#21 - Gather To Become Stronger (2)

POV dari berbagai karakter tentang keadaan mereka.

Serta tentang Cale yang kembali ke habitat lama :D

.
.
.

Btw guys, TODAY (1 Juli) is my BIRTHDAY~
Xixixixi (♡>艸<)
Ini hadiah untuk kalian~
Sooo... komen yg manis, pwease??? 🥺🥺🥺💛🌻

Kapan Dokja selesai LDR-an dengan Cale???
Mereka akan jumpa di chapter selanjutnya kok
Dan sejujurnya, chapter ini cukup membosankan bagi Neri hmmm

WARNING :
1. Plot Canon yang cukup kental untuk POV Dokja
2. OP!Cale in ur area~
3. Dokja-ssi is so fuckin' handsome in this fic, okay? Coz he's a TOP :)
4. Chapter 19 sudah di edit kembali. Perubahan posisi karakter Yoo Sangah dan Lee Jihye (kemungkinan juga Jung Heewon)

Jangan lupa untuk VOTE, KOMEN dan FOLLOW bagi yang belum~
Terima kasih bagi kalian yang sudah berbaik hati dan bertahan fic ini ੭*ˊᵕˋ)੭*ଘ

(Word : 9.5k)


[In TCF's World]
[Choi Han's POV]

Semua menunggu dengan wajah pucat, di iringi ekspresi identik. Seperti penuh harapan, khawatir, cemas, gelisah, bahkan menahan tangis.

Choi Han berdiri tak berdaya. Sambil menggendong sang naga kecil yang tidak berhenti menangis di bahunya.

Apalagi ucapan Cage, yang ternyata sama dengan kecemasan yang melanda naga kecil itu selama seminggu ini.

Rasanya, seperti dunia Choi Han yang mulai kembali ia bangun, setelah kematian Cale-nim, kembali runtuh.

Mata hitam kini memudar akan emosi. Pipi bersandar dengan senandung linglung di atas rambut hitam kebiruan lepek. Bersenandung dengan kekosongan batin, yang kembali menelan perasaan pria itu dengan kejam.

Sakit rasanya, bahwa harapan yang tumbuh dalam diri Choi Han menjadi bumerang bagi pemegang harapan itu.

Bahwa keinginan mereka menjadi senjata yang bisa mematikan jiwa Cale-nim di alam sana, setiap saat mereka mendorong garis perbatasan.

"Choi Han...," panggil Rosalyn, suara berbisik sedih. Wanita itu bersama Lock merangkul dua anak-anak Cale-nim yang lain di sisinya.

"A-apa kau yakin, Saintess?" Tanya yang tertua dari mereka semua. Wajahnya kini tiada lain hanya ekspresi kelelahan dan mata berbinar akan emosi tak terdeskripsikan.

Perasaan sakit. Kecewa. Hancur.

-yang bisa Choi Han rasakan dalam atmosfir ruangan.

Cage, yang sudah tiba di balik lingkaran teleportasi, bersama Marquess Taylor disisinya, mengangguk sedih. Air mata membuat mata abu-abu wanita itu bersinar akan emosi serta bibir gemetar menahan tangis.

"Bajingan itu.. sialan, kenapa tidak memberi tahu dari dulu-?"

"Cage," panggil Taylor, terdengar begitu rentan. Mencoba menenangkan wanita berambut coklat gelap, meski tidak berhasil.

"D-dia mengatakan... Tuan Muda Cale... terancam disana."

Helaan napas terdengar, semua memandang sang naga emas kuno yang kini terduduk. Dibelakangnya sudah berdiri sang Raja Vampir, dengan ekspresi datar.

"Terancam seperti apa?" Tanya Fredo, mata merah anggur menatap tajam Cage sambil menyilangkan kedua tangan didepan dadanya. Membuat Choi Han kagum disatu sisi karena dari semuanya, hanya tuan vampir yang bisa mengontrol emosinya. Bahkan Alberu-nim terlihat tidak bisa berkata apa-apa. Ikut terdiam dengan mata biru hampa.

"Se-seperti yang kalian tahu, Death mengatakan... ba-bahwa-" Choi Han bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana ia bisa memahami perasaan Cage sekarang. Sangat menyakitkan untuk berbicara saat tenggorokanmu tercekat, oleh perasaan sesak dan air mata tertahan.

"-jiwa Tuan Muda Cale sebenarnya tidak selamat se-setelah insiden ranting dari World Tree. Ja-jadi, Death mengirimkan Tuan Muda Cale ke dunia itu... dimana ada pecahan jiwa Tuan Muda Cale disana..." semua mengangguk pada informasi ini. Cage sudah menjelaskannya 4 tahun yang lalu, yang menjadi dasar harapan mereka untuk menjemput Cale-nim.

"Ta-tapi, dunia sana memiliki aturan sendiri d-dan Tuan Muda Cale adalah... variabel asing?" Bingung Cage pada penjelasannya sendiri.

"Maksudmu-" Alberu-nim mengangkat suara. Terdengar rendah dan serak, seolah untuk berucap saja sudah membuat pria keturunan Dark Elf itu kelelahan.

"-Cale tidak bebas disana?"

Hanya butuh satu pertanyaan dan Choi Han merasakan semua hati rekan-rekan, keluarga dan dirinya sendiri hancur.

Samar-samar, pria Korea itu merasakan betapa tegang tubuh Raon dalam pelukannya. Isak tangis kembali terdengar dan tangan refleks bergerak untuk menyentuh ubun-ubun rambut hitam. Meski tahu bahwa gerakan itu hanya menghasilkan kehampaan menyakitkan.

Cage menggelengkan kepalanya sedih, air mata mengalir.

"Death mengatakan bahwa otoritas yang mengawasi dunia itu, Star Stream, sudah mendeteksi kehadiran Tuan Muda Cale-"

"-jadi apa?" Semua mata memandang naga emas. Mereka melihat kekuatan mulai menguar dari tubuh itu, membuat rambut emas mengembang sedang urat-urat muncul di sekitar pelipis. Mata emas bercelah semakin mengecil hingga ke taraf menakutkan.

"-apa gunanya mengatakan hal itu jika dewa bajingan itu bahkan TIDAK BISA berbuat apa-apa?!" Geramnya, aura naga begitu kental dan jika Choi Han orang biasa, maka ia akan pingsan oleh tekanan kekuatan tersebut.

"4 TAHUN SIALAN!"

Derak emas mengelilingi wujud naga kuno.

"KEMANA BAJINGAN ITU MENGHILANG?! DAN SAAT KAMI MENCAPAINYA, KAU BERANI MENGATAKAN KAMI MENYAKITI ANAKKU?! KARENA KEINGINAN KAMI UNTUK BERJUMPA?!"

Semua terdiam.

"BETAPA BERANINYA DIA?! DEWA SIALAN-!"

Ikut merasakan kemarahan dan kesedihan seorang ayah yang merindukan anaknya.

"Betapa... kejamnya," bisik Eruhaben-nim, kelelahan dan energi naga langsung menguap.

Kepala tertunduk, menyembunyikan mata dibalik helai poni rambut emasnya. Pria itu bahkan tidak menolak saat Fredo-nim menepuk bahunya. Wajah sang vampir yang semula dingin menjadi ekspresi yang lembut.

"M-maafkan aku..." Eruhaben-nim menggelengkan kepala.

Bukan salah Cage bahwa mereka seperti ini. Wanita itu sudah berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai cara untuk mendengar suara dewa kematian sialan itu. Bahkan Cage pernah mencoba meracuni dirinya sendiri, membuat keadaan mati suri agar bisa menemui Death, yang langsung di cegah oleh Taylor.

Mereka tidak boleh kehilangan siapapun lagi.

"Lanjutkan, Miss Cage." Ron, tanpa senyuman meminta dengan suara lembut.

"... Death saat ini tidak bisa berbuat banyak." Ucapan itu mengonfirmasi kekesalan Eruhaben-nim.

"Dunia itu tidak hanya memiliki 1 dewa, mereka... memiliki 'sistem' yang unik?" Cage kemudian meminta Jack untuk mempersiapkan papan tipis dan pensil mana. Ini seperti replika papan tulis dan spidol/kapur di dunianya dulu.

"Death menjelaskan beberapa poin, salah satunya bahwa dunia itu berpegang kepada 'cerita'." Raon, yang mulai tenang dalam pelukannya bergerak. Begitu juga yang lainnya, mendekati dan mengelilingi Cage.

Kesedihan masih kental, pandangan kekecewaan dan ekspresi menahan sakit. Tapi ada tekad dimata mereka, untuk mengerti dimana letak kesalahan, menghangatkan hati Choi Han, bahwa mereka semua tidak pernah menyerah tentang Cale-nim.

"Semakin tinggi nilai cerita, maka semakin tinggi pula 'keilahian' seseorang, yang bisa membuat mereka menjadi seorang dewa. Tapi, dunia ini memanggil mereka sebagai 'konstelasi'."

"Kemudian ada Star Stream... seperti sistem? Tatanan dunia itu yang melayani para 'konstelasi', yang harus kita waspadai. Karena mereka... memastikan serta mengawasi setiap variabel yang menyebabkan hancurnya kausalitas 'cerita' dunia itu."

Beberapa dari mereka melebarkan mata, begitu pula Choi Han. Mulai memahami kemana alur sistem dunia ini bekerja dan mereka semakin tidak menyukai kenyataan yang tertampang.

"Tuan Muda Cale... saat ini di awasi. Karena beliau menjadi salah satu 'pembuat cerita' disana."

"Pembuat Cerita?" Beo Hannah, alis terangkat sebelah.

"Dunia itu menyebutnya 'Inkarnasi' atau sebagai 'calon konstelasi'. Semakin bagus 'cerita' yang dihasilkan oleh seorang 'Inkarnasi', maka semakin tinggi juga kemungkinan dia menjadi 'konstelasi'."

"Tapi... bukan itu intinya, bukan?" Gumam On lesu, mata emas mulai berkedip dengan pandangan dingin. Di ikuti oleh semua penghuni ruangan dan juga Cage yang terlihat kesal.

"Nona Muda On sangat pintar," ucap Saintess Kematian, tersenyum tipis.

"Seperti yang Nona Muda On katakan, bukan itu inti atau kesimpulan di dunia itu. Perjalanan hebat menjadi konstelasi atau mencapai cerita yang bagus... tetapi 'penghiburan'."

Darah Choi Han terpompa oleh kobaran api, mendidihkan denyut nadinya, membuat tangan terkepal.

"Maksudmu, anakku menjadi 'penghibur' bagi bajingan-bajingan konstelasi sialan ini?" Derak kekuatan terasa hingga mengintimidasi.

Beberapa mata melebar hingga mengecil saat Cage mengangguk. Tampak sama benci dan marahnya pada informasi itu.

"Sialan, sialan. Sialan sialan sialan-" Eruhaben-nim, tidak sanggup mendengarnya lagi, berjalan menjauh dari kerumunan. Menuju ruang baca yang di ikuti oleh On, Hong dan Fredo.

Choi Han merasa pahit, sedih pada kenyataan lain, bahwa 'rumah' yang begitu mereka kasihi, mereka sayangi, mereka lindungi, hanya menjadi 'hiburan' semata untuk makhluk tinggi dunia sana. Tangan terkepal begitu kuat, memikirkan bahwa sosok dengan hati baik nan kehangatan bertahta cinta agung diperlakukan rendah seperti itu.

"Ba-bagaimana kabar Ayah se-sekarang?" Akhirnya Raon, setelah sekian lama mengangkat suara. Mata biru berkedip akan air mata, penuh harap pada Cage untuk setidaknya membawa berita baik.

"... kami tidak tahu pasti. Death menghilang setelah menjelaskan sisanya, kekuatannya terkuras saat mencoba 'mengintip celah' dunia itu." Naga hitam kecil kembali layu dalam pelukan Choi Han. Mata biru masih berlinang akan air mata tetapi pandangannya kosong.

"Apakah... tidak ada yang bisa kami lakukan, Nona Cage?" Tanya Alberu-nim, mata biru glamor-nya berkedip sedih, ragu dan berharap.

Menyakitkan.

Sungguh menyakitkan.

Harapan itu menyakitkan.

(Tetapi kadang begitu dirindukan, di idamkan dan di cintai-)

"Apa kita tidak bisa melanjutan proyek ini lagi?" Tanya Hannah, suaranya kecil. Tidak seperti biasanya yang berapi-api dan penuh semangat.

"Bi-bisakah aku memberikan pendapat?" Suara tak terduga datang dari sekretaris, tangan kanan terdekat Toonka, Harol. Pria berambut coklat, yang kini telah memanjang dan di ikat gaya Prancis tersenyum lemah saat semua perhatian tertuju padanya, meski hanya melalui bola komunikasi.

"Tentu," jawab Rosalyn, tersenyum kecil.

"Ba-bagaimana jika ini terjadi hanya karena sebelah pihak?"

Semua terdiam pada pertanyaan itu.

"Lanjutkan, Tuan Harol," lanjut Alberu, mata melengkung dengan binar tertarik.

"Ma-maksudku, selama ini, hanya dari dunia kita yang mencoba mencapai dunia sana. Itu artinya, hanya sebelah pihak yang bekerja. Juga, poin pentingnya, kita bisa menghubungi dunia Tuan Muda Cale karena ada beliau disana. Sebagai koneksi. Tapi tidak dengan dunia sana ke dunia kita."

Penjelasannya terdengar bertele-tele dan mentah. Seolah langsung di ungkapkan setelah idenya muncul. Tapi-

"Aku memahami maksudmu, Tuan Harol!" Seru Rosalyn, mata merah cerahnya mulai bersinar akan pemahaman dan harapan.

Wanita berambut merah mendekati papan penelitian, dengan mudah menukarnya dengan papan lain yang kosong kemudian mulai membuat coretan. Dua lingkaran yang Choi Han tebak sebagai dunia mereka dan dunia asing, kemudian masing-masing lingkaran di kelilingi lingkaran lain dan sebuah kotak.

"Apa yang Tuan Harol maksud adalah, selama ini kehadiran kita 'memperjelaskan' keberadaan Tuan Muda Cale di dunia sana. Oleh karena itu, semakin kita mencoba mendekat, maka semakin kehidupan Tuan Muda Cale terancam oleh 'sistem' yang menjalankan dunia itu. Tapi-"

"Bagaimana jika kita mengelabui 'sistem' dengan eksistensi asli dunia itu?"

Sekali lagi, bahkan hanya teori semata, Choi Han bisa merasakannya kembali.

Sepahit, semenyakitkan harapan yang terasa, langsung tumbuh kuncup seperti ini.

"Itu berarti... kita harus mencari orang dunia sana yang bekerja sama?" Tanya Raon, ekspresi patah hati berganti dengan tekad dan kerinduan membuncah.

"Dan, karena Tuan Harol mengatakan sebelumnya hanya ada satu pihak, maka dunia kita harus memiliki satu eksistensi lagi yang sama seperti dunia itu. Setidaknya, memiliki aura yang sama, agar cukup mengelabui 'sistem' sana." Penjelasan Alberu mulai terlihat jelas dan Rosalyn menggambarkannya cukup detail di papan.

"Dan saat kita mencoba menghubungi dua dunia, yang mana terhubung oleh dua eksistensi sama, kita akan menyelinap di tengah-tengah portal?" Kesimpulan berulang dari Mary membuat beberapa dari mereka terengah-engah penuh antisipasi. Kemudian-

"Si bajingan sialan itu-" -pintu di buka keras, Eruhaben-nim masuk dengan mata emas yang bercahaya ringan. Wajahnya pucat, tubuh gemetar, dan tampak kelelahan. Tetapi ada tekad berbalut selimut kekuatan dan amarah, frustasi juga harapan.

"-dewa kematian sialan itu akan menjadi 'eksistensi' kita."

Wajah Cage menjadi cerah oleh kalimat itu hingga memunculkan senyuman yang begitu lebar.

Di ikuti oleh Hong, yang anehnya senang. Kemudian Lock bahkan Hannah.

"Ya Ampun, bukankah itu ide yang sangat bagus, Eruhaben-nim?!" Seru sang Saintess Kematian.

"Karena awalnya Nyonya Cage mengatakan bahwa Dewa Kematian pernah menjadi salah satu 'eksistensi' disana, bukan?" Tanya Jack dengan senyuman lembut.

"Itu berarti, dewa bajingan setidaknya masih memiliki koneksi! Katanya tadi 'kan mencoba mengintip melalui celah dunia itu?!" Seru Hong, bangga pada pemilihan kosa kata yang dulunya bisa membuat Eruhaben-nim jantungan.

"Kalau begitu, proyek akan terus di lanjutkan. Tetapi kita akan mengubah dasar rune-nya. Selagi berhubung koneksi antara dunia kita dan dunia itu masih terhubung, kita bisa menciptakan koneksi lainnya tetapi kini dengan dewa kematian kita terkasih~" Fredo bertepuk tangan bangga. Mulai memerintah anggota penelitian untuk mempersiapkan Rune lainnya.

Rosalyn juga bergegas menuju Menara-nya, mempersiapkan lebih banyak mana bersama Hannah dan Mary dibelakangnya.

"Kurasa aku akan mencari bahan seperti biasa," pamit Bud, tersenyum lega pada krisis yang ia lewati.

"Sampaikan salam kepada Putri Jopis." Senyuman Alberu di balas lambaian tangan ramah.

Dan berakhir seperti itu, semua bekerja seperti sedia kala.

Menyisakan Choi Han, yang masih di sisi Raon. Kemudian On dan Hong yang tersenyum kecil satu sama lain, Lock yang memegang bahu kedua saudara itu, dan Eruhaben-nim yang terlihat canggung.

"Raon."

Anak kecil tersentak kecil saat Eruhaben-nim memanggilnya. Hati Choi Han bergetar, melihat naga kuno itu mengulurkan tangan untuk mengusap rambut hitam kebiruan naga yang lebih muda.

"Jangan berputus asa, hm? Ayahmu masih mencoba bertahan di luar sana. Kita disini berusaha semaksimal mungkin untuk membawanya pulang dan-" Naga berwujud manusia itu berlutut, mata emas menatap bola biru tegas.

"-jika kau memiliki sedikit keraguan, kau harus mengatakannya langsung. Atau proyek yang kita bangun akan hancur." Lock tampak ingin protes, namun Choi Han menggelengkan kepalanya.

"Apa kau lebih suka kemungkinan kecil atau tidak sama sekali?"

"Kemungkinan kecil," jawab Raon-nim tanpa ragu. Meski matanya masih memerah akibat tangisan, tekad yang sama kembali hidup di mata itu.

"Kalau begitu saatnya untuk bekerja, Naga Muda."

Lock pun pamit bersama On dan Hong, dimana kedua saudara suku kucing memberikan pelukan serta ciuman kepada yang termuda. Sedangkan Eruhaben-nim bergabung dengan Fredo-nim. Menyisakan Choi Han dan Raon di sudut ruangan, mengamati setiap peneliti berinteraksi satu sama lain di bawah perintah kedua makhluk kuat itu.

"Choi Han yang kuat."

"Ya, Raon-nim?" Mata biru bercelah melebar dengan tatapan kosong.

"Kita akan menangkap dewa kematian bajingan itu," ucap sang Naga Kecil, suaranya pelan, menghanyutkan dan mematikan.

"Kemudian kita akan memberikannya sebagai hadiah untuk Ayah."

Wajah hampa itu dengan cepat beralih ke senyuman lebar, dipenuhi aura polos.

"Bagaimana menurutmu, Choi Han yang kuat?"

Pengawal berjubah hitam membalas dengan senyuman sama manisnya. Tangan mengepal di pedang kesayangan, hadiah dari Cale-nim, yang sangat ia hargai, ia cintai.

"Tentu saja, Raon-nim."

Kekehan lembut terdengar.

"Cale-nim pasti akan menyukainya."

*******

( Samar-samar, dalam kegelapan nyenyaknya, sosok itu merasa terancam.

Bahkan saat kedua temannya berusaha menyadarkan, tetap saja ia terlalu mengantuk untuk terbangun.

Mengapa?

Kenapa rasanya tiba-tiba sangat menakutkan-?

"Kau bodoh, Death."

"Selamat tinggal, temanqu. Jasamu akan qukenang hinggha akhir hayyaatt."

Hah?

A-apa?

Mata terbuka lebar, menyaksikan kegelapan di sekelilingnya mulai memudar dengan retakan kaca memuakkan.

APA YANG TERJADI-?! )

.
.
.

[In ORV's World]
[Lee Hyunsung's POV]
[7 hari sebelum Skenario Utama #5]

Mata gelap dengan binar lembut tak lepas pada bingkai kecil yang duduk di jok sampingnya. Pada rambut berantakan, pipi gembul, mata bulat besar serta memiliki rona keabu-abuan yang sangat familier.

"Siapa namamu, si kecil? Namaku Hyunsung. Panggil saja aku hyung-"

"Jung Eunso, ibnida... terima kasih sudah menolong Eunso, Hyun-jussi!"

Yakinlah, samar-samar, kalian bisa mendengar suara retakan dalam hati pria bertubuh kekar itu. Karena Lee Hyunsung masih berusia 28 tahun dan apakah ia terlihat setua itu dimata seorang anak kecil? Sehingga di panggil 'Ahjussi'?

[Konstelasi 'Master of Steel' menahan tawanya.]

Omong-omong, Jung ??? Dengan wajah yang memiliki kemiripan serta mata abu-abu identik, mau tidak mau pikiran Hyunsung kembali ke sosok wanita berambut hitam lurus dengan seringai tajam.

Apakah Jung Eunso ini semacam adiknya Jung Heewon?

Jika bukan karena kemiripan wajah, Hyunsung tidak berpikir demikian. Apalagi marga Jung terbilang cukup umum.

Mantan perwira tentara itu kemudian kembali fokus ke pemandangan jalan. Mata sekilas melihat papan iklan yang menunjukkan perubahan daerah. Hyunsung lega, bahwa mereka sudah keluar dari Chungcheong, masuk ke Kyonggi. Jika Hyunsung menjaga kecepatan tetap, dua hari cukup untuk sampai  di Ibukota Suwon.

Setelah memberikan sedikit makanan kepada anak kecil yang ia selamatkan tadi, pikiran Hyunsung kembali menerawang memikirkan kemungkinan hubungan anak kecil itu dengan rekannya. Mengingat kemiripan fitur wajah mereka...

"Eunso-ya, apa kau memiliki seorang Noona?" Tanya Hyunsung langsung, memiringkan wajah dengan senyuman ramah andalannya.

Anak laki-laki berusia 6 tahun itu berkedip dua kali dan ikut memiringkan kepala. Kemudian tangannya terangkat dan menghitung dengan suara berbisik.

"Hu um! Eunso berusia 6 tahun dan Noona lebih tua 21 tahun!"

... jawaban yang unik. Well, itu berarti Eunso kecil ini memiliki seorang kakak perempuan.

"Siapa nama Noona-mu?" Mata doe, bulat seperti rusa dengan senyuman lucu diberikan. Eunso kecil benar-benar memiliki aura positif yang menumbuhkan naluri perlindungan dalam diri Hyunsung.

"Nama Noona Eunso, Heewonie-noona! Jung Heewonie-noona!" Mata coklat gelap Hyunsung melebar pada nama rekannya. Kemudian menganga kecil, tidak menyangka bahwa adik laki-laki Heewon berada jauh sekali dari saudara perempuannya.

Bagaimana bisa?

Apalagi tinggal dekat dengan tentara?

Atau keduanya hidup terpisah? Seperti Heewon ikut ibunya? Dan Eunso ikut ayahnya? Kemudian Hyunsung merasakan hatinya sedikit mencelos, karena menyadari betapa ia tidak terlalu mengenal Heewon. Meski pertemuan mereka singkat, mereka telah berbagi suka, duka dan berjuang bersama-sama.

"Jussi kenal Noona Eunso?" Tanya anak kecil lagi, penuh harapan dengan bibir pout kecil namun matanya besar, berkaca-kaca.

"Heewon-noona mu adalah teman hyung ini!" Seru Hyunsung ceria, tersenyum manis dan satu tangan bergerak untuk mengusak rambut hitam anak kecil sedang yang lain masih fokus untuk membawa mobil.

"Benarkah?! Dan Jussi disini datang membawa Eunso ke Noona?!" Tangan secara refleks mencoba menghentikan anak kecil yang hendak bangkit dari duduknya.

"Yap. Kita akan pergi ke Seoul dan Noona-mu berada di sana. Hyung dan Noona-mu satu tim!" Ucap laki-laki yang lebih tua lagi, membalas dengan sama antusiasnya. Segera mendapat wajah kagum menggemaskan. Terlepas dari wajah yang tertutupi debu dan beberapa bekas darah.

Melihat warna merah yang memudar di sekujur tubuh Eunso, ekspresi ramah menjadi dingin dengan mata berbinar gelap, serta dipenuhi kekhawatiran.

"Eunso-ya?"

"Hu um???" Hati Hyunsung mencelos melihat mata abu-abu yang begitu muda, dengan binar polos manis. Seolah tidak terpengaruh oleh kenyataan pahit dunia yang di ambang kehancuran.

"Eunso-ya bersama siapa sebelumnya?" Tanya Hyunsung hati-hati. Tubuhnya tegang, dalam mode siap jika terjadi serangan monster meski telinganya tetap fokus mendengar jawaban Eunso.

"Bersama Appa!"

Dan melihat anak kecil itu sendirian... mata gelap pria yang lebih tua berkaca-kaca.

"Dimana... Appa-mu?" Tanyanya, suara serak. Hati mencelos saat anak laki-laki itu kini tersenyum kecil, hampir tak nyata dan menyayat hati.

"Appa ke surga! Jadi, Eunso harus menemui Noona Eunso!"

Hyunsung tidak bisa membayangkan, jika saja ia terlambat kemari atau bahkan tidak bertekad untuk kembali ke Seoul, mungkin Eunso tidak akan sampai ke tempat Heewon. Anak ini baru berusia 6 tahun, ya tuhan. Tanpa orang dewasa dan sudah bisa bertahan sendirian.

Meski disatu sisi Hyunsung terkesan, tapi tetap saja Eunso masih begitu kecil. Dengan pahit, laki-laki yang lebih tua juga kembali menyadari bahwa Gilyoung sama mudanya dengan Eunso.

Dan.. hatinya lemah untuk anak sekecil ini. Ditinggalkan sendirian, untuk hidup di antara para monster yang tak berbelas kasih.

"Kalau begitu, ikut hyung saja, mau?" Tanya Hyunsung lembut. Tangan kini bergantian mengelus pipi anak kecil dengan tatapan meyakinkan.

"Jussi tidak merasa Eunso menyusahkan?" Pertanyaan kecil nan lugu tapi berbalut keraguan serta kesedihan. Mantan perwira tentara memberikan senyuman kecil.

"Tidak, Eunso-ya. Justru, Eunso itu sangat membantu." Kemudian terdengar kekehan kecil. Menghangatkan hati pria yang lebih tua oleh kelucuan tawa itu.

"Eunso senang mendengarnya!" Hyunsung memberikan usapan terakhir di rambut hitam itu, kemudian fokus kembali ke jalan.

"Eunso-ya?"

"Hu um???"

"Boleh hyung tanya sesuatu?"

"Boleh, Hyun-jussi!" 

"Bagaimana cara Eunso bertahan sampai sekarang? Eunso melawan monster dengan apa?"

Hening melanda mereka sesaat. Entah kenapa merasa gugup, Hyunsung mencoba mengintip anak kecil yang duduk disamping jok kemudinya.

"Hmmm... Malaikat Eunso yang melindungi Eunso!" Malaikat?

"Apakah Malaikatnya ada disini?"

"Iya! Dia sedang menulis sesuatu!"

[Konstelasi 'Lily Blooming in Aquarius'* menyapa Inkarnasi 'Lee Hyunsung' dengan senyuman manis!] *(Gabriel)

Layar biru terlihat sekilas di sisi kiri Hyunsung, anehnya memberikan hawa hangat dan sesuai dengan kepribadian manis Eunso.

"Ah, annyeonghaseyo," balas pria itu canggung, mendapat tawa dari konstelasi lain.

[Konstelasi 'Lily Blooming in Aquarius' berterima kasih kepada Inkarnasi 'Lee Hyunsung' karena telah menyelamatkan 'domba kecil'-nya!]

[1000 koin disponsori!]

Hooo... kelihatannya, sponsor dari Eunso adalah konstelasi yang kaya dan merupakan seorang wanita?

"Tentu, tidak masalah. Eunso juga adik laki-laki dari Heewon-ssi."

Hening melanda kembali dan apa hanya perasaan Hyunsung saja kalau layar biru itu terlihat menakutkan?

[Konstelasi 'Master of Steel' berterima kasih karena Inkarnasi 'Lee Hyunsung' selalu bersikap sopan.]

Mata yang lebih tua berkedip pada pesan yang di kirim secara diam-diam. Apakah ada masalah dengan konstelasi Eunso sehingga membuat sponsor-nya sendiri merasa waspada?

"Eunso memiliki sponsor yang baik ya?" ucap Hyunsung, tersenyum tipis pada anak kecil yang masih memasang senyuman polosnya. Benar-benar manis tetapi di saat bersamaan mulai memiliki hawa yang tidak menyenangkan, seperti konstelasinya sendiri.

"Lily-noona sering membantu Eunso! Kata Lily-noona, Eunso adalah 'domba kecil' yang baik dan pantas mendapatkan hadiah!"

[Konstelasi 'Lily Blooming in Aquarius' tersenyum penuh haru! 'Domba kecil'-nya sangat menggemaskan!]

[500 koin di sponsori!]

...

Berkeringat dingin pada dinamika yang aneh, Hyunsung memaksa diri untuk fokus ke jalan. Tak lupa memberikan senyuman terakhir kepada Eunso yang kini ikut menikmati pemandangan sekitar.

"Ahjussi?"

"Hmm?"

"Jangan ragu meminta bantuan Eunso, ya? Eunso bisa membasmi monster!"

"Ah, tentu, Eunso-ya, eh-?"

*******

Hyunsung menganga dibalik perisai yang ia keluarkan. Anak laki-laki berusia 6 tahun disisinya tertawa riang, berbanding terbalik dengan wujudnya yang memiliki bercak darah monster. Ada sesuatu yang halo transparan di atas kepalanya dengan beberapa jarum yang melayang di sekitar tubuhnya.

"Serang lagi, Hyun-jussi!"

Serunya manis, penuh kepolosan dengan senyuman lebar. Berbanding dengan pemandangan sekitarnya, Jung Eunso tampak seperti malaikat kecil tetapi beranikah Hyunsung mengatakannya hmm-

"Ahjussi!"

"Ne, ne, Eunso-ya," tawa pasrah Hyunsung tetapi tidak bisa menutupi senyumannya sendiri.

"Dan panggilnya 'hyung' saja, oke?"

"Oke, Hyun-jussi!"

Meski kemungkinan anak kecil di sisinya lebih kuat, tetap saja menjadi tugas orang dewasa untuk menjaga anak-anak.

Dan Lee Hyunsung telah memegang janji untuk mempertemukan Eunso dengan Heewon.

Laki-laki sejati tidak akan mengingkari janjinya.

[Konstelasi 'Lily Blooming in Aquarius' tersenyum manis.]

[Konstelasi 'Master of Steel' tersenyum gugup.]

.
.
.

[Kim Dokja's POV]
[7 hari sebelum Skenario Utama #5]

"Kau... APA?! Kau menceritakan novel membosankan itu juga kepada orang itu?!"

Mata hitam berbintang melirik partner baru dengan mata hampa. Kemudian menyeringai kecil, hampir sedih dan ironis. Jika bukan dia, kepada siapa lagi Dokja menceritakan semuanya?

Menceritakan impiannya, harapannya serta 'rumah'nya?

Mata dengan hampa melihat bagaimana pimpinan dari Ruler of Wanderer itu pamit untuk mengurus Disaster bagian utara. Memalingkan wajah, kening mengerut benci. Memikirkan bagaimana nama 'Hanibaram' keluar dari suara itu, seolah meremehkan, serta penasaran disaat bersamaan, telah membawa amarah dalam dirinya.

"H-hei, kau baik-baik saja-?" Han Sooyoung, melihat sang Pembaca begitu diam mengikuti dengan cemas. Takut trauma yang sama dengan werewolf merah jelek dulu akan memberikan efek yang sama-

"Aku baik-baik saja. Apa kau khawatir denganku-?"

"E-enak saja! Ngapain aku k-khawatir, kau bajingan-OI, kemana kau pergi-?!"

Kim Dokja mendekati Yellow Meteorite dan menyentuh permukaan batu itu.

"Kita harus membangunkannya." Sooyoung menganga, mata bagai kucing melebar seolah mempertanyakan kewarasan pria disampingnya itu.

"Apa kau gila?! Kenapa kau ingin menetaskannya?! Bagaimana jika yang menetas adalah Disaster-?"

"Ini bukan Disaster, kau bodoh. Apa kau tidak menulis ini di novelmu? Setiap Meteorite seperti ini adalah para Guide yang mengurus Disaster nanti."

Sooyoung kemudian diam untuk beberapa saat.

"Biarkan aku bertanya satu hal. Kenapa kau tidak mencari si Hanibaram ini saja? Daripada berkeliaran? Kau begitu posesif sehingga melihat kau tidak begitu peduli bagaimana kabarnya membuatku terheran." Tangan membeku di atas permukaan batu. Mata melebar pada pertanyaan yang tak terduga kemudian mendengus.

"... bagaimana aku bisa menghadap Hanibaram jika aku masih selemah ini?" Bisik Dokja, mengingat kembali momen trauma bersama Song Minwoo dan merasa sedikit terguncang lagi.

Fourth Wall pun masih terasa sama rapuhnya.

"Kau? Lemah?" Sooyoung tidak habis thinking. Pria ini bahkan meninju protagonis dan membuatnya pingsan dalam sekali pukulan. Beraninya si Pembaga gila ini menganggap dirinya lemah di depan Han Sooyoung?

"Jadi, kita harus menetaskannya dengan mana. Menurut perhitunganku, membutuhkan waktu sekitar 10 jam untuk membangkitkannya. Aku 4 jam dan kau 6 jam-"

"Hah?! KENAPA AKU YANG 6 JAM-?!"

"Jujur, berapa level sihirmu-?"

"... level 55..."

...

...

"Kalau begitu aku 2 jam, kau 8 jam-"

"-YAK-!!"

Pada giliran Dokja beristirahat, mata dengan pandangan buram melihat bagaimana Sooyoung mengisi mana ke Yellow Meteorite. Pikiran kembali mengambang ke pertanyaan terakhir wanita itu dan kembali menegaskan kepada dirinya sendiri.

Sebanyak Dokja telah berkembang di dunia ini, ia belum sekuat sang Protagonis. Serta, ada banyak poin yang belum sempat Dokja pikirkan sejak berjumpa dengan Cale.

Pertama, hal yang Dokja sangat perhatikan adalah Hanibaram tidak memiliki konstelasi yang mendukungnya. 

Kedua, meski di sensor, Cale memiliki begitu banyak stigma. Mengingat bahwa Hanibaram pertama kali diperkenalkan ketika regresi ke-17 Jonghyuk, jadi bagaimana mungkin tokoh berambut merah ini memiliki begitu banyak gelar? Hal ini masih belum memiliki petunjuk, karena Dokja tidak tahu bagaimana keadaan Hanibaram sebelum di ceritakan di regresi ke-17. Apakah Hanibaram mati berulang kali di tempat gang itu? 

Ketiga, tentang skill yang memisahkan kesadaran Dokja antara dunia novel (fiksi) dengan dunia nyata. Mengingat pertemuan dengan Song Minwoo, Fourth Wall menjadi goyah karena Dokja menganggap bahwa Song Minwoo itu nyata, bukan? Tetapi, skill itu berhenti goyah saat nama 'Hanibaram' terlontar dari bibir bajingan itu. Apa di momen itu... Cale adalah sosok yang sepenuhnya Dokja anggap sebagai fiksi semata? Atau kenyataan ?

Keempat, fenomena di mana sosok asing yang hanya menyerang Cale di stasiun Chungmuro. Sudah hampir dua minggu, fenomena itu tidak lagi terjadi. Kekhawatiran melanda diri sang Pembaca. Bagaimana... jika fenomena itu kembali terjadi saat ia masih terpisah dengan Hanibaram?

"Sudah hari keberapa ini?" -sebelum Skenario Utama #5 dimulai?

"Tersisa 7 hari lagi. Sekarang giliranmu, 'jingan," cerocos Han Sooyoung, membuyarkan lamunan Dokja. Tanpa membalas perkataan apapun, pria itu pun terduduk, meminum ramuan pengisi mana dan menempelkan kedua tangan di atas permukaan Yellow Meteorite. 

Yah... masih ada banyak waktu yang bisa Dokja habiskan untuk mengenal Cale.

Senyuman tipis muncul di wajah pria itu. Hampir penuh sayang sedang mata berbinar akan kehangatan.

Fiksi atau tidak, sentuhan dan tawa Cale terasa nyata saat berada di dalam dekapannya.

Bahkan jika itu hanya angan-angan... Dokja sudah berdamai dengan mereka.

*******

"Biarkan aku yang mempelajarinya!"

"Hah? Buat apa?"

"Bukankah yang terpenting mempelajarinya? Way of the Wind apalah itu karena kau tidak berbakat?"

"Bangsat. Tidak semudah itu, hanya orang yang memiliki Amulet yang bisa mempelajari Way of the Wind."

"Kalau begitu, kasih amuletnya ke aku saja."

"Benda ini tidak bisa dipindahkan."

[Inkarnasi 'Han Sooyoung' telah mengonfirmasi bahwa pernyataan itu adalah 'benar'.]

"... kau orang pertama yang lebih mencurigakan daripada Yoo Jonghyuk."

"Oke, gini, karena skill ini seharusnya dipelajari oleh si Yoo Jonghyuk seperti di cerita aslinya, kenapa kau harus bersusah payah mempelajarinya? Kita serahkan saja kepada sang Protagonis!" Wanita itu menyeringai nakal.

"Ini masih belum terlambat. Ayo kita cari Jonghyuk dan kita bawa kemari untuk mempelajarinya lagi! Pasti Protagonis itu juga mencari kekasihnya-"

"-BUKAN KEKASIH-!"

"-jadi kau bisa membawa kabur Hanibaram sedangkan dia sedang belajar! Bagaimana?" 

"... Yoo bajingan Jonghyuk itu tidak akan mendengarkan kata orang lain."

"Aku akan menggodanya."

....

....

[Banyak konstelasi mencoba menahan tawa pada jokes Inkarnasi 'Han Sooyoung'.]

"Pffttt, minimal cantiklah seperti Lee Seolhwa."

"Bangsat kau."

*******

"Bajingan ini sepertinya datang kepadaku dengan sengaja."

"Hah? Ngapain? Apa dia datang untuk meminta bantuan darimu? Gengsinya tertalu tinggi."

Mereka pun menyaksikan dalam keheningan. Bagaimana sag pembaca menggunakan koinnya untuk membeli semua bahan dan menciptakan semacam sup hijau yang terlihat mematikan. Kemudian,

"Hufff... huff..."

Dengan penuh kasih sayang, Dokja menopang bagian belakang kepala Jonghyuk untuk menyuapi penawar yang ia buat.

....

....

"Kau bertingkah seperti istrinya saja."

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menutup mulut tidak percaya pada 'pertemanan' tak terduga yang ia saksikan!]

[... 1000 koin disponsori!]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' tidak percaya bahwa keduanya malah 'berselingkuh'.]

[500 koin sebagai cookies.]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' menahan senyuman -seringai jahat-.]

[1000 koin disponsori.]

"Bajingan. Apa kau mau melakukannya?"

"Tidak mau!"

Mata gelap tak memiliki binar melihat layar biru, menahan geraman saat beberapa mulai menyorakinya untuk ber'pasangan' dengan Yoo sialan Jonghyuk.

"Diam kalian atau kumatikan channel ini?"

[Banyak konstelasi berteriak 'JANGAN!!!'.]

******

[6 hari sebelum Skenario Utama #5]

[ Yoo Jonghyuk : Salah satu dari '10 Evils' telah mendapatkan 'Disaster Meteorite' ]

[ Kim Dokja : Apa dia 'Poisoner' Lee Seolhwa? ]

Sang pembaca bisa merasakan protagonis itu terdiam.

[ Yoo Jonghyuk : Aku menemukannya dalam perjalanan mencari Cale. ]

Itu perjalanan yang jauh. Karena Cale berada di sisi lain sungai Han. Mungkin saja Jonghyuk tidak tahu bahwa sang Hanibaram sendiri ada dimana. Dokja pun tidak berekspetasi bagaimana Cale bisa tetap berada di Gwanghwamun sedang yang lain tersebar. 

[ Kim Dokja : Lalu, kenapa kau 'diracuni'? Kau teralihkan. Kau bisa menghindari atau menghadapinya secara langsung, bukan? ]

Untuk kali ini, Jonghyuk terdiam cukup lama.

[ Yoo Jonghyuk : Aku mencoba membujuknya. ]

Jawaban ini membuat Dokja tertegun. Apa... apa Jonghyuk masih memiliki perasaan terhadap wanita itu?

[ Yoo Jonghyuk : Aku pikir aku bisa menjadikan dia sebagai rekanku. ]

Ah... tentu saja.

Yoo Jonghyuk baru saja mengalami regresi ketiganya.

Perasaan tidak akan padam dalam sekejab, bukan? Karena mereka adalah sepasang kekasih di regresi kedua Yoo Jonghyuk. Pastinya, Lee Seolhwa meninggalkan kesan yang mendalam dalam hati protagonis kita.

Jadi, kenapa sekarang si Protagonis bisa teralihkan dengan mudah ke Hanibaram? Apa jangan-jangan Yoo Jonghyuk menyembunyikan sisi fakbo-hmmm.

Rasa kekesalan timbul pergi dalam sekejab dan mata menjadi datar.

[ Yoo Jonghyuk : ... meski hanya sebentar, aku ingin percaya bahwa wanita yang ada dalam ingatanku masih hidup. ]

[ Kim Dokja : Aku mengerti. ]

Untuk kesekian kalinya, Dokja di buat terkesima oleh fakta betapa berbedanya Yoo Jonghyuk yang ini dengan yang ia baca terakhir kali. 

Dibandingkan dengan sifat dinginnya, yang mulai tidak memperdulikan lagi perasaan rekannya. Tidak mempercayai siapapun dan hanya bisa terus berjalan kedepan dalam putaran regresi tiada habis. Tentu, harapan pun perlahan sirna dari jati diri seorang 'Yoo Jonghyuk'.

Tapi yang ini-

[ Yoo Jonghyuk : Aneh. Kau bukan seorang regressor... apa ini kekuatan asli dari Prophet? Meski begitu, kau tetap sampah di mataku. ]

Ugh. Mulai lagi, dah. 

Padahal tadi sudah adem mayem dan Dokja pun hampir bersimpati.

[ Yoo Jonghyuk : Tidak tahu malu. Kau menculik adik perempuanku dan sekarang aku tidak tahu dimana dia berada. Kau pedofil- ]

Bajingan ini menjadi tidak tertahankan!

[ Yoo Jonghyuk : Kau juga berani berpacaran dengan Cale saat kiamat sedang berlangsung- ]

[ Kim Dokja : Bangsat. Kau butuh kaca? ]

*******

"... Yoo Sangah-ssi?!"

Wanita yang muncul memiliki penampilan yang begitu berbeda setelah mereka terpisah. Rambut coklat muda yang terurai, berpadu dengan pakaian combat hitam yang membentuk tubuhnya serta ikat hitam yang berhiaskan belati di pinggang ramping itu. 

Wajah cantik dengan mata dingin. Menarik benang emas dan memutilasi beberapa reinkarnasi yang sudah terjangkit parasit dengan mudahnya.

Apa dia bahkan masih Yoo Sangah yang Dokja kenal?

[ Yoo Jonghyuk : Dia berkembang lebih cepat saat kau tidak ada. Kau memang tidak berbakat, Prophet. ]

Si protagonis menyebalkan ini! Masih sempat-sempatnya mengompori!

[ Yoo Jonghyuk : Bayangkan Cale tidak berkembang di bawah asuhanmu. Berikan saja kepadaku- ]

Tangan hampir terangkat, refleks ingin menoyor kepala Jonghyuk namun terhenti oleh gema janji satu pukulan maut. Daripada meladeninya, Dokja kembali mengalihkan perhatian kepada wanita di depannya.

"Sangah-ssi!"

Syukurlah, kepala coklat menoleh dan matanya melebar.

"Dokja-ssi?! Ba-bagaimana kau bisa ada disini-?"

"Akan kukatakan setelah kita pergi dari sini!"

 ******

"Banyak hal terjadi padamu, Dokja-ssi." Mata memandang sekitar, seolah bingung karena hanya melihat Dokja. Bersama dua orang berambut hitam lainnya tapi tidak yang berambut merah. Bukankah keduanya tidak terpisahkan?

"Dimana Cale-ya?"

Hening melanda mereka sesaat.

Mata coklat doe melebar dan nyaris seperti tak percaya bahwa-

"Kau meninggalkannya?!"

"Hah?! Ani! Aniya!" Mata melirik kesal sesaat, pada Sooyoung yang tertawa mengejek dan Jonghyuk yang mendengus.

"Semua anggota party terpisah di lokasi yang berbeda-beda!" Mata Sangah menyipit dan menilai, Dokja mendapati diri hampir sulit bernapas karena yeah, aura wanita bermata doe kini begitu menakutkan. Perubahan Sangah yang begitu drastis benar-benar membuatnya speechless.

"Aku berada di rumah orang tuaku di Gangdong-gu. Saat perjalanan menuju Gwangjin-gu, aku bertemu dengan Pildu-ahjussi. Dokja-ssi berada di mana sebelumnya?"

"Ah, di perusahaan kita," jawab si Pembaca, masih merasa gugup.

"Kalau begitu, apa kau tahu dimana yang lainnya, Dokja-ssi? Cale-ya? Apa dia aman?" Tidak bisa menahan diri, pria itu pun mengangguk.

"Dia berada di area Gwanghwamun-eh..." Mata hitam dengan binar bintang melebar dan segera menutup mulut. Ketiga orang didepannya memiliki ekspresi beragam tetapi satu kesamaan emosi, yaitu terkejut.

"Apa?!"

... lama tidak bertemu dengan orang terpercaya untuk membicarakan Cale, membuat mulut Dokja cukup ember rupanya...

"Kenapa donsaeng masih disana?!"

... bisa gila Dokja lama-lama...

"Pantas saja kau tidak menyusulnya," dengus Han Sooyoung, memberikan seringai jahat padanya.

"Apa!? Kau... kau meninggalkannya, Dokja-ssi?!"

"Pfft-"

"ANIYA! Bajingan, diam kau kang plagiat-!"

Kapan kita akan bertemu kembali?

Caleeeeeeeee- (; ′⌒')

.
.
.

[Shin Yoosung's POV]
[6 hari sebelum Skenario Utama #5]

Sekarang, keadaan menjadi lebih sulit.

Mata coklat kelelahan melirik layar biru di sisi kanannya. Mengingatkan si gadis kecil akan sub skenario untuk bertahan 10 hari dengan membayar 500 koin setiap harinya.

Mengharuskan Shin Yoosung belajar berburu monster untuk bertahan hidup.

Yang semula ia hindari, kini harus ia hadapi.

Sungguh tak berbelas kasih.

Skenario kejam ini tidak memandang usia dan yah, sejak kapan semuanya normal? Yoosung berpikir bahwa dirinya sekarang terlalu lelah untuk bergerak. Mata coklat dengan muram melihat ke kiri dan kanan dari tempat persembunyiannya. Sejauh ini, ia sudah bertahan dengan skill Taming Beast, yang sudah mencapai level 9. Pencapaian yang sangat baik, karena Yoosung sendiri belum memilih sponsor.

Gadis kecil agak menyesali tindakan masa lalunya. Perhatiannya teralihkan saat pemilihan sponsor terjadi, saat itu dirinya masih berkabung. Kehilangan sang ayah, ibu juga Beomie membuat emosi sosok anak kecil itu kewalahan.

Beruntung juga baginya sekarang bahwa kelompok Cheonsa-oppa memiliki rekan (bisakah Yoosung menyebutnya seperti ini?) konstelasi yang ber'baik hati' mengawasinya.

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' mengatakan kepada Inkarnasi 'Shin Yoosung' bahwa keadaan sudah aman.]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengatakan hanya butuh beberapa lorong lagi untuk mencapai Inkarnasi 'Kim Dokja'!]

[Semangat!]

[500 koin di sponsori!]

Kedua konstelasi -terkadang lebih ramai lagi- ini sangat aneh. Di satu sisi seperti orang tua yang terlalu menjadi Cheonsa-Oppa dan Dokja-ahjussi. Tapi, siapa Yoosung menyangkal mereka yang memberikan koin secara gratis? Tanpa dirinya mengemis? 500 koin dari konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' bahkan cukup membayar iuran sub skenario Yoosung untuk malam ini.

Yang terlebih penting, Dokja-ahjussi ini sudah semakin dekat. Mata gadis kecil melihat salah satu papan iklan, menunjukkan alamat 'Dongjak-gu' tertera disana. Membuat Yoosung yakin mereka mungkin akan bertemu di dekat jembatan Dongjak.

Mata doe melihat langit yang mulai menggelap, menghela napas ke dirinya sendiri. Hari ini benar-benar melelahkan, tetapi gadis kecil puas dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Ia bahkan mendapatkan skill baru dan beberapa hewan yang bisa di summon!

"Ayo, semangat, Yoosungie! Besok aku akan bertemu Dokja-ahjussi, kemudian bertemu dengan Cheonsa-Oppa!" Gadis kecil menyemangati diri sendiri.

Setelah membayar biaya sub-skenario, Yoosung pun mencari tempat lain untuk bersembunyi yang lebih jauh dan dekat dengan pusat distrik Dongjak.

Jika ada monster yang mendekat, maka Yoosung akan menggunakan skill Taming Beast untuk menciptakan adu domba di antara kawanan monster. Memungkinkan dirinya menyelinap tanpa harus bertarung, serta memiliki koin dengan mudahnya.

Gadis kecil memutuskan lantai dua sebuah toko menjadi tempat istirahatnya. Melihat waktu juga sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam, ia harus makan dan tidur jam 10.

Mata terpejam, membayangkan gambaran manis reuni antara Cheonsa-Oppa dan dirinya.

Dimana Yoosung akan menunjukkan bahwa ia bisa dan layak untuk tumbuh lebih kuat.

Kemudian tatapan lembut yang sudah Yoosung rindukan.

Membersamai dengan pandangan mengakui dari anggota party Dokja-ahjussi yang lain...

Bisakah Yoosung merasa rakus untuk memeluk perasaan itu-?

*******

[5 hari sebelum Skenario Utama #5]

-gadis kecil itu tidak mengharapkan tatapan gelap yang menghakiminya.

Kemudian pada pandangan tertegun namun tak juga mengatakan apa-apa.

Serta sebuah lengan menutupi, mengasihani dirinya.

"Apa kau ingin aku mengatakannya, bajingan?"

"Han Sooyoung, hentikan-"

"-bahwa anak ini adalah seorang Disaster ?!"

Dunia Shin Yoosung kembali runtuh dalam sekejab.

.
.
.

[Lee Gilyoung's POV]
[5 hari sebelum Skenario Utama #5]

Rasa hangat yang begitu familier menyapu kesadaran anak laki-laki itu. Matanya terbuka pelan, enggan karena sudah lama Lee Gilyoung tidak merasakan kenyamanan seperti ini.

Tidak semenjak party Dokja-hyung terpisah.

Kemudian kening mengerut. Samar-samar bisa merasakan usapan di atas rambutnya dan membeku.

Memori tentang pria berambut merah yang telah menyelamatkannya terlintas.

Pelan-pelan, Gilyoung mengalihkan pandangan. Bertemu dengan sepasang mata coklat kemerahan cantik, yang kini melengkung memberikan senyuman kecil nan lembut. Rambut merah mawarnya kini di ikat menyamping, memiliki kepangan kecil di sisi kiri kepalanya. Anting-anting Ruby berkilau, kalung biru di balik kemeja hitam, dan simbol peri di dahinya.

Saat ini, pria itu duduk dengan paha di samping bantal kepala Gilyoung. Mata melirik sekilas, menyadari bahwa mereka berada di dalam tenda berwarna hijau.

Apakah ini mimpi?

"Ca-cale... hyung?"

Usapan tangan tidak berhenti.

"Hm?"

Dia nyata...?

Gilyoung segera terduduk dari kasur darurat, kemudian memeluk pria lainnya dengan erat. Isakan kecil kembali terdengar, seiring dengan usapan lembut di atas rambutnya.

"Hu-hughs, Ca-Cale-hyung! Hi-hiks huwaaa-! K-kau akhirnya-"

"Sssttt..."

Cale-hyung tidak mengatakan apa-apa. Pria berbau alam itu membiarkan Gilyoung menangis sepuasnya, sambil menepuk punggung dan mengusap kepalanya.

Setelah sepuluh menit berlalu, anak laki-laki dengan malu melepas pelukannya. Memerah kemudian saat melihat baju depan Cale-hyung kini basah karena air matanya.

"Sudah?" Tapi, Cale-hyung tidak memerdulikan kekacauan itu. Sebaliknya, perhatian mata indah itu tetap mengkhawatirkannya.

"Su-sudah...," balas Gilyoung dengan suara berbisik.

[Konstelasi 'Lord of the Abyss' menyapa Inkarnasinya dengan senyuman lega.]

[100 koin disponsori!]

Malu-malu, anak kecil itu melambaikan tangan kepada sponsornya. Mendapat 100 koin lagi sebagai balasannya.

"Coba minum dulu air hangat kemudian makan. Kau sudah tertidur hampir dua hari penuh," jelas Cale-hyung, mengambol botol minuman yang memang tersedia di dekat kasurnya.

"Dua hari penuh?!" Rasa bersalah menggerogoti Gilyoung. Sudah dua hari ia tidur, tanpa berbuat apa-apa. Bukankah Gilyoung tidak jauh dari kata beban-?

"Iya. Dua hari. Kau terluka parah dan terkena racun, jadi wajar. Setelah makan, istirahat lagi, arra?"

Kalimat selanjutnya bukan reaksi yang Gilyoung harapkan. Pria berambut merah itu justru malah menyuruh Gilyoung beristirahat, bukan berburu monster-ah!

"Bayarannya?! Bagaimana dengan bayarannya-?!"

"Aku sudah membayarnya." Wajah Cale-hyung menjadi serius.

[Konstelasi 'Lord of the Abyss' sangat berterima kasih kepada Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[500 koin disponsori!]

"Jika kau ingin membayarnya kembali, pulihkan dirimu sendiri. Kemudian tumbuh sehat dan kuat."

Sebuah styrofoam berisi makanan semacam daging panggang dengan nasi diberikan.

"Makan dulu-" semacam refleks, Gilyoung bahkan tidak menyadari dirinya menggenggam ujung kemeja Cale-hyung. Pria berambut merah hendak bergerak untuk berdiri dari duduknya.

"H-hyung mau kemana?" Gilyoung merasa gugup saat bertanya, mengutuk diri karena suaranya terdengar seperti merengek. Meminta untuk tidak ditinggalkan-

"Aku akan menemui Donghoon sebentar."

"D-donghoon?" Pria berkulit pucat hanya menunjuk ke kiri dan Gilyoung baru menyadari bahwa ada orang lain bersama mereka.

Donghoon yang di maksud tampak seperti remaja -tidak jauh dari usia Jihye- dengan rambut hitam keriting. Laki-laki itu duduk di sebuah kursi dan didepannya adalah... laptop? Apa internet bahkan masih berfungsi di dunia seperti ini?

Merasakan tatapan bertanya anak kecil, Cale pun menunjuk orang baru dengan senyuman kecil.

"Rekan baru ini adalah Han Donghoon. Dia akan membantu kita menghubungi Dokja-hyungnim."

"Aku membantu Cale-hyung karena dia telah menyelamatkanku." Gilyoung mengangguk setuju pada ekspresi kagum dan malu di wajah remaja lainnya. Cale-hyung memang sangat keren dan baik hati!

Tangan bergerak dan menepuk pundak yang termuda, "Donghoon, anak ini adalah Lee Gilyoung, salah satu anggota kami."

Keduanya dengan canggung pun berkenalan satu sama lain.

"A-arasseo..."

Mungkin sesuatu di wajah Gilyoung membuat mata coklat kemerahan itu kembali melembut. Tangan Cale-hyung terulur untuk mengusap rambut coklatnya dengan gerakan menenangkan. Membuat mata Gilyoung berkaca-kaca dan bahu gemetar. 

"Gilyoungie aman disini bersamaku. Jangan khawatir, minum, makan kemudian istirahat. Karena aku akan membutuhkan bantuan Gilyoung di masa depan."

Hati anak laki-laki itu kemudian berdebar, bahwa dirinya dibutuhkan. Oleh sosok yang kuat, indah, dan megah seperti Cale-hyung.

Pipi Gilyoung memerah manis dan mengangguk. Anak itu meraih tangan Cale-hyung dan menyandarkan pipinya di telapak tangan hangat itu. Kikikan lucu terdengar, merasakan tatapan manik coklat kemerahan yang berbinar hangat.

"Arra, Cale-hyung. Aku akan minum, makan, istirahat dan tumbuh kuat untukmu!"

Cale-hyung tersenyum kecil.

Gilyoung suka saat pria itu tersenyum karenanya.

Sama seperti saat Dokja-hyung menepuk bahu bangga kepadanya.

"Anak pintar."

Gilyoung makan dengan perasaan hangat. Sesekali anak kecil itu akan terkikik, malu oleh pujian dari Abyss-hyung yang memberikan koin juga coklat dan biskuit manis.

Sekarang, Gilyoung merindukan Dokja-hyung...

... mereka akan segera berjumpa, 'kan?

Yah, Dokja-hyung akan menjemput Cale-hyung.

Jadi, mereka pasti akan bertemu lagi!

******

[4 hari sebelum Skenario Utama #5]

"Aaahh...?" Mata coklat gelap melebar dengan pandangan kosong.

Melihat sosok serigala (?) dengan tinggi badan mencapai 3 meter berjalan melewatinya. Tapi ada yang aneh, meski berwujud serigala, skill detektor serangganya menyadari bahwa adalah semacam parasit yang menghinggap di tubuh itu.

"Kau pasti serangga yang kuat, eoh?" Senyuman kecil, manis dan lembut, yang Gilyoung pelajari dari Cale-hyung terpatri di wajah muda.

"Aku akan menjadikanmu peliharaanku dan-" mata melirik serigala yang terluka, kemudian memiringkan kepalanya ringan.

"Mungkin Cale-hyung akan menyukai hewan peliharaan?"

Langkah kaki seorang anak kecil berusia 11 tahun tidak pernah terdengar begitu menakutkan. Pandangan serangga parasit itu melebar dengan insting yang menyuruh untuk berlari-!

"Tidak ada jalan kabur. Berhenti bergerak, kau bisa membuat calon hewan peliharaan Cale-hyung terluka parah, tahu?"

Tangan kecil terangkat dan tubuh serigala itu tidak bisa bergerak.

"Patuhlah, oke?"

.
.
.

[Cale Henituse's POV]
[5 hari sebelum Skenario Utama #5]

"Bagaimana, Donghoon?"

Anak laki-laki yang Cale selamatkan memiliki ekspresi gugup di wajahnya.

"Sudah hampir selesai, hyung," bisik Donghoon, malu-malu. Menunjukkan layar laptop beserta beberapa kode-kode komputer lainnya yang terhubung dengan skill-nya.

"Jangan lupa untuk istirahat." Anak laki-laki itu mengangguk, sambil memberikan senyuman kecil. Sontak, Cale mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Donghoon. Tersenyum saat remaja lain mulai kembali mengerjakan programnya.

Mengenai Han Donghoon, Cale tidak sengaja menyelamatkannya saat mencoba berlari dari monster grade 8. Levelnya rendah tetapi tetap saja, tidak baik melawan monster saat ada anak laki-laki yang pingsan dalam pelukannya serta Cale yang dalam keadaan lelah. Jadi, pria itu memilih untuk berlari menjauh, tak lupa menerapkan perisai Glutton di sekujur badan mereka.

Lanskap mata Cale melihat sosok remaja familier yang dengan lemah mencoba membunuh satu monster di ujung lorong. Ketika remaja itu berbalik, baru ia menyadarinya sebagai Han Donghoon.

Kemudian mereka berlari hingga memasuki wilayah monster lain yang sepertinya memiliki peringkat yang lebih tinggi. Meminta Donghoon untuk mengawasi Gilyoung yang pingsan, tak lupa memberikan perisai kepada mereka, Cale menghadapi monster grade 8 dengan mudah.

Setelah mencapai ujung distrik Jongno, barulah mereka beristirahat.

Donghoon, merasa berterima kasih kepada Cale kemudian membangun tenda miliknya. Yang ternyata bisa digunakan secara khusus -seperti yang di bangun di stasiun Dongmyo- serta memiliki perlindungan. Seperti tidak memberikan hawa keberadaan bagi monster tingkat lemah.

"Kabari aku jika sudah bisa menghubungi Dokja-hyungnim." Donghoon memberikan anggukan kecil, kemudian kembali berkutat dengan laptop-nya.

Mata coklat kemerahan melirik Gilyoung yang kembali terlelap setelah makan. Tersenyum lesu melihat anak kecil itu memiliki beberapa bekas luka di sekitar lengan dan kakinya. Gilyoung sudah bertahan dengan baik dan Cale bangga kepadanya.

( Hati pria berambut merah sakit, dipenuhi kerinduan. Terkadang ia melihat bayangan On, Hong dan Raon yang berbaring disana. Tertidur nyenyak dengan napas lembut dan tawa manis- )

Menggelengkan kepala, Cale membuka bagian depan tenda.

"Aku akan berburu monster disekitar tenda. Jaga Gilyoung dan jangan khawatir, aku sudah memasang perisai."

"Arraseo, hyung."

Melangkah keluar, mata coklat kemerahan menyipit pada pemandangan langit yang senantiasa mendung. Pada pagi menjelang siang pun cuacanya selalu mendung. Sekarang, Cale benar-benar merindukan sinar matahari :")

Mereka memilih pinggiran wilayah yang terbuka. Selain memungkinkan medan pertarungan yang memadai, Cale bisa mengawasi pemandangan kota Seoul dari atas distrik ini. Mata garnett melirik sungai Han dari kejauhan, berspekulasi bahwa disana menjadi tempat berkumpul semua orang.

Kemudian, apa kalian masih ingat mengenai apa yang dikatakan oleh Hoja-nim sebelum sosok itu menghilang?

'Titik Awal Kehidupan'.

Sampai sekarang, Cale belum bisa mengerti apa maksud dari petunjuk itu. Tetapi, tentu pria berambut mawar tidak akan diam saja dan telah membuat beberapa spekulasi dan merangkumnya menjadi satu kesimpulan.

Mungkin saja itu suatu tempat yang harus Cale kunjungi? Firasatnya cukup kuat pada spekulasi ini, dimana tempat itu bisa menjadi petunjuk lainnya untuk jalan pulang. Yang berarti, seperti 'penghubung' antara dunia Cale dan dunia ini. Spekulasi itu masuk akal dengan fakta yang dikatakan Dewa Kematian, bahwa ada fragmen tentang Cale di dunia ini. Begitu juga pada novel yang di ceritakan oleh Dokja.

Dunia ini adalah fiksi yang menjadi nyata. Namun, cukup kontradiksi dengan pecahan keberadaan 'aslinya' di dunia ini. Kecuali... fragmen yang dimaksud oleh Dewa Kematian bukan fragmen 'Cale Henituse'. Melainkan 'Kim Rok Soo'? 

Apakah dunia ini sempat menjadi dunia Kim Rok Soo? Tentu, peradaban mereka tak jauh berbeda. Dimana teknologi sudah berkembang pesat dan mereka menggunakan ponsel layar sentuh. Bisa jadi, 'Titik Awal Kehidupan' adalah tempat dimana 'Kim Rok Soo' berada di dunia ini, bukan?

Bisa jadi-

Caleeeeeee.... 

Sudah cukup! Aku pusing! AKU PUSIIINGGGG-! MARI KITA CARI MONSTER DAN BERTARUNG SAJA-UGH!

Otakku tidak berbakat dalam XXXX berpikir... 

Hmm... meski teori itu liar, tapi aku setuju tentang fragmen 'Kim Rok Soo'. Lebih masuk akal karena latar belakang duniamu mirip-

Kakeekkkk... keluh Glutton lagi, kini merengek kelaparan karena berpikir telah membuatnya lapar. 

Pria cantik itu pun menghela napas. 

Memang, segala teori itu bukan meringankan tetapi malah menambah beban pikiran yang berbalutkan ketidakpastian. Karena sejauh ini belum ada kejadian yang menjadi bukti teori, maka semua berakhir menjadi overthinking semata.

Kalau begitu...

Cale membuka ruang penyimpanannya dan mengeluarkan sebuah bola seukuran bola olahraga tolak peluru.

Ah! Item dari monster pertama yang Cale kalahkan, bukan?!  sorak The Cheapskate. Rasa bangga menyeruak dalam batinnya, mengingat momen mengesankan Cale yang mengalahkan si Bulgasari dengan ayunan tombak yang keren.

Hmmm... melihat Bulgasari's Core, Cale rasa ia bisa membuat sesuatu dari inti ini. Bukankah hal itu yang berlaku di game? Kau mendapatkan drop item untuk menciptakan item baru? Pria itu pun meminta keterangan dan hampir menganga oleh informasi yang tertampang. Bulgasari's Core memiliki ketahanan kelas SS! Bukankah ini bahan yang sangat ba-?!

[Konstelasi 'Mass Production Maker' menyapa Inkarnasi 'Cale Henituse' dengan ceria!]

Mata coklat kemerahan menyipit curiga. Karena belum ia mengatakan apapun, sosok konstelasi asing muncul didepannya. Siapa pula konstelasi satu ini.

[Konstelasi 'Mass Production Maker' mengangkat tangan dengan isyarat mengalah.]

[Konstelasi 'Mass Production Maker' ingin membuat penawaran.]

Sebelah alis terangkat oleh kata-kata itu.

"Penawaran?" Tangan terangkat untuk mengelus bawah dagu sedang kepala memiring ringan. Mata berkedip polos namun seringai mengembang dalam hati. Sudah lama sekali sejak pemuda Roan mendengar kata keramat ini.

[Konstelasi 'Mass Production Maker' mengangguk antusias!]

"Penawaran apa-"

Sebuah kertas biru yang tembus pandang muncul di depan Cale. 

"Kau ingin membuatkanku baju? Dari Bulgasari's Core ?" Ini kesempatan yang baik.

[Konstelasi 'Mass Production Maker' mengangguk lagi sambil mengelus janggutnya.]

Cale manggut-manggut dan perhatian kembali melihat surat persyaratan. Tertampang beberapa poin tentang persyaratan dan sekarang, kening Cale benar-benar mengerut bingung oleh persyaratan nomor dua.

"Diberi promo 30% persen jika aku bersedia menjadi model?"

Apa perasaan Cale saja bahwa sosok dibalik layar ini sekarang sedang berpose menyebalkan?

Dan ada apa ini, kenapa mendadak ia mendapatkan tawaran menjadi model sedang dunia di landa kiamat? Tetapi! Kembali lagi pada poin pertama dimana harga asli adalah-

"100.000 koin?" terkejut Cale hampir tidak elit pada harga yang tidak masuk akal. Apakah konstelasi ini cenayang? Dia tahu tentang kondisi koin Cale yang mencapai 100.000 lebih kemudian berniat memalak semuanya?

[Konstelasi 'Mass Production Maker' bangga dengan ciptaannya! Dia adalah konstelasi yang hebat dan banyak menyukai produknya!]

Mata si cantik kita menyipit tidak percaya dan seolah tersinggung, layar biru lain tertampang didepan Cale. Menunjukkan beberapa item berkisar kelas A sampai kelas SSS tertampang di sana. Kemudian pada bagian Creator-nya diberi bold begitu tebal, tertulis 'Mass Production Maker'.

"Hmmm..."

Jika diskon 20% persen dari 100.000 koin, kurang lebih ia hanya perlu membayar 80.000 koin. Tetapi, hati Cale sakit. 

Tidak rela bahwa koin hasil ia kuli selama sebulan di dunia antah berantah ini malah habis untuk sebuah pakaian. Meski itu sekelas SS sekalipun-

Itu benar, Cale! Kemudian, bajingan ini ingin menjadikanmu model! MODEL!   geram Glutton tiba-tiba.

Harga Cale HANYA 20.000 KOIN?! BAJINGAN SIALAN-!!!

Maksud model ini... kau 'menjual' tubuhmu untuk dijadikan pajangan... dengan harga 20.000 koin?   gumam Super Rock terdengar sangat dingin dan menakutkan. Refleks Cale menyilangkan tangan di depan dada dan menjauh dari layar biru.

"Apa hanya segitu 'hargaku' untuk menjadi modelmu?" tanya Cale muram tetapi menyeringai tajam sambil terkekeh riang dalam benak. Jika Raon ada disini, maka 'Manusia! Apa kita akan menjarah seseorang' menggema dalam pikirannya.

[Konstelasi 'Mass Production Maker' menggelengkan kepalanya panik!]

[Konstelasi 'Mass Production Maker' ketakutan melihat mata konstelasi lain!]

"Untuk produk-produkmu yang... terlihat mahal," desah Cale, melambai tangan dengan mata memandang sedih -meremehkan- pada list barang jual si konstelasi. Wajah menjadi ekspresi sayu dan menatap tanah seolah sedang memelas. Ujung kaki kanan di mainkan dan dua tangan berpindah ke belakang tubuhnya.

"Kau menawari orang sepertiku, untuk mempromosikan produk mahalmu?" Pria berambut merah menghela napas, mendongak dan memberikan senyuman memaklumi ke layar biru.

"Maafkan aku... harusnya kau mencari 'model' lain yang 'sepadan' untuk produk 'berkelas'-mu, Mass Production Maker-nim." Mata coklat kemerahan berkaca-kaca.

"Aku tidak layak untukmu."

...

...

[Konstelasi 'Demon-like Judge Fire' baru kembali dari tugas dan MWO THE FUCK IS THIS-?!]

Sosok di balik layar mencekram hologram yang kini sudah di modifikasi dan berfisik. Wajah kaget, marah, geram bercampur aduk menjadi satu. Melihat Inkarnasi kesayangan kini seperti ingin menangis. Apa Cale di-bully di luar pengawasannya?! APA YANG SEDANG TERJAD-?!

[Konstelasi 'Queen of the Darkest Spring' tersenyum lembut.]

Wanita berambut madu merasa kesal entah kenapa. Salahkan wajah itu, sangat cantik saat bersedih dan ia tidak keberatan membayar lebih untuk melihat Inkarnasi yang satu ini menangis. Tetapi, tetap saja-

[Konstelasi 'Father of the Rich Night' memiringkan kepala dengan tatapan merenung.]

[Beberapa Konstelasi merasa kedinginan!]

[Konstelasi 'Founder's Mother' mengerutkan kening tidak senang.]

[Konstelasi 'Sleepy Lady of Brocade' tidak senang oleh penindasan yang terjadi.]

[Banyak konstelasi merasa tersinggung oleh tindakan Konstelasi 'Mass Production Maker'!]

Layar biru penuh di belakang Cale, tetapi pada kenyataannya merupakan sinar-sinar kecil yang berkumpul. Menunjukkan begitu banyak konstelasi yang mengawasi pria berambut merah itu saat ini. Hingga menciptakan pendar cahaya di sekeliling tubuh sosok yang sangat dicintai oleh alam itu dengan cantiknya.

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' menganga kebingungan dan bertanya apa yang sudah terjadi?]

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' menyoraki semua konstelasi yang dipenuhi dendam!]

[500 koin disponsori!]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' bertanya mengapa Inkarnasi 'Cale Henituse' merasa sedih?]

"Ah.. tidak apa-apa, Konstelasi-nim. Memang salahku 'tidak layak' untuk Mass Production Maker-nim..." gumam Cale lembut, sedih dan mendayu-dayu. Menarik simpati beberapa konstelasi lain.

Bagi mereka yang tidak mengenali pria berambut merah ini, yang mereka lihat adalah wajah malu seorang pria yang tidak bisa memenuhi ekspetasi seseorang dan sedih karenanya.

Sedang pria itu sebenarnya menyembunyikan seringai dibalik telapak tangan dan tawa gembira menggema dalam benaknya.

Itu dia Cale kami!   tawa Crazy Kid riang. 

Gaskeun lagi, Cale! GASSS! RAMPOK DIA!   teriak The Cheapskate kejam.

Sebenarnya, Cale tidak membutuhkan baju atau apapun itu. Ia sudah memiliki Glutton sebagai perisai yang kuat. Jadi, kenapa ia harus repot-repot menerima tawaran model dengan bayaran 20.000 koin? Konstelasi ini juga tidak menjabarkan ia menjadi model apa dan bukankah ia malah berakhir menjadi pekerja gratis???

[Konstelasi 'Mass Production Maker' melambaikan tangan panik!]

[Konstelasi 'Mass Production Maker' memperbarui penawaran!]

[200 koin disponsori!]

Kertas biru memancarkan cahaya baru dan hmmm-

Kali ini, konstelasi 'Mass Production Maker' menawarkan membuat baju Bulgasari's Core dengan harga Koin 20.000 dan bayaran 50.000 di muka (sebagai awalan) untuk setiap produk dan akan bertambah jika penjualannya meningkat. Produk berkisar pada item-item seperti pakaian dan hiasan. Mata coklat kemerahan tertutup, membayangkan semua list barang yang dimiliki si konstelasi ini secara mental. Karena jika ia melihatnya secara langsung, bukankah Cale malah tampak seperti Inkarnasi yang tamak?

Sekarang ia sedang berperan sebagai Inkarnasi yang lemah lembut, baik hati dan bersahaja.

(Bersahaja ndasmu-)

"Ini.. harga yang bagus." Sosok dibalik layar menghela napas lega. Kemudian menunjuki layar stream agar semua konstelasi yang mengancam untuk menjauh darinya.

"Tapi, jika aku boleh bertanya, kenapa kau membutuhkan seorang model jika produkmu sebagus ini?" 

[Konstelasi 'Mass Production Maker' mengeluhkan banyak Inkarnasi yang tidak peduli dengan fashion!]

[Konstelasi 'Mass Production Maker' mengatakan bahwa banyak Konstelasi akan tertarik kepada Inkarnasi jika dia terlihat keren.]

[Konstelasi 'Mass Production Maker' menilai Inkarnasi 'Cale Henituse' memiliki wajah Inkarnasi yang ideal!]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengangguk setuju!]

Kening mengerut, memikirkannya baik-baik.

Jika wajahnya tertampang, bukankah itu akan buruk? Apalagi... ia bukan entitas asli dunia ini. Pria berambut merah juga yakin bahwa fenomena yang menyerangnya tidak akan dilupakan begitu saja. Glutton mengatakan bahwa otoritas yang mengatur dunia ini memindai jiwa mereka, mencari anomali yang mengganggu probabilitas dunia ini.

Tapi... Cale Henituse butuh koin. 

Emas yang ia bawa pun tidak berguna disini.

Dokja-hyungnim mengatakan bahwa koin sangat penting untuk bertahan hidup melalui berbagai skenario. Hitung-hitung, sebagai bekal suap jika terjadi sesuatu...

"Sebenarnya, Mass Production Maker-nim, aku orang yang cukup pemalu."

(Jika Alberu mendengar ini, pria itu akan terkena aneurisma dan mungkin Eruhaben yang menganga, betapa tidak malunya si unlucky bastard ini-)

"Jadi, bisakah aku menambahkan beberapa poin?" Pria bermata garnett kemudian tersenyum lebar, begitu manis dan cantik.

"Ini bagus untukmu." Kau tidak akan menyesal.

[Konstelasi 'Mass Production Maker' ... mengangguk.] 

Sosok dibalik layar segera merasa menyesal entah kenapa. Rasanya seperti ia menandatangi surat perjanjian dengan iblis-Ah, tidak, tidak!

Cale Henituse adalah Inkarnasi yang sedang naik daun sekarang! Manusia kecil ini menarik banyak mata dalam sekejab dan dia pasti memberi pengaruh bagus terhadap produknya! Kakek tua ini sudah lelah dengan permintaan baju besi kuat dan apalah. Ia ingin mencoba di bidang fashion dan yakin bahwa konstelasi juga pasti akan tertarik membelinya!

Tetap saja-

"Apakah kita sepakat?"

-senyum Inkarnasi ini terlihat sangat menakutkan sekarang.

[Konstelasi 'Queen of the Darkest Spring' tersenyum sama manisnya.]

... mereka mirip.

*******

[4 hari sebelum Skenario Utama #5]

Dua mata terkejut melihat satu sama lain.

Di saat Cale sedang menebas monster grade 5 dengan tombak Haechi's Bracelet, ada orang lain yang menebas secara diagonal.

"Cale?!" betapa terkejutnya ketika ia melihat sosok wanita cantik berambut hitam dan bermata abu-abu kini menyeringai cerah kepadanya.

"Heewon-noonim?" Pria berambut merah tersenyum. Tidak memerdulikan bagaimana monster itu terjatuh, Heewon segera mendekat dan memeluk erat si donsaeng cantik mereka yang hampir seminggu tidak berjumpa. 

"Kyaaaakkk! Uri Cale! Noonim ini sangat merindukanmu! " Seru wanita berusia 28 tahun itu, tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Tak lupa memberikan ciuman kecil sembari menghirup aroma khas Cale yang memanjakan. Menyambut Heewon dalam pelukan reuni yang terasa seperti rumah. 

Melepaskan pelukan, mata abu-abu menelusuri penampilan baru sosok yang lebih muda, kemudian tersenyum berseri-seri. Tangan terulur dan menangkup pipi pucat bersemu kemerahan cantik dengan kekaguman jelas.

"Aduh! Kau terlihat sangat hebat, keren dan majestik! Kyaakkk! (p≧∀≦q)"

"Terima kasih, Noonim ^^"

Pertemuan mereka tidak akan lama lagi.

Dan saat itu tiba, mereka akan bertarung bersama dengan versi terbaik mereka sendiri.

.
.
.

[Cuplikan Chapter Selanjutnya]

"Hoo-?!"

Jung Heewon menyeringai saat melihat Kim Dokja dan Yoo Jonghyuk berdiri bersama.

"Cale-ya~!" Panggil wanita itu, suara menggoda ceria yang segera mendapat perhatian dari dua pria tinggi. Satu berambut hitam lurus sedang yang lain bergelombang. Tapi! Bukan itu yang menarik perhatian Heewon. Melainkan-

"Baju mereka couple! Kita harus memberi selamat!" Samar-samar, ada tanduk setan di atas kepala wanita itu. Yang kini menahan tawa jahat karena situasi begitu lucu dan Heewon sendiri rindu mengganggu Dokja buahahah ψ(`∇')ψ

Si cantik berambut merah menoleh. Menatap pakaian si pembaca dan sang protagonis yang serasi. Baik dari kemeja hitam, celana hitam dan sepatu pantofel. Tak lupa coat putih sebagai lapisan luar untuk Dokja dan hitam untuk Jonghyuk.

"Whoah..." Sontak, senyuman kecil nan manis muncul di wajah Cale. Membuat dua pria itu terperangah sesaat, apalagi dengan penampilan baru si rambut merah yang begitu memikat disertai kerinduan karena tak berjumpa seminggu lebih lamanya.

"Selamat untuk kalian, Dokja-hyungnim! Jonghyuk-hyungnim!"

...

...

"ANDWAAEEEE! Bukan! Ini bukan seperti yang kau duga, Cale!" - KDJ

"Eh-?" -CH

"Aku tidak tertarik kepada pria, Cale." -YJH

Lambe mu!

"YAK ! Menjauh dari Cale!" - KDJ

"Aku tidak cemburu, kok-" -CH

"Cale sangat bijak! Cemburu dengan teman sendiri tidak baik-!" -JHW

"Menjijikkan." -YJH

"AAAAAkh-! HAJIMALLAGOoooO* !!!" -KDJ (*'Jangan lakukan itu' dalam bahasa Korea :v)

"A-aku tidak sanggup me-mendengarnya-ughh..." -KDJ

*pingsan































































BERSAMBUNG


Rasanya pengen banget gambar penampilan Cale di fic ini :")
Tapi apa daya, cuman bisa gambar muka secara tradisional ("_ _)ノ

Chapter depan, salah satu dari dua kekuatan kuno yang tersisa akan debut~
Coba tebak siapa kah itu~? 

Mengenai chapter ini, enggak ada catatan khusus, tapi kalau ada yang membingungkan para chingudeul, silahkan bertanya dan jangan sungkan untuk mengoreksi yaa (_ _ )>
Karena yah, ada banyak perubahan di chapter 19. Cukup pusing sebenernya nebak posisi canon para karakter ORV trus Neri cocokkan sama peta distrik Seoul :)
Akhirnya, terjadi lagi deh perombakan alur fic ini hmmmm

.
.
.

Mau sedikit curhat ges,

Kesan Neri terhadap fic ini : Impulsif

Karena idenya sudah menghantui selama tiga hari, jadi tanpa babibu langsung ngedit cover dan banner seadanya, kemudian ngetik PROLOG yang langsung di publis lanjut nulis chapter 1 dan seterusnya...

Awal-awal belum berekspetasi apa-apa dan cukup PD sama hasil tulisan ini... tapi lama-lama PD itu ilang dan jujur, jadi takut kalo alur cerita ini jatuh 'membosankan'.
Neri juga seorang pembaca dan pernah drop beberapa fic karena yah alasan yang sama ಥ_ಥ)

Meski begitu, Neri tetap akan berusaha nulis fic ini sampe bisa setidaknya mencapai Ending Arc 1. Dimana Ending-nya sudah sudah terpikirkan dan Neri enggak sabar sama reaksi kalian eheheh ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Juga, terima kasih yang masih bertahan dari awal fic ini tercipta sampai sekarang. Kalian yang terbaik hehehe 💛(≧へ≦)

.
.
.

Salam hangat,

Neri (Tressie_G)
PS. Mengenai harta karun yang kalian sebut di chapter sebelumnya, mereka akan publis ketika Meili Blooms udah 5 chapter lebih ehehe (✿◡‿◡)👌✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top