#17 - All is Fair in Love and War
Yang Cale sadari, dunia ini lebih kacau dari dunia Kim Rok Soo.
.... Dewa Kematian sialan.
.
.
.
Siapa yang miss sama fic ini?
Apa masih ada pembaca??? :"
Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan KOMEN seperti biasa, ygy!
Buat penyemangat Neri ><)💛🌻✨️
[Kim Dokja's POV]
Euforia setelah mengalahkan Naga Lesser Igneel masih terasa. Pria berusia 28 tahun itu mencoba menenangkan pernafasannya sembari menyarungkan pedangnya kembali. Merasakan lepek di rambutnya dan menghalangi pandangannya, Dokja menyibakkan rambut dengan tangan kanannya.
Anehnya, meski ia berkeringat oleh panas dan kelelahan, jubah abu-abu yang diberikan Cale terasa tidak panas. Malahan seperti anti panas atau dingin?
Mata hitam berbintang berkedip dengan rasa penasaran. Darimana Cale mendapatkan jubah atau outfit sebagus ini? Seingat Dokja skenario juga belum genap sebulan.
Jika menanyakan ini kepada Cale...
Ketika menolehkan pandangan, pria berambut hitam itu membeku. Matanya melebar melihat ekspresi si rambut merah terhadapnya.
Seketika, perasaan bersalah melingkupi hatinya. Bahwa ekspresi sakit, tidak percaya serta lega yang terukir di wajah Cale disebabkan oleh tindakannya. Namun, disisi lain, ada bisikan kecil dalam hatinya yang senang Cale bereaksi seperti itu karena dirinya.
Dokja menampar dirinya secara mental.
Kenapa pula ia harus senang?!
Harusnya ia meminta maaf karena membuat Cale melihat pemandangan itu.
Pemandangan dirinya terbakar hidup-hidup... sial.
Bahkan Dokkaebi yang muncul untuk mengumumkan hadiah, tidak Dokja perhatikan. Pikirannya masih bergerumul dengan perasaan bersalah.
Hyunsung dan Heewon masih bisa dikecohkan karena mereka berdiri jauh darinya. Tetapi Cale tidak. Pria yang lebih muda berdiri 5 meter tak jauh darinya, melihat seluruh adegan secara langsung.
"Ugh." Memar di badan mulai bertingkah.
"Dokja-hyungnim," seru Cale dengan nada terkesiap, ekspresi dengan kekhawatiran yang tersembunyi baik. Mata coklat kemerahan bersinar akan emosi dan berkaca-kaca oleh air mata tertahan. Melirik setiap inchi tubuh Dokja dengan hati-hati.
"Hyungnim," panggil Cale, nada hampir seperti bisikan. Membuat Hyunsung dan Heewon di sisi mereka melihat dengan mata lebar.
Tangan pria berambut merah terulur, memegang ujung lengan turtleneck hitam yang dipakai Dokja dan meremasnya pelan. Sedang wajah dipenuhi kekalutan kemudian mendongak dengan bibir gemetar kecil.
"A-aku... melihatmu te-terbakar-"
"T-tidak, Cale-ya! Kau salah lihat-!" Potong Dokja, mendapatkan ekspresi tidak percaya sebagai tanggapan. Meski Hyunsung lebih ke ragu-ragu dan Heewon yang mengangkat sebelah alisnya.
"Seperti yang kau lihat, aku langsung muncul setelah Naga itu menembakkan apinya, bukan? Masa iya aku terbakar dan selamat tanpa sedikitpun luka?" Tawa Dokja dengan ahlinya berbohong. Kedua manik gelapnya menatap Cale hampir memohon, melirik sekilas ke Hyunsung dan Heewon. Membuat sang Hanibaram langsung berkedip paham.
"... oke," gumam Cale hampir terdengar pasrah. Aaawww... yang diinginkan Dokja sekarang hanyalah untuk memeluk pemuda yang lebih muda. Mengacak-acak rambut merahnya karena cemberut kecil itu sangat menggemaskan-!
Bodoh kau, Dokja!
Sekarang bukan saatnya untuk mengagumi sang idola!
"Oke, Hyunsung-ssi? Heewon-ssi? Yang penting kita semua baik-baik saja sekarang, hm?" Senyuman ketua party melebar. Hampir terlihat mengancam di mata Heewon yang sweatdrop.
"Baiklah kalau Dokja-ssi bilang seperti itu. Aku... aku senang semua baik-baik saja," ucap Hyunsung, manis seperti biasa dengan rona pipi malu.
"Tentu... Dokja-ssi," enggan Heewon. Membuang muka saat Dokja menatap tajam ke arahnya.
[Item 'Talisman of Imyuntar' telah diterima sebagai hadiah]
Hmmm tidak buruk untuk mengawali Skenario Utama #5 nantinya.
Dan kemudian Dokkaebi kembali muncul, memberitahu sesuatu tentang penyesuaian level yang mengharuskan kelompok Dokja untuk menempati stasiun terakhir. Mengingat Stasiun Changsin, tempat tujuan mereka belum di tempati.
"Sebaiknya, kita langsung ke Chungmuro sekarang." Semua, termasuk dua pembaca lain berkedip pada ucapan itu.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya satu-satunya wanita di kelompok. Yang ditanya mengangguk.
"Kelompok kita di Chungmuro pasti sedang diserang sekarang," sahut Cale dengan ekspresi serius.
"Apa?!"
"Selain itu, terjadi penyesuaian. Jika dalam 48 jam kita tidak menempati Stasiun Changsin, maka kita semua akan mati." Sontak semua mata melebar pada informasi itu.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi?!" Heewon dan Hyunsung lekas berjalan ke arah stasiun. Bersama dengan Sungkook dan Minseob.
Kim Dokja melirik ke si rambut merah sesaat. Agak prihatin melihat wajah pucat yang lain dengan nafas sedikit terengah dan berpeluh keringat. Mata coklat kemerahan lesu menoleh, merasakan tatapannya.
"Naiklah ke belakangku, Cale." Si rambut merah terdiam sesaat.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menghargai 'persahabatan' yang terjalin erat!]
[1000 Koin disponsori!]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' menyipitkan mata.]
"Tapi, lukamu...?" Dokja menggelengkan kepalanya. Bergegas berjalan ke depan Cale dan berjongkok. Dengan tegas menatap pemuda lain, tidak menerima penolakan.
"Aku baik-baik saja. Justru sebaliknya kau terlihat kelelahan, Cale." Mata hitam menyipit dingin.
"Naik."
Menghela napas, si rambut merah mengangguk. Dengan linglung berjalan ke belakang Dokja untuk digendong.
Hati pria berambut hitam berdegup kencang. Merasakan pelukan lengan Cale yang lembut di bahu dan lehernya. Dagu di bahu dan sentuhan lembut di pipinya dengan pipi Hanibaram.
"Dokja-hyungnim," panggilnya, hampir seperti bisikan. Yang dipanggil berdiri, mem-paskan gendongan sebelum berlari menyusul sisa party-nya.
"Hm?"
"Aku senang kau baik-baik saja." Ucapan yang begitu tulus itu menghangatkan hati Dokja. Ada rona kemerahan dipipi pria yang lebih tua serta senyuman kecil di bibir. Lega juga bersyukur bahwa Cale memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
Tanpa sadar, ia agak menoleh ke sisi kanan, tempat si rambut merah mengistirahatkan kepalanya. Penuh kelembutan sambil memejamkan mata, ia menyentuh pelipis kiri Cale dengan ujung hidungnya. Menghirup aroma sang jantung alam dan bersenandung.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Cale-ya."
Mata coklat kemerahan melebar pada sentuhan kecil itu. Ketika ia menoleh kecil, Dokja sudah mengalihkan pandangannya kedepan. Fokus pada jalan.
Entah kenapa jantungnya berdegup sedikit lebih kencang sekarang. Namun, ada kehangatan aneh melingkupi yang begitu nyaman serta... penuh dengan rasa aman. Hal itu membuat Cale tanpa sadar membaringkan kepalanya di bahu dengan wajah menghadap leher Dokja.
Mengamati dalam diam bagaimana wajah tampan khas Korea itu tampak tegas dari samping. Rahangnya, bentuk bibir, hidung dan alisnya. Serta kulit putih yang kontras dengan rambut hitam lembut. Kemudian matanya yang gelap namun memiliki bintik-bintik bersinar bagai bintang.
Cale tahu, bahwa pria yang telah menyelamatkan hidupnya ini memiliki banyak rahasia. Mereka terkadang terasa sama, namun juga sangat berbeda.
"Aku akan tidur sebentar, hyungnim."
Kim Dokja tersenyum kecil. Sangat tulus dan penuh kesukaan.
Cale mengamatinya dengan mata lebar termenung, namun mendapatkan tawa geli memanjakan.
"Tidurlah, Cale."
Mata hitam berbintang menoleh menatapnya dengan tatapan... yang membuat Cale ingin menyembunyikan wajahnya di balik bahu pria lainnya.
"Aku akan menjagamu."
Cale mengangguk pelan. Segera mencoba istirahat di bahu Dokja.
.....
Apa...
Kenapa pipinya terasa hangat?
.
.
.
[Third Person's POV]
Pemandangan yang menyambut mereka sepanjang menuju Stasiun Chungmuro sangat mengejutkan.
Mata Dokja kian mendingin melihat pemandangan mayat yang berserakan di jalan. Heewon terkesiap tidak percaya bersama dengan Hyunsung yang memucat. Sedang 2 penghuni lain tampak siap pingsan pada kengerian yang mereka hadapi.
Tangan yang menggendong Cale mengerat.
Ia harap bau darah yang menyengat tidak akan membangunkan Cale dari istirahatnya. Terbukti bahwa pria yang lebih muda masih terlelap di punggungnya.
"Dokja-ssi... apa yang sedang terjadi disini?" Tanya wanita berambut hitam dengan ekspresi menahan sakit. Hyunsung, mengikuti instingnya mendekati Dokja. Siap melindungi Cale.
"Aku tidak tahu, Heewon-ssi." Pasti Yoo Jonghyuk bajingan yang melakukan semua ini. Aigoo.
Protagonis yang satu ini memang sosiopat menakutkan terkadang...
Heewon memimpin jalan. Sadar bahwa Dokja saat ini membawa Cale dan harus di lindungi. Bersama Sungkook dan Minseob di belakangnya serta Hyunsung di sisinya.
"-aku bisa menolongmu!"
"-baram dalam bahaya! Tidakkah kau khawatir?!"
"-bajingan itu menghancurkan segalanya!"
"-ancaman! Membahayakan semua-!"
Suara teriakan sayup-sayup memasuki gendang pendengaran mereka. Mata hitam Pembaca berkedip, melirik kerumunan di depannya dengan ekspresi kebingungan.
Bajingan yang menyerang Chungmuro itu masih hidup?
Dengan sifat Yoo Jonghyuk, seharusnya tidak.
Mungkinkah...?
"Ah, Dokja-ssi!" Seru Sangah, bersama kelompok lain, sumrigah melihat mereka. Matanya berbinar, hendak bergerak untuk menyambut dengan Gilyoung disisinya.
"HA! AKHIRNYA TIBA JUGA KAU, BRENGSEK!" Mereka kembali dikejutkan oleh suara yang sama. Namun-
"Ke-kepala itu berbicara?" Bisik Minseob ketakutan, wajah kian memucat tak percaya.
"Ti-tidak ada darah," gumam Sungkook, mata berkedip bingung dan ngeri.
"Kim Dokja."
Perhatian semuanya berpaling kepala pendatang baru.
Apalagi dengan tatapan tajam Yoo Jonghyuk yang seperti ingin menusuknya sekarang juga. Atau menebasnya? Atau mencincangnya? Mencekiknya? Atau... apapun itu yang bisa membunuh Kim Dokja.
Mata hitam dinginnya kemudian melirik Cale yang masih terlelap. Ada kelembutan di sana sebelum ditepis dan disembunyikan dengan baik.
"Berikan kepadaku," titah Jonghyuk, mata menatap tajam pada Dokja dengan tangan terulur.
"Apa kau tidak lihat, brengsek? Cale sedang tertidur," balas Dokja tidak takut. Yang ada malah jengkel. Baru saja berjumpa langsung ingin mengambil Cale darinya?
"Keadaan berubah dan Cale akan aman bersamaku." Pria berambut hitam bergelombang mulai berjalan mendekati Dokja. Kepala yang sedari tadi mengoceh di abaikan.
Semua perhatian penonton kini fokus apda dua insan yang tengah memperebutkan si sleeping beauty berambut merah.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menahan histeris pada drama yang sangat bersejarah!]
[3000 Koin disponsori!]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' mengelus dagu mempertimbangkan.]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' bersiul pada tatapan maut duo Inkarnasi.]
[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' mendukung perseteruan dengan sepenuh hati!]
[600 Koin disponsori!]
"Jangan mengambil Cale-hyung kami, ahjussi beralis tebal!" Datang Gilyoung tiba-tiba menyahut dengan cemberut marah yang menggemaskan.
"Pertahankan kekasihmu, Master!" Bangsat. Harusnya Dokja tidak berbelas kasih pada Lee Jihye.
"Tidak! Cale-hyung itu punya Dokja-hyung!"
"Enak saja, kau bocil kecoak! Tentu saja punya Master! Kan sudah janjian itu kemarin!"
Sangah dengan senyuman gugup mencoba menghentikan dua anak-remaja itu bertengkar. Gemetar saat merasakan kekuatan menguar gelap dari Jonghyuk. Apalagi urat nadi yang kian muncul di pelipisnya.
Ditambahi Dokja yang kehilangan aura ramahnya. Tatapan dingin nan tajam yang di arahkan kepada sang Protagonis.
"Hei... apa hanya aku saja yang melihat ada percikan listrik di antara mereka?" Bisik Sungkook pada Minseob dengan mata menyipit kritis.
"Aku malah melihat dua binatang yang saling memamerkan gigi mereka," sahut Minseob menahan tawa.
Hening melanda suasana.
Semua penonton takut tak karuan pada duo pria berambut hitam yang masih tidak mengalah dalam event tatap menatap.
"SIALAN! APA KALIAN AKAN TERUS MELAKUKAN ITU SAMPAI MENJADI TULANG BELULANG, HUH?!"
Kepala buntung mulai geram pada situasi yang aneh dan tidak diprediksi ini. Namun, naas baginya, sumber perkelahian yang terlelap terbangun oleh suara keras. Sontak, tatapan maut Jonghyuk nan mematikan Dokja berpaling ke si bajingan yang mulai berkeringat menahan takut.
"Dokja-hyungnim..? Ada apa?" Gumam Cale, yang baru bangun terlihat kebingungan. Matanya kemudian mengikuti arah tatapan pria yang menggendongnya, melebar melihat sang Protagonis berdiri di depannya.
"Jonghyuk-hyungnim?"
Ah...
Bagai air yang melintasi padang gurun yang gersang, kehadiran Cale mencairkan suasana. Bahkan yang tidak kenal dengan mereka bisa merasakan perubahan aura dari dua pria berambut hitam.
Sangah dan Heewon saling bertatapan dengan senyuman geli. Hyunsung disisi lain menghela napas lega. Syukurlah tidak ada pertumpahan darah.
"Turunkan aku, Dokja-hyungnim." Merasakan banyak tatapan yang membebani, Cale meminta turun. Agak memerah pada senyuman menyebalkan yang dilontarkan Heewon dan Jihye kepadanya.
"Cale."
Tangan Jonghyuk segera terulur setelah Cale turun. Mendapatkan tatapan bengis Dokja.
Ya ampun, ada apa dengan kedua orang kuat ini?
Kenapa orang-orang kuat sangat susah akur? Padahal rekan-rekannya didunia sebelumnya semuanya akur. Bukankah mereka sudah sepakat kemarin sehabis mengalahkan Master Teater? Ada apa ini?
Cale bisa merasakan tatapan membara Jonghyuk dan dinginnya pandangan Dokja.
Aigoo... kenapa kalian membuat pria tua sepertinya dilema?
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' terkekeh sendiri pada pemandangan diridepannya.]
[3000 koin disponsori.]
[Konstelasi 'Queen of the Darkest Spring' tersenyum menyemangati.]
[1000 koin disponsori.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' akan memberikan lebih banyak koin jika Inkarnasi 'Cale Henituse' melepaskan dua Inkarnasi lain.]
[500 koin disponsori.]
Pesan dari konstelasi itu lumayan menggoda. Tetapi, lebih baik mereka berdamai dan bisa saling bekerja sama untuk melindungi satu sama lain, bukan?
Menarik dan menghembuskan napas, Cale kemudian mengukir senyuman bisnis yang terlihat setulus dan sehangat mungkin. Bahkan memanjakan mata.
"Jonghyuk-hyungnim."
Sedang satu tangan menyambut uluran tangan Jonghyuk, yang lain menggenggam tangan Dokja.
Seketika langsung menenangkan kedua pria itu.
"Apa kabar?" Tanya Cale lembut, hampir dengan nada manis.
Sedang Dokja cemberut kecil, mengambil posisi di belakang Cale. Menutupi punggung si rambut merah dengan kehadirannya.
Mata gelap tak mendasar Jonghyuk disisi lain mulai melembut kembali hingga mengejutkan banyak penonton dan dua Prophet yang ikut bersama Dokja.
"Baik." Matanya kemudian melirik sekujur tubuh Cale.
"Bagaimana denganmu?"
Menggenggam erat tangan Dokja, Cale mengayunkannya ke depan Jonghyuk dengan ekspresi polos dan senang. (Ini akting ya, guys ͡° ͜ʖ ͡°).
"Dokja-hyungnim menjagaku dengan sangat baik."
... tampaknya Cale memberikan jawaban yang salah? Dinilai dari tatapan Jonghyuk yang kian mendingin.
"TIDAK! Seharusnya dia tidak bisa menjagamu dengan baik!" Sahut si kepala buntung, mengagetkan Cale sehingga pria itu mundur kebelakang selangkah. Seketika pucat melihat sebuah kepala yang buntung dan berbicara lancar.
"Brengsek."
"Bajingan."
"AAAHHHH TUNGGU SEBENTAR! TUNGGU!" Kedua pedang Jonghyuk dan Dokja ditodongkan dengan aura mematikan.
"AKU! A-aku bisa menolongmu, Hanibaram!" Mata Cale berkedip. Masih pucat melihat kejadian aneh dan horor didepannya.
"Aku sudah membaca banyak wahyu! Dengan informasiku, aku yakin aku bisa menyelamatkanmu, Hanibaram!" Mata coklat kemerahan melirik sekilas pada Dokja yang tak berekspresi.
"Hoo..."
Semua mata melirik Dokja yang mulai menyeringai.
Jonghyuk disisinya mengamati dengan tatapan menilai.
"Apa kau penulis, hm?" Seringai kian melebar saat si kepala buntung membeku yang kemudian terkekeh pelan.
"Jika penulis yang kau maksud adalah penulis buku wahyu, yah, selamat. Kau sedang melihatnya," sahut sang avatar dengan kikikan riang. Sangat menakutkan melihatnya, btw. Karena kepalanya buntung.
Cale mengamati dalam diam.
Bagaimana kedua sosok didepannya berkonfrontasi. Mengenai buku wahyu, penulis, dan masa depan.
[Sejumlah Konstelasi mengeluhkan sensor yang tidak dibutuhkan!]
Matanya kemudian memandang yang menjadi objek pembicaraan mereka.
Wajah Yoo Jonghyuk tetap tanpa ekspresi. Menatap kedua orang didepan dengan pandangan dingin dan menilai. Namun, entah kenapa ada satu hal yang mengganjal di hati Cale.
Cara pandangan si kepala buntung terhadap Yoo Jonghyuk, mengingatkan Cale pada awal ia berada di dunia TBOH. Sebelum pada akhirnya Cale menganggap Choi Han sebagai keluarganya, begitu pun yang lain.
"-aku lebih banyak mengetahui masa depan ketimbang dirimu." Suara Dokja terdengar sangat dingin, disertai pandangan mata yang tanpa emosi.
Tanpa sadar, Cale mengeratkan genggamannya di tangan Jonghyuk. Mendapatkan reaksi kecil dimana mata sang Protagonis meliriknya sesaat.
Mata coklat kemerahan menatap lamat Jonghyuk, kemudian menatap Dokja.
'Kita bisa mempercayainya.' adalah apa yang ingin Cale sampaikan.
Tampaknya Jonghyuk paham. Mengangguk kecil dan membalas sama eratnya pada genggaman tangan mereka.
"YOO JONGHYUK!"
Cale tersentak kecil, melihat kepala buntung mendongak kearah pria yang lebih tinggi.
"Bawalah aku bersamamu! Aku satu-satunya orang yang mengetahui semua wahyu! Keberadaanku sepadan untuk menyelesaikan semua Skenario!"
Melihat pasifnya tanggapan Jonghyuk, si Apostle 1 melirik Cale di sampingnya.
"Aku bahkan bisa membantumu melindungi Hanibaram dari Anna Croft! Atau saat Skenario Dionysus!"
Matanya kemudian melirik Dokja.
"BAJINGAN INI TIDAK TERMAAFKAN! DIA SUDAH MENIRUMU DAN MENCOBA MEREBUT KEKASIHMU!"
....
Baik Dokja dan Jonghyuk membeku pada pernyataan itu. Lain halnya Cale yang menganga kecil.
[Konstelasi 'Secretive Plotter' mendengus.]
Kekasih Jonghyuk? Sejak kapan? Dan... bagaimana mereka bisa beranggapan-
"Hahahah, kau bisa melihat skill-ku, bukan?! Aku bisa meramalkan masa depan! Bawa aku dan kekasihmu akan aman!"
Tunggu, tunggu. Apa yang dibicarakan kepala buntung sialan ini?
Kekasih Yoo Jonghyuk?
Dokja tidak mengatakan apa-apa kepadanya tentang hal ini!
Cale hendak mengatakan sesuatu, terhenyak saat dirinya diseret serta bersama Jonghyuk yang berjalan mendekat. Dokja disisi lain segera bergerak ke samping si rambut merah, protektif jika terjadi apa-apa pada yang termuda.
Semua mata menyaksikan Jonghyuk mengangkat kakinya dalam ancang-ancang menginjak kepala buntung.
"Jika kau memang bisa meramal masa depan-"
Jonghyuk menodongkan pedangnya ke leher Dokja, membuat beberapa dari party menegang oleh tindakan tersebut.
"Jonghyuk-hyungnim-" Remasan tangan menghentikan ucapan Cale.
"-apakah aku akan membunuh pria ini atau tidak?"
Hening.
Kemudian kepala buntung, sang kang plagiat mulai tertawa hampir histeris dan mengangguk antusias.
"Tentu saja! Dia sudah merebut kekasihmu dan berpura-pura menjadi dirimu! Kalau itu kau, kau akan membunuhnya-!"
Kepala dihancurkan sebelum bajingan ini menyelesaikan ucapannya.
"Oh, wow..." gumam duo Prophet, gemetar dibelakang Heewon dan Hyunsung yang berdiri kaku. Sedang Sangah memeluk Gilyoung disisinya tak jauh dari mereka.
Mata Yoo Jonghyuk kini berpaling pada Kim Dokja.
"Hutangku padamu sudah lunas."
Kemudian pada pemuda berambut merah.
"Aku akan membawa Cale bersamaku, seperti janjimu."
.... hah?
Hah?
HAH?!
"HEH! Sejak kapan kita berjanji seperti itu, huh?! Kita sepakat untuk bertemu dan bekerja sama di akhir skenario nanti-!" Desis Dokja geram. Jarinya menunjuk-nunjuk seperti salah satu meme legend seorang wanita menunjuk seekor kucing.
"Dan sekarang akhir atau bukan?" Ketus Protagonis mulai tidak tertarik.
"Hanya tersisa 48 jam sebelum skenario berakhir dan kau ingin membuat Cale kelelahan?"
"Aku akan mengurusnya-"
"-tidak! Aku tidak mempercayaimu!"
"Aku tidak butuh kepercayaanmu, breng-"
Merasa kasihan pada Cale yang kewalahan menjadi rebutan dua bajingan padat ini, Heewon angkat suara.
"YAK!!!"
Cale di tarik ke sisi Heewon. Membuatnya terlepas dari genggaman kedua pria berambut hitam lainnya.
"Bangsat kalian! Bukankah pendapat Cale lebih penting disini?! Dengan siapa yang dia mau, itu hak Cale untuk memutuskan!" Mata berkilas dengan keganasan ibu singa.
"Cale bukan objek untuk diperebutkan, you morons sekkiya!"
Mata coklat kemerahan berkedip penuh terima kasih pada Heewon. Puas, wanita itu membalasnya dengan senyuman, mengacak rambut merahnya sayang. Yang sedetik kemudian hilang saat melihat kedua pria didepannya.
Noonim-mu ini akan melindungimu, Cale-ya!
"Ayo, Cale."
Mengangguk, mata yang begitu di kagumi menatap keduanya lamat. Kemudian pada kerumunan.
"Bisakah kita berbicara secara privat?"
.
.
.
[Kim Dokja's POV]
Terkutuklah sikap seenaknya bajingan protagonis sialan ini!
Kenapa pula dia harus memiliki ego yang begitu tinggi?!
Mata hitam menatap tajam pada Jonghyuk yang tidak goyah.
Keduanya saling bertatapan dalam diam, namun membunuh lewat telepati.
"Jadi, hyungnims-" Cale tersenyum penuh terima kasih pada Sangah yang memberikan segelas teh hangat. Sangat dihargai.
Ketiganya kini duduk jauh dari kerumunan, pada salah satu bangku stasiun dengan Cale berada di tengah. Di sisi kanan Yoo Jonghyuk dan disisi kiri Kim Dokja.
"-bisakah kalian memulai dari awal, hm?"
Dokja mulai menjelaskan rencananya dengan Jonghyuk. Yang rupanya dirancang saat berada di atap gedung, sehabis mengalahkan Master Teater.
Yoo Jonghyuk, dalam rencana ini memiliki satu hutang terhadap Dokja.
Hutang itu karena menyelamatkan Jonghyuk dari cengkraman Master Teater.
Dan sebagai imbalan hutang lunas, maka Cale akan ikut bersama Jonghyuk-
"Bukan itu, kau bajingan sialan." Geram Dokja pada sebagian kebenaran yang diberitahu Jonghyuk.
"Sebagian memang benar, Cale-ya. Mengenai hutang. Tetapi lebih spesifiknya, kita akan bekerja sama mencapai akhir Skenario Utama #4 dan bertemu lagi saat sudah berhasil mengumpulkan 20 Bendera Stasiun. Namun, keadaan sudah berubah sekarang."
Awalnya, diberikan 10 hari untuk menempati 10 stasiun. Kemudian akan diberi waktu lagi untuk penempatan 10 stasiun lagi. Tetapi sayangnya, gara-gara penyesuaian level, Dokkaebi sialan itu memotong waktu mereka menjadi 48 jam sebelum kualifikasi Ruler berakhir.
Mata Cale berkedip, wajah termenung memikirkan sesuatu. Meneduhkan citra wajah cantiknya dan terlihat sangat lembut.
"Itu berarti, ada musuh yang harus diwaspadai di luar sana?"
Dokja mengangguk. Sangat bersyukur oleh keberadaan Hanibaram untuk kesekian kalinya. Karena Jonghyuk bisa di ajak untuk bekerja sama. Barang kali hanya sesaat.
"Ya. Mereka akan muncul di akhir Skenario Utama #4 nanti. Para Ruler, yang mendominasi Seoul Dome dan tentu akan menyebabkan pertumpahan darah." Tidak butuh skill pendeteksi untuk mendengar kebenaran dari penjelasan Dokja.
"Dan kita yang jumlahnya sangat sedikit, bisa menjadi kerugian besar," sambung Cale dengan suara serius dan dingin.
Dokja, untuk kesekian kalinya terpana sisi Hanibaram yang ini.
Matanya sekilas melirik Jonghyuk, tampak sama terpikatnya melihat wajah Cale dan menanggapi dengan serius.
"Menilai dari rencana Dokja-hyungnim untuk menghadapi para Ruler dan kelompok Apostle ini..." Mata dengan kilauan permata menatap Jonghyuk tegas.
"Kami membutuhkan kerja sama denganmu, Jonghyuk-hyungnim."
YA!
Benar sekali, wahai uri Hanibaram!
Teruslah buat Yoo brengsek Jonghyuk ini patuh untuk mendengar perkataanmu! Sungguh ego bajingan ini memang sangat tinggi hingga terasa seperti mengasuh anak kecil pemarah.
Dokja dengan baik menyembunyikan seringai kemenangan. Mengamati dengan penuh ketertarikan pada Jonghyuk yang merenung.
"Jika kau ikut bersamaku, aku akan bekerja sama."
Bagian ini membuat Dokja frustasi. Kenapa-
"Kenapa harus aku, hyungnim?" Keduanya melirik Cale yang terlihat sangat bingung. Kepala dimiringkan, membuat anting merahnya berjentik ringan nan cantik.
Sungguh item yang menarik, btw. Dokja menahan diri untuk tidak bertanya agar tidak menyinggung soal kematiannya sesaat di sub-skenario sebelumnya.
"Aku lemah. Kau sendiri yang mengatakan itu, bukan?" Jonghyuk terlihat membeku seperti patung. Sekilas penyesalan terbesit yang segera ditepis.
"Aku bisa melindungimu." Alis Cale mengerut.
Omo... Cale kita sangat diperhatikan di dunia ini, xixixi tawa Glutton terdengar sedikit menyeramkan sekarang.
Oh, aku baru mengenal bajingan ini. Dia melindungi Cale juga? celetuk Cheapskate skeptis.
"Bukankah Hyunsung-hyungnim atau Heewon-noonim yang lebih kuat? Bahkan Jihye? Sangah-noonim? Gilyoungie?" Intinya, semua kuat kecuali dirinya, huh? Jonghyuk tetap diam, tatapan teguh pada pendiriannya.
Sang Pembaca bisa merasakan sakit kepala melanda dirinya. Bukan hanya karena sikap Jonghyuk yang sangat OOC terkait Hanibaram. Tetapi juga cara pria itu bereaksi. Menyebalkan sekali.
"Arasso."
"Cale?"
Mata Dokja berkedip. Ada rasa sakit aneh melanda hatinya. Disertai sesuatu yang membara dan menyesakkan. Kenapa... kenapa ia merasa seperti ini?
"Aku akan ikut bersama Jonghyuk-hyungnim." Mata coklat kemerahan menatap Dokja.
"Kami akan membantu secara eksternal. Dokja-hyungnim berencana membuat kubu Ruler ini berseteru dengan kubu Apostle, bukan?" Dokja dengan linglung mengangguk. Takjub pada ketangkasan Cale dalam berpikir.
"Menurutku rencananya sudah bagus. Tetapi, mengingat kelompok kita yang sangat kecil, aku akan mengontrol lewat luar dengan Jonghyuk-hyungnim." Mata coklat kemerahan berkedip pada sang Protagonis yang masih anteng mendengarkan.
"Dokja-hyungnim memancing mereka lewat wahyu palsu dan kami akan menghadang sebagian saat mereka menuju tempat lokasi wahyu." Wajah dimiringkan dengan cara yang menggemaskan. Berbanding balik dengan apa yang ia bicarakan.
Pembantaian.
"Kita akan memburu para Ruler untuk bendera."
Senyuman Cale melebar.
"Bukankah itu inti dari penyerangan ini, Dokja-hyungnim?"
Pria berambut hitam lurus berkedip sesaat, sebelum terkekeh dan tersenyum sama lebarnya.
"Pintarnya uri Cale," gumam sang Pembaca. Mengacak-acak rambut merah dengan bangga.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' tersenyum manis pada layar didepannya.]
[1200 koin disponsori.]
Menatap Jonghyuk sekilas, Dokja kemudian kembali menjelaskan rencananya lebih rinci. Ia tidak membahas mengenai rincian buku wahyu palsu. Tapi membahas lebih spesifik pada Ruler-Ruler yang harus diwaspadai. Meski tidak berlaku pada bajingan kuat seperti Yoo Jonghyuk.
10 menit berlalu dan kedua kelompok mulai bersiap-siap.
"Apa? Cale-hyung ikut ahjussi beralis tebal ini?" Cemberut Gilyoung dengan mata berkaca-kaca.
"Hush, tidak boleh seperti itu, Gilyoungie," bisik Sangah tertawa gugup.
Kelompok yang terbagi menjadi :
Dokja, Sangah, dan Gilyoung yang pergi ke arah berlawanan dari kelompok Jonghyuk, Cale dan Jihye. Disisi lain, Heewon mendapatkan misi terpisah.
Sedang Hyunsung bersama Pildu menjaga base utama mereka -Chungmuro- dan duo Prophet, Sungkook-Minseob akan menjadi mata-mata mereka (sebagian patuh karena takut pada tatapan Protagonis asli).
Dokja menatap nanar pada Cale yang tengah membicarakan sesuatu dengan Jonghyuk. Seperti rencana terperinci atau yang lain. Mencoba menepis rasa aneh itu, Dokja bersiap-siap sendiri.
"Dokja-hyungnim."
Pria yang dipanggil menoleh. Tersenyum pada sang jantung alam yang datang menghampirinya.
"Cale," gumamnya. Merasa sedikit lebih baik hanya dengan kehadiran si rambut merah.
"Kita akan bertemu lagi. Tidak akan lama, bukan?" pria yang lebih tinggi mengangguk. Mereka akan bertemu kembali di akhir skenario dalam kurun waktu 48 jam.
Tangan pria yang lebih muda terulur, berniat menyentuh tangan Dokja. Yang segera digenggam erat oleh kedua tangan pria berambut hitam. Kemudian tangan Cale dibawa ke dahi Dokja. Berdiam diri disana, bagai berdoa sambil menikmati aroma sang pemilik kehangatan di hatinya.
"Selalu."
Wajah itu mendongak.
"Kita akan bertemu."
Cale merona kecil. Namun berhasil tetap tenang dan mengangguk linglung.
Kim Dokja terkadang selalu berhasil membuatnya lengah.
Ia sudah mendapatkan perlakuan seperti ini beberapa kali di dunianya sebelumnya. Tetapi... mengapa terasa berbeda jika tindakan itu berasal dari Kim Dokja?
Setelah diam beberapa saat, si rambut merah memberi instruksi agar pria yang lebih tinggi menunduk. Dengan satu tangan tertahan di genggam Dokja, Cale mengangkat sebelahnya lagi untuk menutupi bisikan mereka.
"Aku akan membuat Jonghyuk-hyungnim bergabung dengan kelompok kita, Dokja-hyungnim."
Bisikan itu selesai, dan Cale mengepalkan tangan. Bibir mengatakan 'fighting' dengan ekspresi tegas yang sangat menggemaskan.
Kim Dokja gemetar pada pemandangan itu.
Menahan diri untuk tidak memasukkan Cale kedalam karung dan membawanya kabur.
Namun, sebaliknya Dokja tertawa riang. Begitu lepas dan bebas.
Tidak ada ejekan.
Hanya ada... tawa senang disana.
"Aku mengandalkanmu, Cale."
Sungguh.
Ini pertama kalinya Kim Dokja merasa begitu bebas.
Tanpa beban.
Mata hitam berbintang menatap penuh adorasi dan sayang.
Kim Dokja akan memastikan bahwa mereka tidak terpisahkan.
.
.
.
[Cale Henituse's POV]
"Aku sangat senang kau ikut bersama kami, Cale-Oppa! Bagaimana kabarmu?" Si rambut merah yang ditanya berkedip tenang. Merasa lebih berenergi setelah Jonghyuk memberikan potion penambah energi.
"Kabarku baik. Bagaimana denganmu, Jihye?" Remaja mengangguk antusias.
"Master menjagaku dengan sangat baik!" Mata coklat kemerahan melirik sekilas pada pria yabg dimaksud. Yang berjalan memimpin didepan mereka.
"Bagus kalau begitu. Jonghyuk-hyungnim sangat kuat." Jihye tersenyum lebar pada ucapan ini.
Remaja perempuan itu kemudian mulai mengoceh soal kepribadian sang Master yang mampu menjaga Cale dan melindunginya karena kuat. Kemudian mengenai saingan? atau bahkan hubungan sah? Apa yang gadis ini bicarakan?
Pemuda berambut merah tenggelam dalan pikirannya sesaat.
[Konstelasi 'Secretive Plotter' mempertanyakan apa yang sedang Inkarnasi 'Cale Henituse' pikirkan.]
Mata Cale berkedip. Tidak menyangka rasi bintang ini memilih untuk ikut bersamanya. Tersenyum pada layar namun tidak menjawab, ia kembali memikirkan pertanyaan yang membayangi pikirannya.
Sungguh.
Dengan kepribadian Yoo Jonghyuk yang menjaga batasan, baik terhadap diri sendiri atau orang lain, justru aneh meminta Cale ikut dengannya. Secara notabene, ia adalah pria lemah dan Jonghyuk pernah melihat Cale dalam kondisi terburuknya.
Jadi... apa alasan pria itu membawa Cale bersamanya?
Hening melanda perjalanan. Sampai mereka berhenti di satu stasiun yang kosong dan Jihye meminta pamit sebentar ke kamar mandi.
Meninggalkan Cale bersama Jonghyuk dalam suasana canggung.
"Jonghyuk-hyungnim?"
"Hm?"
Sosok berambut hitam bergelombang menoleh dengan wajah datar andalannya. Ketampanannya membuat Cale lengah sesaat. Jika di Kerajaan Roan, Jonghyuk akan menjadi salah satu pria yang diidamkan kaum bangsawan. Wajahnya setara dengan Alberu atau bahkan bisa disandingkan dengan suku Paus? Hmmm...
"Bisakah aku menanyakan sesuatu?" Memberikan semua fokusnya, Jonghyuk agak merendahkan badannya memiring ke kiri -karena Cale di samping kanannya- hingga wajah keduanya sejajar.
Uh oh.
"Apa itu?" Cale mencoba menetralkan detak jantungnya.
"... apa ada alasan kau ingin aku ikut bersamamu, hyungnim?"
Jonghyuk tidak langsung menjawab. Sebaliknya pria itu mengamati Cale lamat dengan wajah termenung.
"Pernahkah kita bertemu sebelumnya, Cale?" Pria yang lebih kecil berkedip pada pertanyaan balasan.
"Tidak."
Cale menggelengkan kepalanya tegas. Sejauh yang di ingat, ia berada di dunia ini dengan pertemuan pertamanya bersama Kim Dokja. Tidak masuk akal jika ia mengetahui Yoo Jonghyuk, bukan? Apalagi Dokja mengatakan bahwa dunia ini adalah novel menjadi nyata serta Yoo Jonghyuk adalah tokoh utamanya-oh.
Apakah... apakah sisi dirinya yang bernama 'Hanibaram' di dunia novel itu mengenali 'Yoo Jonghyuk' sang Protagonis?
Melihat keraguan di wajah Cale, mata pria yang lebih tinggi berkedip teduh.
"Aku membutuhkan kehadiranmu," gumam Jonghyuk tiba-tiba. Tubuhnya tegak dan bergerak lebih dekat ke sisi kiri Cale.
Kepala merah mencoba mendongak, namun membeku saat merasakan sentuhan halus bibir sang Protagonis di ubun-ubun helai rambutnya.
"Ada sesuatu, didalam diriku yang berseru," bisik pria itu, mengalun lembut dalam keheningan.
"Bahwa aku tidak boleh melepasmu lagi, Cale."
[Konstelasi 'Secretive Ploter'terdiam.]
Mantan Komandan tertegun.
"Jika dulu aku adalah orang memanggilmu... sekarang aku akan menjadi orang yang kau-"
Ucapan terhenti. Cale, dengan jantung berdegup kencang, mencoba kembali mendongak.
"Jonghyuk-hyungnim?"
Protagonis terdiam. Mata hitamnya melebar, menatap tangannya kemudian berdesis kecil. Alisnya berkerut menahan sakit yang tiba-tiba melanda. Mau tidak mau, Cale sangat khawatir kepada si pelindungnya itu.
Mana bisa ia bertahan sendirian di dunia yang sangat kacau dan dikendalikan oleh sistem sialan ini?
"Aku... apa? Menjadi... apa?"
Mata hitam bagai jurang tak berdasar berkedip bingung. Seolah-olah memorinya teracak sendiri dan ia kewalahan.
Cale mengamatinya dalam diam.
"Aku.. maafkan aku, Cale."
Jonghyuk berjalan sedikit menjauh dari si rambut merah. Ada perasaan bersalah yang mencekik dirinya tanpa ampun. Tetapi, Jonghyuk tidak tahu ia meminta maaf untuk apa.
"Master? Cale-Oppa? Kenapa kalian berdiri berjauhan? Apa kalian bertengkar?" Cale menggelengkan kepala, langsung memasang senyuman bisnis.
"Tidak, Jihye. Kami sedang memikirkan sesuatu." Gadis itu tampak tidak yakin, tapi tidak berani kembali bertanya.
"Ayo kita pergi, hyungnim."
Mata Cale memandang langit-langit dari sisi tangga stasiun dengan pandangan menerawang.
"Aku yakin pasti banyak Ruler sedang berkumpul menuju Gwanghwamun." Jonghyuk mengangguk. Matanya berkedip diam pada Cale yang berjalan di sisinya.
Mata coklat kemerahan menatap sang Protagonis penuh tekad.
Biar ia pikir niat asli Jonghyuk setelah Skenario Utama #4 sialan ini selesai. Yang terpenting, pria kuat ini tidak tumbang dan bisa melindungi Cale. Sebagai gantinya, ia akan membantu apapun itu, selama bukan koinnya yang menjadi incaran.
Mengangguk pada rencananya sendiri, Cale melewatkan senyuman kecil yang diberikan Jonghyuk.
Namun, disaksikan oleh Jihye menutupi bibirnya dengan alis naik dramatis. Serta Konstelasi yang ribut akan scene manis sederhana di layar mereka.
******
"Tampaknya tidak semua Ruler terpancing," gumam remaja perempuan sambil menyampirkan pedangnya di bahu. Mata menilai situasi dengan cermat.
"Ya. Dan ini menjadi tugas kita untuk mengurangi pada Ruler sampai kualifikasi terjadi." sahut sang jantung alam.
"Apa ada hal lain yang hyungnim cari di sini?" Jonghyuk mengangguk pada pertanyaan pria yang lebih kecil.
"Amulet untuk awal Skenario Utama #5."
"Tapi Skenario Utama #4 belum selesai?" Tanya Jihye bingung.
"Mungkin terselip di Skenario Sub-Utama #4?" Jonghyuk mendengus. Tidak menjawab atau menyangkal.
"Tapi, tugas kita untuk membasmi Ruler luar?" Mata hitam berkedip pada Jihye. Seolah mengatakan apa gadis itu serius bertanya tentang hal itu.
"Ayo."
Cale dan Jihye mengangguk. Mengikuti Jonghyuk yang berjalan menuju salah satu stasiun.
Mata si rambut merah berkedip sesaat, mendengarkan teriakan dari stasiun tersebut serta raungan monster? Apa ada yang mencoba membangunkan Disaster lainnya seperti kejadian di Stasiun Anguk?
Secepat kedipan, Cale melihat bahwa Jonghyuk sudah menebas sekawanan monster. Mereka akrab, dengan wujud manusia namun memiliki insang? Apa Disaster kali ini berkaitan dengan lautan?
"Master!" Tidak ingin ketinggalan, Jihye sudah berlari. Ikut menebas musuh dengan seringai cerah di wajahnya.
Cale, melihat salah satu monster mulai mendekatinya, menggunakan angin yang kuat untuk menebasnya. Tersenyum kecil pada seruan heboh Cheapskate dan Glutton dalam benaknya.
"WAAAHHHH-!!!"
Benar saja.
Apa yang menyambut mereka adalah seekor ular? Dengan kulit berwarna biru kehijauan, duri yang memenuhi kepala serta mata merah bersinar menakutkan. Tak lupa di sekitarnya mengalir air aneh dengan bintik-bintik mencurigakan di dalamnya.
"Kita harus mengalahkannya." Mata hitam Jonghyuk memandang Cale. Sedang si rambut merah menganga secara mental.
Situasi yang sangat absurd baginya. Mereka berjalan menuju lokasi antah beratah dan secara tiba-tiba harus mengalahkan monster ini???
"Aku melihat beberapa skill-mu." Wajah serius mengamati monster dari kejauhan sekali lagi.
"Cobalah untuk mengalihkan perhatiannya. Sementara aku dan Jihye akan menyerang."
Cale termangu pada titah tersebut. Tidak menyangka Jonghyuk akan mengandalkannya untuk bertarung bersama sementara ia yakin pria itu bisa menghabisi Disaster tak lengkap itu dalam beberapa menit? Apakah ini alasan Jonghyuk meminta dirinya untuk ikut serta?
[Spesies kelas S 'Sea Serpent Draqua' mengamati Kamu!]
[Spesies kelas S 'Sea Serpent Draqua' merasa terancam!]
[Skill 'Tsunami Waves' akan menyerang dalam hitungan-]
"Cale-Oppa!"
Pria berambut merah berlari kesamping. Tepatnya dibelakang Jonghyuk yang pedangnya mulai bersinar mengeluarkan aura untuk menyerang.
Cale! Aku bisa merasakan Crazy Kids dalam air itu!
YA! KALAHKAN DIA! KITA AKAN BERSENANG-SENANG, CALE!
Manik permata melebar. Seketika bisa merasakan item Heart of the Ocean yang ia kenakan beresonansi dengan air yang mengintari sang monster.
"Jonghyuk-hyungnim! Jihye!"
[Konstelasi 'Sercetive Plotter' tersenyum pada pemandangan akrab.]
Sang Protagonis dan remaja perempuan menoleh, pandangan mata mereka sedikit melebar saat Cale mengambil posisi bersiap.
"Terus melangkah kedepan! Jangan pedulikan serangan ular itu! Aku akan menahan airnya!" Seru Cale, tampak semakin bersinar dengan item Galadriel Headdress dan anting Igneel Fire yang berkilauan akan kekuatan.
[Atribut Pribadi 'Water of the Sky/Water Lv.???' diaktifkan!]
[Artifak 'Heart of the Ocean' sedang digunakan!]
[Skill Ekslusif Artifak 'Penyerapan Air Mana' telah di aktifkan!]
Tahan, Cale! Aku akan mencoba melindungi piringan kita!
MENDEKAT DAN GUNAKAN APIKU, CALE! KITA LELEHKAN DIA-!
Bagai deja vu dengan kejadian di Stasiun Anguk, Cale melakukan hal sama seperti yang ia lakukan pada serangan api Naga Igneel. Bedanya, kali ini monster mereka berbasis pada kekuatan air.
Jonghyuk, tanpa tinggal diam segera menyerang bersama Jihye. Keduanya menyerang dari sisi kanan dan kiri, sedang serangan berfokus pada Cale yang tengah menyerap air.
Sial.
Ia baru saja bekerja keras melawan naga api di stasiun sebelumnya, menghadapi perdebatan antara dua pria kuat, kemudian kembali bertempur melawan ular air???
Apakah tidak ada istirahat sama sekali di dunia ini?
Dunia ini lebih parah dari dunia Kim Rok Soo.
.... Dewa Kematian sialan.
Bajingan itu akan menerima akibatnya saat Cale kembali.
"Ugh!" Jihye terlempar sesaat oleh hentakan ekor Sea Serpent, menciptakan serangan dangkal yang entah kenapa menuju sisi Cale. Namun, secepat kedipan mata, Jonghyuk sudah menebas ekor itu. Pandangannya dingin dan tanpa ampun.
"Fokus, Jihye. Serang bawahan monster itu."
"Baik, Master!"
Pria itu kemudian berbalik untuk memeriksa Cale. Mengerutkan kening pada wajah pucat pria lainnya.
"Sekali lagi, Cale. Apa kau bisa melakukannya?" Enggan, pria berambut merah mengangguk.
"Kalahkan dia dalam serangan kali ini." Jonghyuk mengangguk. Bersiap pada posisinya, untuk menerobos gelombang ombak air yang besar, layaknya Tsunami.
[Stigma 'The Guardian of Creature Lv.???' diaktifkan!]
Hampir berefek seperti Naga Igneel, Sea Serpent itu terdiam sesaat. Memberi jeda waktu kepada dua penyerang untuk mencari titik lemah sang monster.
Hmm... mungkin itu penyebab Jonghyuk kesulitan mengalahkan Sea Serpent? Gelombang air bagai Tsunami setinggi 3-10 meter menghambat pergerakan?
Hal ini sudah dibuktikan pada awal serangan, tebasan pedang Jonghyuk dan Jihye tidak bisa membelah air tersebut.
Menjadi alasan pasti mengapa sang Protagonis meminta Cale ikut serta.
['Penyerapan Air Mana' telah meningkat!]
Saat gelombang air mulai menyerang kembali, bersamaan dengan tekad Cale untuk selamat -ia tidak ingin kejadian Dokja terulang kembali-, sesuatu yang aneh terjadi. Mata Cale menyipit pada cahaya yang tiba-tiba keluar dari kalungnya. Sedang serangan air berubah menjadi transparan dan mulai masuk kedalam item Heart of the Ocean.
Sekarang relatif lebih mudah daripada saat ia melawan Naga Igneel bersama Dokja.
"Sekarang, Jonghyuk-hyungnim!"
[Atribut Pribadi 'The Indestructable Shield/Wood Lv.???' di aktifkan!]
Dengan perisai Cale yang mengelingi Jonghyuk juga Jihye, Sea Serpent itu dikalahkan dalam serangan penuh Protagonis.
Hening melanda suasana.
Waktu bagai berjalan lambat. Semua menyaksikan bagaimana tetesan air mulai melambat dan berkilau kebiruan akan kekuatan.
Tangan sang Hanibaram terangkat, dengan penuh kehati-hatian menopang item yang melayang mistis di atas telapak tangannya. Ada senyuman kecil di wajah cantik itu, tampak lebih bersinar dari apapun dengan pantulan riak air yang mencerahkan fiturnya.
Yoo Jonghyuk terkesiap saat melihat pemandangan itu.
Apalagi saat kedua manik mata yang berbinar bagai permata, menatap ke arahnya.
Cale Henituse tampak tidak nyata. Dikelilingi oleh tetesan air yang membeku serta rambut kemerahan yang melayang bagai mengalir disertai simbol di dahi yang bersinar remang juga anting merahnya yang berdenting manis..
Pemandangan mistik itu menciptakan suatu kelembutan. Namun entah kenapa terasa bagai kekuatan yang mampu menghentikan napas Jonghyuk.
Indahnya.
Bisik batin sang Protagonis.
Tidak mampu berpaling dari pemandangan itu.
Selamat datang kembali, semua.
Mata Cale tertutup. Tangannya menggenggam erat item Heart of the Ocean dan membawanya ke dada. Berbisik ke benaknya, pada seluruh rekan Kekuatan Kuno yang terkumpul.
CALEEEEEE-!!!!!! AKU SANGAT XXXX MERINDUKANMU, HUHUHU-!
BE-BERHENTI BERSIKAP SEPERTI ITU, SIAL! KAU MEMBUATKU MALU!
Eheheheh selamat datang kembali semuanya!
Hanya dengan tiga kehadiran, sudah seberisik ini. Cale terkekeh, tidak sadar bahwa Jonghyuk sudah berdiri di depannya.
"Cale." Tersentak dari lamunannya, ia mendongak. Memberikan senyuman kecil tulus yang penuh kelegaan. Bahwa mereka masih selamat setelah melawan monster air tadi.
"Jonghyuk-hyungnim."
Tangan yang besar nan hangat hinggap di pipi Cale. Jempolnya mengelusi kulit berona kemerahan, berpadu oleh senyuman kecil di wajah tampan sang Protagonis. Mata gelapnya yang biasa redup, kini memiliki sedikit cahaya di dalamnya. Membuat wajah pria yang lebih tinggi terlihat lebih muda akan emosi ringan, tanpa beban atau pun depresi.
"Kerja bagus."
Gerakan tangan berhenti di saat helaian rambut merah yang menutupi pandangan dibawa kebelakang telinganya.
Si-siapa... SIAPAKAH XXX PRIA TAMPAN NAN MEMPESONA INIH-?!
Reaksi spontan dari Crazy Kid sontak membuat Cale tertawa kecil.
Mata Jonghyuk melebar pada pemandangan sang jantung alam yang tengah tertawa dan bersandar pada sentuhan tangannya.
Kehangatan aneh nan akrab mulai menyelimuti hatinya yang membeku. Seperti cair sedikit demi sedikit oleh kehadiran manis nan lugu Cale Henituse.
Sangat berbeda dengan apa yang ia rasakan terhadap Lee Seolhwa.
"Master! Cale-Oppa!"
Tangan terlepas pelan. Kedua pria dengan tinggi berbeda menoleh pada gadis remaja yang mendekati mereka.
"Apa kalian baik-baik saja?" Cale mengangguk.
"Bagaimana denganmu sendiri, Jihye?" Remaja berambut hitam menyeringai cerah.
"Ya Ampun! Omo! Cale-Oppa! Kau sangat kuat!!! Aku tidak menyangka kau bisa menyerap air itu semua!" Serunya antusias. Mulai menanyai Cale bertubi-tubi, membuat pria berambut merah menghela napas secara mental.
Hendak menjawab, Jonghyuk tiba-tiba berdiri di depannya. Pedang terulur dengan pandangan mengintimidasi.
Mata coklat kemerahan mengikuti arah pandangan. Terkejut bahwa pendatang baru adalah sekelompok wanita dengan pakaian penjara. Cale melirik Jonghyuk, mengamati perubahan ekspresi pada pria itu.
"Siapa kalian?"
[Konstelasi 'Secretive Plotter' menatap tajam pada pendatang baru yang tidak undang.]
Jadi, Jonghyuk tidak tahu apapun mengenai kelompok ini? Apa mereka tidak muncul sebelum pria itu regresi?
"Santai, Yoo Jonghyuk-ssi." Wanita yang berdiri paling depan mengangkat tangan tanda menyerah. Wajahnya datar tanpa emosi.
"Kami tidak berniat menyerang."
Pria yang lebih tinggi mendengus tidak percaya. Semakin menutupi Cale dari pandangan bersama Jihye disisinya.
"Kau Ruler," ucap Jonghyuk, mata berpaling pada satu-satunya wanita yang memakai topeng.
"Ya. Tapi kami berada di luar wilayah kalian," jawab wanita pertama. Tampak seperti wakilnya.
Sedang kedua insan itu berbicara tajam, Cale merasakan beratnya pandangan seseorang ke arahnya. Itu datang dari yang dikira Jonghyuk sebagai Ruler.
Wanita berambut coklat panjang dengan topeng menutupi sebagian wajahnya.
"Hanibaram, bukan?" Cale menegang saat wanita itu mendadak berbicara. Namun memutuskan tidak menjawab dan memberikan ekspresi acuh dan acuh biasanya.
"Saat Skenario Utama #4 selesai, kami akan mengurus Disaster bagian Selatan," ucap wanita itu tiba-tiba dengan tepian dingin.
"Sampaikan kepada ketua party-mu. Jangan gegabah. Yellow Meteorit kami berikan dibawah pengawasannya."
Cale berhasil mempertahankan fasad wajahnya, namun terkejut secara mental karena pendatang itu mengetahui tentang Kim Dokja.
"Dan kau, Yoo Jonghyuk." Pria yang disebut menegang.
"Kekasihmu sangat manis. Menjadi rebutan banyak orang," geli wanita itu tiba-tiba.
"Dan saingan berat ketua party."
Pada ucapan ini, aura gelap mulai menguar tidak menyenangkan dari Jonghyuk.
Jihye disisi lain menganga. Tidak menyangka rumor antara sang Master dan Cale-Oppa menyebar seluas itu. Bahkan yang luar wilayah Skenario Utama #4 mengetahuinya.
Cale disisi lain berpikir, mungkinkah wanita itu mengenali Dokja? Dan membaca novel dunia ini?
"Kalau begitu, kami akan pergi."
Jonghyuk tidak menyarungkan pedangnya kembali sampai kelompok Ruler itu pergi.
"Ayo kita kembali."
Pemuda berambut merah mengangguk pelan. Mencoba menahan diri untuk tidak menghela napas lelah.
Ia benar-benar dibuat bekerja keras dalam seminggu ini. Sejak Skenario Utama #4 dimulai.
Kapan Cale sabi turu coba?
Melihat sang pujaan hati sangat diam dan menyilangkan tangan seolah bete, Jonghyuk mendekati pria itu dengan senyuman diam.
Jihye di pojokan terasa seperti menonton drakor, pemirsa.
"Lelah?"
Cale tidak menjawab sesaat, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
Pria yang lebih tinggi mengulurkan kedua tangannya dengan wajah stoic.
"Aku akan membawamu."
Cale... KAU HARUS XXX MENIKAH DENGANNYA!
Pelan-pelan, pak Supir. Kau harus melihat yang satunya lagi~ Glutton menyeringai di benaknya.
ADA SATU LAGI YANG XXXX SEPERTI INI-?! AAAAHHHHH-!!!
"Tapi, kau akan kelelahan saat melawan Ruler lainnya, hyungnim." Jonghyuk tidak menanggapi. Tetap mengulurkan tangan dengan ekspresi sama.
"Jihye. Bagaimana dengannya. Bukankah kau kelelahan, Jihye-?"
"Tidak sama sekali, Oppa! Aku sangaaaaattttt berenergi!" Potong gadis itu sambil memamerkan satu gerakan pedangnya. Tampak bersemangat untuk alasan lain entah kenapa.
Pasrah, tapi tidak menyangkal lagi -apalagi kesempatan untuk bisa beristirahat-, Cale mengangguk.
Tanpa menunggu lagi, pria berambut hitam bergelombang segera menggendong Cale dengan gaya bridal style. Namun, lebih tinggi, sehingga kepala pria yang lebih muda bisa bersandar sepenuhnya di bahu bidang Jonghyuk.
Wow... ini cukup nyaman?
Cale bisa merasakan kerasnya bidang dada sang Protagonis. Tangannya pun tanpa sengaja menyentuh lapisan pakaian depannya. Merasakan permukaan bidang yang keras lebih lanjut.
"Whoah.... otot-otot yang bagus." Angguk Cale setuju dan serius.
Kerasnya seperti otot Toonka tetapi Jonghyuk lebih ke sisi tubuh yang ramping.
Tubuh yang sangat ideal untuk seorang pria.
Tangan kanannya menepuk bahu Jonghyuk, menatap langsung ke wajah pria yang menggendongnya.
"Kau keren sekali, hyungnim." Tak lupa juga Cale memberikan jempol.
Setelah menyampaikan itu, pria yang lebih muda mencari posisi nyaman sebelum mereka kembali beraksi menjalankan misi.
Jihye? Mewakili kita sebagai penonton yang tersenyum menggoda. Apalagi melihat telinga Jonghyuk yang memerah meski wajahnya tetap -mencoba untuk- datar.
Mereka pun pergi menuju Gwanghwamun.
.
.
.
[Kim Dokja's POV]
Perasaan tidak senang senantiasa menemani mood-nya sepanjang hari itu.
Hanya dengan memikirkan betapa dekatnya Jonghyuk dan Cale, seperti yang dikisahkan di novel, sudah membuat sang Pembaca bete.
Wajah Dokja juga langsung datar dengan tatapan speechless pada ketertarikan Min Jiwon terhadapnya.
Wanita itu memang cantik, tapi tidak mengalahkan Cale yang selalu setia di hatinya. Bahkan, mungkin, oke? Yoo Jonghyuk terlihat memiliki tampang lebih baik dari wanita ini...
Tidak peduli, Dokja berpaling.
Segera menuju Dungeon yang menjadi sarang jebakan para Ruler.
Tak lama lagi, mereka akan kembali bertemu.
Dan untuk pertama kalinya dalam hari itu, pria bermata bintang itu tersenyum penuh antisipasi.
.
.
.
[Third Person's POV]
Perjalanan memakan waktu dua jam sebelum Jihye menghabisi tiga Ruler dalam komando Jonghyuk. Membuat benderanya yang semula coklat berubah menjadi ungu.
Hanya perlu satu bendera lagi untuk mengubahnya menjadi hitam.
Dan sepanjang tugas itu, Cale sudah berdiam diri di gendongan pria itu. Tidak diberi izin untuk turun dan berpartisipasi. Yang sangat menyenangkan hati Cale. Karena tentu saja, ia tidak perlu bekerja keras. Koin pun tetap senantiasa mengalir tanpa ia minta.
Protagonis memang menakjubkan.
Rasa hormat Cale terhadap Yoo Jonghyuk meningkat.
(Tapi masih berada setingkat dibawah Kim Dokja-)
"Ku-kumohon jangan tinggalkan aku-!"
Suara kecil itu tertangkap cepat dalam jarak yang jauh namun mendekati Stasiun Hongdae. Tiga stasiun lagi menuju Gwanghwamun.
Mata pemuda berambut senja yang semula santai menjadi tajam.
Suara teriakan memohon berasal dari seorang gadis kecil.
"Jonghyuk-hyungnim." Mata hitam dengan cahaya kecil dalam kegelapan itu berkedip.
"Bisa turunkan aku sebentar?"
"-aku akan menjadi berguna-!" Bayangan On dan Hong langsung terlintas begitu saja.
Melihat aura dingin yang menguar dari sang Hanibaram, Jonghyuk menurunkannya. Tak lupa tangannya bergerak memperbaiki tatanan rambut Cale yang berantakan. Membuat anting ruby di dua telinganya semakin jelas dan cerah.
Apa yang menyambut si sulung Henituse sesampai di Stasiun Hongdae adalah sesuatu yang membuat darahnya naik oleh amarah.
Cale, paling benci melihat anak-anak yang disakiti.
Terlebih pelakunya adalah orang dewasa. Yang seharusnya berperan untuk melindungi anak-anak.
Tapi, ini ?
Melihat satu tangan terangkat hendak memukul sang gadis kecil, kekuatan angin yang tak kasat mata mendorong pria keji itu hingga menabrak keras dinding.
Semua mata berpaling pada pendatang baru.
"Jihye."
Gadis yang dimaksud menyeringai.
"Ashiap, Master!"
Sembari Jihye menghabisi bawahan, Jonghyuk langsung menuju Ruler untuk dibunuh. Meninggalkan Cale yang bergegas berjongkok ke sisi gadis kecil, melihat lebih lanjut luka-luka atau memar untuk di obati.
"Apa kau baik-baik saja?"
Mata coklat kemerahan mengamati dengan seksama. Berhati-hati dalam bertindak karena kepercayaan sangat dibutuhkan agar si gadis kecil dapat membuka hatinya.
"A-aku ba-baik-baik saja," bisiknya terdengar rapuh dan ketakutan.
"Bisakah aku mengamati lukamu sebentar?" Hampir ragu, namun ketakutannya mulai reda. Gadis berambut coklat cerah, dengan rona ginger mengangguk pelan.
Selain memar dan luka goresan, tidak ada yang lebih parah. Cale segera mengeluarkan beberapa potion dan sepotong pai Apel.
"Minum ini dan kemudian makan ini." Mata coklat lugu menatap suguhan dengan tatapan tidak yakin.
"A-apa yang kau inginkan sebagai balasan?" Sang Komandan Roan berkedip pada pertanyaan itu. Kemudian tersenyum kecil pada ketajaman sang gadis kecil.
"Pertanyaan bagus."
Tangannya bergerak menegaskan pemberiannya.
"Makan dulu ini. Baru kemudian aku akan memikirkan apa yang harus kau lakukan sebagai balasan." Meneguk ludah, gadis kecil memutuskan untuk mempercayai Cale dan menghabiskan potion juga Pai Apel kemudian.
Merasa lebih baik, dibawah pengawasan Jihye dan Jonghyuk yang berdiri dibelakang Cale, mata coklat memandang tegas ke arahnya.
"Apa yang harus kulakukan, Stranger-ssi? Aku bisa be-berguna untukmu! Aku kuat d-dan skill-ku bagus!" Ucapnya gagap, masih dipenuhi ketakutan akan penolakan.
"Untuk saat ini belum ada." Gadis kecil hampir memprotes sebelum Cale melanjutkan perkataannya.
"Namun, aku akan meminta bantuanmu dimasa depan saat aku membutuhkannya." Mata coklat kemerahan bagai kemilau permata bersinar dengan kehangatan, penerimaan dan kelembutan nostalgia. Membuat si gadis kecil terperangah akan keindahan tersebut.
"A-aku bersedia, Strager-ssi! Aku akan membantumu!" Angguknya cepat dengan mata berkaca-kaca.
Cale ikut mengangguk sebagai balasan.
"Apa kau akan membawanya?" Rambut merah menoleh pada si penanya. Jonghyuk tampak acuh tak acuh. Alis berkerut memikirkan beban tak perlu yang bertambah.
"Hu um. Aku sudah menolongnya jadi, aku harus bertanggung jawab," jawab sang jantung alam tabah. Tatapan meneduh.
"Siapa namamu?" Celetuk Jihye, melirik dari atas ke bawah sebelum mendengus.
"Ma-maafkan kekasaranku! Na-namaku, Shin Yoosung! Tolong panggil aku Yoosung, semua-!" Gadis kecil, Yoosung, membungkuk 90° dengan suara gemetar namun hormat.
"Halo, Yoosung. Namaku Cale Henituse. Ini adalah Lee Jihye dan yang paling kuat ini adalah Yoo Jonghyuk."
Senyuman Yoosung sangat cerah. Menyakitkan hati Cale betapa kerinduannya pada anak-anak memunculkan bayangan mereka dibelakang gadis itu.
Tangannya terulur ke depan. Membuat Yoosung tertegun sesaat.
Matanya memandang bagaimana sosok tercantik yang pernah ia lihat tersenyum kepadanya sekali lagi.
Wow... Cale sangat cantik. Begitu cantik hingga Yoosung hampir mengira bahwa pria itu adalah sosok malaikat yang datang membawanya pergi dari kehidupan menyakitkan ini jika ia mati akan serangan ahjussi jahat tadi.
Seharusnya, ia tidak mempercayai orang asing yang baru ditemuinya.
Tetapi, instingnya berbisik bahwa pria berambut merah mawar ini sepadan untuk kepercayaannya.
Ia harus mengikuti pria ini.
Dan tangannya tanpa sadar terangkat menerima uluran tangan itu.
Hati gemetar melihat Cale mengeratkan genggaman mereka. Seolah menegaskan bahwa kepercayaannya adalah hal yang tulus untuk diberikan.
Mata berkaca-kaca, namun tidak menahan senyuman.
Meski ahjussi beralis tebal ini sangat menakutkan, atau Noona dengan pedang keren terlihat mengintimidasi, Yoosung bisa menahan ketakutannya.
Lagipula Cale tidak melepaskan genggaman tangan mereka.
*****
"Ah ya, Jonghyuk-hyungnim?"
"Hm?"
"Bisakah aku meminta bantuanmu?"
.
.
.
[Kim Dokja's POV]
Si kang plagiat bego itu....
Dokja tersenyum datar melihat wanita yang kini mengamuk sendiri karena pedang yang sudah didapatkan tidak berguna. Bahkan tidak menyakiti siapapun.
Akibatnya, pertempuran pun kembali dimulai lebih sengit karena kualifikasi yang kedua di keluarkan dan harus meninggalkan sebanyak 5 Ruler hidup di akhir skenario.
[Ruler yang tersisa saat ini berjumlah : 9 ]
Mata Dokja melebar membaca notif tersebut.
Berarti si Protagonis emo berhasil membunuh setengah dari Ruler yang ada di luar bersama Cale dan Jihye. Dan akhirnya.. mereka datang sesuai janji.
"Eh, kenapa jumlah Rulernya berkurang?!"
[Ruler yang tersisa saat ini berjumlah : 8 ]
"Ada yang membunuh mereka!"
[Ruler yang tersisa saat ini berjumlah : 7 ]
"S-sial! Pasti pembunuh!"
"Selamatkan diri kalian-!"
"Pembunuh ini hanya mengincar Ruler-!"
"Aaaakkkhhh-!"
"AKU TIDAK PEDULI SIAPA BAJINGAN ITU-!" geram Tyrant Ruler dengan urat-urat menonjol di dahinya. Menebas pedang sesuka hatinya dan tertawa maniak. Tidak bisa Dokja bayangkan jika bajingan seperti dia yang menjadi pemilik 'Absolute Throne'.
Retakan di atas Dungeon kemudian terdengar. Semua perhatian terfokus pada asal suara dan-
-KRAK!
Bebatuan langit dihancurkan dan menimpa Tyrant Ruler.
[Ruler yang tersisa saat ini berjumlah : 6 ]
Semua mata menyaksikan seorang pria berambut hitam bergelombang jatuh dari atas. Kekuatan yang menguar hebat membuat semuanya tegang oleh intimidasi. Namun, fokus Dokja beralih pada kilasan sosok berambut merah yang berada dalam gendongan pria lainnya. Kemudian tertutupi oleh asap dan debu yang mengaburkan pandangan.
Kibasan angin dihembuskan dengan kencang dan dalam kedipan mata, Dokja melihat sang Hanibaram berdiri di depannya.
"Dokja-hyungnim."
"Cale!"
Pria berambut merah tersenyum jenaka, segera mengambil alih disisi kanannya. Sebelum Dokja sempat mengatakan sesuatu, tangan Cale bergerak sesaat meraih tas ajaibnya dan mengambil suatu benda asing. Kelihatannya berat, sehingga Dokja tanpa sadar bergerak membantu menurunkannya ke tanah.
Betapa terkejutnya saat ia melihat bentuk tiang untuk meletakkan bendera yang dipotong dengan rapi.
"Letakkan punya Dokja-hyungnim disini." Pria berambut hitam lurus menganga.
"Apa... apa ini tiang bendera Stasiun Chungmuro?" Cale mengangguk dengan ekspresi datar polosnya. Seolah memotong bagian tiang bendera dan membawanya langsung ke Dokja adalah hal yang biasa untuk dilakukan.
Linglung tetapi tetap terkekeh geli tak percaya, ia meletakkan benderanya yang semula berwarna ungu menjadi hitam. Cale kemudian melihat ke arah Jonghyuk dan mengangguk.
[Ruler yang tersisa saat ini berjumlah : 5 ]
Notif itu menarik perhatian. Dokja mendongak kedepan, lebih tepatnya pada sang Protagonis yang menatapnya tenang. Matanya juga melirik sekilas pada Cale yang bercengkrama dengan Sangah dan Gilyoung yang memeluk pria itu erat.
Merasakan langkah kaki, semua memperhatikan sisa pendatang baru yang mendekati kelompok Dokja.
"Jonghyuk-hyungnim. Jihye."
Tangan pria cantik itu terulur.
"Yoosung."
Sang Pembaca nyaris tidak bisa mempertahankan seringai muncul di wajahnya. Kemudian membeku mendengar nama terakhir yang terlontar dari bibir Cale. Yoosung???
"Hei! Lepaskan Oppa-ku ya!" Mata hitam berbintang membeku saat melihat seorang gadis kecil keluar dari sisi belakang Jihye, langsung menuju Cale untuk memeluknya juga. Rambut coklat, dengan mata coklat madu doe.
Eh?
Saking terkejutnya Dokja, ia sampai tidak memperhatikan Dokkaebi yang hadir. Atau bahkan Jonghyuk yang begitu tenang dan tidak bergerak untuk mencoba membunuhnya.
[Semua Ruler yang memenuhi persyarakatan akan dipindahkan ke lokasi terakhir.]
"Tunggu dulu-!"
Dokja menatap ke arah Cale kemudian anak kecil bernama Yoosung yang menatapnya kebingungan. Yang benar saja, Shin Yoosung, yang menjadi Disaster Skenario Utama #5 ada didepannya?!
"Cale-!"
['Kualifikasi Terakhir' Ruler telah dimulai.]
Senyuman sang Pembaca memasam
... Cale berhutang penjelasan padanya.
.
.
.
[Third Person's POV]
Kualifikasi terakhir Ruler terletak ditengah-tengah kota Seoul.
Didalam kubah emas, sudah terdapat 5 Ruler yang tersisa, termasuk Kim Dokja dan Yoo Jonghyuk.
Tanpa bantuan sponsor serta skill yang dibatasi, akhir Skenario meminta Ruler terakhir yang bertahan untuk meraih The Absolute Throne.
Dengan sigap, Ruler bermata satu disingkirkan dengan mudah oleh sang Protagonis.
Mata hitam berbintang Dokja menyipit dingin.
Seolah merasakan tatapan yang lain, Jonghyuk membalas dengan tatapan membara.
"Uhm... aku akan menyerah," gumam Ruler of Beauty, merasa sesak oleh suasana yang dikeluarkan dua pria didepannya.
"Aku juga menyerah," sahut Ruler of Neutral dengan senyuman datar. Matanya menatap tertarik dan merasa, bahwa pertarungan ini bukan untuk memperebutkan tahta, entah kenapa?
"Dokja-hyungnim."
"Jonghyuk-hyungnim."
Kedua pria berambut hitam menoleh, mengamati dari balik kubah emas pada raut wajah khawatir Cale.
Dalam hati sang Hanibaram, ia berharap kedua pria itu tidak saling membunuh satu sama lain. Seperti, ayolah, untuk apa saling membunuh jika bersatu mampu mengalahkan semuanya?
Ia menggelengkan kepalanya, memohon dengan tatapan agar keduanya tidak saling menyakiti.
Dokja mengangguk.
"Cale memintaku tidak membunuhmu," seringai sang Pembaca, mulai mengumpulkan aura di tinju tangannya.
Jonghyuk mendengus. Matanya bersinar kejam dan tanpa ampun.
"Bukankah aku yang dimintanya begitu? Karena aku harus bekerja sama untuk melindungi sosok lemah sepertimu," sarkas pria beralis tebal. Dan wow, dia mnyeringai mengejek dengan kalimat yang panjang sembari memiringkan kepala sedikit.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' terkikik riang.]
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' mengatakan bahwa kedua Inkarnasi berperang untuk 'cinta persahabatan' sangat mendebarkan!]
[5000 koin disponsori!]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' mengetuk dagunya bingung dan berkata-]
[Inikah yang disebut 'semua adil dalam cinta dan perang'?]
[Sejumlah Konstelasi histeris!]
[10.000 koin disponsori]
Cale menganga pada jumlah koin yang mereka bertiga terima.
Agak menggiurkan btw.. tetapi mengadu domba kedua pria kuat Cale... tetapi, uangnya? Tetapi-
"Tidak boleh," gumamnya kecil. Investasi pelindung masa depanku tidak boleh saling menyakiti satu sama lain!
Ekspresi khawatir tertangkap oleh kedua bajingan berambut hitam kita.
.....
"Mari kita tidak saling membunuh," gusar Dokja dibalas anggukan enggan Jonghyuk.
Kemudian, banyak notif muncul dibelakang Dokja. Membuat tubuhnya yang berbalut jubah pemberian Cale bersinar kuat. Mata pria lainnya melebar melihat pemandangan itu.
"Kau-?!"
"Sekarang adalah waktunya pertarungan siapa yang terkaya, brengsek." Tinju Dokja mengepal akan kekuatan level 100.
Seringai tajam muncul di wajahnya.
"Alias siapa Sang Sugar Daddy yang layak."
-BUK!
*******
"Apakah Oppa-ku sedang bertarung di dalam sana?" Mata coklat kemerahan Cale melirik pendatang baru bersama Heewon. Wanita itu tersenyum manis padanya sesaat sebelum bergerak memeluk erat sang donsaeng.
"Uri Cale! Kau terlihat semakin cantik setiap kali Noonim ini berpisah denganmu!" Pria yang lebih muda dengan tawa canggung menepuk bahu wanita berambut hitam.
"Hu um. Bagaimana misimu sejauh ini, Noonim?" Mata wanita itu melirik gadis kecil disisinya, yang ber-whoah ria pada pertarungan antara dua bajingan bodoh di dalam kubah emas.
Cale tersenyum pada kemiripan wajah sang gadis kecil dengan Yoo Jonghyuk. Pasti anak itu adalah Yoo Mia, adik sang protagonis.
"Tentu saja sukses dong~!"
Pria lainnya mengangguk dengan senyuman bangga.
"Oh, siapa pendatang baru manis ini?!" Yang ditunjuk Heewon adalah gadis kecil yang dibawa Cale, dan tengah di sesi pertengkaran dengan Gilyoung.
"Ah, dia gadis kecil yang kubawa, Heewon-noonim. Namanya Shin Yoosung. Tolong jaga dia juga," pinta Cale sambil membungkuk tenang.
"Apapun itu untuk melindungi Party kita, Cale!"
Semangat Heewon hampir mengingatkan Cale pada perpaduan Tasha dan Witira atau bahkan Cage. Sedang Sangah, yang melerai kedua anak kecil tak jauh dari mereka, mengingatkannya kepada Rosayln dan Mary?
"Ya ampun, baru dua hari aku pergi dan keduanya kembali bertarung?" Celetuk wanita bermarga Jung sambil menggelengkan kepalanya.
"Dan kenapa aku merasa mereka bukan bertarung untuk Skenario?" Lanjut Sangah bergumam dengan tatapan mengamati.
"Tentu saja memperebutkan Cale-Oppa! Apa lagi?!" Antusias Jihye, membuat Cale menatap remaja itu dengan tatapan kosong.
Tolong jangan katakan hal yang menakutkan seperti itu.
"Mwo? Kedua ahjussi suka dengan Cheonsa-Oppa?" Cheonsa ? Kenapa anak ini memanggilnya malaikat?
Cale merinding hanya dengan memikirkan itu.
"Kau baru, jadi tidak tahu~" cengir mengejek Gilyoung dibalas geraman Yoosung.
"Jadi, Oppa-ku yang mana?" Desak Mia, menunjuk layar dengan wajah menuntut yang familiar.
"Bajingan kau, Jihye. Jangan meracuni Cale-ku untuk bersama Mastermu, ya?!"
"Sialan, Unnie! Cale-Oppa tidak cocok dengan Dokja-ahjussi!"
Guys...? Kupikir kita seharusnya membahas tentang perang...?
"Semuanya-!" Mata Cale menoleh penuh berharap pada Sangah.
"Kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja, bukan? Kita harus melihat akhirnya bagaimana! Dokja-ssi dan Jonghyuk-ssi terlihat akan mengakhiri pertarungan mereka."
.... kau sama saja, bukan?
Mood Cale semakin memburuk saat Sangah malah terlihat terpesona oleh pertarungan Dokja dan Jonghyuk. Bergumam seperti adat memperebutkan wilayah teritorial, sikap dua alpha yang memperebutkan omega dan-aigoo, Cale tidak sanggup mendengarnya.
[Konstelasi 'Secretive Plotter' tersenyum jenaka kepada Inkarnasi 'Cale Henituse.']
Yah, meski Lee Hyungsung ketinggalan, tetapi Cale merasa bahwa mereka akan semakin ramai, bukan? Pertumbuhan yang condong ke arah positif... di dunia kiamat seperti ini...
Cale tersenyum kecil.
Ia bisa bertahan di dunia ini sedikit lagi.
Bersama kelompok ini sampai ia pulang nantinya.
.
.
.
[2 jam kemudian]
Mata Dokkaebi menatap lebar pada satu-satunya manusia yang tersisa di tengah-tengah kota Seoul, didepan The Absolute Throne yang sudah hancur oleh perbuatan Inkarnasi sok pintar. Selaim yang sudah mati tentunya.
"Kau-!"
Geram Dokkaebi, menunjuk pria berambut merah yang mengedipkan matanya bingung.
"Siapa kau sebenarnya?! Kenapa aku tidak bisa membacamu?!"
Seharusnya, dengan skill yang ia gunakan, memindahkan semua manusia ke tempat yang paling mereka takuti berdasarkan trauma dan melihat dengan sendirinya hasil perbuatan bodoh mereka sendiri.
Dunia Tanpa Raja.
Tetapi, kenapa Inkarnasi ini tidak memenuhi syarat skill-nya?
"Aku..."
"Cukup! Kau pasti anomali! Makhluk luar yang-UGHR-!"
Tajam, menjalar dengan cepat dan menyakitkan, napas sang Dokkaebi bagai tercekik. Mata sklera hitam dengan pupil merah melebar. Merasakan kehadiran asing dibalik tubuh sang jantung alam, alias yang ia dengar dengan sebutan Hanibaram.
"K-kau-! De-dengan siapa kau berafili-AARGH!"
['Eksistensi Asing' menatap tajam.]
Rasanya seperti dihadapkan dengan ribuan mata dalam kegelapan. Menyelimuti dengan erat, memekakkan dan sesak namun sang Hanibaram masih berdiri kebingungan disana.
['Eksistensi Asing' mengeluarkan Otoritasnya.]
Aliran waktu seperti terhenti.
Mata coklat kemerahan menyaksikan dengan tatapan lebar saat semua bergerak berlawana dari kehendak. Dengan ketakutan, ia mencoba berbalik. Menatap layar notif yang melayang ringan, namun menunjukkan kehadiran yang begitu berat.
"Kau... "
Tangan terulur ragu.
"Siapa kau?"
BERSAMBUNG
AKHIRNYA....
Siap juga ngetik ini, ya Allah 😭🥲🤌
Semoga alur di chapter ini enggak terkesan terburu², ya...
Nevermind, I just miss yall 😭🥺🙏
Rencananya mau boom update kan ya, cuman di RL ini enggak ada waktu buat nulisss huhuhuhu
Tapi, entar bakal di update lahi kok sama fic lainn xixixixi
Dan ini chpater udah dibaca berulang kali, ngedit lagi, trus tambahin lagi biar smooth enggak buru²... tetap aja masih kerasa kek buru².. huhuhu
Maaf ya kalo kalian enggak suka, atau udah mulai bosan 🥺🙏
Komentar² manis kalian Neri hargai juga!
M
akasih banyak yang tetap mau berkunjung kesini ❤️
Salam hangat,
Neri 👋🐻🤎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top