#2 - Haahh... Fuck You, Death

🗿

.
.
.
.
.

Jangan lupa VOTE dan KOMEN 🤗💜

[Cale Henituse's POV]

Saat itu, perang melawan White Star sedang terjadi dengan intens.

Masing-masing kubu tidak mau mengalah dan menggunakan segala strategi untuk coba mengalah satu sama lain.

Meski sudah diberikan peringatan oleh rekan-rekannya, Cale Henituse menatap ranting di tangannya dengan tatapan kritis. Raungan Raon Miru yang mengatakan bahwa dia akan menghancurkan dunia kemudian membunuh dirinya sendiri terngiang-ngiang di pikirannya.

Entah kenapa, Cale merasa bahwa semua temannya akan melakukan hal yang buruk jika ia bertindak mengorbankan diri lagi... sejujurnya, siapa sih yang mau mengorbankan diri?

Cale mendengus.

Bukannya ia mau... tapi ini semua, perang melawan bajingan lobak putih itu adalah demi mencapai kehidupan pemalasnya.

Bagi pemuda berambut merah itu, damai yang sesungguhnya adalah ketika dunia benar-benar damai tanpa perperangan. Jadi, anggap saja semua ini adalah investasi untuk mencapai impiannya.

Mata coklat kemerahan melirik dagger dari World Tree. Sempat di sembunyikan oleh Raon dan Choi Han, tapi Cale lebih cerdik dari mereka.

"Cale Henituse!" manik coklat kemerahan mendelik tidak senang. Bajingan itu, sempat-sempatnya memanggil namanya dengan teriakan perang begitu? Benar-benar mengganggu pendengarannya.

"Cale-nim! Apa yang kau pegangi-?... !"

"Manusia lemah! JANGAN BERANI-BERANINYA KAU MENUSUK-!"

Jarak mereka begitu jauh sekarang. Cale hanya menatap mereka dengan tatapan teduh. Kemudian menatap satu persatu rekan-rekan yang sudah bersamanya sejak perang pertama dengan White Star.

Tanpa kekuatan dan loyalitas serta kebaikan mereka... Cale tidak akan bisa mempertahankan investasi Slacker Life-nya hingga sekarang. Karena itu, Cale tersenyum penuh terima kasih untuk mereka. Yang di artikan sebagai-

-senyuman terakhir.

Tusukan di jantungnya entah kenapa menulikan Cale terhadap panggilan yang memanggil namanya bersahutan dan bergiliran. Manik coklat kemerahan bergetar saat menoleh ke sisi kanannya, menyeringai kecil melihat White Star, yang melaju ke arahnya dengan kecepatan menakutkan.

... yah, tetap saja manusia berkekuatan super selalu menakuti Cale.

"CALE HENITUSE!"

Hanya perlu satu tindakan terakhir, Choi Han akan menyelesaikan semuanya. Dengan darah yang mengalir di jantungnya... Cale hanya berharap bahwa apa yang dikatakan World Tree bekerja dengan cepat... Sehingga kehidupan damainya.. bersama yang lainnya-

"MANUSIA!"

"CALE-NIM!"

"CALE!!!"

Kegelapan hangat menyambutnya.

.
.
.
.
.

Samar-samar, Cale mendengar seseorang tengah berbicara kepadanya.

Nugu-ya?

"-le... -dunia... -ulihkan diri-"

"-dak ada... -otoritas... - lebih kuat-"

"-Cale! Apa... -bisa mendengarku?" Walau terputus-putus, ya, bajingan. Apa aku terlihat bisa berbicara denganmu, sekarang? Sosok yang berbicara dengannya itu meringis.

Dimana aku?

"-yah, kau berada di-" ugh. Kenapa rasanya sangat sakit? Dimana Crybaby? Yang lainnya? Super Rock? Thief? Glutton? Fire of Destruction? Water? Kenapa.. kemana semua-?

"Whoah. Tenanglah Cale-! Kau sekarang-!" Diam kau bajingan! Dewa sialan! Apa yang telah kau lakukan lagi, huh? Sial, ini sakit sekali! Kenapa sangat susah mendapatkan hidup pemalas? Apa itu terlalu berat untuk di dapatkan? Apa-!

"Cale Henituse." Cale terdiam saat mendengar suara datar dan tegas God of Death. Menunggu dengan jengkel dan cemberut yang tidak bisa di sembunyikan.

"Saat ini, kau sudah mati di duniamu." Pada informasi yang to the point itu, Cale tertegun. Pulih dari keterkejutan ringan, pria berambut merah itu menghela napas. Yah, tusukan yang langsung ke jantung itu sangat vital dan gila, tidak heran jika dia mati.

Melihat Cale yang tidak menanggapi berita itu, si lawan bicara mendadak gugup.

"Dan... rekan-rekanmu... pernahkah aku mengatakan bahwa mereka iturekan yang berkedok sekte Caleism-?" jaga cara bicaramu, bajingan. Mereka keluargaku. Si lawan bicara, yang sudah Cale kenali sebagai God of Death berdeham, mencoba membuat suaranya kembali berwibawa, selayaknya julukan dewa-nya.

"Informasi singkat, mereka tidak menerima kematianmu dengan baik." Cale bersenandung pelan dan kembali menghela napas. Ini salah satu yang menghantuinya jika ia menusuk dirinya sendiri, reaksi keluarganya. Terlebih raungan Raon dan tatapan penuh kehancuran Choi Han. Kemudian On dan Hong yang melihat peristiwa traumatis itu... haahh... mereka anak-anak, harusnya tidak melihat pemandangan itu...

"Dan... aku sudah menerima banyak teror-maksudku, panggilan dari Saintess-ku, Cage. Mereka memintaku untuk menyelamatkanku." Hidupkan saja aku, aku harus-

"Tidak. Kau sudah mati sebelum aku bisa mencapai jiwamu." Apa kau benar-benar dewa kematian? Atau hanya orang bodoh berkedok dewa?

"Tapi, aku bisa memulihkanmu di dunia lain." Oh tidak. Ungkapan klise cerita-cerita isekai yang dibaca Cale saat menjadi Kim Rok Soo di waktu luangnya. Mendengarnya dari Death memperburuk suasana hatinya. Sudah sakit jantungnya, pikirannya dibikin gila juga!

"Hanya dunia ini yang dapat ku gapai. Karena dulu sekali, aku pernah menjadi salah satu Rasi Bintang disini. Walau sudah log out dan dipandang sebagai O■tr d," gumam Death tampak bernostalgia sejenak. Sedangkan Cale mengerutkan keningnya pada sensor yang tidak menyenangkan.

"Yah, sangat menarik melihat ceritamu di dunia ini." Cale bisa merasakan bajingan itu menyeringai. Apa kisahku hanya hiburan untukmu, 'jingan?

"Jujur. Menilai dari riwayat kehidupanmu di dunia ini. Kau bisa mendapatkan cerita berlabel Legend, hmmm bahkan bisa juga Mythycal..." Apa sih yang sedang kau bicarakan?

"Tidak menarik untuk mengatakan semuanya. Kau tidak suka spoiler menyeluruh, 'kan?" Jiwa reader Kim Rok Soo mengangguk tegas. Ia bahkan pernah memukuli salah satu rekannya karena berani mengungkapkan suatu spoiler dari novel yang dibacanya. Apalagi itu spoiler endingnya!

"Otoritasku terbatas, Star Stream memiliki aturan yang ketat sekarang. Aku hanya bisa mengirimkanmu kesana. Entah kenapa kau memiliki kepingan cerita disana. Meski kecil, tapi kau ada disana. Kau bisa pulih disana." Sejenak Cale merenungi perkataan Death. Apa yang dimaksud bahwa dirinya sudah ada disana? Teori Alternative Universe seketika terlintas di benaknya. Dan-

... apakah ia dapat kembali ke dunianya? Kembali ke keluarganya?

Death hanya tersenyum.

"Kedatanganmu akan di nantikan banyak jiwa, Cale Henituse. Anak yang dicintai Dewa dan Alam. Aku berharap kau bisa menemukan tujuanmu yang sebenarnya."

Tidak menjawab pertanyaanya, kehadiran Death menghilang. Meninggalkan Cale Henituse dalam kegelapan hangat yang melingkupinya.

... haahh... ia akan ber-isekai...

Kira-kira... seperti apa dunia yang akan menyambutnya?

Dan, sial, luka di jantungnya sakit sekali.

Semoga ia tidak mati di dunia itu.

.
.
.
.
.

Erangan kesakitan adalah hal yang selanjutnya Cale sadari.

Sial, sial, sial.

Ini sangat menyakitkan. Dengan Vitality of the Heart yang tidak berfungsi dan menghilang entah kemana, membuat rasa sakit berkali-kali lipat.

"Si-ssialllllll..." umpat Cale di iringi helaan napas panjang. Mata coklat kemerahan terbuka pelan, melirik cahaya emas remang-remang yang melindunginya dari kegelapan sekitar.

... dimana ia?

"Uhuk-ugh-!" memuntahkan darah, Cale kini hanya bisa berbaring pasrah. Menunggu kematian atau mungkin keajaiban yang datang. Walau Death selalu mengatakan omong kosong, tapi memang di tepati. Jika ia memang ditakdirkan pulih disini, bolehlah Cale berharap bahwa itu benar?

Terserahlah, mau mati juga tidak apa-apa. Asal tidak terlalu menyakitkan saat sakaratul mautnya. Tapi keluarganya...

Haahh.... ia akan memberikan wasiat nanti ke mimpi mereka.

Bertahan hidup itu yang terbaik!

Tapi, keadaannya sekarang-sial. Cale merasa kehidupan malasnya mulai melambaikan padanya dengan sapu tangan dan air mata.

Memejamkan mata dan sesekali terbatuk, Cale berbaring diam.

Dan kemudian, Record entah kenapa aktif dengan sendirinya. Memberi kilasan ingatan tentang Raon yang tengah memegang celengannya dengan senyuman sumrigah. Naga kecilnya yang menggemaskan. Mungkin Raon adalah satu-satunya naga yang sangat suka menabung di celengan. Diganti dengan suara dengkuran di sisi kepalanya saat mereka tidur. Raon yang menyodorkan pai apel dengan mata biru berkaca-kaca. Dan satu-satunya momen saat Raon memanggilnya dengan nama.

Kemudian ingatan beralih pada Choi Han. Protagonisnya yang menakutkan, tetapi sangat dapat di andalkan. Juga memiliki jiwa pahlawan, penolong yang sulit untuk Cale hindari. Kadang, Cale puas sudah mengembalikan senyuman tulus Choi Han. Ingatan berganti pada seruan 'Cale-nim' yang beragam. Gelak tawa saat Cale di kerubungi anak-anak juga paket suku Serigala. Aura hitam Yong yang menyelimuti pedang pemberian Cale saat menghadapi musuh. Juga senyuman penuh terima kasih dengan mata hitam berbinar.

On dan Hong menggemaskan tapi mematikan. Sangat suka di belai dan meminta pujian. Cale tanpa sadar tersenyum. Ingatan bersilih bergantian menampakkan sepasang saudara yang selalu berada sisinya. Menyeringai sama licik dengan Raon dan Cale, saat berencana menjarah bangsawan jahat.

Kemudian hyung-nim-nya. Kilasan Alberu yang tengah mengacak-acak rambutnya frustasi. Menatap ngeri pada kumpulan dokumen hasil kerjaan Cale. Senyuman penipu yang sering dikatai Raon identik. Bahkan ancaman menyebalkan untuk menjadikannya Menteri saat ia menjadi Raja.

Kemudian Lock yang mengepalkan tangan dengan wajah penuh tekad. Menepuk-nepuk kepala adik-adiknya. Dan senyuman sumrigah saat Cale mengatakan bahwa Lock sudah kuat dan hebat.

Rosalyn yang menyeringai maniak pada kristal mana pemberian Cale. Putri mandiri yang lebih mementingkan impiannya. Serta senyuman geli yang paham dengan penderitaan Cale saat di salahpahami.

Mary. Salah satu saudara jiwa Raon. Yang sama-sama menatap langit malam dengan Raon dan Cale disisinya. Naga tulangnya yang luar biasa, suara ala GPS-nya yang kini sudah beremosi serta urat-urat hitam keren yang menghiasi kulitnya. Serta kilasan sosok berjubah yang tersenyum kecil saat Cale mengatakan bahwa ia telah bertahan hidup dengan baik.

Eruhaben yang cerewet. Selalu mengatai betapa Raon sangat tidak Dragon-ish. Tetapi tidak menolak mereka, hanya pasrah menerima sekumpulan anak-anak yang tidak akan meninggalkannya. Goldie Gramp yang berdecak, menjentikkan jari mengirimkan serangan ke musuh. Serta wajah tersenyum langka saat melihat Cale dan Raon berinteraksi.

Kemudian ayah-anak Molan yang tidak pernah berhenti mewarnai rasa parno Cale sampai akhir. Teh lemon menyebalkan, dimana Cale akan berjanji memberantas lemon saat kehidupannya sudah damai. Kemudian masakan Beacrox... sialan, berhentilah menampakkan semua visual masakannya, Record!

Basen. Lily. Deruth. Violan. Suku Paus. Suku Serigala. Suku Harimau. Ratu Hutan, Litana. Bud Illis. Bahkan Tonka yang menyebalkan. Semuanya...

-langkah kaki menghentikan lamunan Record.

Siapa...?

Cale berusaha keras untuk tetap sadar. Memaksa membuka matanya yang terasa sangat berat.

Tolong... siapapun yang datang, haruslah berniat baik. Atau, biarkan orang sial ini mati dalam damai jika niatnya jahat untuk mengganggu.

Kemudian, ia melihat sekilas serpihan emas menyebar di udara. Ah, perisai yang melindunginya sekarang menghilang. Cale benar-benar pasrah sekarang.

"... -ugh..." erangan terdengar dari pria terluka itu. Membuat si pendatang baru terengah-engah kaget. Kenapa sih? Mengagetkan ya liat orang sakaratul maut?

"... Hanibaram?" alis anak sulung Henituse itu berkedut. Siapa pula Hanibaram? Mencoba menengadahkan kepalanya ke atas, Cale menemukan sepasang manik hitam berbintik-bintik bintang melihatnya dengan pandangan rumit, penuh dengan perasaan tak terkataan, dan-

-ugh. Luka sialan. Tidak bisakah Death mengurangi rasa sakitnya dulu jika berniat memulihkannya di dunia ini?

"... hm? A-ah... dewa kematian sialan...," gerutu Cale kemudian membuat janji untuk memukul kepala dewa itu jika mereka bertemu kembali.

"-kau terluka!" jelaslah!

Kemudian, terdengar suara lainnya. Tampaknya, kedua pendatang Cale ini berbicara satu sama lain sesaat. Terengah-engah berat, Cale kemudian merasakan kehadiran pria lain yang bergerak mendekatinya. Tangan melingkupi bawah lutut dan punggungnya. Ia hendak di angkat saat lukanya kembali berulah.

"Ugh-!" bung, tatapanmu itu sus. Keluh batin Cale bisa merasakan si penyelamatnya ini menatapnya sangat lamat.

"Tolong tunjukkan klinik terdekat um-" tunggu. Apa mereka berbicara dalam bahasa Korea?

"Heewon. Jung Heewon." ia di pindahkan ke Korea? Era mana? Tahun berapa? Jika di dunia yang ada Kim Rok Soo, Lee Soo Hyuk, Choi Jung Soo, fix lah, Death akan Cale bunuh.

"-Heewon-ssi. Aku Kim Dokja. Dan ramuan tidak cukup untuk menyembuhkan Hanibaram." Sekali lagi, Hanibaram nugu?

Kim Dokja?... nama yang unik, Kim Pembaca, ha ha. Cale menyukai nama ini entah kenapa.

Cale ingin bertanya sumpah. Tapi pikirannya terasa sangat berat sekarang. Pandangannya lambat laut mulai menghitam dan langkah kaki yang tengah berlari adalah hal terakhir yang di ingatnya.

.
.
.
.
.

Lain kali ia sadar, pemandangan langit-langit yang retak adalah pertama yang menyambut penglihatannya. Langit-langit itu bukan suatu khas rumah di Kerajaan Roan. Kemudian, indra lainnya kemudian mulai bekerja.

Tampaknya ia berbaring di suatu kasur. Badannya terasa sangat sakit, tapi sudah mendingan dari sebelumnya. Napasnya terasa lebih ringan juga meski kepalanya masih terasa sakit. Kemudian, pendengarannya menangkap suara terkesiap di sisi kanannya.

Ada orang yang mengawasinya.

Seketika Cale Henituse waspada. Pikirannya, karena badannya tidak bisa di ajak bekerja sama sekarang.

Dengan gerakan bergetar, Cale menolehkan kepalanya ke kanan dan dengan pandangan buram memandang pria berambut hitam, yang memakai setelan kemeja berwarna gelap dengan celana hitam. Setelah pandangannya menjadi jelas, Cale mengerutkan keningnya, melihat ada beberapa glitch muncul di wajah pria asing itu.

[Hak Eksklusif di gunakan! Kamu dapat melihat fitur asli ■■■ ■■■■■ dengan izin ■■■■■■■■■■.]

Matanya menatap kosong pada suara robot yang berdengung di kepalanya serta sensor yang tidak menyenangkan. Glitch yang sebelumnya hampir menutupi seluruh wajah pria itu memudar menjadi wajah putih tampan klasik Korea. Rambut hitamnya terlihat lembut di bawah lampu ruangan dengan sepasang mata hitam yang memiliki kilauan bintang-bintang.

Huh... matanya indah.

Sekarang, bukan saatnya untuk terpesona, Cale Henituse!

"... siapa?" tenggorokannya sakit sekali. Dan pria lain sepertinya sadar akan hal itu, menawarkan air minum kepalanya. Bahkan membantu Cale untuk duduk sebentar agar bisa meminumnya. Baiklah... dari niatnya, pria ini bermaksud baik.

"Apa kau bisa berbicara bahasa Korea?" pria lain langsung bertanya to the point membuat Cale menatapnya kosong sesaat. Ah, ia ingat. Ia berada di Korea sekarang, dan ada dua orang yang telah menyelamatkannya.

Mengangguk, pria itu terlihat lega entah kenapa dan tersenyum kecil padanya.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya pria itu dengan selipan nada penuh kekhawatiran. Cale mengerutkan keningnya. Apakah pria asing ini mengenalnya? Dan kenapa ia terlihat sangat khawatir pada Cale, yang notabene juga orang asing untuk pihak lainnya?

"... lebih baik dari sebelumnya," jawab pemuda berambut merah itu dengan suara lirih. Keadaannya memang sudah lebih mendingan dari sebelumnya.

"Ah, betapa tidak sopannya aku. Perkenalkan, namaku Kim Dokja. Kau bisa memanggilku Dokja." Cale menatap pria lain, Kim Dokja, sekali lagi dengan tatapan kosong. Oke, perkenalannya terlihat formal, seperti mereka akan berbisnis. Tapi, kenapa Cale melihat tatapan penuh harap dari Kim Dokja?

Tubuh pria berambut hitam itu tegap. Dua tangan terkepal di lutut. Dengan wajah terfokus padanya.

"Salam kenal, Dokja-ssi. Namaku Cale Henituse. Kau bisa memanggilku Cale." Tidak tahan lagi dengan tatapan penuh harap dan berbinar itu (sekilas mengingatkannya pada Choi Han), Cale menyerah dan menutup matanya. Kemudian mengenalkan dirinya sambil membungkuk ringan, tanda kesopanan di Korea.

Melihat tidak ada tanggapan, mata coklat kemerahan terbuka. Ia melihat Kim Dokja menganga kecil, mata hitamnya melebar ekspresif. Seperti tidak mengharapkan bahwa Cale akan menjawabnya.

"... apakah ada yang aneh dengan namaku?" tanya Cale mau tidak mau merasa waspada. Reaksi Dokja sejauh ini sangat berbeda dari orang asing yang tak saling mengenal biasa. Terlihat seperti Dokja ini entah bagaimana mengenal dirinya?

"A-ah! Tidak ada yang aneh. Hanya saja terdengar seperti nama barat. Apa kau bukan keturunan Korea, Cale-ssi?" Alasannya bohong. Cale menyipitkan matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih sebelumnya, Kim Dokja-ssi... aku sudah merepotkanmu untuk menyelamatkanku." Cale kemudian memberikan senyuman tulus kecil. Sejenak, ia melihat dengan bingung pada reaksi Dokja yang memerah.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' ikut terperangah melihat keindahan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

[Beberapa Rasi Bintang yang menyukai keindahan terpesona melihat keindahan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

Cale kemudian menatap kosong pada layar biru hologram di sekitar mereka... jujur, Death melemparnya ke dunia mana? Sebenarnya sudah ia lihat tadi, tapi karena fokus kepada orang pertama yang menemukannya, ia tidak terlalu mengubris pemandangan layar biru aneh yang melayang itu.

Apakah senyumannya aneh? Lupakan. Sampah memang memiliki senyuman yang berbeda dari orang biasanya. Jadi, dapat dimaklumi.

Kemudian, tidak terpungkiri bahwa tindakan Dokja yang menyelamatkannya itu baik.

Cale harus berterima kasih. Karena berkat Dokja, ia berhasil bertahan hidup.

Langkah awal untuk mencari solusi agar bisa kembali ke rumahnya.

"Sama-sama, Cale-ssi. Aku senang melihat kau sudah merasa baikan." Mengejutkannya, jawabannya kali ini terasa benar dan tidak berbau kebohongan. Mengalihkan pandangan sesaat dari pria berambut hitam, mata coklat kemerahan melirik ruangan sekitar.

... sangat berantakan. Retak di dinding. Peralatan medis yang bertebaran di mana-mana. Kaca jendela yang pecah.

Tunggu... mendadak firasat Cale tidak enak. Suasana dari ruangan sekitarnya ini terasa sangat familiar-

"Ah ya, Cale-ssi. Jika tidak keberatan aku bertanya, bagaimana kau bisa selamat dari Skenario Utama #1? Kau diserang oleh siapa?"

Hah? Skenario Utama #1?

"-hmmmm. Apa kau benar-benar sudah merasa baikan, Cale-ssi? Jika iya, kita harus bergegas ke bawah tanah. Skenario Utama #2 akan dimulai." Untuk ketiga kalinya dan dalam waktu yang lama, pria berambut merah menatap kosong pada pria berambut hitam.

Untuk apa ke bawah tanah?

Skenario Utama #2?

"... Skenario Utama #2?" beo Cale dengan manik coklat kemerahan yang mulai bergetar. Serta batin semu Slacker Life-nya yang berguncang hebat. Mendengar balasan pria terluka lainnya, Dokja menatapnya aneh.

"Ya. Dunia sudah kiamat sekarang. Kita bertahan hidup dengan menyelesaikan Skenario Utama sekarang. Kau tidak ingat, Cale-ssi?"

Pria berambut merah itu membeku.

... kiamat?













































Ah... Fuck You, Death.

BERSAMBUNG!


Akhirnya, Chapter kedua publishhh~
Ini dari sudut pandang Cale-nim, jadi tetep stay tune untuk chapter kedepannya, yaaa~

Untuk penjelasan lebih lanjut tentang keadaan Cale dan Dokja :
*Cale enggak tau apa² soal dunia ORV. Jadi, cerita fanfic ini berpusat di dunia ORV aja. Enggak di TCF, mungkin dinarasikan lewat ingatan Cale.

*Dunia TCF enggak bisa terhubung dengan dunia ORV. God of Death cuman perantara yang kekuatannya terbatas. Karena kedudukan ototritas Star Stream lebih tinggi. Jadi, keluarga Cale enggak bisa menghubungi Cale. Tapi, keep pantau aja alurnya.

*Tentang kekuatan kuno-nya Cale, akan di jelaskan seiring berjalannya alur 🤗

*Dokja memang dibuat agak OOC. Tapi berlaku cuman dengan Cale. Selebihnya ngikut alur novelnya.

*Dokja terlihat agak protektif dan mungkin posesif. Karena dari muda memang udah ngeliat karakter Cale ini sebagai 'rumah' ideal-nya.

*Bromance antara Dokja x Cale lebih kuat dari Jonghyuk x Dokja. Kalau untuk Jonghyuk x Cale, kita liat dulu kedepannya :D

Okee, sekian untuk fakta² dari Fanfiction ini! Semoga jelas untuk para Readersnim~♡
Jangan lupa untuk vote dan komen ya guys!

Salam hangat,

Neri 🤌💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top