#5 - Meet the Protagonist

DON'T LOOK AT MY HANIBARAM! (╬▔皿▔)╯

.
.
.
.
.

Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya guys
👁👄👁👌

[Third Person's POV]

Mata coklat kemerahan dengan kilauan permata berkedip pada Dokkaebi yang baru saja menghilang. Kemudian pada pai apel dimakannya, yang anehnya tidak menghilang.

Tawa Dokja terdengar, menatap yang lain geli karena menjadi begitu unik dan penuh misteri. Mengabaikan Jung Heewon yang tengah memeriksa seluruh kantong di pakaiannya.

"Apa kau tahu ini akan terjadi, Dokja-ssi?" Tawa di sudahi, dan Dokja dengan ringan mengangkat bahunya.

"Aku menebaknya. Hal ini dapat diprediksi loh, jika kau berpikir dengan benar. Dokkaebi benar-benar suka menindas manusia." Heewon menyipitkan matanya, tidak percaya. Sebelum mendengus.

"Ayo kita pindah dari sini segera, kerusuhan ini sudah mulai membuatku risih." Wanita bermata grey itu akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan perkataan Kim Dokja. Sebaliknya membantu Cale berdiri, memastikan yang termuda baik-baik saja dan pergi dari kerumunan yang di ikuti oleh Dokja.

"Bagaimana sekarang-Cale?! Apa yang terjadi padamu?" Hyunsung menatap khawatir pada penampilan pria berambut merah yang berantakan, dengan darah membasahi bagian depan pakaian, rambut merah berantakan, dengan mata linglung.

"Nanti akan ku jelaskan lebih lanjut, Hyunsung-ssi. Saat ini, apa ada pakaian lain yang tersisa?" Sangah lekas bergerak mencari, kemudian menyodorkan sebuah sweater coklat yang diterima Dokja dengan senyuman terima kasih.

"Hyung, apa kau baik-baik saja?" tanya Gilyoung prihatin pada Cale yang terlihat sangat pucat.

"Hu uh. Aku baik-baik saja, hanya efek samping skill-ku. Tidak terlalu serius kok." Tidak tahan lagi, sang pemimpin party kemudian menggenggam bahu pria yang lebih muda. Ada ekspresi marah di wajahnya, diiputi dengan tatapan frustasi dan putus asa.

"Apanya yang tidak serius?! Cale-ya, kau terdahak dengan darahmu sendiri! Organ internalmu menjerit kesakitan!" Sangah, Hyunsung dan Gilyoung terkejut dan ikut memucat.

"Tapi-" ini karena piringku melemah. Tidak apa-apa, loh, sumpah, Darah yang keluar pun darah yang kotor.

"Tidak ada tapi-tapi-an! Kekuatanmu berbahaya. Jangan gunakan kekuatanmu sampai suatu keadaan mendesak. Kau harus berada di sampingku, atau siapapun. Kau dengar itu, Cale Henituse?!" Mata coklat kemerahan berkedip dua kali.

Agak terkejut sesaat karena Kim Dokja yang terdengar sangat mengkhawatirkannya. Agak mencurigakan, mengingat bahwa mereka baru saja kenal 2 hari? Bukankah mereka terlalu asing untuk saling mengkhawatirkan satu sama lain? Tapi, berada di sisi Dokja, itu berarti mendapatkan perlindungan gratis?

Hmmmm. Tawaran yang menggiurkan. untuk tidak perlu bekerja. Tetapi, itu bukan gaya Cale juga.

Ia memang ingin tidak terlalu merepotkan diri, tapi tidak jatuh menjadi tidak tahu diri.

Bahkan sampah juga punya tempatnya sendiri untuk di buang.

"... arasso, Dokja-hyungnim," gumam Cale mengalah, di balas dengan helaan napas dan pelukan dari pria lainnya. Oh wow, mereka bahkan sudah sampai ke tahap skinship seperti ini? Mencurigakan sekali. Batin Cale yang malah menepuk bahu pria yang lebih tua dua kali.

Dokja, disisi lain gemetar. Pemandangan Cale yang terbatuk dan memuntahkan darahnya senantiasa berputar di kepalanya. Ia sudah mencoba untuk tidak terlalu terbawa dalam perasaannya. Namun, saat Cale mengatakan bahwa efek skill-nya tidak terlalu serius, Kim Dokja merasakan api amarah tiba-tiba menyala dalam dirinya.

Tidak tahu kah bahwa Hanibaram sendiri ditemukan hampir mati?!

Kemudian, dengan kekuatan yang OP seperti ini, berefek menyakiti diri sendiri, Dokja tidak tahu bagaimana jika novel mempersandingkan Jonghyuk dan Cale?

Protagonis sialan tidak akan berhenti menggunakan Hanibaram-nya!

Dan bahkan dengan Hanibaram sudah ditemukan, pria berambut merah itu masih bisa terluka di bawah pengawasan Dokja.

Tidak boleh.

Ia tidak boleh kehilangan 'rumah' barunya.

"..aku sudah tidak apa-apa lagi, Dokja-hyungnim," gumaman lembut datang di telinganya. Melebarkan mata pria yang lebih tua, dan secepat kilat melepaskan pelukannya. Ya tuhan, ia memeluk Hanibaram! Pria yang lebih pendek di sisi lain masih di posisi yang sama, dua tangan berbalut sweater coklat kebesaran terbuka, di cocokkan dengan fitur lembutnya sekarang.

I-imut!

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' tidak berhenti menjerit pada interaksi antara Inkarnasi 'Kim Dokja' dan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' melihat Inkarnasi 'Cale Henituse' dengan tatapan rumit.]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' memerah kecil pada Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[Beberapa rasi bintang penyuka keindahan pingsan ditempat!]

Heewon bersiul pada wajah memerah Dokja, yang dibalas delikan tajam.

"Ma-maafkan aku, Haniba-eh, Cale-ya!" kedua tangan itu sebagai gantinya memeluk Lee Gilyoung, yang melompat ke arah si rambut merah. Cale hanya bersenandung dan mengangguk paham.

"O-oke, mari kembali ke pembahasan awal..." Dokja kembali memerah saat merasakan tatapan menusuk dari tiga sosok lainnya.

"To-tolong berhenti menatapku!" Mereka malah tersenyum geli (untuk Sangah dan Hyunsung) berbeda dengan Heewon yang menaik turunkan alisnya.

"Jadi, kita akan pergi berburu." Suara serius Dokja membuat semua tegang.

"Kita tidak mencari makanan di atas?" tanya Hyunsung. Dokja menggelengkan kepalanya.

"Hyunsung-ssi. Dunia ini telah berubah. Maka makanan juga tidak luput dari perubahan itu. Tidak ada lagi produksi yang bertahan." Semua mata, minus Hanibaram, lambat laut melebar. Dokja melirik ke terowongan gelap menuju Stasiun Yaksu.

"Jadi, Dokja-ssi, jangan bilang kita akan..." mata Sangah gemetar.

"Ya. Kita akan berburu monster."

.
.
.
.
.

"Bagaimana jika kita bertukar anggota? Untuk gencatan senjata." Dokja hanya memberi tatapan dingin pada Cheon Inho yang berdiri di sampingnya.

"Aku mengirimkan anggotaku satu orang, untuk informasi tentang serangan. Dan anggota mu di tempatku untuk ku jaga. Bukankah di saat seperti inilah sosial bekerja?"

"Siapa?" tanya Dokja datar, namun berfirasat buruk. Mata Cheon Inho melirik si rambut merah yang bersandar pada Hyunsung, karena efek kelelahan skill-nya.

"Si rambut merah-"

"Tidak." Tolak Dokja kejam. Merasa defensif, pria itu bahkan mengulurkan duri ke wajah Cheon Inho.

"Berani kau sebut atau melihat pria berambut merah itu, aku tidak segan-segan menghabisimu, Cheon Inho," gumam Dokja dengan mata hitam mati.

Menakutkan. Pikir Cheon Inho saat melihat reaksi ganas dari pria berambut hitam di depannya itu. Ia juga sudah mendengar, bahwa pria itu tidak segan menghabisi 5 orang karena menyentuh dan menyakiti pria berambut merah lainnya.

"Ta-tapi, apa kau bisa memaksa si rambut merah untuk bertarung? Li-lihatlah dia." Mau tidak mau, Dokja setuju. Cale tidak dalam kondisi untuk ikut bertarung bersama mereka. Hanibaram sekarang sangat lemah dan sudah jatuh tertidur di bahu Hyunsung.

"Tunggu disini." Tanpa menunggu tanggapan yang lain, Dokja berjalan ke arah partynya.

"Semuanya,"

"Aku akan tinggal, Dokja-ssi." Hyunsung, yang sedari tadi mengawasi atmosfir antara Kim Dokja dan Cheon Inho, mengangkat suara dengan tatapan baja. Kecemburuan singkat melintas di hati kecil pria lainnya, yang segera di tepis.

Hyunsung cukup kuat untuk menahan banyak orang, dan pria itu kuat saat melindungi seseorang. Tidak ada yang bisa dipercayai Dokja, selain pria di depannya ini.

"Mohon bantuannya, Hyunsung-ssi." Yang lain mengangguk dengan wajah mengerti. Tangan besar memegang bahu Cale, memastikan yang lain tertidur dengan posisi nyaman.

"Aku akan menjaganya dengan hidupku, Dokja-ssi." Puas entah kenapa, Dokja mengangguk.

"Kalau begitu, aku akan ikut bersamamu, Dokja-ssi," sahut Heewon yang diikuti oleh Sangah dan Gilyoung. Mereka berlima, jika ditambah dengan Han Myungoh. Jumlah yang kecil, tapi tidak apa.

Melemparkan pandangan pada Cale yang masih tertidur, tanpa sadar Kim Dokja bergerak untuk menghirup -mencium- ringan bagian ubun-ubun kepala berambut merah itu. Menikmati aroma alam yang ada pada sang Hanibaram sesaat untuk menenangkan dirinya, sebelum menepuk bahu Hyunsung dua kali dan pergi menuju lorong yang gelap.

Tak lupa, tindakan mendadak Dokja membuat semua melongo. Seketika mempertanyakan apa hubungan antara Dokja dan Cale yang sebenarnya.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menjerit lagi pada tindakan Inkarnasi 'Kim Dokja' ke Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[500 Koin di sponsori!]

... Dokja tidak habis pikir dengan keanehan rasi bintang satu ini.

[Sub Skenario baru telah Tiba!]

[Skenario #2 - Pengadaan Makanan]

[ Kategori : Sub

Kesulitan : E

Kondisi Jelas : Berburu monster untuk digunakan sebagai bahan makanan dan memasak mereka.

Batas Waktu : Tidak Ada.

Kompensasi : 500 koin.

Kegagalan : ??? ]

.
.
.
.
.

[Cale Henituse's POV]

Sekelebat memori rumah hadir di mimpi singkat Cale Henituse.

Ia berbaring di kasurnya, dibangunkan oleh anak-anak, dengan Choi Han masuk sambil tertawa, dan Ron dengan sarapan juga teh lemon yang dibencinya.

Suasana lembut kamar, serta angin sejuk yang berhembus di balik jendela, membuat tidur terasa semakin menggoda. Tetapi, anak-anak sepertinya tidak membiarkan ayah mereka tidur, tertawa ceria saat diberi tatapan tajam.

"Manusia! Bangun! Koki sudah membuat makanan yang enak!"

"Bangun, Cale-nya!"

"Bangun-nyaa~!"

"Hush, jangan memaksa Cale-nim begitu. Sebentar lagi Cale-nim akan bangun kok."

"Tuan Muda, teh lemonmu akan dingin loh."

Aku akan bangun kok... tetapi pemandangan suram stasiun bawah tanah adalah apa yang dilihatnya saat kedua manik coklat kemerahan itu terbuka. Rasa rindu yang menyakitkan terlintas di hatinya. Rasanya sesak. Rasanya menyakitkan. Rasanya sendiri.

Cale Henituse merindukan mereka.

Tiga tahun lebih adalah waktu yang lama untuk mengenal semuanya, yang di dalam kesehariannya selalu bersama-sama. Begitu kejamnya Death memisahkan Cale dengan keluarganya?

"-le-ya? Cale? Apa kau baik-baik saja?" sadar dari lamunan, Cale mendongak dan menemukan Hyunsung menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Hyunsung-hyungnim?" yang dipanggil mengangguk. Cale kemudian mengendarkan pandangannya.

"Kemana yang lain?"

"Mereka pergi berburu. Aku tinggal untuk menjagamu, Cale-ya. Kau masih lemah dan terluka." Cale bersenandung kecil. Di satu sisi, ia merasa sedikit terkejut karena Dokja meninggalkannya. Mengingat rasa protektif aneh pria lain terhadapnya. Kemudian ia berterima kasih karena Hyunsung bersedia melindunginya disini.

"Terima kasih, Hyunsung-hyungnim." Yang lebih tua tersenyum lebar dan mengangguk. Tak lupa tangan terangkat untuk mengacak-acak surai merah milik Cale.

"Sama-sama. Tidak masalah, Cale-ya." Hmmm... ia benar-benar diperlakukan seperti bocah. Batinnya yang berumur 40 tahun agak tidak terima. Tapi, apa boleh buat. Wajah tuan muda ini juga tidak mendukung.

Kemudian ia melihat bahwa mereka duduk di tempat yang agak jauh dari kelompok Cheon Inho, atau kerumunan lainnya. Yang segera di syukuri Cale.

"Omong-omong, Hyunsung-hyungnim, apa kau lapar-?"

"Akhirnya, Kim Dokja bajingan itu melepaskanmu, ya?" suara lain memotong Cale, membuat si rambut merah menyipit mata kesal. Baru saja di syukuri. Menyebalkan sekali. Kenapa kerap sekali ia di ganggu disini?

Sedangkan yang lebih tua disisi lain membawa Cale kebelakangnya. Aura waspada menguar dari mereka.

Cheon Inho, yang memang sudah mengincar pria berambut merah dari awal menyeringai remeh. Sejak pertama kali melihat mata coklat kemerahan permata itu serta bau alam yang kuat, ia tahu bahwa si pendatang baru itu berbeda dari yang lain. Wajahnya juga sangat cantik untuk seorang pria, tetapi tidak masalah. Cheon Inho bisa mengecualikan itu.

"Kau ditinggalkan oleh bajingan itu? Pasti kau kuat ya?" ejek lagi Cheon Inho, memunculkan hampir 20 orang di belakangnya. Itu jumlah yang banyak untuk menyeroyok Cale. Mata coklat kemerahan permata sekali lagi memancarkan kebingungan.

Sejujurnya, salah apa ia sampai ingin dipukuli seperti ini?

Lee Hyunsung disisi lain hendak bertanya pada Cale untuk pindah lebih jauh, hanya untuk melebarkan mata saat melihat wajah ketakutan yang lebih muda (dari sudut pandangnya).

"Pergilah. Kau menganggu istirahatnya," gumam sosok taming tinggi itu dengan wajah dingin. Mulai mengaktifkan skill-nya, ditanda kedua tangannya bersinar. Sejenak membuat beberapa bawahan Cheon Inho waspada.

"Tidak perlu takut, guys. Cecunguk itu cuman sendiri!" provokasi salah seorang bawasan dengan wajah meremehkan.

"Sebagian, ambil pemuda berambut merah itu." Sekali lagi, apa salahnya?!

"Cale-ya!" Meski merasa terpaksa, Cale mengaktifkan perisainya. Sayap putih keemasan melindunginya dan Hyunsung, kemudian memantulkan beberapa penyerang. Sontak membuat Cheon Inho menyeringai lebar. Firasatnya terkait 'Cale' ini benar. Lebih dari penampilan lemahnya, pria berambut merah cantik itu kuat.

"Berhenti menggunakan kekuatanmu, Cale-ya!" Panik Hyunsung mencoba membuat yang lain berhenti, dibalas gelengan lemah pria bermata coklat kemerahan itu.

"Ta-tapi kau-?!" Hyunsung menyipitkan matanya. Bahkan di saat kesakitannya, Cale masih saja memikirkannya!

Cepatlah berevolusi atau apa kek! Ini menyakitkan. Gusar Cale di dalam hatinya. Luka di jantungnya lambat laun kembali terasa menyakitkan.

Ugh. Pernahkah Cale mengatakan bahwa ia selalu membenci rasa sakit?

"Hyunsung-hyungnim!" Tangan kanan-nya kemudian terangkat, menahan darah yang hendak keluar dari bibirnya, ia memanggil kekuatan petirnya. Yang sangat efektif sebagai serangan sekarang.

-CTAR!!!

Semua, yang masih sadar, menganga saat melihat serangkaian petir berhiaskan mawar emas ditembakkan dari tangan pria berambut merah itu. Menyerang sebagian dari bawahan Cheon Inho. Namun, salah satu dari serangannya tampak lolos, membuat seseorang mulai berjalan di samping kiri Cale, dengan pisau Swiss Army di tangannya.

"Cale-ya!" dalam momen lambat itu, Hyunsung menyaksikan Cale menolehkan pandangannya dengan tatapan tenang. Seolah-olah sudah siap mengorbankan diri, untuk melindunginya!

"TIDAK-!" sekelebat memori pelatihannya di militer menghantui benaknya. Juga ejekan dari rekan se-corps-nya, mengenai betapa lemahnya Hyunsung dan penurutnya ia. Tidak melawan saat di perintahkan, hanya menjadi bayang-bayang menyedihkan seseorang.

Tidak! Berhenti memikirkan memori itu!

Cale.... Cale sedang dalam berbahaya!

A-aku... sangat lemah!

Ta-tapi- mata Hyunsung perlahan penuh tekad. Pria yang lebih tinggi bergegas menghabisi sisanya, dalam jalan menuju Cale.

Ia... ia harus melindungi Cale! Dokja-ssi sudah mempercayainya.

[Inkarnasi 'Lee Hyunsung' mengalami Evolusi!]

[Keterpaksaan Momen membuat Evolusi tidak sepenuhnya sempurna!]

[Stigma 'The Shield to Protect Lv. 1 didapatkan!]

Secepat pisau itu menyerang, secepat itu pula sebuah perisai hijau keemasan raksasa hadir. Menghadang serangan ke sisi kiri perut Cale. Membuat sosok penyerang terpental hebat. Mata Hyunsung, yang memiliki kilauan hijau keemasan itu melirik dingin sekitarnya, sebelum tanpa ampun menghabisi yang tersisa.

[Konstelasi 'Master of Steel' menatap bangga pada Inkarnasi-nya.]

[Beberapa rasi bintang yang mengkhawatirkan Inkarnasi 'Cale Henituse' menghela napas lega sejenak.]

[500 koin di sponsori.]

Cheon Inho, yang sedari tadi mengawasi, mau tidak mau mundur selangkah. Padahal bawahan yang bawa adalah yang terkuat dipilihnya! Tapi, ia tidak menyangka bawahan Kim Dokja bajingan itu sama kuatnya! Apalagi si rambut merah.

Petir mawarnya sangat indah dan mematikan. Sebagian inner Cheon Inho menginginkannya, tetapi-

"Lihat kemana kau, bajingan?"

"H-huh?" Hyunsung, dengan mata bersinar kehijauan menakutkan berada di atasnya. Tangan besar meraih lehernya dengan cengkraman menyakitkan.

"Padahal... Dokja-ssi sudah memberi peringatan untuk tidak melewati batas, bukan?" gumam Tamer dengan suara muram. Mata gelapnya berbinar tanpa ampun.

"Sepertinya tidak ada masalah jika aku menghabisimu disini." Tangan kanannya kemudian bersinar kehijauan.

[Skill 'Sense of Justice Lv. 1' di aktifkan!]

"Yang seharusnya berpikiran jahat, menghilang saja." -BUK! Pukulan telak di tempatkan ditengah-tengah perut Cheon Inho, membuat suara retakan terdengar. Belum puas, Hyunsung mengangkat lutut kanannya, menyerang dagu pria lainnya. Kemudian dengan kejam melempar pria itu begitu saja.

[Rasi bintang yang menginginkan rasa haus darah mengangguk puas pada Inkarnasi 'Lee Hyunsung'!]

[100 koin di sponsori!]

Setelah skill dan stigma-nya mereda, Hyunsung lantas memalingkan wajah untuk memeriksa Cale. Jantung pria berambut hitam pendek itu terasa runtuh melihat Cale sudah bersimpuh dan terbatuk darah parah. Bahkan matanya mengeluarkan air mata berwarna merah.

"C-cale-ya... a-apa ka-kau.. ugh-" tanpa sadar, mata Hyunsung gemetar, pitanya kehilangan suara. Ia tidak tahu harus berbuat apa! Cale terluka dan ia tidak seperti Dokja yang cukup membeli ramuan!

"-hyu-hyungnim..." Cale mendongak, tangan kanannya terangkat, yang segera di raih erat namun tidak menyakitkan oleh Hyunsung.

"Be-bertahanlah, C-cale-ya, ugh-" Mata coklat kemerahan berkedip kosong, sebelum terkekeh.

"... a-apa kau mengalahkan ba-bajingan itu?" Ya Tuhan! Sempat-sempatnya yang lebih muda bertanya akan hal itu!

Dengan senyuman pecah dan berair, Hyunsung mengangguk. Mendapatkan senyuman kecil Cale.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' yang baru tiba terkejut melihat kondisi Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' bertanya apa yang terjadi pada Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' sangat khawatir pada Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

"Ba-bagus... huft.. kenapa s-sangat menyakitkan?" gumam Cale, kemudian memutahkan seteguk darah lain, menguras warna dari wajah Hyunsung.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire'menjerit khawatir!]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' melihat Inkarnasi 'Cale Henituse' dengan tatapan khawatir.]

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' melihat Inkarnasi 'Cale Henituse' dengan wajah rumit.]

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' tidak tahan dengan kelemahan Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[200 Koin di sponsori.]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' akan memberi tahu kepada Inkarnasi 'Kim Dokja'.]

"-aku lapar...," gumam Cale dengan mata mulai tertutup. Rasa kantuk berat lambat laun mendominasi kesadarannya. Hyunsung lekas sigap menangkap tubuh lainnya yang jatuh tidak sadarkan diri.

"-a-aku harus-" keluar dari sini! Mata gelap Hyunsung melirik sekitar dengan putus asa. Tidak ada yang bisa membantunya di sini! Matanya kemudian melirik terowongan gelap menuju ke atas, tempat permukaan kota yang masih bertabur kabur beracun. Matanya bersinar penuh tekad sesaat.

Ia sudah mendengar sebelumnya, bahwa Dokja-ssi memang akan berencana untuk ke stasiun selanjutnya. Melirik Cale yang terengah-engah kesakitan di pelukannya, semakin menguatkan tekadnya.

Ia tidak bisa menunggu Dokja. Tidak dengan keadaan Cale yang sudah sangat lemah kehabisan darah! Ia harus mencari pil penambah darah di atas, dengan beberapa pereda rasa sakit. Karena persediaannya sudah habis.

Menggendong tubuh Cale dengan hati-hati, tak lupa menyelimutinya dengan kain gelap usang, Hyunsung berjalan menjauh dari Stasiun Bawah Tanah Gumho. Ia tidak lupa memberi ucapan terima kasih pada konstelasi karena bersedia menyampaikan pesannya. Bahwa mereka akan bertemu di Stasiun Yaksu, karena Cale terluka sangat parah sekarang.

Dalam perjalanannya melewati tangga, hati Hyunsung berharap besar. Bahwa ia akan menemukan yang dicarinya, atau akan lewat seseorang untuk membantu mereka.

.
.
.
.
.

Lee Hyunsung berulang kali berterima kasih kepada siapapun yang membuat jalannya menyembuhkan Cale terasa lebih mudah.

Benar seperti yang diceritakan oleh Jung Heewon-ssi, kabut beracut tidak menganggu mereka. Monster-monster kecil juga tidak mengganggu. Bahkan arah mereka selalu berbalik dengan arah monster Skenario Utama #2!

Matanya menatap kagum pada Cale sesaat.

Keberuntungan luar biasa apa yang dimiliki oleh donsaeng mereka ini?

Masuk ke sebuah klinik, ia dengan gencar mencari semua pereda rasa sakit yang ada, kemudian menggunting baju Cale untuk menggantikan perban berdarah yang melilit luka jantungnya. Wajah Hyunsung menjadi rumit.

"Kenapa... kau sampai terluka seperti ini?" lirih pria bertubuh besar itu bersimpati. Sekejam apa perubahan dunia ini membuat manusia menyerang yang lebih lemah dari mereka? Tawa ironis keluar darinya.

Bukankah memang sudah terjadi bahkan sebelum kiamat ini menyerang?

"-ugh.."

"Cale!" lamunannya terbuyar saat Cale bergerak. Padahal baru saja dua jam berlalu, harusnya pria berambut merah itu bisa lebih beristirahat!

"Hyun...sung-hyungnim?" gumam yang lebih muda lemah. Memberikan air minum, Hyunsung kemudian membantu yang lain duduk di kasur klinik (salah satu terdekat yang mendekati Stasiun Yaksu).

"Apa... kita berada di atas?" tanya pria berkulit pucat itu lagi, segera sadar dengan lingkungannya yang sudah berubah. Mendapatkan anggukan lemah dari pria yang lebih tinggi.

"... maaf karena memisahkan kita dari Dokja-ssi." Cale menggelengkan kepalanya. Tidak menyalahkan Hyunsung dengan keadaannya yang lemah.

"Tidak apa, hyungnim. Salahku juga karena terluka di dunia yang menyusahkan ini. Sudah sampah, menjadi beban orang pula... menyedihkan, ya?" kaget dan tidak terima, Hyunsung menggelengkan kepalanya keras. Matanya menyipit tidak senang, memikirkan siapa yang menanamkan pikiran keji itu kepada orang sebaik Cale?

"Tidak! Ini salah penyerangmu, yang sangat hina menyerang orang yang lebih lemah," ucap Hyunsung tegas, tidak membiarkan celah untuk berdebat. Membuat Cale mengedipkan mata, sadar akan perubahan kecil pada sosok yang lainnya. Baru saja hendak membalas perkataan, perut Cale berbunyi, membuat pemuda berambut merah itu menghela napas berat.

Tidak punya energi lagi untuk merasa malu.

Jadi, ia meminta kantung spasialnya, meminta 5 potong pai apel. Tak lupa memberikan satu potong kepada Hyunsung, yang dibalas ucapan terima kasih.

"..umm.. nyam..," mata pria tertua melirik Cale yang menyantap pai apelnya dengan suara kecil. Selalu ada tatapan nostalgia saat pria yang lebih muda menyantap kue-nya. Kemudian sesekali berekspersi aneh, seolah-olah ada yang berbeda dengan rasanya.

"-hyungnim?" Cale, agak kaget dengan pergerakan mendadak Hyunsung, hanya terdiam menerima handuk basah yang mengelap pipinya. Berbekas darah.

Dokja akan memarahinya jika melihat ini. Batin Cale, merasa menggigil sejenak.

"Terima kasih, Hyunsung-hyungnim." Pria muda itu memiliki ekspresi rumit. Tidak pernah menjadi selemah ini membuat Cale membencinya kata 'lemah'. Biasanya, ia memang akan santai saja menerima kata itu. Tapi, ini sudah keterlaluan.

Cale Henituse aka Kim Rok Soo, adalah orang tahu berhutang budi.

Ia juga tahu tempatnya.

Tapi-selemah ini membuat Cale frustasi. Ia tidak bisa membantu tanpa rasa sakit melandanya. Seolah-olah kekuatan ini secara bersamaan juga menyakitinya. Hati Cale entah kenapa terasa sakit.

Tepukan di kepala menyadarkan pria bermata coklat kemerahan itu.

"... tidak apa-apa untuk bergantung, Cale-ya." Mata yang termuda bergetar kecil.

"Memang pada dasarnya manusia saling membutuhkan, bukan?" Ah... mungkin dunia gila ini sudah membuat pertahanan mental Cale menurun?

"... sekali lagi, terima kasih karena sudah menyelamatkan hidupku, Hyunsung-hyungnim. Kau adalah orang yang baik." Mata dengan kilauan permata itu melengkung pada dengan senyuman tulus yang langka. Membuat Hyunsung terperangah sesaat, sebelum menggaruk pipinya malu, dan tersenyum sama lembutnya.

"Sama-sama, Cale-ya. Terima kasih juga karena sudah melindungiku tadi." Lawan bicaranya mengangguk sambil kembali menyantap kue pai apelnya.

"Ah ya, apa kau sekarang merasa sudah lebih baik, Cale-ya?" pada pertanyaan pria yang lebih tua, Cale mencoba menggerakkan tubuhnya. Masih lemah dan gemetar, tetapi sudah lebih berenergi. Segera ia dihentikan oleh Hyunsung, yang secara bersamaan memakaikannya coat hitam pendek miliknya yang kebesaran di tubuh Cale.

"Jangan memaksakan dirimu, Cale-ya. Aku bisa menggendongmu. Kita harus pergi secepatnya ke stasiun selanjutnya. Dokja-ssi pasti sudah menuju ke sana." Mengangguk patuh, Cale membiarkan dirinya di gendong seperti anak kecil oleh Hyunsung, masih dengan sepotong pai apel lain di mulutnya.

"Sakit, Cale-ya?" menggelengkan kepalanya polos saat Hyunsung bertanya setelah berjalan tiga langkah, tanpa menunggu aba-aba lain, ia pun mulai bergerak cepat. Meninggalkan klinik menuju wilayah stasiun bawah tanah Chungmuro.

Tak beruntungnya mereka, beberapa monster kecil mulai mendekat. Beberapa juga berani menyerangnya, yang ditepis mudah oleh Hyunsung.

Cale juga (yang mencoba menenangkan Hyunsung berkali-kali), sesekali mengirimkan peluru angin, membuat monster kecil menjauh.

"RRRAAAUUURRR!"

Tak jauh dari mereka, terdengar suara raungan monster. Membuat Hyunsung tersentak dan mengeratkan pelukannya pada Cale. Mencoba mencari jalan lain, malah terhenti dengan dinding yang runtuh dekat mereka. Akibat lemparan monster itu.

Hyunsung secepat mungkin mengaktifkan Stigma-nya dan bergerak saat reruntuhan itu tertahan sesaat.

"Kita harus pergi dari sini." Cale, tanpa diberi tahu pun memang akan berlari.

Ada hawa tidak mengenakkan dari sisi berlawanan mereka. Aura dari sosok yang sedang bertarung dengan monster itu. Namun, baru saja Hyunsung hendak melangkah, tubuh monster terlempar ke arah mereka! Bajingan!

[Stigma 'The Shield to Protect Lv. 1 diaktifkan!]

Bersamaan dengan terbentuknya perisai milik Hyunsung, Cale juga mengaktifkan miliknya. Tidak peduli dengan piringan yang mulai bergetar. Tidak di aktifkan atau mati!

Beruntungnya, si monster yang kini tidak berbentuk itu terpental di sisi kanan mereka. Membuat Cale segera menghilangkan perisainya, untuk menahan sedikit darah yang keluar dari mulutnya.

"Huft..."

"Cale-ya! Kau baik-baik saja?!" tidak ingin mengkhawatirkan pria yang lain, Cale mengangguk dengan tatapan menenangkan. Tanpa sadar mengirimkan bau alam dengan angin sejuk yang entah kenapa dapat membuat batin panik Hyunsung sedikit tenang sekarang.

"Siapa..." keduanya memalingkan mata, melihat seorang pria tak jauh dari mereka dengan wajah dingin dan waspada menodorkan pedang ke arah Hyunsung dan Cale.

"-siapa kalian?" Langkah kaki tidak pernah terasa sangat mencekam. Hyunsung, yang menggendong Cale juga tanpa sadar mengambil langkah mundur, cengkramannya pada pria berambut merah mengerat.

Siapapun pendatang baru ini.. ia harus melindungi Cale! Ia sudah berjanji pada Dokja-ssi!

Mata gelap sosok berambut hitam itu menatap Hyunsung sesaat, kemudian melebar kecil. Membuat si mantan perwira militer bingung sesaat. Lamat menatap pria bertubuh kekar, pandangannya teralihkan pada Cale, yang menyandarkan tubuhnya pada Hyunsung, efek kelelahannya.

"Kau...? Siapa kau?" pedang lambat laun diturunkan. Kewaspadaan menurun seiring aroma unik tercium dari sosok berambut merah yang lemah itu.

Pendatang baru menghirupnya pelan, batinnya dipenuhi oleh ribuan nostalgia dan perasaan aneh. Ada bau alam, dengan rumbut hijau segar yang baru tumbuh, langit setelah hujan, hutan di pagi hari, kunang-kunang di malam hari, pantai di siang hari, api unggun dengan tawa riuh hangat, juga angin sejuk yang berhembus dari pria bermata coklat kemerahan permata itu.

Perasaan bahwa ia mengenal pria berambut merah itu.

Dan 'memang seharusnya' mengenal pria itu.

"Kau-" Mata hitam terkunci erat pada sosok Cale yang meliriknya dengan tatapan diam. Tidak ada penghakiman, hanya penungguan dan penerimaan.

"-ikut denganku."



BERSAMBUNG~


Mulai deh, alur yang menyimpang dari aslinyaaa ~
Wkwkwkkw
Gimana sejauh ini?
Masih konsisten atau terlalu cepat alurnya?
Komen yaaa

Salam hangat,

Neri 🐇💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top