Interlude : Love Story
(Word : 4.6k)
.
.
.
[Masa Lalu]
[Ashborn olíe Velaris's POV]
Saat itu, sang Raja Velaris sedang mengerjakan kesibukannya seperti biasa.
Mengurus dokumen kerajaannya yang semakin menumpuk. Mengingat bahwa delegasi dari berbagai negara akan datang ke kerajaannya.
Melihat bahwa kerja sama yang terjalin mudah antara Kerajaan Roan dan Velaris, membuat relasi kerajaan Roan berdatangan mengirim surat proposal. Mau itu terkait perdagangan, politik, wilayah atau bahkan pernikahan.
Pemuda berusia 25 tahun menghela napas. Menahan cemberut tidak elit yang keluar dari karakter cool Ashborn.
Tak berselang lama kemudian, pintu luar ruangan kerjanya di ketuk. Membawa senyuman sumrigah ke wajah Ashborn. Mungkin saja kekasihnya Cale datang berkunjung-?!
"Kakak?!" Senyuman segera luntur melihat adik perempuannya, Cassie masuk. Wajah saudarinya yang semula bersemangat kini mengerut curiga.
"Kau mengharapkan Tuan Muda Cale yang datang, bukan?" yang ditanya membuang muka. Mendapat cubitan ganas dari Cassie.
"Kenapa mencubit seorang Raja?! Kau akan di hukum karena melukai pipi pemimpin Velaris yang sangat berharga-!"
"Dan aku adalah seorang putri! Juga keluargamu-?!"
Pertengkaran mereka disela deheman ringan oleh sekretaris Ashborn. Yang berdiri tak jauh dari mereka. Memberikan tatapan sangat kejam seolah-olah kedua keturunan Velaris itu tidak lain hanya pengganggu untuknya.
"Ekhem-" Ashborn mendengus.
"Jadi, ada apa-?"
"Biarkan aku merancang pakaian untuk Tuan Muda Cale!" Alis bertaut mendengar usulan tidak menyenangkan itu.
"Kenapa melihatku seperti itu, hah? Aku membantu mendandani Tuan Muda Cale menjadi sosok tercantik di sejagat raya-"
"Tidak mau-"
"Bajunya berpasangan dengan milikmu-"
"Lanjutkan."
Cassie tampak menahan tawa pada reaksi cepat saudaranya. Ashborn disisi lain kini memiliki kilauan bintang di matanya. Mendengar usulan saudara perempuan terkasihnya dengan khidmat. Mulai membayangkan hasil pakaian mereka, berakhir tersenyum-senyum sendiri. Mendapat cubitan ganas dari Cassie yang membawanya kembali ke alam nyata.
Masih terkait dengan dokumen yang Ashborn urus, kerajaan Velaris memutuskan mengadakan pesta akbar yang mengundang seluruh pemuka dari berbagai benua. Pesta akan digelar dalam waktu sebulan lagi, tetapi para tamu undangan sudah tiba terlalu cepat. Membuat istananya begitu sibuk.
Jalanan juga dipenuhi oleh turis. Menyebabkan penjualan meningkat, usulan perdagangan memusingkan, dan kepala Ashborn sudah berasap untuk menjelaskan satu persatu masalah yang dihadapinya sekarang.
Kemana sang kekasih saat sang Raja membutuhkannya?
Cassie melihat wajah murung kakak laki-lakinya. Gambaran imajiner dengan awan mendung mengerubungi ubun-ubun pria lain. Memberikan gambaran seekor anak anjing yang ditinggal main oleh majikannya.
Bagaimana tidak?
Cale saat ini sedang bersama anak-anak walinya. Berjalan-jalan di kota dengan Choi Han sebagai pengawalnya seperti biasa.
Rupanya, Ashborn sudah mencuri banyak waktu Cale, sehingga anak-anak menjadi cemburu dan merebut kembali ayah mereka.
Ashborn juga ingin ikut! Bukankah raja Roan, Alberu, juga terlihat sangat bebas akhir-akhir ini? Rambut pirangnya terlihat dimana-mana dan hal itu semakin meruntuhkan semangat raja Velaris.
Kemudian pintu diketuk ringan. Sebelum Ashborn menjawab, kepala merah mengintip di baliknya.
"Ash-ya?"
Rasanya seperti sebuah panah tak kasat mata menembus jantung Ashborn sekarang. Mendapat decakan kesal Cassie dan tatapan patung sekretarisnya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu~" Ashborn bahkan tidak memperhatikan Cassie. Sebaliknya memasang wajah sedih, bibirnya melengkung kebawah dengan mata keperakan berkaca-kaca. Lengan juga dibuka, siap menerima pelukan.
"Peluk?" Mendengar ini, sekretaris langsung pamit undur diri. Beralibi untuk mengantar dokumen ke pusat administrasi. Meninggalkan Cale yang masih berdiri dipintu dan Ashborn yang membuka lengannya.
"Tanganku akan kesakitan," keluh pria muda berambut putih keperakan itu. Terkekeh sayang saat Cale menghela napas dan berjalan mendekatinya. Pemuda lain yang lebih pendek tampak membawa sesuatu ke atas meja raja Velaris, kemudian memberikan pelukan yang sudah pantas Ashborn dapatkan hari ini.
"Kekasihku, aku merindukanmu," isak Ashborn manja. Mendapat tepukan kepala dari tangan halus Cale. Ugh-bagaimana ini? Ashborn mencintai setiap inchi sentuhan dari kekasihnya!
"... aku hanya pergi 5 jam."
"Itu lama! Negara kita bahkan berbeda benua! Untuk perjalanan ke sini saja kau butuh waktu dua minggu :( " elak yang lebih muda. Mengusak-usak pipi dan rambutnya di dada Cale.
Rasanya seperti ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya saat mendengar kekehan pemuda berambut merah mawar itu. Ashborn tidak pernah terbiasa dengan suara bak lonceng peri tersebut (abaikan kalimat ini, dia hanya terdengar sangat dramatis saja).
Kemudian, ada sentuhan lembut di pipinya. Mendongakkan wajah Ashborn ke atas. Membuat mata coklat kemerahan garnett bertubrukan dengan abu-abu silver miliknya.
Rambut merah bergerai kedepan. Menyapu pipi Ashborn dalam sentuhan lembut, membingkai wajah rupawan itu dengan cantiknya. Setiap kedipan mata Cale terasa seperti ciuman manis di kulit pipinya, yang kini memiliki warna kemerahan semu cantik. Tak lupa kini berukir senyuman kecil tetapi begitu berharga yang diperuntukkan hanya kepada Ashborn.
Sentuhan di pipi mengambil alih lamunannya. Terkesan canggung, ragu-ragu. Seolah konsep sentuhan sederhana ini adalah hal yang asing untuk mantan komandan itu.
Namun, Ashborn tumbuh dalam cinta keluarga dan kerajaannya.
Setiap kemajuan yang terlihat dalam diri Cale, Ashborn akan menutup mata dan membuai dirinya untuk menghargai sentuhan itu.
"Apa aku mengantuk, sayang?" Rona kemerahan manis muncul di pipi Cale. Ashborn menyengir penuh suka, sembari menggerakan pemuda yang lebih tua ke atas pangkuannya.
"Tidurlah disini." Raja Velaris menepuk pahanya sekali, suaranya lembut penuh perhatian.
"Bukankah aku malah akan mengganggumu?" Ashborn menggelengkan kepalanya tegas.
"Kau lebih penting." Mata coklat kemerahan menatap penuh cermat.
"Alberu-hyungnim harus belajar banyak darimu," gerutu Cale tiba-tiba, kemudian mengambil posisi yang nyaman untuk beristirahat.
Si rambut merah mengubah posisi yang semula saling berhadapan, menjadi menyamping. Kepala bersandar di bahu pria berambut putih sambil bergumam lembut.
"Kursi kerjamu besar," ucap Cale tiba-tiba. Membuat mata abu-abu keperakan melebar bingung.
"Hyungnim benar-benar harus belajar banyak darimu. Kursinya begitu kolot, datar dan menyakitkan."
Tawa Raja Velaris begitu lepas dan terdengar bahagia.
Para pelayan, yang sudah di instruksikan masuk melihat raja mereka masih tertawa. Berusaha menahannya sambil mengusakkan pipinya di rambut kemerahan kekasihnya. Sedang mantan komandan Roan di pelukan Ashborn cemberut, memerah ringan tapi terlihat puas dan bangga.
Pelayan itu menahan senyuman, memberikan selimut kepada Rajanya dengan gerakan hormat. Sekali lagi mengintip penuh sayang saat pria yang lebih muda menyelimuti kekasihnya. Mencium keningnya. Berbisik manis. Kemudian kembali ke tugasnya.
Ketika ia membuka pintu, anak-anak komandan masuk kedalam dengan langkah hati-hati. Bersamaan dengan pengawal berambut hitam yang memberikan isyarat diam dengan cengiran lucu.
Ashborn melihat On, Hong dan Raon membawa banyak hal. Ketiga anak-anak memiliki penampilan yang sedikit berantakan. Tetapi puas dan penuh kegembiraan.
Meja sang Raja yang semula hanya berisikan dokumen, kini memiliki kelopak bunga dalam berbagai warna. Batu-batuan kecil yang berpola unik. Ranting yang berbentuk lucu dan masih banyak lagi.
Choi Han, disisi mereka menonton dengan tawa tertahan.
Tak berselang lama kemudian, anak-anak tertidur lelap di sofa dekat meja kerjanya. Choi Han duduk tenang disisi mereka, ikut tertidur juga. Meninggalkan Ashborn yang mendengus namun matanya berbinar penuh penghargaan.
Hidupnya terasa sempurna sekarang.
.
.
.
"Jangan mengintip-!"
"Ta-tapi-!"
"-ini akan menjadi penampilan spesial!"
"A-aku-"
"-Oppa adalah tokoh utama! Kau harus menyambut semua delegasi-!"
"Ka-kasihanilah aku, Cassie-"
"Bunda! Tolong bilang ke Oppa-!"
"-dengarkan saudarimu baik-baik, Ashborn-ah."
Dengan begitu, Ashborn olíe Velaris, sang Raja Agung Velaris, kalah melawan kata ibunda tercintanya.
"... baiklah."
"Choi Han. Tolong temani anakku, ya? Kalian juga cucu-cucu tersayangku."
On, Hong dan Raon dalam bentuk manusianya terkikik saat Narcissia mencubit gemas pipi mereka. Choi Han disisi lain memerah cerah saat menerima perlakuan yang sama. Menerima tawa dari banyak pelayan dan pengawal yang menonton.
"A-aku tidak mau ke pesta-" terdengar suara sedih dari balik pintu dan hati Ashborn hancur mendengar tangisan pilu itu. Wajah tampan itu seketika cemberut dengan mata berkaca-kaca. Memberikan wajah andalannya yang biasa ampuh terhadap ibu dan saudarinya.
"Tidak." Mata abu-abu terbelalak kaget pada jawaban ibunya.
"Ta-tapi-!"
"Seret anakku keluar, tolong?"
"A-aku harus melindungi kekasihku! Caleeeeeeee-!!!"
"Choi Han-Oppa!" Melihat Cassie yang mulai menggeram, lekas membuat pengawal elit Roan itu bergerak refleks menahan Ashborn. Kemudian menyeret raja muda itu menjauh menuju ruang utama, Star Hall.
"Kami pergi dulu, Nenek!"
"Dadah, Nenek!"
"Pai pai, Nenek Narcissia!"
Wanita beranak dua itu terkekeh penuh sayang. Membalas lambaian tangan cucu-cucu angkatnya yang turun membantu menyeret Ashborn menjauh.
Narcissia kemudian masuk ke dalam ruangan, tersenyum saat melihat Cassie yang begitu bersemangat mendandani kekasih si sulungnya.
"Cale-Oppa... kau benar-benar terlihat indah!" Desah wanita berusia 21 tahun itu dengan senyuman gemetar.
"Aku tidak indah-"
"Suuutttt-" Cassie terkikik saat Narcissia mengambil alih untuk menghentikan omong kosong itu. Apa Cale serius dengan penyataannya itu?
Disaat semua mata terlihat terperangah pada penampilan barunya.
"Ashborn mungkin akan mati terkena serangan jantung seketika." Mata coklat kemerahan Cale melebar kosong pada candaan ibu negara itu. Sedang Cassie sudah tertawa terbahak-bahak disisi mereka.
"Bagaimana bisa putraku yang petakilan itu mendapatkan hatimu, Cale sayang? Bunda ini enggan memberikanmu kepada anakku,"
"Tapi Ashborn anakmu?"
"Hussshhh. Sekarang kau dan Cassie adalah anak favoritku."
Cale tersenyum canggung dan Narcissia mengamati pemuda itu dengan penuh kasih. Segara perlakuannya, meski tertutupi oleh sifat pemalas, lembut, manipulatif, dan keras kepala, Cale terlihat tidak begitu mengenal cinta.
Pemuda ini mampu memberikan begitu banyak cinta untuk anak-anaknya. Untuk pengawalnya. Untuk rekannya. Untuk keluarga tirinya. Dan untuk semua orang yang mendukungnya.
Tetapi, mata itu tidak pernah berani untuk meminta cinta.
"Cale," panggil Narcissia lembut. Tangan wanita paruh baya itu terangkat dan mengusap pipi pria muda itu lembut.
"Semua perlakuan ini... adalah hal yang pantas kau dapatkan." Cassie tersenyum manis disisi ibundanya.
"Kami senang menyayangimu, Oppa!"
"Dengarkan Cassie. Kami senang menerimamu disini," akhir Narcissia. Menundukkan kepala Cale dan mencium keningnya.
"Bersenang-senanglah, putraku."
******
Kerajaan Velaris menggelar pesta yang sangat mewah.
Pesta tidak hanya di lakukan di istana, tetapi di luar istana juga dihias sedemikian rupa. Sehingga para warga bisa menikmati, mengamati dan menyambut para delegasi dari berbagai benua.
Sejauh mata memandang, Kerajaan Velaris bersinar dengan pendar putih lembut dibawah rembulan malam. Taman yang luas, dihias dengan tema putih klasik, veil lembut yang di ikat dari satu tiang ke tiang lainnya. Dilengkapi bangunan berbagai kuil baik dalam ukuran besar dan kecil (tersusun simetris) yang ikut bersinar oleh cahaya dari bunga Silver Pelia.
Suara musik, tawa dan canda riang terdengar riuh dimana-mana. Semua orang berbaur, tanpa memerdulikan status, ras, dan warna kulit. Merasa bebas dengan keamanan yang dijaga baik oleh pengawal elit Velaris.
Semua terpesona.
Rasanya momen di Kerajaan ini berjalan begitu lambat, sehingga terperangkap dalam dunia dongeng.
Para delegasi kemudian tiba dan berbaris rapi menuju Star Hall untuk diperkenalkan.
Para warga Velaris, yang selama ini tidak pernah berinteraksi dengan orang luar melihat dengan penuh rasa penasaran. Pada keunikan gaya berpakaian mereka, warna kulit mereka, fitur wajah mereka, bahasa mereka dan keindahan yang mengikuti jejak mereka.
Betapa indahnya perbedaan ini.
Para delegasi disisi lain sama terpesonanya dengan sambutan hangat nan meriah penduduk Velaris.
Star Hall tidak kalah menakjubkan.
Ruangannya sangat luas. Dengan jendela lebar yang menghiasi setiap sisi ruangan, tertutupi oleh kain-kain putih keperakan dengan lambang Kerajaan Velaris, berpadu garis-garis flora biru muda, tua dan segala macam warna lautan yang bersatu dengan langit. Jika semua menengadahkan kepala, mereka terpesona pada pemandangan malam yang tertampang jelas, sedang beberapa lampu kristal putih menyebar bagai bintang di atas.
Ruang dihias sederhana, namun terasa begitu anggun dan mistik.
Lantai yang dipijaki terasa seperti kaca dengan riak air yang mempesona, berkilau bagai mutiara.
Kemudian, ajudan yang berdiri di sisi pintu dan di atas balkon mulai melakukan tugas mereka. Musik beriringan, mempermegah kedatangan para delegasi dan sang Raja Bintang yang menyambut mereka.
"Semoga cahaya bintang selalui menyertai langkahmu! Kami menyambutmu, wahai Raja Velaris! Ashborn olíe Velaris!"
Semua bangsawan, pelayan dan pengawal yang berada di Star Hall, maupun di luar istana membungkuk. Tangan mereka menyatu seperti berdoa dengan ujung bibir menyentuh jemari. Sedang senyuman kecil penuh penghormatan terukir di setiap wajah.
Sang Raja muda yang di elu-elukan sebagai insan tertampan Velaris itu masuk ke dalam ruangan. Langkah kakinya menggema keseluruh ruangan, berdiri di balkon Star Hall, kemudian menghadap ke seluruh hadirin yang menunggu.
Dibawah sinar lampu kristal, rambut putihnya terlihat sangat lembut. Ditata menyamping dengan pita biru beraksen perak yang terjalin rapi di sisi lainnya. Bulu mata senada yang membingkai mata abu-abu keperakan, hidung mancung, rahang tegas, bibir tebal berpadu dengan fitur adonis. Dilengkapi dengan sebuah mahkota putih dengan permata silver berukir bulan dan Silver Pelia di atas kepalanya. Menunjukkan statusnya sebagai seorang Raja Agung.
Bahu tegap yang di lingkupi oleh mantel biru berbulu putih disisi kiri, sedang sisi kanan menunjukkan status dengan berbagai gelar yang menghiasinya. Pakaiannya jas putih dengan bagian belakang yang memanjang beraksen keperakan semu, bagian dalamannya kemeja biru dengan garis hitam, kancing bermotif Velaris dan sarung tangan biru. Kemudian selempang emas dengan motif sama di letakkan secara diagonal dari bahu kiri ke pinggang kanan. Sedang celananya berwarna senada dengan rantai keperakan serta jam tangan halus yang menggema di setiap langkahnya. Berakhir pada sepatu hitam pantofel dengan garis silver bagian belakangnya.
"Ta-tampannya-"
"Whoah..."
"Dia seorang Raja?!"
"Terlihat sangat muda-"
Bisik-bisikan kagum memenuhi ruangan. Apalagi saat Raja muda itu tersenyum menyambut. Ajudan disisinya kemudian mulai menyerukan kehadiran sang Putri dan Ibunda. Berambut putih lembut dengan gaya yang indah, mata bersinar abu-abu keperakan khas serta senyuman cantik di masing-masing wajah. Pakaian mereka sama cantiknya dengan gaya yang sama. Berbeda dengan Raja yang memiliki warna biru dan hitam, kedua putri dan ibunda memilih warna abu-abu, perak dan tosca lembut.
Bisikan kembali terdengar. Kali ini mengagumi kecantikan yang diwariskan oleh garis keturunan Velaris.
Raja Velaris, saat semua hadirin mulai diam, kemudian menganggukkan kepala pada ajudan yang berdiri disisi pintu untuk mempersilahkan para delegasi masuk.
Satu persatu dari mereka masuk.
(Jika saja semua bisa menyimpan momen bersejarah ini dalam hati mereka. Maka semua akan menyadari kerinduan yang membuncah dalam hati. Untuk bisa berhadir di dunia damai ini. Seperti lari dari kenyataan, menyaksikan dongeng indah ini menjadi kenyataan.)
Berbeda dengan musik ceria yang mulai di mainkan, sang Raja Velaris mulai tidak nyaman. Matanya mencoba mengamati sekitar. Berharap setidaknya bisa melihat wujud rambut merah kekasihnya yang tidak terlihat. Ia juga belum mendengar delegasi Kerajaan Roan di umumkan-
"Delegasi Kerajaan Roan, yang diwakilkan oleh Raja Alberu Crossman, beserta dengan ajudannya Cale Henituse dan Instruktur Istana Choi Han, memasuki Star Hall!"
Pintu terbuka lebar dan Raja Alberu yang lebih tua 7 tahun dari Ashborn masuk. Rambut pirang bersinar cerah bagai emas di bawah lampu kristal. Mata biru langit, yang berbinar geli serta senyuman menjengkelkan tak lepas dari pandangan. Pakaian yang dikenakan sama megahnya seperti wakil delegasi lain.
Berwarna merah maroon, dengan corak keemasan dan lambang Roan yang tertampang jelas.
Choi Han, disisi kiri Alberu juga terlihat gagah. Pakaiannya serba hitam, memiliki aksen emas dan merah dengan berbagai lambang di dada dan bahunya. Memperjelas status serta penghargaan yang pernah diraihnya. Serta ikat pinggang bersarung pedang pemberian Cale di sisi kiri pinggang sang pahlawan. Rambut yang biasanya berantakan juga tertata rapi menyamping, membuat wajah muda itu tertampang jelas.
Dibelakang delegasi Roan, mengikut kelompok besar Cale.
Seperti Mage Rosalyn.
Necromancer Mary.
Kepala Suku Serigala Biru Lock.
Kepala Mercenary Bud Illis.
Naga Emas Eruhaben.
Dan duo Molan menakutkan.
Tak lupa anak-anak, On, Hong dan Raon yang mengikuti dengan senyuman ceria.
Ashborn cemberut secara mental. Dimana kekasih kesayangannya, Cale-?
Bisikan semakin menjadi-jadi dan mata Ashborn mengikuti sumber kehebohan para tamu. Yaitu pada sosok berambut merah yang rupanya tersembunyi dibelakang tubuh hyungnim dan pengawal tersayangnya.
Napas Ashborn seperti tertahan.
Ia sudah mencoba melatih dirinya, untuk terbiasa dengan keindahan Cale yang tertampang. Baik wajah mengantuk, tersenyum, atau wajah tertawa, cemberut dan kesalnya. Tetapi, Ashborn rasa ia tidak akan pernah terbiasa dengan kecantikan sang terkasih. Apalagi di malam ini, Cale Henituse bersinar indah di depannya.
Pakaiannya... memiliki warna dengan motif yang sama seperti miliknya! Seperti yang sudah dirancang oleh saudaranya! (Cassie terkikik disisi sang ibunda pada wajah menganga saudaranya).
"Cale..." Sang Raja Velaris kemudian mulai berjalan turun. Matanya tak lepas dari Cale yang tersipu. Pipinya merona dengan kemerahan lembut, berusaha bersembunyi dibelakang Choi Han yang terkekeh sayang.
Para hadirin dan delegasi membelah jalan, mempermudah langkah kaki Ashborn menuju kekasih hatinya, Cale yang didorong lembut oleh keluarganya untuk maju kedepan.
Dengan penuh penghargaan, mata abu-abu keperakan mulai mengendarkan pandangannya. Melihat setiap inchi penampilan mistik Cale yang tertampang dihadapannya.
Rambut merah yang biasanya berantakan, kini ditata menyamping di kedua sisi ke belakang dengan ikat pita kecil berwarna keperakan, berpadu biru sama seperti miliknya. Menyisakan helai rambut poni yang ditata terbelah di tengah-tengah, berhiaskan tiara yang pernah Ashborn berikan sebagai hadiah di malam ritual keluarga Velaris.
Telinganya dipasangkan anting. Senada dengan warna tiara di dahinya. Pakaian dengan warna sama seperti yang dimiliki Ashborn. Bedanya Cale tidak memiliki mantel yang melingkupi sisi kiri bahunya. Tetapi memiliki lapisan kain gradasi biru-putih tipis yang bersinar bagai dilapisi ribuan bintang, yang jatuh ke belakang tubuhnya, seperti sepasang sayap peri dengan pola ... kerajaan Velaris. Selempang keemasan yang terlampir diagonal dari bahu kiri ke pinggang kanan, yang ditutupi oleh pin berukir sayap malaikat. Kemeja dalaman biru, dengan garis putih keperakan. Celana panjang berwarna putih, rantai-rantai yang menghiasi pinggangnya, di akhiri oleh sepatu putih.
Tetapi, yang membuat otak Ashborn menggila, adalah hiasan seperti kain putih tipis, melingkupi sisi kanan rambut kemerahan. Panjang mencapai bawah telinga, dengan hiasan bunga Silver Pelia dan bulan sebagai penjepitnya.
Ini.. seperti... baju pernikahan-
"Ashborn?"
Wajah raja muda itu memerah hebat.
"A-apa kau kepanasan?" tanya Cale tenang, tetapi memiliki sirat khawatir. Mata coklat kemerahan bersinar begitu cantik. Permata garnett yang sangat dipuja Ashborn.
"Ti-tidak." Pria yang lebih tinggi berdeham pelan. Kemudian mulai tersenyum penuh penghargaan dan cinta yang bersinar terang di mata abu-abu keperakan itu.
"Maukah kau berdansa denganku, Cale?" tangan kanan terulur, tangan kiri menunggu dibelakang punggung, sedang Ashborn membungkuk pelan kedepan.
Mata coklat kemerahan menatap cemas ke sekitar. Kemudian memutuskan untuk menerima uluran tangan itu, sontak membuat cinta dalam hati Ashborn semakin tumbuh.
Cale benci menjadi pusat perhatian.
Kekasihnya lebih memilih duduk dibelakang, membiarkan orang lain bersinar. Sedang si rambut merah akan menikmati waktu tidurnya, bersantai dalam kesunyian.
Tetapi, di malam yang begitu penting untuk Kerajaan Velaris, Cale menerima uluran tangan Ashborn.
Pria berambut merah maju dari tempatnya, menuju kedalam pelukan manis sang raja bintang. Dibawah lampu bintang yang bersinar dan tertuju hanya untuk mereka, Ashborn tidak akan pernah melepaskan pria muda itu.
Ia akan menghargai genggam kuat ini. Kepercayaan ini. Cinta yang diberikan ini.
Tangan kiri bergerak memeluk pinggang ramping sang terkasih, tersenyum sayang saat si rambut merah dengan canggung meletakkan tangan lainnya di dada, tepat jantung Ashborn berada. Melebar kecil saat merasakan betapa kencang detakan itu dibawah telapak tangannya. Membuktikan betapa kuat kehadiran Cale bisa mengguncang hati Ashborn dalam sekejab.
"Bersenang-senanglah, Ayah!"
"Aaawww kalian terlihat sangat serasi!"
"Tolong jaga ayahku, Mister White!"
"Beraninya kau meninggalkanku jomblo sendirian, wahai donsaeng manisku?"
"Cale-nim sangat cantik!"
"Selamat Tuan Muda Cale."
"Terdengarlah lebih bahagia, Mary! Hahahaha!"
"T-tuan Muda Cale terlihat cantik..."
"Ya Ampun, apa kau baru menyadarinya sekarang, si kecil Lock?"
"Bud-nim! Ja-jangan begitu!"
"Hush, jangan berlarian anak-anak..."
"Menarilah bersama kami Goldie Gramp!"
"Aku lelah..."
"Sakiti Tuan Muda dan teh lemon akan membanjiri kerajaanmu-"
"Itu siksaan yang terlalu sederhana, Ayah-"
"Kalian-ugh. Berhenti-"
Cale terlihat kewalahan oleh dorongan orang-orang terkasihnya.
Namun semua tertawa sayang dan memberikan lambaian tangan. Satu persatu, mereka melihat Ashborn kemudian memberikan senyuman penuh kepercayaannya.
Rasanya seperti Ashborn sudah direstui.
Jadi, ketika pria berambut putih itu memutuskan untuk membuat tarian berputar, si rambut merah begitu terkejut, wajah pun segera mendongak. Menatap sang Raja Velaris penuh tanya.
Namun, Ashborn hanya menyengir dan tertawa, membuat pria berambut merah ikut tertawa pada tingkah konyol sang kekasih. Keluarganya ikut bersorak di sisi mereka, bersama keluarga Velaris sendiri. Kemudian mulai bergabung dalam tarian mereka, dengan musik ceria yang mengiringi.
"Cale?"
"Hm?"
Ashborn tersenyum kecil, sedang matanya mulai bersinar lembut.
"Aku harap kau bisa bahagia hari ini." Kepala merah memiringkan kepalanya kecil. Memberikan pandangan penuh tanya.
"Luka apapun yang kau sembunyikan, tidak menjadi suatu alasan untukku mengasihanimu, Cale."
Mata coklat kemerahan melebar. Lidah seketika kelu dan sontak tubuhnya hendak bergerak untuk melepaskan diri dari Ashborn. Namun, tangan pria berambut putih itu menggenggamnya lebih erat.
"Justru hal ini membuat rasa hormatku semakin tinggi untukmu." Tangan yang memeluk pinggang, membawa tubuh mereka semakin dekat.
"Karena kau berada disini adalah hasil dari perjuangan Cale Henituse untuk melewati semuanya." Cengkraman di kain dada Velaris mengerat. Sedang wajah pemuda berambut merah tampak seperti menahan air mata.
"Jadi, aku akan memberikan semua cinta dan kebaikan yang sudah sepantasnya Kim Roksoo dapatkan."
Tangan kanan, yang semula menggenggam tangan Cale, kini bergerak menyentuh dagu pasangannya. Membuat sulung Henituse meletakkan kedua tangannya di depan dada Ashborn, dengan lemah memberikan jarak semu antara mereka.
"Baik itu di hari ini-" jemari jempol mengusap pipi Cale lembut.
"-besoknya-" memiringkan wajah cantik itu dengan pelan.
"-atau bahkan sampai jiwaku terlahir lagi-" bibir mereka semakin dekat.
"-lagi-" Mata Cale tertutup.
"-dan lagi."
Ciuman menyegel janji Ashborn olíe Velaris kepada Cale Henituse di malam itu.
Dan janji itu didengar oleh The Absolute One.
Dengan dua tangannya semunya melingkupi dua jiwa terindah itu dalam pelukan hangat, berbalutkan pendar cahaya bintang.
.
.
.
[Sung Jinwoo's POV]
Mata abu-abu keperakan mengamati pemandangan dungeon peninggalan Ashborn dalam keheningan. Berdiri di tengah-tengah altar tempat dirinya menemukan Cale, menyadari bahwa tempat dirinya berdiri sekarang adalah peninggalan Star Hall.
Tempat pertama dirinya, Ashborn olíe Velaris, mengucapkan janjinya.
Helai kain putih berterbangan lembut, seperti sayap malaikat semu yang mengelilingi kuil. Bunga Silver Pelia yang mengeluarkan cahaya dibawah sinar rembulan. Tak lupa dengan sisa-sisa Kerajaan Velaris, Roan dan lainnya yang mengambang di sekitar kuil, melawan gravitasi, menciptakan pemandangan yang begitu mistik dan memanjakan mata.
Dan sesuai dengan janji itu, kini berdiri Sung Jinwoo yang menyaksikan peninggalan itu dengan mata penuh nostalgia. Membiarkan cahaya bulan dan bintang dungeon itu membasahinya, menutup mata dan menikmati momen itu sesaat. Tersenyum kecil pada dengungan tentara bayangannya yang berjemur dalan kesejukan.
Saat membuka kembali matanya, berkas kemerahan mengalihkan perhatian pemuda Korea itu. Jinwoo berbalik dan melihat Cale berdiri disana dengan pakaian santainya.
"Apa kau baik-baik saja, Jinwoo-ya?" Tersenyum sayang, pria yang lebih muda mengangguk. Membuka satu lengannya, memberikan Cale instruksi diam agar datang mendekat. Hal ini membuat pria berambut merah mendengus. Tetapi dengan tenang membiarkan yang lain memeluknya erat.
Hati Jinwoo berdebar oleh perasaan hangat saat melihat pipi gempul pria yang lebih kecil berrsandar lucu di dadanya.
"Justru aku yang harus menanyakan hal itu kepadamu, Cale." Bahu yang lebih kecil tersentak ringan, tetapi tidak lagi gemetar dengan kesedihan. Hanya penerimaan teduh, yang lebih menyayat hati.
"Aku... baik-baik saja," jawab sulung Henituse. Menutup mata saat Jinwoo menunduk untuk memberikan ciuman kecil di kelopak matanya.
"Tetapi, matamu bengkak. Apa kau masih bisa melihat dengan jelas?" Raja Bayangan mengeluarkan 'ouch' kecil pada reaksi Cale yang mencubit pinggangnya.
"Aku... hanya tidak tahu harus mengatakan apa," gumam si pemilik mata garnett. Melihat pemandangan sekitar dengan penuh nostalgia. Mendongakkan kepala, pada balkon atas tersisa dengan puing-puing yang melayang disekitarnya.
"Begitu..." hati Jinwoo berdenyut sakit untuk pemuda dalam pelukannya.
Mulai dari masa kecilnya sebagai Kim Roksoo. Aniaya baik secara fisik dan verbal oleh paman sialannya. Tumbuh besar dengan self-esteem yang begitu rendah, tetapi masih dikokohkan oleh rasa 'bertahan hidup'.
Kemudian kiamat terjadi, membuat Kim Roksoo kehilangan banyak hal. Termasuk sosok yang disebut sebagai keluarganya.
Tidak berhenti disitu, bahkan setelah menjadi Cale Henituse, hidupnya tidak berakhir bahagia begitu saja.
Perang melawan White Star dan Seal God terjadi.
Mereka memenangkan perang, yang membuat Cale Henituse bertemu dengan Ashborn olíe Velaris.
Namun, bukankah seolah takdir tidak cukup memberikan kebahagiaan untuk Cale Henituse? Untuk Kim Roksoo?
"Jinwoo-ya?"
Hati pemuda korea itu serasa hancur untuk kesekian kalinya. Pada kenyataan bahwa baik Cale dan Ashborn sudah begitu menderita. Terpisah ribuan tahun oleh perang mengerikan, tak menyisakan rumah dalam sejarah, dan menghancurkan semua warisan.
Begitu kejam.
"-kau baik-baik saja?"
Sentuhan di pipi mengalihkan fokus dan sesak dalam diri Jinwoo. Pandangan wajah Cale buram, tanpa disadari bahwa kini mata abu-abu keperakannya berkaca-kaca.
Bahkan setelah semua kejadian yang menimpa Cale, kebaikannya bersinar begitu terang. Tidak mudah hancur dan memeluk sakit itu dengan senyuman teduhnya.
Hati Sung Jinwoo dipenuhi kekaguman, cinta dan frustasi untuk pria ini.
Ia ingin marah.
Kepada orang yang telah melukai Cale Henituse, Ashborn, Choi Han, Raon dan seluruh keluarga Velaris juga Roan.
"Kau menangis," gumam Cale, terdengar linglung meski bersirat nada khawatir. Oh The One, lihatlah bagaimana kebaikan, kehangatan, kasih yang terpancar di mata garnett itu.
Dengan lembut, Jinwoo menciumi telapak tangan yang menangkup wajahnya.
"Cale."
Mata berkedip dua kali.
"Terima kasih."
Jinwoo menutup matanya. Kedua tangan terangkap untuk menggenggam erat tangan pria yang lebih kecil. Menahan tangan itu dipipinya, membiarkan kehangatan bersentuhan manis dengan pipi dan sentuhannya.
"Terima kasih sudah mau bertahan-" Bisikan menggema dalam altar, tempat janji yang menjadi doa Ashborn kepada sang maha cahaya.
"-hingga aku datang menjemputmu."
Hening melanda mereka.
Dengan gugup, pria yang lebih muda mencoba membuka matanya pelan. Tidak siap untuk melihat senyuman kecil yang terukir di wajah indah itu.
Cale masih tidak menjawab, tetapi tangannya bergerak untuk menyentuh lembut ke seluruh permukaan wajah Jinwoo.
"Sama-sama, Jinwoo."
Mata permata itu terlihat bersinar oleh air mata dengan senyuman yang senantiasa terpatri di bibir merah muda. Kepala dimiringkan ringan, hingga rambut kemerahan membingkai pipi itu seperti ciuman manis.
"Terima kasih juga karena sudah menjemputku." Pria yang lebih muda menyayangkan Cale yang berpaling darinya, untuk menatap kuil terbesar yang sedang mereka pijaki dengan pandangan melankolis.
"Jika kau tidak menjemputku, pasti sudah terlambat," bisik pria berambut merah itu, tersenyum sedih.
"Untuk menyelamatkanmu, menyelamatkan dunia, Raon dan Choi Han yang berkeliaran tanpa akhir, juga musuh yang tidak mendapatkan balasan setimpal."
Tangan terangkat pelan. Keduanya melihat dengan tenang pada kelopak Silver Pelia yang diterbangkan angin, kemudian mendarat di tangan ringkih itu.
"Jadi... terima kasih." Cale mengakhiri ucapannya. Kembali menerbangkan kelopak itu bersama angin, menatap setiap jalan kelopak di udara. Seolah bebannya ikut pergi bersama hembusan angin itu.
"Sama-sama," kekeh Jinwoo, memerah malu. Berjalan mendekat ke belakang Cale, kemudian menarik pria yang lebih kecil ke pelukannya.
Dalam keheningan, mereka menyaksikan kuil terakhir kerajaan Valeris.
Mengenang momen dalam pelukan hangat.
Ciuman diberikan di puncak kepala, mendapat tawa ringan, debaran hati yang lucu, kemudian irama pelan oleh detak jantung.
"Bersediakah kau menari bersamaku, Cale Henituse?"
Senyuman sumrigah melengkungkan mata, diberikan sebagai balasan. Tangan terulur menerikan ajakan Jinwoo.
"Tentu, Sung Jinwoo."
Meski tidak ada musik, langkah mereka dalam note-note musik.
Tangan mereka bergandengan, sebagaimana detak jantung bertaut dalam kesatuan.
MINI OMAKE :
Igris menghela napas untuk kesekian kalinya pada Beru yang menangis pemandangan Tuan dan kekasihnya yang menari dibawa sinar rembulan.
"Indahnya... sob.. cantiknya.. sob.. huhuhu!"
"Bukankah ini tidak adil? Boss tidak pernah berkencan dan sudah dapat spek tingkat myth?" Celetuk Iron, yang langsung ditampol oleh Tusk.
"ITULAH HEBATNYA RAJAKU! SPEK-NYA LANGSUNG RATU!!!"
"Kau menabur minyak," gerutu Greed, sudah sama speechless-nya dengan Igris disampingnya.
"PASANGAN YANG DITAKDIRKAN!!!" teriak Beru, bagai menyerukan yel-yel sekte yang langsung di sambut sama meriahnya. Membuat alam bayangan itu langsung cerah oleh ribuan mata berkedip dalam kegelapan dan bersorak jantan.
"OORRRAAAHHH-!!!"
"RATU DABESSSTTT-!!!"
"JJAANNNGGGG-!!! 👍👍👍"
"GO GET UR MAN, RAJAKU!"
"HO?! INGGRISMU MANTAP!?" Tunjuk Beru acak ke suara yang beraksen Inggris.
"KAU! Kau akan menjadi menulis script untuk subtitle bahasa Inggris!"
"I'M READY, BERU-NIM!!!"
"CAKEP!!!"
Aku ingin menikahinya...
Alam bayangan kembali membeku saat suara pikiran Tuan mereka menggema keras.
Igris, menghela napas dan menutup helm dengan tangannya. Menggerutu batin mengapa Tuan-nya begitu terbuka dalam menunjukkan pemikiran liarnya? Bahkan setelah ciuman itu... bayangan masa depan dengan penjelasan plus plus yang tak perlu dijelaskan lebih lanjut...
Cale sangat cantik...
Bayangkan bangun pagi dengan Cale di pangkuanku?
Dan tangan dengan cincin pernikahan hinggap di atas detak jantungku?
Seksi.. menggemaskan.. cantik.. tampan..
"Sohibku, biarkan otakmu kembali bekerja," kekeh Iron, menepuk bahu Beru dua kali yang kini mengalami korsleting.
"Apa bayangan masih mempunyai otak?"
"Hush, kau kasar."
Igris mulai menghitung mundur.
3..
Beru, yang semula berdiri mulai bersimpuh.
2...
Dua kaki semutnya di lantai bayangan.
1...
"RAJAKU SUDAH MERENCANAKAN PERNIKAHAN?! HUWAAAAAAA-!!! MEREKA AKAN MENGESAHKAN HUBUNGAN DALAM PERJANJIAN SAKRAL NAN ABADI! AKU AKAN MENGUKIR SETIAP MOMEN DALAM NADIKU-!!!"
"Apa bayangan punya nadi?"
"DIAM BAJINGAN DIAM! KITA BAGAI SATU KESATUAN DENGAN RAJA! TENTU PUNYA OTAK DAN NADI SERTA CINTA MENDALAM KEPADA RATU-!!!"
Igris mendadak kasihan kepada penulis. Menuliskan pidato tak berguna Beru pasti membuat jemari kriting dan yeah, mau bagaimana lagi.
Beru memang yang terkuat, justru dia yang kurang waras.
Igris mau pensiun...
.... sudah baper aku denger lagu Love Story itu sambil kebayang era Kerajaan Velaris 🥺🥺🥺
Terasa nggak sih Love Story mereka? Huhuhu 😭🤏🤍✨️
Btw, untuk kali ini update Interlude dulu yaa~
Chapter aslinya belum siap di ketik karena akan panjang. Jadi, butuh banyak persiapan juga dan sejauh ini moodswing banget ngetik cerita ini TT)
Mian guyyyss
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top