retak, membuat hologram senjata itu musnah seketika, melebarkan mata Gong Pildu dan Kim Dokja saat melihatnya. Apa atribut Cale berfungsi untuk hal-hal yang berbau spiritual? Karena seingatnya, skill 'Weapon Zone' milik Gong Pildu tetap berfungsi meski tanahnya yang hancur.
[Keahlian Eksklusif 'Dominating Aura Lv. ???' di aktifkan!]
Semua orang disana seketika merinding dan gemetar. Mendapatkan reaksi terkejut dari kelompok Dokja yang baik-baik saja. Merka serempak melihat ke arah Cale yang mengeluarkan bau alam yang sedang mengamuk. Seperti bau tsunami yang menerjang, gempa yang meluluhlantahkan, serta angin yang berputar kencang bak badai.
"Aku sangat benci dengan tipe orang sepertimu, Sir." Cale bergerak maju dengan senyuman manis. Tangannya tergerak untuk menepuk bahu Gong Pildu dua kali.
"Dan biasanya aku merampok habis-habisan orang yang membuatku kesal, loh." pemuda berambut merah itu kemudian mendekatkan wajahnya ke sisi telinga kanan pria paruh baya itu dan berbisik.
"Apa kau memilih untuk bangkrut atau memberikan layanan kamar mandi yang layak untukku? Yes or yes?" Saat tercium seperti bau lava dari gunung berapi yang meletus, Gong Pildu mengangguk cepat. Keringat sudah membasahi tubuhnya dan ketakutan mengambil alih pikiran rasionalnya.
Sekarang, semua mendadak sepakat bahwa si rambut merah bermanifestasi kemarahan alam ini lebih menakutkan daripada Yoo Jonghyuk yang mengancam menghunuskan pedang pada mereka.
"Nah, itu yang dinamakan dengan negosiasi bagus! Aku bangga padamu, Sir! Kau orang yang sangat baik, bukan? Aih, sangat jarang loh ada manusia yang masih memiliki kebaikan seperti ini, kau memang memiliki suatu kebajikan yang sangat indah, Sir!" seru Cale ceria dengan senyuman manis, bersamaan dengan bau amarah alam yang sunyi senyap. Membuat semua yang merasakan menghela napas lega.
"Jangan berubah, Sir. Atau aku akan sangat sedih melihatnya!" Ejek Cale sekali lagi dengan senyuman sedih di wajah cantiknya. Membuat satu sisi batin Gong Pildu menjerit penuh amarah dan ketakutan karena sudah dibuat takut oleh sang rambut merah.
"Dokja-ssi? Yuhuuu, Dokja-ssi?" Di sisi lain, Heewon tersenyum heran saat melihat wajah pria berusia 28 tahun itu masih melongo. Ada rona merah padam di kedua pipinya serta kedua tangannya yang gemetar entah kenapa.
Aigoo.. si sembelit cinta ini satu.
"Sadarlah, Dokja-ahjussi!" Sangah menutup mulutnya cepat. Mencegah tawa yang berusaha keluar saat Jihye dan Heewon mencoba membuat sang Pembaca sadar dari lamunannya.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' ikut terdiam terpesona melihat keindahan amarah dari Inkarnasi 'Cale Henituse'!]
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengucurkan air mata dan berkata 'subarashi'!]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' mencoba menepuk dirinya untuk sadar pada kenyataan.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' masih termenung melihat Inkarnasi 'Cale Henituse'.]
[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' menarik kembali ucapannya bahwa Inkarnasi 'Cale Henituse' lemah.]
"Dokja-hyungnim? Kau baik-baik saja?"
"E-eh? A-aku-? Kau be-bertanya tentang a-aku?! Y-ya! A-aku baik-baik sa-saja-!" Menutup mulut karena gagap, pria itu segera mendelik kesal saat melihat Heewon dan Jihye tertawa terbahak-bahak di sisi kanan mereka.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengatakan kepada Inkarnasi 'Kim Dokja', tidak apa-apa untuk terpesona!]
"Yak! Diam kalian!"
"Ahjussi! Kau sangat terpesona! Ya Tuhan!"
"Kau lihat tatapan penuh pemujaannya tadi?! Dokja-ssi. bahkan. tidak. berkedip!"
"Hentikan!"
"Aahahahah-!" Aih, dua bajingan iblis ini-!
"-uhuk-! Ugh!" Batuk yang ditakutkan terdengar, segera tawa terhenti dan mereka melihat Cale menutup mulutnya dengan tubuh mulai terhuyung. Hyunsung lantas membantu pria berambut merah itu, menyandarkan tubuh lemah itu di sisinya.
"Ayo kita pergi dulu dari sini." Menutup tubuh Cale dari pandangan lain, terutama Gong Pildu, Dokja segera menginstruksikan yang lain untuk masuk ke kamar mandi. Membuat pria bertubuh gempal itu berdecih pelan.
.
.
.
.
.
[Green Zone 63/70]
Menghapus darah Cale melupakan rasa kesal Dokja pada dua iblis wanita tadi. Mata gelapnya menatap sosok berwajah pucat dengan tatapan pasrah sesaat. Meski keadaannya sangat lemah, tapi kegembiraan saat wajah cantik itu terkena air membuat rasa marahnya pada Cale runtuh seketika.
"Apa kau yakin kau baik-baik saja, hyung?" Gilyoung datang mendekat dengan wajah khawatir. Cale hanya tersenyum berseri-seri dan mengangguk. Tak lupa menepuk kepala anak kecil lainnya.
"Aku baik-baik saja, Gilyoungie-aw, itu sakit, hyungnim." Cale mengelus pelan bagian pipinya yang terkena cubitan ganas Dokja. Hyunsung yang memegang perlengkapan mereka di belakang hanya memasang wajah khawatir dengan senyuman pasrah.
"Kenapa kau bandel sekali? Sudah kubilang jangan pakai kekuatanmu! Aku bisa mengatasinya!" seru Dokja sambil membasuh wajah sang Hanibaram yang memasang wajah datar andalannya.
"Jangan berikan aku tatapan itu!" tunjuk Dokja lagi merasa frustasi saat Cale mulai menjalankan trik yang sempat bekerja pada Hyunsung.
"Tapi, pasti caramu akan lama-aw..." Mengelus lagi pada jentikan ringan Dokja di dahinya, Cale akhirnya memasrahkan dirinya dimarahi habis-habisan oleh Dokja.
"Aku benar-benar baik-baik saja, loh, hyungnim-deul. Aku menaikkan level kekuatanku tadi, jadi baik-baik saja. Piringanku tidak lagi gemetar dan kekuatan yang kupakai bahkan tidak mencapai 1%," jelas Cale lagi dengan mata mulai memelas. Jangan terus-terusan memarahinya, waktunya untuk mandi nanti tidak cukup!
"Tapi-!"
"Kalau begitu, simpan dulu amarahmu, Dokja-hyungnim. Nanti saja. Aku mau mandi kilat sebentar." Memunculkan sabun dari tas spasialnya, Cale berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi.
"Cale! Jangan kabur dariku-!"
"Aku cuman mandi sebentar! Aigoo-!"
Hyunsung tersenyum kecil pada interaksi antara Dokja dan Cale kemudian menepuk kepala Gilyoung.
"... mereka bertingkah seperti suami-istri, ya hyu-hm?" Menutup mulut Gilyoung secepat mungkin, Dokja yang terlanjur mendengarnya menatap Gilyoung tajam sebelum memerah namun tidak ada bantahan. Membuat Hyunsung tersenyum geli.
*****
[Tersisa 45 menit sebelum Skenario Utama #3 di aktifkan.]
Menopang dagu dengan tangannya, Kim Dokja tenggelam dalam pikirannya yang rumit sesaat. Ia berpikir mengapa Yoo Jonghyuk bertingkah aneh. Kenapa Gong Pildu dibiarkan hidup. Memikirkan pertemuan antara sang Protagonis dan Hanibaram. Dan-
"Sebentar lagi, tahan dulu, Cale-ya." Suara Sangah mengalihkan perhatian Dokja. Mata gelapnya melihat wanita berambut coklat muda itu tengah menyisir rambut merah panjang Cale. Ada senandung senang saat wanita itu mengelusi rambut indah itu. Sama seperti Gilyoung yang berada di pangkuannya. Keduanya tampak seperti tengah di charger oleh jantung alam itu.
Membuat Kim Dokja segera menahan diri untuk tidak cemberut.
"Cale-ya, rambutmu ini indah sekali. Apa ada alasan atau motif tertentu memanjangkannya?" tanya Sangah lembut, meraih pita hitam yang memang ditawarkan Cale untuk mengikat rambut panjangnya.
"Hm.. ada alasannya," bisik Cale dengan tatapan meneduh pada rambutnya. Ada tatapan lembut di mata coklat kemerahan permata itu saat pandangannya menjadi menerawang.
"Raon sangat suka dengan rambut panjang Eruhaben-nim. Anak kecil itu memintaku untuk menumbuhkkan rambutku karena menurutnya akan sangat mulai? seperti Eruhaben-nim." Melebarkan mata pada dua nama baru, Dokja tanpa sadar bergerak untuk mendekati Cale. Begitu pula yang lainnya, termasuk Lee Jihye.
"Raon? Eruhaben-nim?" beo Gilyoung di pangkuan Cale. Si rambut merah terlihat dilema sesaat. Antara ingin memberi tahu atau tetap bungkam. Namun, matanya melirik sekitar sesaat, khususnya pada Dokja.
"Raon adalah anak waliku. Sedangkan Eruhaben-nim... seperti kakek untuk kami?"
"Wow... keluargamu pasti cukup besar kurasa," timpal Jihye mulai bertanya-tanya bagaimana visual keluarga Cale jika pria bermata coklat kemerahan permata itu sudah secantik ini?
"Cukup besar. Tapi kami memiliki rumah untuk menampung semua," balas Cale, masih dengan suara lembut nostalgia.
"Jika boleh kutanya, kenapa kau tidak bersama mereka, Cale-ya?" Heewon tahu pertanyaannya sensitif, tapi ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bisa melihat, dari tingkah Cale sendiri, pasti keluarganya sangat protektif terhadap pemua berambut merah itu.
Cale terlihat mempertimbangkan pertanyaannya sesaat sebelum tersenyum sedih.
"Jarak antara kami cukup jauh. Untuk sementara waktu, kami akan terpisah." Mengangguk pada jawaban final Cale, semua kembali terdiam.
"Ah ya, sudah selesai!" Sangah, menghancurkan kesunyian itu menampakkan hasil karya sederhananya. Rambut Cale kini di tenun dengan ikatan Prancis disisi kiri bahunya dengan surai merah yang membingkai wajah cantiknya itu.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' juga memuji keras pada kecantikan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]
[Beberapa Rasi Bintang penyuka keindahan berseru setuju!]
"Terima kasih untuk kepangannya, Sangah-noonim." Wanita itu tersenyum manis.
"Tidak masalah! Aku akan sangat senang jika dapat mengepang rambut indahmu lagi, Cale-ya."
"Ah ya, Dokja-ssi, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?" semua kini memalingkan pandangan pada Heewon yang memasang wajah serius.
"Ya, silahkan."
"Aku bingung, saat pria gendut itu mencoba menyerang Cale, aku mengaktifkan atributku, Absolute Good, tapi kenapa tidak ada respon? Bukankah pria tadi itu jelas-jelas jahat?" Heewon sepertinya mempercayai mereka hingga tidak keberatan mengungkapkan atribut pribadinya.
"Itulah yang manusia pikirkan, Heewon-ssi," jawab Dokja.
"... apa maksudnya itu, Dokja-ssi?" tanya Hyunsung dengan alis mengerut.
"Begini, Rasi Bintang memiliki pemikiran berbeda dengan kita. Tidak ada jaminan bahwa kebaikan dan kejahatan yang mereka tahu adalah apa yang kita tahu." Menatap satu persatu wajah-wajah orang di kelompok, Dokja kemudian menegakkan tubuhnya. Mengatakan dengan suara dingin,
"Keadilan akan selalu diputuskan oleh mayoritas."
"Dan mayoritas rasi bintang berpikir bahwa tindakan Gong Pildu itu masih tergolong 'baik-baik saja', 'kan?" timpal Cale dengan suara termenung. Dokja, sekilas terkejut pada pendapat yang sama, mengangguk singkat.
"Kalau begitu, bagaimana kita dapat menggunakan kamar mandi kedepannya? Aku mempunyai firasat bahwa Skenario ini akan berlangsung selama beberapa hari." Heewon menyuarakan kekhawatirannya.
"Mungkin sulit, tapi ada caranya." Dokja, menahan diri untuk tidak gugup saat diberi tatapan penilaian oleh Cale. Entah kenapa ia merasa seperti berhadapan dengan seorang ahli siasat? Tapi entahlah.
"Apa caranya, Dokja-ssi?" tanya Sangah.
"Kita keluarkan Gong Pildu dari zona senjatanya-"
"-apa itu-?"
"-yang dioptimalkan pada suatu area-"
Diskusi terus berlanjut hingga topik berubah menjadi Green Zone yang harus mereka cari untuk Skenario Ketiga.
[Skenario Utama #3 - Green Zone (Hari ke-3)]
[ Kategori : Utama
Kesulitan : C
Kondisi : Menempati 'Green Zone' di Stasiun dan selamat dari monster yang selalu muncul di tengah malam hari. Skenario ini akan berlangsung selama 7 hari.
Durasi : 8 Jam
Kompensasi : 1.000 Koin
Kegagalan : - ]
Kekacauan murni kemudian terjadi.
.
.
.
.
.
[Kim Dokja's POV]
Tersisa 10 menit lagi sebelum Skenario Utama #3 dimulai. Mayoritas party-nya terlihat berat saat ia memberitahu metode keduanya. Pada akhirnya saat mereka setuju menggunakannya, tangan Hanibaram mendadak meraih lengannya.
"Aku... tidak yakin pada rencana ini." Jujur, sebagian benak Dokja agak sakit mendengar keraguan Cale pada rencananya.
"Bisakah aku bertanya kenapa?" Mata coklat kemerahan permata itu malah menatap lamat Dokja, sebelum cemberut kecil.
"Tidak pada rencana. Tapi, padamu." Apakah itu nada kekhawatiran yang Dokja dengar dari suara Cale?
"Tidak apa-apa, Cale-ya. Aku yakin metode ini akan berjalan lancar walau sulit." Dokja kemudian mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke arah penghalang. Yang lain mengangguk mengerti, tapi Cale masih terlihat ragu dengan pandangan tidak lepas dari Dokja.
"Aku akan ikut bersamamu," gumam pemuda berambut merah itu final. Menggenggam tangan Dokja dengan mata bertekad.
"Tidak. Kau harus bersama Hyunsung-ssi, Sangah-ssi dan Heewon-ssi." Tolak Dokja dingin, mencoba melepaskan tangan Cale. Tapi, si rambut merah bersikukuh menolak dan menggelengkan kepalanya.
"Entah apa yang akan kau rencanakan kedepannya, aku mengawasimu." Frustasi pada kekeraskepalaan mendadak Cale, Dokja hanya menatap dengan kening berkerut. Tidak tahu harus merespon apa pada tingkah Cale yang seperti ini.
"Baiklah. Aku, Cale, dan Gilyoung akan menemukan cara yang lain." Terlihat Heewon dan Hyunsung tidak setuju. Tapi Sangah menengahi dan memberikan mata bertekad.
[Tersisa 3 menit sebelum Skenario Utama #3 di aktifkan.]
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengkhawatirkan Inkarnasi 'Kim Dokja', Inkarnasi 'Cale Henituse' dan Inkarnasi 'Lee Gilyoung'!]
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' berharap semua agar dapat selamat sentosa!]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' menggigit bibirnya dan berharap rencana berjalan lancar.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' terdiam mengamati situasi.]
[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' memberi saran untuk menghancurkan pada monster saja jika tidak lancar!]
.... dan kami akan mati kehabisan tenaga jika begitu. Sungguh maniak bertarung.
Suasana mendadak mencekam. Semua orang mengambil posisi masing-masing dan Dokja tidak melepaskan kaitan tangan kanannya pada Cale sedangkan Gilyoung ada di gendongan lengan kirinya.
[Skenario Utama #3 di aktifkan.]
Penghalang terbuka seiring terdengar raungan berbagai macam monster di sisi lain terowongan.
"Mulai!"
*****
Tujuan mereka sudah tidak jauh lagi, tetapi mereka sudah terluka. Dokja menatap nanar sekilas pada Cale yang sudah memaksakan kekuatannya untuk menghalangi pada monster. Bentuk perisainya masih kuat entah kenapa meski tubuhnya sudah gemetar dan lemah.
"Hentikan, Cale! Jangan memaksakan dirimu-!"
"Aku tidak memaksa diriku! Aku sedang bertahan hidup, sial!"
Dan saat dinding yang dimaksud mulai terlihat, Dokja merasakan kekosongan saat melihat sosok yang seharusnya tidak berada disini.
[Green Zone 1/2]
Apa yang dilakukan Yoo Jonghyuk di stasiun ini?!
Rasa frustasi penuh amarah hampir melahap pikiran Dokja, yang bahkan tidak memerdulikan monster dibelakang mereka.
"Berikan Cale padaku." Tatapan matanya dingin pada Dokja, seolah-olah marah karena Cale mengikuti rencana gilanya.
"Tida-"
"Bawa saja Gilyoungie," potong Cale, menggunakan kekuatan anginnya untuk memaksakan Gilyoung kepada Jonghyuk. Kedua pria itu terlihat terkejut pada tindakan Cale, yang tidak mengubris panggilan menyedihkan Gilyoung dan memilih menyeret Dokja menjauh.
"Cale?!"
Mata hitam menatap nanar pada pemandangan rambut merah indah Cale dari belakang, kemudian sekilas pada Jonghyuk yang menatap mereka berdua dengan tatapan rumit.
◸Jika dia mati... aku akan regresi-◿
Tidak akan Dokja biarkan hal itu terjadi! Selamanya!
"Cale! Hentikan, aku ada-!"
"Tidak, Dokja-hyungnim, tidak dengan batu itu." Pria berambut hitam itu bergetar, tangan terkepal erat, memikirkan berbagai cara mustahil untuk selamat dari skenario ini dan TIDAK ADA-!
Hanibaram bersamanya, dan ia tidak bisa membiarkan Hanibaram terluka! Tidak boleh! Dokja harus-
"Dokja-hyungnim, tolong lihat aku." Dengan monster yang tidak jauh dari mereka, Dokja mendapati dirinya menjadi tenang mendengar suara Cale. Dua tangan pucat itu terangkat dan masing-masing menyentuh pipinya. Membuat fokus Dokja murni hanya tertuju pada sepasang manik coklat kemerahan permata.
"Apa kau pernah melihat kekuatan dan kehebatan seekor naga?" tanya Cale dengan senyuman di wajahnya.
"Tidak." Geleng Dokja seperti anak kecil keheranan.
"Bagaimana dengan kematian?" Dengan berat hati, Dokja kembali menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, lihat ini, Dokja-hyungnim."
[Eksistensi Asing sedang menatap Inkarnasi 'Cale Henituse'.]
[Sebuah Stigma di aktifkan!]
Dokja kemudian menyaksikan sebuah barier, hampir seperti pendar keemasan saat ia menemukan Cale, melingkupi mereka. Ia juga menemukan gemuruh dari tanah di sekitar mereka saat udara disekitar mengencang dengan angin badai.
... heol.
"Cale...?" Siapa kau sebenarnya?
"Tahu tidak, Dokja-hyungnim?" Mengalihkan perhatian dari monster yang hanya melewati mereka seperti mereka seolah-olah hantu dan tembus pandang, Dokja menatap Cale penuh perhatian. Terdiam membisu dengan batu Spectre yang mulai terlepas dari genggamannya.
"Aku akan memberitahumu satu rahasia." Hanibaram tersenyum kecil, dan di bawah remang-remang emas itu, Dokja menyaksikan si rambut merah terlihat begitu tidak terjangkau dan jauh dari kata nyata. Tetapi, yang tidak terjangkau itu sedang berada di depannya sekarang, menemani Dokja di tengah-tengah lautan monster dengan keajaiban yang mungkin tidak pernah terjadi pada protagonis.
"Saat aku hampir mati di gang itu, sebelum kau menemukanku, ada barier yang sama, bukan?" melebarkan mata, Dokja mengangguk.
"Siapapun itu, aku tidak tahu. Tapi pengirim barier ini, tidak akan membiarkanku mati," bisik Cale kini dengan senyuman penuh rahasia, entah kenapa membuat Dokja terkekeh.
... sebenarnya, situasi mereka sangat gila jika di pikirkan? Mereka sedang berbagi rahasia di tengah-tengah serbuan para monster!
"Aku tahu kau akan melakukan hal yang tidak kusuka. Jadi, aku akan melakukan hal yang tidak kau suka juga. Aku menguji teori ini-aw..."
"Kau gila?! Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku jika kau terluka karena-"
"Aku juga mengkhawatirkanmu, Dokja-hyungnim." Pada suara kuat itu, Dokja duduk bersimpuh. Kata-kata asing 'khawatir' terngiang-ngiang di benaknya. Setelah sekian lama ia mendengar kata ini, dan mendengarnya lagi dari Hanibaram sendiri, Dokja... tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Bahwa ada seseorang yang rela memilih untuk terluka bersamanya karena murni kekhawatiran padanya.
"Cale-ya." Mata coklat kemerahan permata itu menyipit dengan tekad.
"Saat bersamaku, jangan korbankan dirimu sendiri, Dokja-hyungnim." Ingatan Raon, Choi Han, On, Hong, Ron, Beacrox, Rosalyn, Lock, Eruhaben dan lainnya terlintas...
Semua yang sedang menunggunya di rumah berputar di ingatannya. Walau selalu di keluhkan oleh Eruhaben, tapi Cale tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk membiarkan sosok yang terluka seperti Kim Dokja sendirian. Jadi, ia memutuskan untuk membawa Dokja dibawah payungnya. Sebagaimana pria itu memilih mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Cale sebelumnya.
Ia akan bersama Kim Dokja sampai dunia ini memutuskan sudah saatnya Cale pulang.
"Aku memutuskan bahwa kau-" Cale meraih kedua tangan Dokja dan menggenggamnya erat. Memori tumpah tindih saat ia mencoba menenangkan Choi Han terlintas. Kemudian matanya melihat kilasan senyuman haru pendekar pedang menjadi Dokja yang menatapnya dengan mata lebar dan berkaca-kaca.
Lamat ia tatap, dan hanya pemandangan Kim Dokja yang menatap seolah-olah Cale sedang memberikan kilauan bintang di matanya.
"-akan bersamaku."
Menatap pendar keemasan di sekitar mereka, Cale menyeringai nakal dengan mata coklat kemerahan berbinar jenaka. Ia kemudian memaksa Dokja untuk menunduk dan berbisik di telinganya.
"Mari kita manfaatkan sosok ini untuk bertahan hidup, Dokja-hyungnim. Bersamaku, tidak akan mati dengan mudah, loh."
*****
Kim Dokja kembali dibuat terdiam seribu bahasa oleh kelakukan unik sang Hanibaram, Cale Henituse.
Dalam keheningan ruang di antara mereka, sosok Cale tidak pernah terlihat lebih cerah dan lebih hangat dibandingkan sebelumnya. Pada cahaya remang-remang disekitar mereka, bisa disebut sebagai kegelapan, Dokja masih bisa melihat matanya berbinar cerah dan nakal.
Mereka di kelilingi monster. Tak terlihat. Mereka memudar. Hilang dari eksistensi tetapi masih ada dan menentang kematian.
Indahnya.
Cale membuat Dokja merasa seperti tengah bersatu dengan fragmen yang hilang. Yang selama ini ia cari kemana-mana, namun yang sebenarnya hanya sudah di tangannya tapi tidak tergenggam.
... genggam?
Dua mata hitam yang berkaca-kaca menatap dua tangan yang lebih kecil darinya dan tengah menggenggam tangannya sendiri.
Tangan Cale... ia harus menggenggamnya.
Jadi, Kim Dokja menggenggam tangan itu dan dengan gerakan pelan penuh khidmat, membawa punggung tangan itu ke dahinya.
Tanpa sadar mengabdikan seluruh hatinya pada pemiliki dua tangan yang sudah menyatakan diri untuk memayunginya.
"... Terima kasih, Cale-ya."
Kata-katanya sederhana, tetapi Dokja mengirimkan seluruh perasaannya di kata itu. Ia dapat merasakan sosok Hanibaram dalam mimpi-kenyataannya itu tersenyum.
"Terima kasih juga, Dokja-hyungnim."

BERSAMBUNG~
Hai guysss ~=□=)~
Jumpa lagi kita dengan chapter baru ini wkwkwkwk
Walau awalnya enggak terlalu yakin sama Chapter ini, karena maybe aneh, tapi Neri putuskan untuk di update aja deh 😂
Lagian Neri putuskan suka adegan terakhir itu, walau agak menyimpang di ORV-nya... well, udah menyimpang kan ya awowkwokwok
Tapi, untuk yang bingung dengan kekuatan Cale di akhir scene, akan di jelaskan kok di chapter selanjutnya.
Jadiiiiiii, tetep stay tune ya pembaca budimankuuhhh 💕
Maaf ya kalau kalian bosan sama fanfic ini 🥺
Wong, jadi bisa Neri simpulkan juga, bahwa cerita ini akan bergenre lebih ke Drama untuk saling memahami antara Dokja dan Cale, jadi cerita berpusat sama mereka 🤍❤
Jadi, bang Dokja, siap² untuk selalu dibikin terharu dan mewek sama tingkah Cale ya 🥺🤧🌻
Sekali Cale memutuskan ke bawah asuhannya, bakal di perhatikan terus kok, itung² ngelatih perhatian calon seorang istri gitu kan uhuk-👁👄👁
NOTE :
Juga, Neri mau bertanya ni sama kalian, tolong pilih antara dua fanfic crossover di bawah ini 😭
Solo Leveling x Trash of the Count's Family
Atau
The Way to Protect the Female Lead's Older Brother x Trash of the Count Family
Atau
Ada fanfic crossover lainnya yang pengen kalian Neri uji coba kan? 👁👄👁
But, anyways, secepatnya di pilìh, karena maybe malam minggu akan Neri update 2 chapter (Prolog sama Chapter 1) untuk Fanfic terpilih 🤧🥺
Di draft, sumpah deh, banyak udah fanfiction lintas manhwa dengan Cale pemeran utamanya, entar bisa jadi Dokja dan lain-lain deh 👀
Pengen Neri publish, tapi entar deh, satu-satu, biar kalian makin penasaran dengan lapak cerita saya ho ho ho 👁👄👁👉👈
Ah ya, kalau bahasa Neri terlalu baku, maaf ya, hasil bacaan selama bertahun² udah menciptakan ketikan seperti ini^^
Salam Hangat,
Neri 🌻🤍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top