#15 - Serenity in Chaos

🌙🌙🌙🌙🌙

.
.
.

Hai?
Chapter kali ini mungkin agak aneh dan di luar ekspetasi dari spoiler kecil sebelumnya.
Tapi, yaaa... udah janji update kan ya? 🙂
Semoga kalian suka! ❤️🌹

Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan KOMEN sebagai penyemangat Neri, ya guys~!

[Three Ways to Survive in Ruined World]
[Revisi '???']
[Chapter '???']

Mata coklat kemerahan menatap sedih saat suara yang saling sahut menyahut menggema dalam jiwanya.

Kekuatan yang ia terima kali ini berefek sangat besar. Seiring dengan kekuatan alam yang mulai tumbuh dan mengerat di nadi pemuda berambut merah, alam terasa seperti aliran darah dalam tubuhnya. Dengan jantung berdetak, mengirimkan semua perasaan itu kesekujur tubuhnya.

"Apa kau baik-baik saja?" mata pria itu terbuka, menoleh untuk melihat seorang wanita berambut pirang dengan mata heterochromatic menatapnya sama sedih.

"... kurasa aku baik-baik saja," gumam sang jantung alam dengan muram.

"Berhenti berbohong, Hani." Si empu yang dipanggil terkekeh.

"Sesudah julukan 'Hanibaram', kurasa aku tidak pernah bisa terbiasa dengan julukanmu, Anna." Wanita yang menemaninya mendengus. Ia kemudian bergerak untuk duduk disamping Hanibaram, dimana mereka saat ini duduk di pinggiran salah satu gedung tinggi yang masih utuh.

"Yah, kau sendiri tidak pernah mengatakan nama aslimu," ketus Anna Croft, salah satu peramal yang terkenal di antara para rasi bintang dan nebula, juga sangat di waspadai oleh Yoo Jonghyuk, Inkarnasi kuat yang berasal dari Korea.

"Nama asliku tidak terlalu berguna sekarang," balas Hanibaram dengan dengusan lembut.

"Jadi, kembali ke inti pembicaraan. Aku tahu kekuatan itu berefek aneh padamu." Mata coklat kemerahan yang dipenuhi dengan kebaikan melengkung dengan senyuman sedih namun maklum.

"Bukankah kekuatan itu berbahaya, Hani? Kau bisa mendengar suara dunia dan itu membebani tubuhmu!" Pria berambut merah membungkuk muram.

"Aku memerlukannya, Anna-"

"Untuk siapa? Bajingan Korea itu?! Apa kau tahu dengan kekuatan dunia itu, kau melanggar umurmu sendiri? Kau mengikuti arus kehidupan bajingan itu!"

[Beberapa Rasi Bintang mengeluhkan sensor yang berlebihan pada pembicaraan dua Inkarnasi!]

"Bukankah itu adalah tujuan aku berada di sini? Di dunia ini?" lirih Hanibaram mulai memeluk lutut dengan bahu gemetar. Tidak peduli jika posisi ini membuatnya terjatuh, angin akan menangkapnya. Apapun yang memegang dunia ini akan membuatnya tetap hidup.

"Ta-tapi, menyakitkan bagiku untuk melihatmu menderita, Hani!" Hanibaram tidak berani mendongak untuk menatap wajah teman terdekat yang pernah ia buat di kehidupan kali ini.

Kali ini?

Ya.

Sudah tidak terhitung berkali-kali kehadirannya bagai di 'reset' dan berjalan dengan kehendak dunia ini yang entah kenapa berpusat kepada Yoo Jonghyuk, salah satu Inkarnasi dari Korea yang memiliki posisi Inkarnasi tertinggi di Star Stream.

Seperti yang di rujuk oleh Anna, ia 'terikat' dan suara Yoo Jonghyuk adalah satu-satu yang menjadi perantara Hanibaram dengan dunia ini, entah kenapa.

"Hani, ikutlah denganku, hm? Aku akan mencari cara memutuskanmu dengan dunia ini, sehingga kau bisa kembali ke tempat asalmu, hm? Oke?" Mendongak dari lututnya, air mata yang mengancam tumpah melirik temannya sedih.

"Oh.. Hani-ku yang malang," bisik Anna membawa pria rapuh itu kedalam pelukannya. Bau alam yang dipancarkannya semakin membuat hati wanita bermata hetero itu sakit.

"Cara seperti apa, Anna? Semuanya gagal," bisik Hanibaram patah hati. Temannya menggelengkan kepala.

"Tidak! Kau tidak akan menyerah semudah ini, Hani! Anak-anakmu menunggumu, ksatriamu, saudaramu, keluargamu. Semuanya menunggumu dan mencari cara!" tegas Anna sembari melepaskan pelukan untuk memegang erat wajah indah yang berlinang akan air mata didepannya.

"Kita akan terus mencari jejak retakan itu, oke? Aku akan membantumu dan terus membantumu, Hani," ucap Anna dengan wajah serius. Matanya bersinar penuh tekad baja.

"Dan jika kau kembali 'direset', cari aku dan beritahu aku semuanya, maka aku akan selalu berada disisimu." Mata coklat kemerahan berkaca-kaca cantik akan kehangatan. Membuat hati Anna dipenuhi oleh rasa sayang untuk pemuda di depannya.

Bahkan jika dunia mencoba merenggut identitas dan hidupnya, di balik fasad yang begitu agung dan hebat, meski setiap harinya menghancurkan hati, sang jantung alam tetap memiliki sisa cinta dan kebaikan yang tidak tertandingin oleh siapapun yang dikenal Anna.

"Oke, Hani? Cari aku, ya? Temanmu ini akan selalu datang." Tawa yang begitu di rindukan terdengar seperti alunan lullaby. Rambut merah berkibar oleh angin malam, membingkai wajah yang disinari oleh cahaya bulan.

"Oke, Anna. Aku akan mencarimu-"

Tangannya terkepal, mendapati dirinya tidak sanggup menulis lebih lanjut. Air mata menetes begitu saja dengan senyuman sedih di wajahnya.

"Maafkan aku, Roksoo-ah... maafkan aku," bisiknya.

"Untuknya... kita sudah berjanji, bukan, 'rumah'?"

[Chapter '???' di hapus!]
[Revisi ke '???' dilakukan.]

.
.

.

[Third Person's POV]

"Jadi... hyungnim."

Cale berdeham, dengan mata tidak lepas dari Dokja yang juga berdeham. Tapi, kali ini lebih santai, meski wajahnya memerah kecil.

Sesudah mengamankan dan mengobati Kang Ilhun juga beberapa bawahan lain akan permintaan Cale, yang meski aneh di turuti oleh mereka, kini Dokja dan Cale duduk agak menjauh dari kerumunan untuk pembicaraan pribadi.

"Huft... apa yang ingin kau tanyakan, Cale?" tanya pria yang lebih tua secara fisik to the point, membuat si empu berambut merah membuat senyuman canggung.

"Yah, aku meminta penjelasan tentang 'Hanibaram'?" Meski Cale sudah mengetahuinya dengan sketsa kasar, tetap saja ia ingin Dokja memperjelas dugaannya. Seperti dirinya saat Ksatria-nya tahu, ia juga mengakuinya kepada anak-anak, Choi Han dan Alberu mengenai identitasnya sebagai Kim Rok Soo.

Jika Dokja memang mempercayainya, Cale akan dengan senang hati mendengarkan. Tetapi, jika tidak juga tidak apa-apa. Ia tidak ingin mendapatkan sisi buruk si 'Pembaca'.

Dokja menghirup dan menghela napas sesaat, duduk lebih tegak dengan tangan mengepal di masing-masing lututnya. Merasa sangat gugup seketika, bahkan ia tidak segugup ini saat memberitahukan tentang 'mengetahui masa depan' kepada Heewon. Penghakiman Cale mendadak lebih takut Dokja ekspetasikan setelah ia memberihu pria berambut merah itu.

"Seperti yang kau sangka, Cale. Aku mengetahui masa depan." Si rambut merah mengangguk tenang. Dokja menahan diri untuk tidak menepuk kepala yang termuda. Meski wajahnya datar, ia bisa melihat antisipasi di mata coklat kemerahannya.

"Dan dimasa depan ini... 'berpusat' pada Yoo Jonghyuk." Seperti yang di duga Cale, bahwa penyelamat keempatnya itu adalah seorang 'protagonis' seperti Choi Han. Ia kembali mengangguk, meminta Dokja melanjutkan penjelasannya.

"Aku mengetahui semua masa depan terkait dengan 'Yoo Jonghyuk' dan apa yang akan terjadi."

[Beberapa Rasi Bintang mengeluhkan sensor yang berlebihan!]

Mata Dokja melebar. Lupa bahwa saat tidak ada penghalang di sekitar mereka. Ia pun meminta Cale menunggu sebentar sebelum menghubungi Bihyung, mengatakan untuk memberi iklan atau semacamnya selama 5-10 menit.

"Bagaimana?" mata coklat kemerahan, yang kini berbinar penuh tahu dan paham, menatap Dokja.

"Sudah aman."

Ia pun lanjut menjelaskan mengenai masa depan yang diketahuinya, meski agak disamarkan bahwa dunia yang mereka hadapi sekarang adalah sebuah novel yang menjadi nyata.

Dokja memberi tahu beberapa skenario yang mendatang nanti.

Tokoh-tokoh dan bencana lain yang akan mereka hadapi.

Beberapa Skenario Tersembunyi yang menguntungkan.

Kemudian,

"-kau adalah salah satu tokoh yang paling misterius di 'masa depan' Yoo Jonghyuk." Cale menegak dengan perasaan gugup. Ini pertama kalinya ia mendengar 'dirinya' menjadi seorang tokoh dalam cerita seseorang. Bukan sosok yang merasuki tokoh seperti Kim Roksoo kepada Cale Henituse.

"Kau selalu muncul disaat-saat tersulit protagonis kita. Dengan kekuatan alammu yang begitu hebat, kau salah satu Inkarnasi yang paling di incar di Star Stream." Cale menggigil mendengar hal tersebut. Ia takut menjadi superkuat seperti di buku yang dibaca Kim Dokja. Karena menjadi kuat mendatangkan lebih banyak tugas dan tanggung jawab untuk dirinya yang sangat pemalas.

"Tunggu, disaat-saat tersulit Jonghyuk-hyungnim?" beo Cale. Dokja mengangguk dengan senyum masam. Mengingat masa-masa kelam ia cemburu kepada tokoh fiktif kesayangannya.

"Ya. Seperti hampir seperti di ambang kematiannya. Kau datang menerobos dan menolong bagai superman-"

"Ugh. Jangan samakan aku dengan manusia berspandek itu, hyungnim." Dokja tertawa terbahak-bahak, mengabaikan tatapan cemberut yang lebih muda.

"Hmm begitu... tapi, Dokja-hyungnim, apa kau tahu kapan 'aku' di masa depan pertama kali muncul?" Dokja menggelengkan kepala dengan ekspresi jujur. Karena tokoh Hanibaram sendiri terperkenalkan secara tiba-tiba dan memang hanya muncul sesaat. Tidak pernah ada penjelasan lebih lanjut mengenai latar belakang pria berambut merah itu.

Agak membuat Cale kecewa yang segera di sembunyikan dengan baik.

"Juga, mengenai kejadian tadi yang menyerang kita, apakah terjadi juga di masa depan?" Dokja bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak sesaat mendengar pertanyaan yang begitu tepat sasaran dan tidak main-main.

"... Ya. Itu memang terjadi tetapi jarang sekali terlihat," jelas Dokja sehalus mungkin, membuat Cale mengangguk dengan tatapan termenung.

"Baiklah. Terima kasih untuk jawaban jujurnya, hyungnim." Mata Dokja melebar kaget. Sudah? Apa Cale tidak akan bertanya lebih lanjut mengenai dirinya dan mengapa Dokja memutuskan untuk menolongnya?

Melihat ekspresi pria yang lebih tua, Cale terkekeh. Mata coklat kemerahan permata hampir melengkung oleh senyuman.

"Aku sudah mendapatkan semua jawabannya, jadi sudah cukup." Si rambut merah berdiri dari duduknya, membersihkan debu dari pantatnya dengan cemberut kecil seperti kucing.

"Ah ya, Dokja-hyungnim?"

"Hm?" pria berkulit pucat membalikkan badan menghadap Dokja yang masih duduk, kemudian tangannya bergerak untuk mengelus puncak kepala berambut hitam lembut.

"Terima kasih banyak sudah menolongku. Mau karena itu tindakan masa depan atau bukan, tidak ada yang lebih penting dari kehidupan seseorang. Oleh karena itu-" Mata hitam berbintang mengintip di balik poni yang berantakan oleh tangan mungil lentik, merasakan jantungnya kian berdetak kencang saat melihat senyuman lebar penuh tulus Cale.

"-terima kasih banyak, Dokja-hyungnim."

Pembaca terdiam sesaat, sebelum mendongak tanpa menyingkirkan sentuhan Cale di atas kepalanya. Memberikan senyuman lembutnya sendiri dengan mata penuh kasih dan pemujaan yang tidak bisa disembunyikan.

Mata coklat kemerahan Cale melebar saat merasakan pria lain mengusakkan kepala di tangannya. Membuat rambut hitam tampak lebih berantakan, poni yang samar-samar menutupi mata kiri, memperlihatkan ekspresi tersendu dan terlembut diwajah tampan yang tidak pernah dilihat Cale dari pria itu.

"Apapun tentangmu, Hanibaram-" mata tertutup dengan senyuman lebar dan cerah.

"-sama-sama."

Whoah, cerah senyumannya bahkan bisa menandingi senyuman milik Choi Han. Cale menahan diri untuk tidak menutupi wajahnya.

(Aiya! Ini sudah 20 menit dan para Rasi Bintang mulai marah, sial!)

Suasana angelic yang berbunga-bunga layu oleh seruan Bihyung di pesan Dokkaebi Dokja. Cale, yang melihat perubahan pria berambut hitam lantas menarik kembali tangannya dengan senyuman canggung.

Tidak biasanya ia menyentuh seseorang seperti itu.

Kecuali anak-anaknya dan terkadang Choi Han atau Alberu di pundak mereka.

Tapi, kenapa bisa berbeda dengan Kim Dokja? Apalagi perasaan aneh hangat dengan gelitik samar kupu-kupu di perutnya... aneh sekali.

"Sudah siap, Cale-ya?" kembali ke nada santai biasa, Dokja mulai berdiri. Mengabaikan pesan para Rasi Bintang yang membanjiri mereka karena sudah tertahan begitu lama.

"Sudah, Dokja-hyungnim." Pria yang lebih tua mengangguk.

"Ah, sebelumnya, hyungnim. Mengenai skenario ini-" tangan Cale bergerak menahan ujung sarung tangan hitam yang dikenakan Dokja. Agak disayangkan oleh pria yang lebih tua, cemberut protes di batin kenapa tidak ditahan di tangannya saja.

"-kurasa, aku punya rencana." Cale menatap Dokja dengan pandangan sedikit antusias. Ada seringai licik di wajah cantik itu, yang entah kenapa terlihat lebih cocok dari fitur tenangnya. Membuat Dokja ikut menyeringai tanpa sadar.

"Aku tidak sabar mendengarkannya, Cale-ya."

Beberapa orang mulai merasakan bulu kuduk mereka berdiri.

.
.

.

[Third Person's POV]

"Jadi, rencana seperti apa yang kau pikirkan, Cale?" tanya Hyunsung memecah keheningan. Menatap satu persatu wajah rekan party-nya dengan senyuman kecil.

"Apakah semua sudah berada disini?" tanya si rambut merah memastikan. Dokja mengangguk, menutupi lingkaran dan membawa mereka agak jauh dari kerumunan.

"Langsung saja, inti dari penyerangan Kang Ilhun adalah 'aku', 'kan?" enggan, semua orang dewasa selain Cale mengangguk. Gilyoung cemberut di sisi Cale, secara kasar memahami apa yang akan dibahas oleh para hyung dan noona-nya.

"Kemudian, mereka juga bergerak karena rumor yang tersebar." Sangah mengangguk, ekspresi sangat serius di wajah, membuat matanya menjadi lebih tajam.

"Siapapun yang mendapatkan Hanibaram, akan mendapatkan Yoo Jonghyuk." Dokja menahan diri untuk tidak tersentak pada suara itu, ikut mengangguk seperti yang lain.

"Dan dari yang kusimpulkan, Hanibaram adalah aku dan Yoo Jonghyuk-hyungnim adalah pusat kekuatan yang mereka inginkan," jelas Cale langsung dengan ekspresi dingin.

"Kemudian, tujuan utama dari si penyebar rumor ini bukan untuk mendapatkan Jonghyuk-hyungnim." Heewon dengan enggan menatap Cale.

"Kekacauan, 'kan?"

"Yap. Seperti yang dikatakan Heewon-noonim. Tujuan utamanya adalah membuat Skenario Utama #4 lebih kacau, sehingga saat terjadi begitu banyak keributan, disitu juga terlihat banyak celah. Kemudian menjadi kesempatan untuknya mendapatkanku." Mata semuanya kompak terlihat tidak senang. Bahkan Gilyoung.

Menatap satu persatu ekspresi di wajah rekan dunia ini, Cale lambat laun membiarkan seringai jahat menyebar di wajahnya.

"Jadi, bagaimana?" Selain Dokja dan Cale, semua memiliki ekspresi bingung.

"Bagaimana apa maksudmu, hyung?" tanya Gilyoung dengan suara membeo. Cale, masih menyeringai, menepuk kepala anak laki-laki itu.

"Tidakkah kita menerima tantangannya?" Sisi jahat yang sudah Cale pendam untuk menjaga imej 'pemuda baik' mendadak hilang. Saat ini, ia hanya ingin memporakporandakan rencana yang disusun oleh si pengedar rumor mengenai diirinya.

Dan kasihanilah siapapun yang telah memanggil sisi kejam Komandan Perang ini.

Heh 😏

"Mari kita buat kekacauan yang lebih besar dari yang direncakan, hyungnimdeul, noonimdeul." Mata Sangah kian melebar pada realisasi, sementara Heewon terlihat tersesat dalam kebingungan bersama Hyunsung. Gilyoung hanya memiringkan kepalanya tidak paham. Melirik Dokja, yang sama menyeringai, semakin membulatkan tekad Cale.

"Jika pengedar rumor ini menyerang hanya sekedar kata-kata-" Seringai menjadi senyuman miring licik.

"-mari kita serang dia dengan bukti." Kemudian tangannya terangkat, meminta fokus semuanya.

"Tapi tidak disatu tempat." Mata coklat kemerahan sekilas melihat tawanan mereka dengan pandangan merendahkan.

"Bukti bahwa aku berada dimana-mana, seperti rumor itu."

Hening melanda mereka sesaat. Sangah dan Hyunsung tampak terlalu tertegun untuk membalas, sedang Heewon yang masih kebingungan dan Gilyoung yang lambat laun mulai paham alur bermain mereka.

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' memasang wajah berpikir.]

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' menyeringai jahat pada rencana Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' mengangguk bangga pada Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[Beberapa Rasi Bintang yang akrab dengan perang mengangkat alis tertarik.]

"Itu... ide yang sangat jahat, Cale-ya," bisik Sangah dengan kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.

"Ya. Cara bermain hampir seperti taktir gerilya," gumam Hyunsung, dengan mata mulai menghormati Cale.

"Pasti sangat kacau, ya, hyung?" tanya Gilyoung dengan senyuman manis. Ia pernah bermain game dengan taktik yang dijelaskan Cale sekarang.

"Tunggu, tunggu! Kenapa aku satu-satunya yang tidak paham?!" Dokja memberikan tatapan meremehkan kepada wanita yang lebih muda setahun darinya.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menahan diri untuk tidak mencubit Inkarnasinya.]

"Sudah sejelas ini dan kau masih belum paham?" Heewon memberikan tatapan ganas pada pria yang kini tersenyum manis.

"Sial! Aku gagal ujian bukan tanpa alasan!" Sangah terlihat menahan diri untuk tidak menutup wajahnya.

"Itu... bukan hal yang seharusnya kau banggakan," ucap Dokja hampir speechless.

"Tenang, Heewon-ssi. Aku juga terkadang gagal ujian, kok," sahut Hyunsung yang menyambung entah dari mana, mendapat tatapan terharu wanita disisinya itu.

"Singkatnya, Heewon-noonim, aku akan mengadu domba stasiun lain untuk membalas perbuatan si penyebar rumor." Semua menantikan saat Heewon terdiam untuk larut dalam pikirannya sesaat. Sebelum matanya melebar dan melihat ke arah Cale yang masih mempertahankan seringai liciknya.

"Whoah, daebak, Cale-ya. Itu licik dan jahat sekali!" bisik wanita itu dengan nada tertahan. Kekaguman hanya bertahan beberapa detik sebelum mendelik nyalang kepada Dokja.

"Kau bajingan bangsat sekkiya! Kenapa kau menodai pikiran dan hati yang begitu baik seperti Cale dengan otak iblis-mu, huh?! Badjingan kau! Kau merusak Cale!" berhubung Heewon ada di samping kiri Dokja, wanita itu dengan sigap memukul bahu pria lainnya. Kita bisa melihat urat-urat muncul di dahinya, menandakan setinggi apa perasaan kesal melanda wanita itu.

"H-heewon-ssi, ada anak-anak disini-" ucap Sangah melirik Gilyoung dan Cale.

"Te-tenang, Heewon-ssi," sahut Hyunsung dengan suara agak takut.

Dokja? Terpukuli dengan malang dan memprotes di sela-selanya.

"Jadi kenapa aku dipukul? Yak! Kau onna sialan! Aku tidak salah!"

"Dan berani juga mengatai wanita? Benar-benar setan! Aku tidak merestui Cale denganmu!" pada ucapan ini, mata gelap berbintang Dokja melebar kaget. Tidak mengantisipasi Heewon mengucapkan itu namun entah kenapa terpengaruh.

"Eh, jangan! Restui aku!"

Hening melanda mereka.

Wajah Sangah kini memerah kecil, dengan Hyunsung yang menggaruk pipinya canggung, dan Gilyoung memberikan ekspresi kosong. Heewon yang cengo dan Cale yang kebingungan menunjuk dirinya sendiri.

"Tapi bukankah sudah restu?" jantung Dokja naik satu oktaf bunyi detakannya saat mendengar celetukan polos Cale. Wajahnya kini sudah menjadi lebih merah di bandingkan Sangah dan tanpa sadar memasang wajah penuh harap.

"Ca-cale-ya? Se-sejak kapan?" Sangah kian memerah dan Heewon masih loading.

"Sejak Dokja-hyungnim peduli padaku, kami sudah restu menjadi teman?"

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' berteriak 'WHY' sambil bersimpuh dramatis.]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' entah kenapa merasa Inkarnasi 'Kim Dokja' akan kecewa.]

[Konstelasi 'Queen of the Darkest Spring' tersenyum dibalik tangannya.]

[Konstelasi 'Queen of the Darkest Spring' memberi semangat untuk Inkarnasi 'Cale Henituse'!]

"Ya 'kan, Dokja-hyungnim?" Dokja membeku seperti patung saat tatapan Cale yang dipenuhi kepolosan menatapnya lugu. Ia bisa merasakan Heewon mulai tertawa terbahak-bahak. Bahkan mengajak Hyunsung untuk ngakak bersamanya.

"... iya, Cale... iya..." Cukup cukup sudah, cukup sampai disini saja-batin Dokja merana. Ia tidak tahu mengapa bereaksi seperti ini. Harusnya ia senang karena idolanya, Hanibaram, menganggapnya teman. Tapi, kenapa ia masih kecewa pada konfirmasi itu?

"Hm. Oke, kembali lagi ke rencana kita." Memberikan tepukan di bahu pria yang lebih tinggi, Cale kembali menjelaskan sisa rencana dengan wajah serius. Sedang Heewon masih cekikikkan, matanya tidak bisa menahan diri untuk mengejek atau kasihan pada Dokja yang sudah space out sendiri.

"-oke, Dokja-hyungnim?" si empu yang ditanya mengangguk tanpa sadar.

"Hah??? Kau yakin setuju dengan ini, bajingan?" Mata Dokja yang kosong melirik Heewon yang sudah memasang wajah kaget.

[Konstelasi 'Secretive Plotter' hampir tertawa.]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menatap Inkarnasi 'Kim Dokja' dengan tatapan terkhianati.]

Eh... kenapa kalian bereaksi seperti itu? Dan Dokja menyetujui apa, btw?

"Yosh, kalau begitu, aku akan memotong rambutku-" -hah?

"-kemudian meminta para penyintas tawanan kita menyebarkannya-" -tunggu, tunggu!

"-dan kita akan berpencar untuk mengacau di stasiun mereka-" -HEI-!

"Tunggu, Cale-ya. Aku tidak setuju bagian kau memotong rambutmu, oke?" senyum Sangah hampir terlihat mengerikan sekarang walau terlihat manis.

"Sama! Kenapa kita harus mengorbankan rambut indahmu!" setuju Heewon dengan suara protes nomor satu.

"Iya, hyung! Jangan potong rambutmu!" sahut Gilyoung dengan mata berkaca-kaca.

"Tolong pertimbangkan lagi, Cale-ya," sahut Hyunsung siap memasang wajah kecewa.

"IYA! Kenapa rambutmu jadi korban?!" sahut Dokja si lola dengan wajah tersungut-sungut. Cale mendadak speechless pada tanggapan mereka. Dia yang dipotong rambutnya kenapa mereka yang tersinggung?

"Lagian tidak banyak wee. Hanya sedikit saja sebagai bukti. Juga, apa ada orang lain yang memiliki rambut semerah milikku?" enggan, semua menggelengkan kepala mereka. Cale mendengus, melanjutkan penjelasan kesimpulan rencana mereka.

"Dokja-hyungnim, apakah ada semacam skill yang bisa mendeteksi kebohongan?" Whoah, dude. Pertanyaan Cale yang begitu sangat tepat sasaran hampir membuat Dokja jantungan. Pria yang ditanya mengangguk agak takut dan Cale tersenyum manis hampir ceria.

"Bagus. Untuk semakin meyakinkan, aku akan memasang pelindung dalam pikiran mereka sehingga pendeteksi tidak bisa mengetahui tawanan kita berbohong." Senyum Cale mulai merasakan kemenangan disaat Glutton dengan senang hati setuju pada tugas barunya.

"Dan terakhir, seperti yang kujelaskan, kita akan berpencar. Aku bersama Heewon-noonim, Dokja-hyungnim bersama Hyunsung-hyungnim dan Sangah-noonim bersama Gilyoungie akan menjaga Stasiun Chungmuro karena Sangah-noonim adalah pilihan terbaik kita-" tunggu. Sepertinya ia mendengar ada yang salah dengan kesimpulan terakhir ini.

"Aku... dan Hyunsung?"

"Iya, hyungnim."

Heewon memberikan tatapan 'aku bilang juga apa'.

... huh?

.

.

.

[Kim Dokja's POV]

Cale melakukan rencananya dengan sangat rapi dan teliti.

Benar-benar merasa tertantang karena sudah menjadi target si penyebar rumor dan ingin membalas dendam. Satu hal yang tidak pernah terlintas di benak Pembaca. Karena karakter Hanibaram yang ia baca selama 10 tahun terakhir ini memiliki citra yang begitu lembut, hangat, baik, polos, dan tanpa dendam karena pribadi yang sangat pemaaf.

Tapi, ini?

Seolah-olah ia menyaksikan sisi baru Hanibaram yang bernama Cale Henituse.

Dengan penuh adorasi, Kim Dokja mengamati si rambut merah memberi perintah yang begitu detail pada masing-masing tawanan dan beberapa orang dari pihak mereka yang setuju menjadi mata-mata. Tentang dimana si rambut merah, stasiun mana terlihat si rambut merah yang tentunya masing-masing tawanan memiliki informasi berbeda.

Hanibaram benar-benar sangat kuat.

Ia sanggup mempertahankan kekuatan pikirannya pada 30 orang lebih.

"Kalau begitu, aku, Hyunsung-ssi dan Heewon-ssi aku meletakkan bendera di stasiun Myeongdong." Cale mengangguk bersama Sangah dan Gilyoung saat mereka pergi bersamaan dengan para tahanan.

Seingat pembaca, setelah meletakkan bendera lebih dari satu stasiun, sudah memenuhi syarat mengikuti Skenario Rahasia 'The King's Road'.

"Dokja-ssi," panggil Hyunsung, menunjuk pada tumpukan mayat yang baru saja di bunuh oleh para penyintas asing. Melihat kehadirannya, mereka berhenti dan segera menaiki sepeda motor kemudian pergi begitu saja. Seolah-olah sudah mengantisipasi kedatangannya.

Dokja tersenyum masam. Mulai merasa kesal entah kenapa. Mendadak, ia mendukung penuh rencana balas dendam Cale. Tidak lupa memberikan delikan silet pada pemandangan punggung penyintas yang menghilang.

Bendera merahnya diperkuat dan notifikasi mengenai skenario tertampang didepan mereka.

"10 stasiun dalam 10 hari? Kita sudah punya dua, apa itu termasuk perhitungan?" Dokja mengangguk pada pertanyaan Heewon.

"Kalau begitu, seperti dugaan Cale, kita memiliki dua hari terpisah untuk bersiap-siap!" senyuman semangat Hyunsung seperti tidak pada tempatnya. Karena pribadi pria yang berpikiran sederhana dan lembut sangat tidak cocok dengan genre penuh balas dendam dan kelicikan.

"Kita perlu satu hari menyebarkan rumor dan memberikan pancingan, kemudian menunggu kabar besoknya dan menyerang mereka dari dalam," jelas Heewon, masih takjub dengan rencana Cale.

"Ayo kita kembali dulu untuk berdiskusi dengan yang lain lebih lanjut."

*****

"Hmm, jika rencana berjalan lancar, aku yakin kita bisa menduduki 4 stasiun dalam dua hari-" adalah tanggapan dari Cale setelah mendengar penjelasan dari Dokja dan membaca isi pesan.

"Kenapa 4 stasiun?" tanya Gilyoung bingung. Cale tersenyum kepada anak kecil.

"Itu karena musuh pasti akan mengenali pola penyerangan kita. Jika memang terjadi, kita akan menjadi satu kelompok namun menyerang satu stasiun." Dokja mengangguk pada ucapan Cale.

"Stasiun si penyebar rumor. Karena pancingan akan membuatnya keluar saat kita berhasil menyerang 4 stasiun dan itu di luar dugaannya."

"Ya, tepat sekali, Dokja-hyungnim." Senyum manis Cale, seolah-olah sangat senang dengan tanggapan cepat si pembaca membuat pria itu malu.

"Jadi, kita tidak perlu langsung menyerang Stasiun Dongmyo? Kupikir itu yang akan Dokja-ssi lakukan." Dokja memang akan melakukan itu jika saja tidak mengikuti rencana Cale. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak langsung bertanya kepada 'Reader' lain atau melihat situasinya langsung.

"Tidak akan memuaskan jika seperti itu, Sangah-noonim." Cale hampir manyun sedih, membuat semua menganga melihat pria berambut merah itu. Terkhususnya Dokja. Benar-benar tidak menyangka melihat sisi jahat dari Hanibaram yang entah kenapa lebih seduktif, manis dan mempesona untuknya.

"Biarkan dia takut dulu kepada kita kemudian baru kita serang dia, ehehe :D" Hyunsung yang polos entah kenapa ikut cengesan seperti Cale, sedang Heewon menggenggam bahu Sangah seperti pegangan terakhir hidupnya.

"... Cale benar-benar berpikir seperti penjahat!" bisik Heewon sangat terkejut, terpana dan ngeri. Bukan pada prosper jahatnya, tetapi lebih kepada Cale yang dikenal begitu baik, manis, lucu, dan polos, menghilang oleh citra Cale yang menyeringai tajam, manis, licik dan memiliki binar mata jahat.

"Tapi, rencana Cale sangat efektif. Kita bisa selesai dalam 5 hari jika berjalan lancar," renung Sangah dengan satu tangan menepuk tangan Heewon di bahunya menenangkan.

"Baiklah kalau begitu. Aku setuju sepenuhnya dengan rencanamu, Cale-ya," ucap Dokja, memiliki senyuman sama-sama licik dan mata berbinar jahat.

Hati Heewon yang malang.

Mendadak, couple yang tampak sakinah ma waddah wa rahmah dengan penuh keharmonisan, fluff, imut, lucu, hangat dan menggemaskan.... menghilang menjadi partner-in-crime yang sangat villain, jahat, licik, dan tertawa 'muehehe' bersama seperti bajak laut.

"TANGGUNG JAWAB, KIM DOKJA! AKU TIDAK TERIMA CALE MENJADI JAHAT SEPERTIMU!"

"Aiisshh, jangan mulai lagi, kau wanita menjengkelkan!"

"Mwoya?! Kau berani mengatai seorang wanita?! Kau memang pengaruh buruk!" Mata Heewon melesat pada anak kecil di kelompok mereka sesaat, tersenyum manis dengan aura mematikan mulai mengelilinginya.

"Gilyoungie, tutup telingamu manis, noona-muperlu memberi hyung ini pelajaran hidup dan mati!"

"Apa salahku lagi?! Tidak ada yang salah dengan rencana Cale!"

"Ini bukan tentang rencana Cale, goddamnit! Ini tentang Cale yang menjadi seperti villain dalam komik dan novel isekai! Huwaaa-! Cale-ku yang manis dan polos ternodai!"

"Jangan membuatnya menjadi begitu ambigu-!"

"Ngaku saja! Kau senang menodai Cale, 'kan?! 'KAN?!"

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' entah kenapa memerah memikirkan Inkarnasi 'Kim Dokja' menodai Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' menutupi wajahnya malu.]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' mendengus tetapi mendukung tuduhan Inkarnasi 'Jung Heewon'.]

Sekali lagi... apa salah Dokja?! Ia sendiri juga terkejut melihat sisi baru dari idolanya ini!

Sangah dan Gilyoung menepuk jidat mereka pada pertengkaran antara Dokja dan Heewon, sementara Hyunsung mencoba menenangkan dan Cale yang tidak bergerak untuk menengahi. Tampak menikmati melihat pertengkaran dua hyungnim dan noonim-nya.

*****

[Satu hari kemudian]
[Cale Henituse's POV]

Kemenangan terasa lebih dekat saat desas-desus mengenai dirinya yang berada dimana-mana tersebar. Beberapa mata-mata yang kembali juga membawa berita sesuai dengan yang prediksi dan di inginkan Cale. Bukti rambut merah-nya juga memperkuat dugaan sehingga ia merasa bahwa rata-rata penghuni stasiun lain akan menyebar mencarinya.

Penghalang pikirannya juga hilang setelah menjalankan tugas mereka. Ia akan memilah informasi mengenai kekuatan itu nanti bersama Glutton.

"Bagaimana, Cale?" tanya Dokja mendekat dengan makanan di tangannya. Si rambut merah tersenyum penuh terima kasih. Dengan senang hati menerima sepiring nasi dan daging yang dibawa pria berambut hitam lain. Tidak mengeluh saat tangan itu mengusak kepalanya.

"Berjalan lancar, hyungnim. Kurasa mereka semua akan bergerak tengah malam nanti karena lebih efektif." Dokja kemudian mengambil tempat duduk di samping kanannya.

"Kurasa lebih baik kita bergerak nanti subuh." Cale mengangguk, bersenandung senang saat citra rasa makanan membuncah di mulutnya. Membuat Glutton berseru riang di benaknya.

Untuk sementara juga tidak perlu khawatir. Karena rumor yang ia ciptakan bahwa Stasiun Chungmuro adalah salah satu tempat munculnya si rambut merah dan saat grup tawanan menyerang, membuat si rambut merah 'merasa bersalah' dan 'pergi' dari grupnya untuk melindungi mereka.

Dokja terdiam untuk beberapa saat sebelum tersenyum di balik telapak tangannya. Dalam beberapa detik, ia membiarkan dirinya mengamati Cale dengan penuh perhatian, menelusuri setiap inchi pemandangan di depannya, dengan kehangtan yang lambat laun membuat gelitik kupu-kupu di benaknya.

"Pelan-pelan, Cale. Kenapa terburu-buru?" tawa kecil Dokja saat melihat saus dan nasi di sudut bibir Cale. Tergerak sendiri, tangannya terulur, mengambil sisa makanan di sudut bibir dan memakannya sendiri.

Si empu berambut merah? Membeku seperti rusa tertangkap lampu mobil. Matanya melebar pada keberanian Dokja kemudian mulai merasa deg-degan sendiri. Bahkan anak-anak dan Choi Han tidak pernah memiliki inisiatif seperti itu.

"Hmmm apa karena enak? Aku yang memasak saus-nya untukmu, lho," cengir Dokja lembut sambil menunjuk dirinya. Dengan rambut hitam menyamping oleh gerakan kepala, bersama mata berbintang melengkung akan senyuman, membuat visual tampannya naik berkali-kali lipat.

Cale mendapati kemampuannya berbicara mendadak menghilang. Ia membeku, memerah dan mengangguk linglung. Membuat Dokja tertawa gemas kepada pria berambut merah.

"Imutnya," gumam Dokja yang bisa Cale dengar, kembali membeku sendiri saat menyantap sarapannya.

Oh wow... sepertinya aku tahu apa yang berbeda tentang pria ini untuk Cale kita~ ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Dan saat Cale bertanya apa, Glutton tidak menjawab. Malah terkikik sendiri dengan pandangan penuh antisipasi dari benaknya. Membuat Cale tanpa sadar cemberut yang disalahpahami oleh Dokja sebagai tidak suka dengan makanannya atau sikap dekat Dokja.

"Ah, kenapa, Cale-ya? Makanannya masih kurang atau-?" Si rambut merah menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada, hyungnim. Hanya kesal dengan pikiranku sendiri." Mata gelap Dokja menatap setiap bagian darinya, mencoba mendeteksi mana yang salah sebelum mengangguk.

"Arasso. Jika ada yang membebanimu, aku siap untuk menanggungnya bersama, oke?" Belum sempat Cale menjawab, Dokja sudah berdiri dengan gelas air yang kosong.

"Kajja. Aku akan mengambil air lainnya. Habiskan makananmu." Akhirnya Cale hanya bisa mengangguk dengan wajah linglung.

... apa ada perubahan pada Dokja? Mengapa rasanya semakin hari ia bisa melihat perbedaan sikap antara Dokja kepadanya dengan Dokja kepada rekan party lain?

"Hmmmm..."

Aku akan mencari tahu setelah Skenario ini selesai. Batin Cale mengangguk kepada dirinya sendiri, kemudian melanjutkan sarapan paginya.

*****

[Dua hari kemudian, di pagi harinya]
[Cale Henituse's POV]

"Aku yakin Gilyoungie bisa melakukannya." Anak kecil mengangguk di pelukan Cale. Sangah disisinya mulai merasa lebih percaya diri dan bertanggung jawab. Ia diberi tugas selain mengawasi stasiun mereka, tetapi juga menekan Stasiun Hoehyeon.

Semuanya sudah bersiap-siap untuk pergi ke jalur masing-masing.

Cale bersama Heewon.

Dokja bersama Hyunsung.

Sementara Sangah menjadi Wakil-Representatif, Heewon menjadi Utusan-Representatif karena kelompoknya terpisah menjadi dua seperti rencana Cale.

"Baiklah. Seperti yang di katakan Cale, setelah menguasai stasiun Cheonggu dan Sindang, semua segera kembali kemari." Semua mengangguk pada penjelasan akhir Dokja.

"Setelah berhasil, pakai artifak stealth kalian." Heewon mengangkat lengannya, memperlihatkan sepasang gelang stealth yang dibeli dari Dokkaebi Bag oleh sang leader.

Hendak pergi, Cale tertahan oleh Dokja sebentar. Pria yang lebih tua memberikan delikan tajam kepada Heewon sebelum menghela napas. Seolah-olah sangat berat untuk menjalankan tugas ini.

"Ahhhh, kemana Jihye-na saat aku membutuhkannya? Drama Dokja-ssi akan terjadi lagi~" Sangah terkekeh geli pada tanggapan Heewon yang menyeringai menggoda.

"Jangan memaksa dirimu sendiri, oke, Cale?" rambut merah mengangguk dengan wajah serius.

"Jika sudah lelah, istirahat sebentar. Berjalan kaki itu melelahkan." Cale mengangguk setuju, masih sama seriusnya.

"Kemudian, jika terdesak, tinggalkan Heewon-ssi yang tidak berguna kemudian lari kemari." Cale mengangguk namun segera terhenti.

"Eh?"

"Yak! Sudah kuduga, bajingan!" gerutu Heewon mendapatkan delikan jijik dari Dokja. (memang bestie di rl mereka ini wkwkwk)

"Serius, Cale-ya, lindungi dirinya sendiri, atau panggil aku. Aku akan datang." Cale terdiam sesaat, membiarkan dirinya melihat secara keseluruhan wajah khawatir Dokja, dengan mata berbintang yang berbinar begitu tulus. Kemudian mengangguk.

"Oke, hyungnim." Dokja tampak tidak puas, membuat si rambut merah tertawa geli. Terasa seperti ia sedang meladeni bayi besar.

"Mau pelukan, hyungnim?"

Kali ini tidak butuh beberapa detik, pria berambut hitam langsung bergegas memeluknya. Tangan kanannya yang entah kenapa terasa lebih besar nan hangat merengkuh bagian belakang kepalanya, sedang tangan kiri di pinggangnya. Kepala dan wajah di sembunyikan di sela-sela belakang lehernya, membuat sepasang bibir hampir seperti menciuminya lembut.

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' berterima kasih kepada siapapun yang menciptakan Inkarnasi 'Cale Henituse'.]

[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' merasa sekarat melihat keimutan Inkarnasi di depannya.]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' merasa wajahnya memerah pada tingkah Inkarnasi 'Kim Dokja'.]

[Konstelasi 'Secretive Plotter' menahan cemberut namun merasa harus ikhlas 'sedikit'.]

"Hati-hati, Cale-ya." si empu bermata coklat kemerahan permata tertutup oleh senyuman dan mengangguk. Dua tangannya menepuk bahu pria yang lebih tua menenangkan sembari terkekeh.

"Dokja-hyungnim juga hati-hati."

"Aaaaawwwww~ ayo semuanya! Pelukan Teletubissss~!" Heewon menyeret Sangah yang tertawa bersama Hyunsung yang malu-malu. Gilyoung pun segera mengambil tempat di pinggang Cale, terkikik lucu.

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' meludah jijik pada pemandangan di depannya.]

[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' berteriak kepada Konstelasi 'Prisoner of the Golden Head Band' dan Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' untuk menjauh!]

[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Head Band' menyeringai nakal.]

[Beberapa Konstelasi berteriak 'peluk dia'!]

"Whoah, Hyunsung-hyungnim bisa merangkul kita semua dengan tangannya."

"Benarkah? Ah ya, Cale-ya mengatakan hal yang benar."

"Umhh.. terima kasih?"

"Kenapa kau ikut-ikutan memeluk Cale? Pergi wanita iblis-!"

"Yak! Jangan mendorongku, dasar iblis!"

"Kau juga jangan menendangku!"

"Eheheheh~"

Dan Cale tertawa riang di antara penyelamatnya di dunia ini untuk kepertama kalinya. Kehangatan samar dari Glutton terasa, yang ikut senang melihat Cale bisa melepaskan sedikit beban masa lalunya karena dipertemukan orang-orang baik seperti mereka yang memeluknya.

Dan tawa Cale di saksikan dengan penuh sayang oleh semuanya.

.
.
.

[Jung Heewon's POV]

"Hooo oke, oke, jadiiiii... aku akan menjadi penyerang utama sementara kau menjadi tameng dan penyerang belakang?" Cale mengangguk dengan senyuman sabar. Yang disyukuri oleh Heewon karena berbeda dengan Dokja yang akan tetap meroastingnya.

"Jangan menahan diri, noonim," ucap Cale dengan senyuman manis.

"Tujuan utama kita bukan menghabisi mereka, tetapi membuat kekacauan." Heewon mengangguk serius.

"Kita tidak perlu membuang-buang tenaga untuk membunuh semuanya. Saat ada celah, Heewon-noonim tinggal menerobos dan meletakkan bendera di tiang mereka, sementara aku akan menahan mereka dari serangan." Heewon memasang wajah khawatir.

"Apa kau yakin bisa menahan mereka, Cale? Tidak muntah darah lagi?" pria bermata coklat kemerahan melengkung oleh senyuman menenangkan yang dikenal Heewon, kemudian mengangguk.

Sungguh donsaeng yang manis!

[Konstelasi 'Secretive Plotter' menganguk setuju dengan pemikiran Inkarnasi 'Jung Heewon'.]

Whoah, menakutkan sekali rasi bintang satu ini. Benar-benar fans sejati Cale. Kemanapun si rambut pergi, pasti diikutinya.

"Tidak, noonim. Aku sudah memperkuat diri, kok." Wanita berusia 27 tahun menghela napas lega dan menepuk kepala pria yang lebih muda sayang.

"Bagus. Kalau begitu, ayo kita bekerja!"

Mereka tim yang efisien, pikir Heewon.

Saat Heewon menyerang di depan, penyerang yang tidak ia beri perhatian akan di singkirkan oleh petir dan angin Cale dari belakang. Membuat para penyintas stasiun Anguk tidak bisa bergerak mendekati si rambut merah.

"I-itu si rambut merah!"

"Bu-bukankah dia ada di stasiun Cheongguk? Kenapa menyerang kita?!"

"Arrghh! Tolong aku!"

"Brrbbbb a-aku kekekekekesentrum bbrbbb-"

"Aahhahah!" Heewon tertawa terbahak-bahak pada pemandangan lucu di depannya, dimana para penyintas yang tidak siap kocar-kacir sendiri. Mereka juga tersisa yang lemah, karena yang kuat sudah bergerak tengah malam tadi menyerang stasiun Cheongguk.

"Noonim! Sekarang!"

Dari jauh, Dokja mendapatkan notifikasi bahwa stasiun yang ditempatinya sudah bertambah dan berubah warna. Membawa senyuman di wajahnya dan Hyunsung.

"Eheheheh~ sukses besar!" seru Heewon sangat senang, setengah memeluk Cale dengan tangan di bahu pria yang sedikit lebih tinggi. Si cantik kesayangan mereka tersenyum lebar, tampak sama senang karena rencananya berjalan lancar.

"Ayo segera pergi, noonim." Wanita itu mengangguk. Tak lupa memberikan ledekan lidah kepada beberapa orang yang mengutuk mereka karena merasa sudah di tipu. Setelah merasa sudah menjauh dan tidak dikejar lagi, Heewon memberanikan diri menatap si rambut merah.

Karena ia sudah memikirkan hal ini berulang kali.

"Cale-ya?"

"Iya, noonim?"

"Jangan memaksa dirimu sendiri, oke?" Mata coklat kemerahan berkedip bingung.

"Seperti?" Heewon tersenyum malu.

"Seperti memaksa diri memakai topeng? Menyembunyikan sifat asli? Setelah aku mendengar rencanamu, aku bereaksi tidak baik, maafkan noonim-mu ini, Cale-ya." Si empu yang mendengar tampak terperangah, seperti tidak menyangka Heewon akan mengatakan hal tersebut.

"A-aku cukup suka dengan rencanamu." Tangan bergerak untuk mengusak rambut merah si donsaeng.

"Tidak perlu malu-malu lagi, oke? Jika butuh teman untuk menge-prank Dokja-ssi, panggil saja aku, arra?" Cale tertawa kecil pada nama Dokja disebut dengan senyuman sama jahatnya di wajah Heewon.

"Oke, Heewon-noonim." Wanita itu mengangguk senang.

"Kemudian, aku benar-benar serius tentang merestuimu dengan Dokja-ssi. Aku berharap kalian tetap bahagia dimanapun kalian berada atau jadinya nanti." Heewon memberikan acungan jempol dengan wajah seperti tante-tante yang mendukung keponakannya.

Meski Cale terlihat bingung pada pembicaraan akhirnya, Heewon tetap mengusak rambut merah si donsaeng dengan sayang.

Kau harus berterima kasih untukku nanti, Dokja-ssi. Akan kubuat Cale jatuh hati kepadamu (¬‿¬)

.

.

.

[Third Person's POV]

Rencana Cale berjalan lancar dalam dua hari.

Mereka benar-benar membuat kekacauan.

Keluh kesah, amarah, protes terdengar dimana-mana. Seperti seharusnya di rambut merah ada disini! Kenapa menyerang kesana?! Kau berbohong! Kenapa juga ada rambut merah di tanganmu?! Sialan!

Aahahahah!

Cale juga terlihat sangat bersemangat. Seperti membuat kekacauan seperti ini 'menenangkan'nya entah kenapa. Pria berambut merah akan menyerang dengan cepat, tajam dan efisien. Tidak membuang tenaga dengan ekspresi tenang di wajahnya, berbeda terbalik dengan suasana yang begitu kacau balau dan api sebagai latar belakangnya.

Benar-benar Hanibaram, sang Ketenangan dalam Kehancuran.

Dengan tindakan alternatif Cale yang mencegah tersebar cepatnya informasi membuat musuh semakin gelisah dan merana.

Kim Dokja, sang Ketua Representatif kini resmi memegang 6 stasiun ditangannya. Benderanya juga sudah berubah menjadi warna biru nila, membuat kekuatan kelompoknya meningkat pesat. Inikah yang dinamakan dengan 'work smart, not harder'?

"Bagaimana tentang si penyebar rumor, hyungnim?" Dokja menyeringai jahat dan puas.

"Sepertinya sudah kepanasan sendiri, Cale-ya." Si rambut merah mengangguk.

"Jika memungkinkan, besok juga kita bisa menyerang Stasiun Deongdaemun Park sembari kita ke Stasiun Dongmyo kemudian baru Changsin seperti yang di minta oleh notifikasi."

Tiga stasiun sekaligus? Jika memang bisa maka WOW.

Itu cepat sekali dan baru 4 hari sejak Skenario Rahasia dimulai. Tidak, seharusnya 2 hari kali 2 hari sebelumnya dipakai mereka untuk beristirahat.

"Ehehehe, aku tidak sabar, hyungnim~"

Bahkan sejahat, selicik, dan semanipulatif apapun Cale di mata orang, dia tetaplah pria manis yang bersenandung lucu saat menyantap makanannya.

.

.
.

[Someone's POV]

"HAH?! APA KAU YAKIN?!" Tangan menghantam meja dadakan mereka dengan amarah yang tidak bisa di sembunyikan.

"BUKANNYA HANIBARAM ADA DI STASIUN HAENGDANG?! APA-APAAN INI, SIALAN MOTHERFUCKER-!!!" sosok berhoodie meludahkan permennya dengan mata menatap dingin para pria didepannya yang meringkuk ketakutan.

"SIAL! KALIAN SEMUA TIDAK BERGUNA! KELUAR!" desisnya mengamuk, menyisakan satu orang yang bisa ia panggil sebagai wakilnya. Setelah mencoba menenangkan diri, sosok berhoodie menghela napas.

"Baiklah, mari kita pikir barik-baik dahulu. Tentu ada yang aneh dengan semua ini," gumamnya dengan kaki mulai mengetuk ubin berulang kali tidak sabaran.

"Dimana letak kesalahannya? Aku tidak mendeteksi kebohongan di antara para penyintas menyedihkan itu-"

"Apa ada skill yang melindungi pikiran?"

"Heh, jika ada, aku sudah mendeteksinya, SIALAN!"

"Tidak jelas... semua tidak jelas!" amuknya lagi mulai jengkel dan gatal untuk menghancurkan sesuatu.

"Permenku! Mana permenku!" agak takut, wakilnya bergerak untuk memberikan permen yang biasa ia santap saat kekesalan sudah di ujung tanduk. Sosok berhoodie kemudian bangkit dari duduknya sambil menggerutu. Ia memberikan delikan dingin dan tajam terakhir kepada wakilnya.

"Bagaimana rencana kita sejauh ini?" Pria itu mengangguk agak sedikit takut.

"Berjalan lancar. Meteorit ada di stasiun Anguk seperti yang kau instruksikan." Mendengus, sosok itu kemudian berdiri.

"Aku akan pergi dan memastikan sendiri." Mata berkilat dengan hawa nafsu membunuh.

"Mari kita lihat bajingan yang berani mengacaukan kita."

.

.

.

[Yoo Jonghyuk's POV]

"Kurasa itu Stasiun Chungmuro, Master!"

Pria berambut hitam bergelombang mendengus. Tangannya yang mengasah pedangnya terhenti sesaat, mendengar dengan seksama pada penjelasan Lee Jihye mengenai wilayah stasiun yang kacau balau dari sisi lain wilayah stasiunnya. Mata gelapnya menatap bendera ungu sesaat sebelum kembali mendengus.

"Jika itu benar, berarti kita akan bertemu dengan mereka lagi!" seru gadis remaja mulai tersenyum manis. Pasti sudah sangat merindukan wanita entah siapa namanya, yang menjadi topik perbincangan mereka selama beberapa jam.

"Master, bagaimana menurutmu?" si empu yang di tanya mengangguk, menatap puas pada kilauan pedangnya kemudian menyarungkannya.

"Sudah rencana kami untuk menyelesaikan ini dengan cepat," gerutu Jonghyuk, mulai berdiri dari duduknya.

"Ayo pergi."

Bendera ungunya membutuhkan warna hitam.

Sehingga semakin cepat Jonghyuk akan bertemu dan membawa Cale bersama disisinya.

Pemikiran sederhana itu membawa senyuman kecil di wajah tampan sang protagonis.

Tunggu aku, Cale.





























BERSAMBUNG

FINALLLYYYYY~~~

Siap juga ngetik ini chapter hiks (;'д`)
Keriting tanganku sumpah 😂😂😂
Ngejar 4 chapter dengan rata-rata 6k tiap chapternya dalam minggu ini, untung tetap bergerak dan sehat karena niat :)
Ditambah dengan Interlude sebelumnya, fiks Hanibaram kali ini update lebih dari 10k kata, maybe 12k atau 13k :D

Semoga kalian tetap suka dengan fic ini ya 🥺🤧❤🌹✨
Makasih banyak yang setia berkunjung dan kasih komentar! (;'༎ຶД༎ຶ')
Entah kenapa kalau kalian berkomentar terasa bener-bener dihargai kerja keras Neri (ಥ _ ಥ)

Kalau ada yang bingung sama rencana Cale, bisa tanya ya~
Selamat menikmati chapter fic lainnya~
Salam hangat,

Neri 🤍✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top