#10 - Too Much Attack!
"Cale-!"
"Hehe :D"
.
.
.
.
.
⚠️ WARNING ⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG BANYAK UWU ATTACK
DI PERSILAHKAN KEPADA READERS-NIM UNTUK MENYIAPKAN HATI MEREKA.
Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan KOMEN ya readers-nim tercinta muaaach
👁👄👁❤️
[Cale Henituse's POV]
Ia berada di tengah-tengah kelompok, dikelilingi oleh Kim Dokja, Lee Hyunsung, Jung Heewon, Yoo Sangah, Lee Jihye, bahkan Lee Gilyoung yang setengah memeluknya.
Mata coklat kemerahan berkedip sesaat, mengingat masa ia diburu oleh bawahan White Star, meski sekarang hanya skala yang lebih kecil.
"Cale-ya, apa kau sudah kehilangan kewarasanmu?! Kenapa kau malah tersenyum?!" Si rambut merah melirik Heewon dan melebarkan senyumannya. Kemudian memberikan jempol, membuat was-was yang lain seketika.
"Jangan macam-macam, Cale." Hyunsung bahkan tidak habis pikir dengan sisi aneh Cale yang muncul tiba-tiba.
"Tidak macam-macam, Hyunsung-hyungnim. Aku akan bertahan dengan sangat baik." Kini, giliran Dokja yang memberikan delikan tatapan tajam. Sangat jengkel pastinya oleh sikap Cale.
Maaf mengecewakan, tapi Cale memang begini apa adanya, Dokja-hyungnim.
"Jika kita membunuh si rambut merah itu, akan mendapatkan 4.000 Koin, 'kan?!"
"Ki-kita akan menjadi kaya Koin!"
"Mari kita bunuh dia!"
"Sa-sangat disayangkan, karena dia cantik..."
"Jangan terlena, kau gila! Dia sangat menyeramkan. Tidak adil memberinya wajah indah seperti itu!"
"Berisik," desis sang Pembaca dengan aura muram.
"Tidak baik mencerca orang lain," sahut Sangah dengan senyuman manis.
Cale, disisi lain hanya bisa menatap yang melindunginya satu persatu. Merasa nostalgia lagi karena dulu ia juga dikelilingi oleh keluarganya seperti ini saat pertarungan apapun terjadi.
Dan saat salah satu dari mereka menyerang, semua mata menyaksikan Dokja menyerang dengan bilah pedangnya tanpa ampun. Darah bercipratan di ubin, didukung dengan wajah dingin, membuat beberapa dari penyerang mundur.
Mereka bisa merasakan bahwa kelompok yang sedang dihadapi ini kuat.
"Te-tenang saja! Kelompok mereka kalah jumlah!"
"Serang si rambut merah!"
[Para Rasi Bintang baik berteriak penuh marah jika para hama berani menyakiti Inkarnasi 'Cale Henituse'!]
[Para Rasi Bintang yang menginginkan pertarungan darah menyeringai senang.]
Pertempuran terjadi begitu saja.
Kelompok Kim Dokja dengan dingin mulai melawan balik. Bahkan yang terkecil Gilyoung, menatap apatis saat serangga-serangganya menggerogoti beberapa penyerang.
Cale Henituse di sisi lain memiliki perasaan rumit.
Situasi ini terlalu kacau untuk di tangani. Harusnya ada tindakan lanjut, jika tidak Skenario Utama #3 akan hancur begitu saja dan mereka dihadapkan dengan resiko yang lebih memberatkan.
"Jangan mengasihani mereka, Cale-Oppa!" Jihye, yang sedari tadi mengintip pemuda berambut merah itu mulai merasa marah. Padahal yang dilakukan Cale adalah tindakan baik karena melawan tirani Gong Pildu. Tetapi, pria itu masih memiliki simpati pada penyerang yang tidak tahu berterima kasih?!
Mata coklat kemerahan Cale kemudian menatap satu Dokkaebi yang hanya mengawasi sedari tadi. Bihyung.
Berharap bahwa Dokkaebi itu sadar dengan resiko yang terjadi akibat ulah Biryu yang menghasilkan kematian sia-sia, kekacauan murni yang menghancurkan moral.
Disisi Dokkaebi, buronan dadakan itu melihat dengan tatapan sedih. Ada sinar kekecewaan disana saat melihat situasi, seolah-olah menyayangkan hal yang terjadi. Padahal ia sendiri sedang berusaha di bunuh oleh orang-orang.
Jarang bagi Dokkaebi sepertinya melihat Inkarnasi yang memiliki hati seperti Cale Henituse.
Jadi, Bihyung menghilang kemudian. Meninggalkan Cale dengan kekalutan batinnya.
Ia tidak ingin menanggung ini! Sial! Susah sekali bertahan di dunia ini. Masih mending situasi apokaliptik di dunia sebagai Kim Rok Soo dari pada ini!
"Cale-!" Saat salah satu penyerang lolos dari Dokja, si rambut merah segera mengaktifkan perisainya, membuat penyerang terpental.
Ia kemudian mengambil tindakan drastis, yang pastinya akan berakhir di marahi habis-habisan.
[Atribut Pribadi 'The Indestructible Shield/Wood Lv. ???' di aktifkan!]
Perisai putih terang muncul melindungi kelompoknya. Semua segera berhenti dari pertarungan untuk melihat Cale yang mengulurkan tangan ke langit dengan sulur putihkeluar dari kelima jarinya.
"Berhenti menggunakan perisaimu, Cale." Sang Pembaca, mendekati pria berambut merah dan mengatakan dengan suara dingin.
"Tunggu sebentar lagi, Dokja-hyungnim." Desisan terdengar saat beberapa orang mulai mencoba menembus perisainya dan menyerangnya.
"Tunggu apa lagi, Cale-ya? Sudah perisaimu sebelum kau batuk darah lagi!" Geram Heewon saat melihat si donsaeng yang bandelnya bukan main!
"Atau kau mau mati kehabisan darah, Cale-ya?" Sangah mengangkat suara dan bertanya dengan nada manis. Sejenak membuat Cale merinding sesaat. Baik pada citra menakutkan Sangah yang tiba-tiba, maupun apa yang wanita itu maksudkan untuknya.
Tentu saja ia tidak berencana mati! Enak saja!
Bertahan hidup adalah yang terbaik!
"Aka terjadi sesuatu sebentar lagi, aku yakin. Yang kulakukan sekarang untuk menghemat tenaga kalian." Dokja, disisi lain mengangkat alis pada tanggapan Cale yang sangat yakin dengan pemikirannya.
Mata gelap berbintang melihat keringat mulai mengalir dengan wajah kian memucat. Bahkan jika sudah menaikkan level kekuatannya, masih saja berdampak hebat untuk tubuhnya.
"Sudah. Hentikan perisaimu, Cale. Kami akan menahannya sebentar lagi-"
"Lihat itu, hyungnim." Mata coklat kemerahan melirik sekilas ke sisi langit, lebih tepatnya pada Dokkaebi Bihyung yang muncul kembali.
Dokja melihat Dokkaebi itu meliriknya sesaat sebelum memberikan ekspresi acuh tak acuh. Kemudian ia melihat melihat senyuman lega Cale dan bolak-balik antara dua makhluk itu.
Pasti mereka telah merencanakan sesuatu.
[Situasi Stasium Chungmuro kacau balau!]
Layar biru muncul di depan semua orang. Dokja menatap penuh heran pada pesan itu, kemudian melirik lagi Cale yang menyudahi perisainya. Saat tubuh si rambut merah itu terhuyung, ia dengan sigap segera merangkul bahu pria yang lebih muda.
Syukurlah tidak ada batuk darah kali ini, Cale merasa tubuhnya juga tidak terlalu sakit. Mungkin ia benar-benar harus meningkatkan level kekuatannya hingga maksimal?
[Saluran di Stasiun Chungmuro bertubrukan. Para Konstelasi tidak berhenti mencaci maki satu sama lain.]
[Biro Administrasi Star Stream terpaksa mengambil tindakan karena Skenario Utama #3 telah hancur.]
Hancur? Mata Dokja melebar kaget. Mereka baru melewatinya satu hari, dan tentunya masih ada Green Zone yang berfungsi! Yoo Jonghyuk juga sudah pergi, tidak mengambil tindakan menghancurkan Green Zone karena kehadiran Cale, pastinya.
[Skenario berganti menjadi Skenario Bertahan Hidup!]
[Skenario Utama #3 Baru - Bertahan Hidup]
[ Kategori : Utama
Kesulitan : B +
Kondisi : Bertahan hidup dari serangan monster beruntun sampai monster habis!
Kompensasi : 1000 Koin
Kegagalan : Kematian ]
Kekacauan murni yang sesungguhnya kemudian terjadi.
.
.
.
.
.
[Kim Dokja's POV]
Akibat skenario utama yang diperbarui, skenario bounty milik Cale hancur begitu saja. Orang-orang mulai gelisah dan panik. Otomatis menghentikan serangan mereka ke perisai Cale, yang juga hilang bersamaan.
Samar-samar, mereka bisa mendengar raungan monster yang tertahan dari sisi terowongan. Dokja bisa melihat dari kejauhan bahwa tembok tak kasat mata itu hilang dalam sekejab.
"Semuanya, lari ke atas!" Mengangguk pada perintah sang Pembaca, Hyunsung lekas meraih Gilyoung ke dalam gendongan. Sangah bersama dengan Heewon dan Jihye. Sedangkan Dokja meraih Cale tanpa aba-aba ke dalam gendongan bridal style-nya.
Memimpin jalan, Dokja berlari menuju jalur 3 stasiun Chungmuro di lantai dua.
Setiba disana sudah ada Gong Pildu yang bersikap ofensif. Pria paruh baya menatap mereka waspada bersamaan dengan suatu ide mengalir di kepala Dokja.
Menyeringai, ia membuka daftar Bookmark-nya dan mengaktifkan skill Cheon Inho 'Incite Lv.2'. Meski pemahamannya pada karakter ini rendah, cukup berfungsi baik.
"Gong Pildu. Apa kau akan membiarkan semua ini terjadi begitu saja?"
Mata pria tua itu mendelik tidak senang. Khususnya pada Cale yang berada di pelukan Dokja. Sedang si rambut merah hanya memberikan tatapan polosnya yang membuat Gong Pildu semakin geram.
"Bukankah kau yang terkuat saat ini? Apakah kau akan membiarkan yang lain mati? Jika kau bergerak, semua orang akan selamat, Pildu-ssi." Seruan Dokja yang diperkuat dengan skill Incite, meresapi dan membuat orang-orang disekitar mereka gelayapan mencari perlindungan ke sekitar Gong Pildu.
"Ya! Kau harus gunakan kekuatanmu!"
"D-dia benar! Mo-monster itu akan datang!"
"T-tolong kami!"
Kerumunan orang di sekitar Gong Pildu membuat pria itu berdecak penuh amarah. Matanya menatap Dokja sesaat yang menyeringai, kemudian Cale yang memiliki seringai manis dan sama persis.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' merasa gembira melihat pemandangan manis didepannya itu!]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' terkekeh penuh suka pada kedua Inkarnasi 'Kim Dokja' dan Inkarnasi 'Cale Henituse'.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' tersenyum penuh makna melihat ekspresi kedua Inkarnasi.]
Dua rubah licik itu-!
Matanya kemudian menatap pada suara monster yang mulai mendekat. Terpaksa untuk hidupnya, ia mengaktifkan dua skill utamanya.
[Atribut Pribadi 'Weapon Zone Lv.4' di aktifkan!]
[Atribut Pribadi 'Armed Zone Lv.3' di aktifkan!]
Senjata-senjata hologram kemudian muncul di ubin. Jaraknya sejauh 8 x 8 meter, yang cukup besar, kemudian mulai menembaki monster yang tiba di depan mereka. Dokja bersama yang lainnya segera bergerak kebelakang Gong Pildu, tak jauh dari kerumunan aliansi pria itu.
Semua mencoba menenangkan napas mereka, sebelum Dokja duduk di ubin yang di ikuti oleh lainnya.
Cale, yang masih dalam pelukan Dokja menatap pemandangan di depannya tenang. Kemudian menatap pria yang menggendongnya lamat. Sungguh ide yang brilian, membuat pria yang lebih muda menyeringai kecil.
Dokja, yang menyadari tatapan Cale melirik ke bawah. Lebih tepatnya pada seringai yang terukir di wajah si kecantikan berambut merah.
"Kau sangat licik, Dokja-hyungnim," bisik Cale seiring seringainya melebar, melengkungkan mata mistiknya seperti sabit.
"Aku suka rencanamu." Jantung sang Pembaca berdetak kencang dengan pipi mulai memanas.
Cale benar-benar tidak tahu efek apa yang dimilikinya terhadap Dokja.
Sungguh berbahaya sekali, walau membuatnya ketagihan.
"Kalau begitu, aku juga suka dengan rencanamu pada Bihyung." Mengedipkan mata bingung sejenak, Cale kemudian mengangguk.
"Hehe."
Rasa ingin mengusak pipinya pada Cale meninggi. Dokja menahan diri untuk tidak memeluk gemas pada balasan sederhana yang imut itu.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' sangat ingin memeluk Inkarnasi 'Cale Henituse' sekarang!]
[Beberapa Rasi Bintang merasa terkena serangan jantung pada keimutan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]
[1.000 Koin di sponsori.]
"Ekhem, Dokja-ssi?" Yang dipanggil menoleh, menatap Heewon yang sudah memasang ekspresi masam di wajahnya.
"Ya?"
"Apa kita sudah aman sekarang? Sepertinya PDKT yang kau lakukan berjalan lancar-lancar saja saat monster sedang menyerang." Sarkas Heewon, mendapat tatapan teguran Sangah. Dokja memerah kecil dan memasang wajah tersungut.
"Ya, kita aman sejenak. Gong Pildu melakukan pekerjaannya dengan baik." Hyunsung memandang pria bertubuh tambun itu khawatir sejenak.
"Apa kekuatannya masih bertahan? Bukan kah seluas itu sangat menguras mananya?" Lebih tepatnya pada tenaga kerja Gong Pildu, membuat baik Dokja dan Cale menatap bangga mantan perwira militer itu.
Terkadang, Hyunsung bisa menjadi sangat lembut untuk orang asing.
"Kekuatannya bagus dan kuat. Untuk sementara masih aman-aman saja."
"Kalau saat darurat, haruskah kita membantunya?" tanya Sangah, mengedipkan mata doe-nya pada Dokja.
"Tidak perlu. Jika kita membantu, yang ada hanya membuat dia berhenti menembak karena terganggu."
Semua mengangguk padanya dan masing-masing dari mereka mulai beristirahat. Dokja juga secara berlahan meletakkan Cale di sampingnya. Walau ia menyayangkan hal itu, karena memiliki yang termuda di pangkuannya entah kenapa menenangkannya.
"Jihye." Gadis remaja itu mendongak dari pembicaraannya dengan Heewon.
"Ya?"
"Kemana Master mu pergi?" mata Jihye berkedip dengan rasa curiga sesaat.
"Cale-Oppa, apa Master mengatakan sesuatu padamu?" si rambut merah menggelengkan kepalanya polos.
"Kalau begitu, aku tidak tahu. Master selalu saja sibuk sendiri." Dokja mengangguk pelan sambil berpikir. Ini hari kedua Skenario Utama #3 sebelum di ubah oleh Biro Administrasi, seharusnya Yoo Jonghyuk baik-baik saja. Dokja tahu kemana dia pergi. Ke ruang bawah tanah.
Tetapi, jika alur novelnya sudah berubah sedrastis ini, Pembaca tidak tahu bagaimana keadaan asli si protagonis. Ia tidak bisa membiarkan sesuatu terjadi kepada pusat dunia novel itu.
Menatap rekan setim-nya satu persatu, kemudian pada Cale yang berbicara dengan Gilyoung, Dokja membuka Komunikasi Dokkaebi.
(Ada apa? Kenapa kau memanggilku? Aku sedang sibuk!)
(Buka Tas Dokkaebi sekarang.)
(Apa? Ti-tidak bisa! A-aku sedang memiliki banyak pelanggan sekarang!)
Mata Dokja berkedut sesaat. Seharusnya Bihyung berterima kasih padanya dan Cale karena sudah mengalihkan pelanggan dari saluran Dokkaebi lain ke salurannya. Baru saja hendak membalas, tangan Cale tiba-tiba menyentuh tangannya. Mata gelap Dokja berpaling untuk melihat wajah khawatir pria berambut merah itu dengan Gilyoung di sisinya.
"Aku baik-baik saja, Cale-ya, Gilyoungie. Hanya mencoba menenangkan pikiran sejenak." Mengangguk, Cale dan Gilyoung kembali berdiskusi bersama, kini Hyunsung masuk kedalam percakapan mereka. Samar-samar adalah tentang kue pai apel milik Cale beserta kisah tentang Beacrox dan beberapa anak-anak di dapur.
Sedang Dokja melanjutkan diskusinya bersama Bihyung, yang di akhiri kemunculan barang dari udara tipis. Menarik perhatian semuanya dalam sekejab.
"Apa itu, Dokja-ssi?" Pada pertanyaan Sangah, muncul secara bersamaan permintaan Konstelasi yang mensponsori Gong Pildu pada Rasi Bintang sekitar.
Menyeringai, Kim Dokja mengangkat kertas kontrak dengan seringai lebar. Cale, yang menyaksikan itu melebarkan matanya sadar, dan ikut menyeringai sama lebarnya.
Heewon menjadi sanksi melihat kedua sejoli itu saling tersenyum licik satu sama lain.
Saat itu, tiada lain pemikiran Heewon tentang betapa cocoknya dua sejoli itu.
"Ini? Kontrak yang akan membantu hidup kita, Sangah-ssi."
.
.
.
.
.
[Third Person's POV]
"Berikan Ramuan ini padanya setiap 40 menit sekali. Yakinlah, Gong Pildu akan mampu menyelesaikan Skenario ini sampai habis," pinta Dokja pada Sangah yang mengambil botol ramuan dengan wajah ragu-ragu.
"Apa kau yakin untuk memberikan ini secara percuma, Dokja-ssi?" Cale melihat pria yang lebih tua mengangguk, masih dengan senyuman bisnisnya.
"Ya."
Sungguh, Cale hanya bisa menonton tindakan Dokja dengan senyuman. Sekilas tindakannya mengingatkan Cale saat merencakan menjarah harta bangsawan kaya yang jahat bersama Raon, On, Hong dan Choi Han.
"Terlihat terburu-buru. Memangnya kau mau kemana, ahjussi?" tanya Jihye sambil menyandarkan pedang ke bahunya.
"Memastikan seseorang baik-baik saja." Mengangkat alis pada jawaban absurd Dokja, gadis itu terlalu speechless untuk menjawabnya.
"Baiklah, semuanya, tolong dengarkan aku sebentar." Semua memberikan perhatian penuh pada Dokja.
"Untuk saat ini, aku membutuhkan Sangah-ssi, Gilyoungie dan Hyunsung-ssi untuk mengawasi sekitar disini. Aku harus pergi sebentar, seperti yang Jihye katakan. Jika terlalu lama, aku akan menghubungi kalian." Ketiga orang yang Dokja sebut memasang wajah bingung sesaat sebelum mengangguk. Gilyoung terlihat kecewa sesaat karena tidak di ajak, tetapi segera ditenangkan oleh Cale yang menepuk kepalanya.
"Sedangkan Heewon-ssi dan Cale-ya akan ikut bersamaku." Jihye mengangkat tangan menunjuk dirinya.
"Bagaimana denganku?" Dokja mengangkat bahunya tidak peduli.
"Jika kau ingin ikut, boleh saja."
"Memangnya, kemana kita akan pergi, Dokja-ssi?" tanya Heewon sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Yoo Jonghyuk dalam bahaya." Mata Jihye menyipit curiga.
"Bagaimana kau tahu? Baru 5 jam Master pergi sejak tadi pagi?" Sudah selama itu? Meski masih awal, tetap saja Dokja yakin Yoo Jonghyuk itu sudah terjebak di ruang bawah tanah dekat pintu Exit 1.
"Apakah seberbahaya itu?" tanya Cale tiba-tiba, setelah diam cukup lama. Dokja menatap mata coklat kemerahan permata itu dan mengangguk. Jika tidak diselamatkan, Jonghyuk akan mati, mengingat sekarang masih regresi ketiganya.
Dokja tidak bisa mengambil resiko itu. Bahkan ia tidak yakin dapat berjumpa kembali dengan Hanibaram lagi jika si bajingan mola-mola itu mengulang regresi ke-empat.
"Oke." Cale mengangguk singkat sebelum mengangkat tangan untuk menenangkan Hyunsung dan Gilyoung, bahwa tidak apa-apa untuk tidak ikut. Sangah disisi lain dapat mengerti tugasnya.
Wajah Dokja berekspresi rumit. Berat sebenarnya untuk membawa Cale serta. Tetapi pria bermata bintang itu tidak ingin kejadian dulu terulang kembali, saat ia terpisah dengan Cale dan Hyunsung.
Kemudian, mengingat tindakan Cale yang bisa berefek pada Jonghyuk pasti bisa membantunya. Dan saat itu terjadi, Dokja akan memastikan bahwa Hanibaram-nya akan baik-baik saja. Tidak akan ia biarkan mola-mola itu menyerang Cale.
"Jelas semuanya?" Mereka mengangguk.
Setelah mengucapkan beberapa kata perpisahan, kelompok Dokja yang pergi ke ruang bawah tanah berangkat menuju lokasi. Sepanjang perjalanan, Heewon dan Jihye berbicara panjang lebar. Mungkin karena mereka sesama wanita sehingga tidak terasa begitu canggung.
"Cale-ya?" si rambut merah menoleh.
"Ya, Dokja-hyungnim?" sang Pembaca terdiam sesaat, menatap dengan lamat pria yang lebih muda. Melihat rinci rambut merah jatuh membingkai wajah indah itu sebelum tersenyum kecil.
"Apa yang sedang kau pikirkan, hm? Aku merasa kau terdiam saja dari tadi." Cale, yang sudah menantikan pertanyaan berat hanya mengedipkan mata pada pertanyaan tidak terduga.
Kim Dokja terlalu mengkhawatirkannya.
"Tidak ada apa-apa. Hanya mengagumi tindakanmu tadi, hyungnim." Itu dia lagi. Serangan telak memuji dari Cale yang bermaksud baik, tapi jatuh berbahaya untuk jantungnya.
"A-ah, benarkah?" Cale mengangguk dengan senyuman kecil.
"Kau terlihat keren tadi, Dokja-hyungnim. Tegas, tidak membuang waktu, cakep." Cale mengangkat kedua tangannya untuk memberi jempol. Gemas sendiri, Dokja terkekeh dan mengusak-usak kepala merah yang lain. Mendapat gerutuan dari Cale tetapi tidak di elak.
"Ah ah ah, sungguh malang nasib kita, Jihye-na, dipasangkan dengan pasutri yang sedang di madu ini." Heewon sepertinya harus diberikan label yang sama dengan Yoo Jonghyuk.
"Tatapan yang sangat panas, bung." Kekeh wanita itu dengan wajah innocent-nya, membuat Jihye disisi lainnya terkikik.
Mereka berdua terlihat sangat kompak sekarang untuk menggoda Dokja.
"Pasutri?" Cale datang menyela dengan wajah polosnya. Niat hati ia sungguh bertanya, apa hubungannya dengan Dokja terlihat seperti itu? Seperti pasangan?
Heewon sepertinya malah salah menangkap maksud tatapan itu, mengira Cale terlalu polos untuk topik ini.
"Eh, tidak ada apa-apa, Cale-ya. Jangan membebankan pikiranmu dengan hal ini-!" Kini gantian Dokja yang menyeringai remeh. Tangannya tergerak untuk merangkul bahu kiri Cale, membungkuk ringan, kemudian mendekatkan wajah mereka.
Pipi pembaca menyentuh pipi sang Hanibaram.
Mata coklat kemerahan permata melebar pada tindakan tiba-tiba Dokja, sedang pria lainnya terkekeh.
"Kalah kan kau sama Cale." Ejek Dokja, menyeringai manis pada Heewon yang berdecak kesal.
"Mulai lagi bajingan ini." Jihye hanya ber-whoah ria, tak tahu harus berbuat apa pada pemandangan di depannya.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' berteriak heboh! Kapalnya berlayar jaya!]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' bertanya apa yang dimaksud dengan kapal?]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' menatap rumit pada tindakan Inkarnasi 'Kim Dokja'.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' mengharapkan kedepannya agar ada jarak antara kedua Inkarnasi.]
[1.000 Koin di sponsori.]
Oh wow, sepertinya ada penggemar Cale disini. Nah, Dokja tidak akan menurutinya.
"Uri Cale disini sangat terkenal, bukan?" Tangan dari bahu bergerak untuk mengacak-acak rambut Cale. Si pemilik kekuatan itu kemudian tanpa sadar mengusakkan pipinya pada Dokja, dengan suara-
"Hehe." -kecil yang langsung menusuk jantung semuanya oleh cupid keimutan.
"Ugh! Cale-Oppa! Kenapa kau sangat imut sekali?!" Heboh Jihye dengan tangan menangkup pipi, mata melebar berbinar cerah.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' sudah pingsan di tempat.]
[Nebula 'Eden' tiba-tiba terguncang!]
[Sejumlah Konstelasi dari Nebula 'Eden' mencoba membuat Konstelasi yang pingsan sadar.]
Melepaskan pelukan dari Dokja, Cale segera bertanya pada calon ATM berjalannya dengan raut wajah khawatir tulus.
"Tolong jaga kesehatanmu, Konstelasi-nim." Hanya dengan balasan sederhana, rasi bintang mulai mengerayangi Cale dengan liar. Membuat dua wanita lainnya menganga, sedang Dokja terkekeh.
Lihatlah kekuatan sosok yang dicintai alam dan para dewa itu.
"Sudah, sudah, semuanya. Layanan Cale akan kembali sebentar lagi setelah menyelamatkan dunia~!" Dua tangan hinggap di bahu Cale, saat pipinya Dokja kembali menyentuh pelipis si rambut merah dengan senyuman manis.
"Tolong dukung kami dengan kebajikan kalian, Konstelasi-nim yang baik hati~!" Cale, disisi lain entah kenapa dapat mengerti tindakan Dokja, ikut bertindak.
Pria yang lebih pendek mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh tangan di pundaknya dan tersenyum sama manisnya.
"Benar kata Dokja-hyungnim, tolong dukung kami dengan kebaikan kalian, Konstelasi-nim terhormat! Kalianlah yang bersinar paling terang disaat-saat kesusahan kami!"
Heewon dan Jihye hanya bisa menyaksikan sejoli itu dengan senyuman speechless.
*****
[Skenario Tersembunyi - Teater Ruang Bawah Tanah]
[ Kategori : Tersembunyi
Kesulitan : A -
Kondisi : Kalahkan Master Teater.
Batas Waktu : Tidak ada.
Kompensasi : 4.000 Koin
Kegagalan : - ]
"Maafkan aku sudah menyentuhmu, Cale-ya! Aku sungguh sangat berdosa!"
Raut wajah Heewon memasam ketika melihat Cale mencoba menenangkan Dokja yang menutupi wajahnya dengan tangan. Duduk bersimpuh di pintu masuk ruang bawah tanah tiba-tiba setelah melakukan tindakan memalukan bersama para Konstelasi tadi.
Rupanya UwU Attack dari Cale masih susah di terima oleh Dokja, sehingga pria itu baper sendiri karena tindakannya.
"Sungguh ahjussi yang tidak tahu malu," gumam Jihye dengan wajah berbalut jijik, membuat Dokja semakin histeris batinnya. Apa yang diperbuatnya tadi?! Menyentuh Cale? Di depan para Konstelasi?! Dengan tangan kotor seperti miliknya?! Sungguh ia tidak tahu malu!
"Dokja-hyungnim, tidak apa-apa. Bukankah Konstelasi-nim senang pada akhirnya?" Tindakan sang pembaca mengherankan Cale, sumpah.
Ia bahkan senang melakukan hal tadi, karena mendatangkan banyak koin dari para Rasi Bintang. Skinship antara ia dan Dokja sangat bermanfaat dan tidak ada salahnya di sudut pandang Cale. Jadi, kenapa mendadak pria yang sepemikiran dengannya itu mendadak minta maaf dan histeris?
"Apa kau tidak suka?"
Deg.
Mata Dokja melebar dramatis dibalik jemari tangannya. Pria yang lebih tua segera mendongak, melihat wajah Cale yang kini berekspresi sedih.
"Padahal tindakan kita membuat para Konstelasi-nim senang..." dan mendatangkan banyak uang...
"Apa menyentuhku sangat tidak baik untukmu-?"
"Ya-eh, ani! ANIYA! A-aku suka menyentuhmu-!" Mata Dokja kembali melebar, sadar akan perkataan ambigunya membuat pria itu terbakar oleh rasa malunya.
Heewon dan Jihye disisi lain sudah tertawa terbahak-bahak. Tidak mengasihani pria sembelit cinta yang sangat kesusahan sekarang oleh rasa malunya.
"Kalau begitu apa yang salah?" Tanya Cale mulai frustasi. Dokja hanya bisa memberikan tatapan lemah, mendadak tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Begini, Cale-ya," Kasihan dengan Dokja, akhirnya Heewon mengangkat suaranya. Wanita itu menepuk kepala si rambut merah dengan senyuman geli di wajah cantiknya.
"Dokja-ssi disini hanya merasa malu untuk melakukan tindakan tadi-"
"H-heewon-ssi!"
"-makanya pria itu sekarang histeris sendiri. Apalagi sudah menyentuhmu tanpa izin. Dokja-ssi merasa tidak enak. Benar bukan, Dokja-ssi?" Yang ditanya menatap tajam Heewon, masih dengan pipi memerah, sebelum membuang muka malu.
"Nah, intinya Dokja-ssi itu... ma.lu." Cale ber-oh ringan sambil mengangguk. Membuat Jihye tertawa di sisinya.
"Kalau begitu, Dokja-hyungnim tidak perlu terlalu malu lagi. Aku mengizinkanmu, kok. Lagian 'kan selama semuanya senang?"
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' merasa ingin pingsan lagi.]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' ikut memerah pada perkataan Inkarnasi 'Cale Henituse'.]
[Konstelasi 'Secretive Plotter' berenggut tidak senang.]
[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' bertanya-tanya apa yang dimaksud sentuhan?]
[Para Rasi Bintang bersahutan setuju dengan usulan Inkarnasi 'Cale Henituse'!]
"Nah, mereka suka, Dokja-hyungnim-"
"Sudah, sudah, Cale-ya." Tangan Dokja terangkat dengan isyarat berhenti. Pria itu kemudian mencoba terdiri, dengan sebelah tangan menutupi wajah memerahnya.
"Huft, kau ini ya-" Dokja berjalan mendekati Cale dan mencubit ringan sebelah pipi pria yang lebih muda.
"Kau suka dengan situasi ini, 'kan?"
"Hehe :D"
Dah lah, Dokja sekarang hanya bisa menahan diri untuk tidak mleyot pada wajah sumrigah manis Cale.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' sudah kembali pingsan dengan damai dengan air mata bercucuran.]
"Fokus, Dokja-ssi. Untuk apa sekarang kita kemari?" Merasa sudah cukuo untuk UwU time, Heewon segera menengahi. Mengingat sebelumnya bahwa misi mereka penting sekarang untuk menyelamatkan Yoo Jonghyuk.
"Menyelamatkan Yoo Jonghyuk," sahut Jihye setelah dapat mengendalikan rasa gemasnya.
Mengangguk pada Heewon, Dokja kemudian menghirup napas dan menghembuskannya, mencoba mengendalikan dirinya untuk kembali tenang.
Mereka kemudian berjalan masuk, tegang seketika saat merasakan aura yang tidak mengenakkan keluar dari ruang bawah tanah berkedok seperti bioskop itu.
"Omong-omong, kenapa dua poster itu terobek? Kira-kira siapa yang melakukannya?" Pertanyaan Jihye mengalihkan perhatian tiga orang dewasa.
Dokja memperhatikannya, dan benar, hanya ada dua poster yang terobek. Menandakan bahwa Yoo Jonghyuk baru menyelesaikan dua film. Mengingat bahwa Skenario Utama #3 yang kelar dengan cepat, sehingga tidak mengherankan bahwa pria itu belum mencapai lantai puncaknya.
"Aku tidak tahu," balas Dokja berbohong.
"Kurasa, poster film-film ini seperti lantai? Kita harus menyelesaikannya untuk lanjut ke lantai lainnya." Mata sang pembaca menatap terkejut pada Cale sesaat, tidak mengharapkan penjelasan akurat hanya dengan informasi yang begitu minim.
Kemampuan yang menakutkan.
"Kalau begitu, Master baru menyelesaikan dua film-nya?"
"Kurasa? Kita akan mencari tahunya di poster ketiga."
Keempat penghuni baru menatap poster besar di depan. Mata Dokja menyipit mengenali film tentang apa itu, sebelum menyeringai kesal melihat nama sutradara yang tertampang di bawahnya.
Marc Forster.
Word War Z.
Itu film tentang zombie yang memang di usung-usung sangat bagus disertai alur yang masuk akal. Jadi, apa yang tidak memuaskan dari film ini untuk Master Teater?
"Ugh, ini film tentang zombie, eonnie." Mata Heewon berkedip jijik.
"Ugh, semacam manusia yang terinfeksi dan akan mengejar-ngejar kita dengan wajah hancur mereka?" Jihye mengangguk, ikut berekspresi jijik.
"Berarti kita harus berlari-lari?" Tanya Cale lagi dengan suara memelas. Ia benci olahraga dan kini harus berlari sana kemari untuk menghindari zombie?
"Apa kita harus menyelesaikan semua film ini dengan berurutan, Dokja-hyungnim? Tidak bisakah memilih yang lain?"
Dokja, yang ikut memikirkan dunia film Word War Z melelahkan kemudian mengangguk. Tentu dalam menyelesaikan film itu tidak perlu berurutan.
Lagipula, Yoo Jonghyuk sedang menyelesaikan yang ketiga. Kenapa pula tidak bisa mereka selesaikan yang keempat?
"Ayo lanjut ke poster keempat." Semua mengangguk dan melihat poster selanjutnya.
Dua sejoli tidak asing dengan kapal pesiar raksasa ditengah-tengahnya.
Tertampang nama James Cameron di bawah poster.
"Titanic?" Beo Jihye mulai terkekeh aneh.
"Ini film tentang si cowoknya yang mati bukan sih?" Gadis remaja mengangguk antusias. Dan mulai menjelaskan secara rinci pada wanita yang lebih tua.
Dokja, disisi lain mempertanyakan selera Master Teater dalam memilih genre film perlantainya.
Sungguh, bukankah di novelnya dikatakan bahwa semuanya memiliki alur yang berat untuk memuaskan Master Teater? Jadi kenapa pula Titanic bisa menjadi salah satu list film-nya?
"Mungkin karena si Jack mati membuat Master Teater tidak puas?" Pada pendapat Cale, semua menatap pemuda itu dan memikirkannya.
Lagian, sudah menjadi pendapat umum para fans bahwa semua menyayangkan kematian Jack Dawson di film Titanic. Mengeluhkan Rose DeWitt Bukater yang mengambil tempat untuk dirinya sendiri sehingga Jack mati kedinginan.
Padahal sudah jelas tidak bisa dinaiki dua orang, tetapi banyak fans tidak terima dengan kenyataan itu. Pria seperti Jack Dawson terlalu sempurna untuk ending menyedihkan seperti itu.
"Semua sepakat memilih film ini?" Sontak, semua kepala mengangguk, meski Cale tampak khawatir.
"Bagaimana dengan Jonghyuk-hyungnim?" Bukankah tujuan mereka kesini untuk memastikan pria itu baik-baik saja?
"Pasti bajingan itu baik-baik saja. Mari kita selesaikan film ini sehingga bisa mengejutkan Jonghyuk saat kita keluar bersamaan." Jihye mulai tersenyum manis pada rencana Dokja. Ingin melihat wajah terkejut sang Master juga.
"Baiklah kalau begitu."
Mungkin, ada tujuan tertentu dari Master Teater memasukkan film ini. Mengingat bahwa kesulitannya berada di lantai 1 ruang bawah tanah. Semakin dalam lantainya, semakin bagus hadiah yang diberikan.
Membuat Dokja ikut penasaran, hadiah apa yang akan diterimanya jika dilihat darj konten film romantis ini?
Di novel tidak dijelaskan, tetapi Dokja akan senang untuk mengetahuinya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Cale, cahaya tiba-tiba tertuju ke arah mereka dengan pesan muncul di layar.
[Kamu telah terkena Cahaya Proyeksi]
[Pemutaran Akan Di Mulai]
Landscape disekitar mereka mulai berubah. Dokja melihat ruang lobi bioskop berubah menjadi suatu pemandangan dermaga yang ramai akan orang-orang berkumpul di depan sebuah kapal pesiar terbesar yang pernah di ciptakan dalam sejarah.
Titanic.
Mereka berada di dalam film!
"Dokja-ssi?" Mata Dokja berkeliaran, menemukan Heewon menatapnya menganga saat wanita itu sendiri kini memakai pakaian bangsawan. Ada nama 'Rose DeWitt Bukater' tertulis di atas kepalanya.
"Kau menjadi Rose DeWitt Bukater?" Tunjuk Dokja tidak percaya.
"Dan kau tunangannya Rose, si Caledon apalah itu? Whoah, kau pasti memiliki sifat jahat karena menjadi villain utama film ini-oke, maafkan aku." Dokja memberikan senyuman manis mengancam saat wanita itu lambat laun terdiam.
"Bersikaplah baik pada tunanganmu, Dokja-ssi!"
"Diam. Ayo kita naik ke kapal. Kita harus mencari Cale dan Jihye." Mengangguk pada Dokja, mereka berdua lekas memasuki pintu kapal, tidak peduli pada pekikan ibu Rose, Ruth, yang ditinggal tiba-tiba oleh anaknya.
Dan saat mereka berjalan menuju ke bagian depan kapal, rambut kemerahan adalah hal yang menarik perhatian Kim Dokja.
Dengan hari yang begitu cerah, angin berhembus mengirimkan desiran ombak, berdiri di pinggiran kapal menghadap laut, Dokja menatap pemandangan itu terpana.
Dalam lautan keramaian, sosok itu tampak tidak tersentuh, sehingga tanpa sadar, Dokja memanggilnya, lagi.
"Cale-ya?" Si empu yang di panggil menoleh dan tersenyum kecil pada Dokja dengan latar belakang cakrawala langit yang menyatu dengan lautan.
"Dokja-hyungnim. Kau menjadi Caledon Hocklay, kurasa." Terkekeh sendiri, Dokja menyadarkan diri dari pemandangan indah Cale dan mengangguk.
"Ya, kau sendiri... Jack Dawson?" Cale menatap outfit pakaiannya dan mengangguk.
"Yap. Sedangkan Jihye menjadi teman Jack, Fabrizio De Rossi."
"Dimana Jihye?" Cale menunjuk sekitar.
"Sedang menjelajahi kapal kurasa. Soalnya ini terasa sangat nyata." Cale menepuk pagar kapal dan pemandangan sekitar dengan wajah tenang.
Dokja, disisi lain mulai melihat Cale dan Heewon bersamaan, seiring kesadaran muncul bahwa dua sosok itu menjadi protagonis dalam film ini.
Ada rasa terbakar tiba-tiba membara dalam hatinya.
Sorotan biasanya terfokus pada pemeran protagonis, itu berarti mereka berdua akan berakhir bersama-sama. Dengan semua adegan...
[Master Teater mengharapkan Ending yang luar biasa dari film ini.]
Melihat layar, Dokja tiba-tiba menyeringai kejam.
Menatap pemandangan sekitar, pada kapal, kemudian pada Jihye dan khususnya Heewon.
Sebelum berakhir pada Cale yang melihat kearahnya dengan wajah bingung.
"Mari kita buat Ending yang sangat, sangat, sangat menarik."
Jihye dan Heewon melangkah mundur tanpa sadar dengan tubuh mulai merinding.
~ BERSAMBUNG ~
Finallyyyyy~
Siap juga chapter ini 😭
Di update tengah malam, habis terketik no edit² lagi cuy, semoga kalian suka 🤧
Btw an, yang Neri maksud heboh di chapter sebelumnya itu, alurnya bakal lebih ke action gitu, enggak tau²nya otak, imajinasi, dan jari tersinkron malah berakhir kek gini 😭🙏
Ngakak sendiri cuk 😂🤌
Makin aneh aja cerita gue, tapi entah kenapa ketagihan bikinnya huhuhu 😭
Mereka dalam film Titanic oiii, ancur lah itu ditangan villain ala Dokja 👁👄👁
Entar Endingnya... dah lah, ngakak ndiri lagi ngebayanginnya 😭
Semoga kalian suka dengan chapter ini 😂🥺
Dan buat yang nunggu bang Jonghyuk, chapter depannya, ada dia tu, tenang aja. Entar rebutan Cale lagi 😂
Jangan lupa mampir ke book sebelah yaa xixixixi, sudah di update juga soalnya 🌹❤️
Salam hangat,
Neri 😭😂💙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top