#8 - A Lamp in a Niche

(Pelita dalam Ceruk/Lubang)

.
.
.

WARNING! :
Bagi Pembaca yang memiliki pengetahuan Astronomi, baca di NOTE akhir ya sebelum nge-judge :")

Neri nulis kekuatan yang Cale punya dengan referensi astronomi yang... cukup kuat tapi hanya dasarnya saja yang Neri tulis... karena otakku cukup cetek untuk mengaplikasi pengetahuan ilmiah ke dalam bentuk fantasy??? ಥ_ಥ)🙏

Jangan lupa VOTE, KOMEN dan FOLLOW bagi yang belum ya, gaiss ❤️🌹✨️
Enggak terima komentar 'NEXT' doang atau 'PLS UPDATE MORE'... kalau dilakuin, pen tak hiiihhh-! <( ‵□′)>───Cε(┬﹏┬)3

(Word : 13.8k include MINI OMAKE)
(*boOmBasTiCsIdEeyEs-)

[Masa lalu]
[Cale Henituse's POV]

"Aku melihat ada banyak lukisan The Absolute One di beberapa kuil," ucap Cale tiba-tiba, saat mereka sedang menjelajahi istana Velaris bersama dengan sang Raja di minggu kedua mereka tiba.

Pria berambut putih cerah bolak-balik menatap Cale dan langit-langit istana, kemudian tersenyum kecil.

"Seperti yang Tuan Muda tahu, keluarga kami memuja The Absolute One. Sejarah keluarga Velaris bersama Dewa ini cukup panjang, karena kehadirannya solid." Kini giliran Cale berkedip heran pada penjelasan itu.

"Solid?" Beo Raon, yang sedari tadi terbang disekitar mereka. Mata biru bercelah terlihat sangat tertarik.

"Ya, solid. Seperti, The Absolute One selalu menampakkan sedikit dari kekuasaannya?"

"Kekuasaan seperti apa itu, Yang Mulia Ashborn?" Tanya Choi Han, yang menemani sebagai pengawal Cale penasaran. Raja muda kemudian terkekeh dan menunjuk dirinya sendiri.

"Kami lah bentuk kekuasaannya!"

Hening melanda suasana.

Cale memberikan tatapan datar, Choi Han berkedip polos dan Raon terkikik pelan. Melihat reaksi tak berkesan, Ashborn kemudian memerah malu.

"Ekhem! Maksudku, kekuatannya tetap terwujud dari generasi ke generasi. Kekuatan Velaris, atau cahaya-" tangan kemudian terulur kedepan dan sebuah cahaya kecil memancar disana.

"Whoah... hampir seperti kekuatan dewa matahari?!" Kagum Raon terheran-heran. Kemudian mengerut saat merasakan perbedaan.

"Yap. Kekuatan cahaya Velaris sedikit berbeda dengan kekuatan dari dewa matahari."

Ketiganya menyaksikan dengan terpesona saat cahaya menyebar dan berbentuk menjadi pedang.

"Wah! Seperti Taerang!" Antusias Raon, kemudian menutup mulutnya kaget karena menyadari ia mengungkapkan kekuatan Alberu. Choi Han terkekeh gugup dan Cale mendengus.

"Apa... tidak apa-apa kalau Yang Mulia menjelaskan kekuatannya kepada kami?" Tanya Cale, hampir ragu dan wajah Ashborn anehnya memerah cerah. Kenapa Raja ini memerah? Apa dia merasa panas?

"A-ah... to-tolong panggil saja Ashborn, Tuan Muda Cale!" Kening pria berambut merah mengerut.

"A-aku bersikeras..." Raon dan Choi Han terkekeh di sisi Cale. Melihat warna wajah pria muda lainnya kini seperti kepiting rebus.

"Baiklah... Ashborn-nim." Raja Muda menghela napas tidak elit.

"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan menjelaskan kekuatan Keluarga Kami! Apalagi kepada sekutu masa depan Kerajaan Velaris," jawab Ashborn akhirnya, memberikan senyuman tajam, menantang dengan mata silver berbinar penuh tekad.

Mata itu kemudian melirik Cale, anehnya memiliki ekspresi... lembut?

"Terima kasih atas kerja samamu, Tuan Muda Cale." Komandan Roan mengangguk santai.

"Kalau begitu, panggil saja Cale." Mata abu-abu bersinar cerah, seolah diberi hadiah.

... pria muda aneh.

"Ba-baiklah, ekhem, Cale." Ashborn berdeham beberapa kali, masih dengan pipi memerah. Pria berambut salju dengan gugup kembali menunjukkan kekuatannya.

"Ke-kemudian kekuatan Velaris bisa dimanifestasi dalam berbagai bentuk. Bisa menjadi senjata bahkan ke dalam elemen." Hei, bukankah kekuatannya terdengar sangat OP?

Mereka melihat senjata pedang retak, kemudian hancur dan berbentuk seperti... api? Itu masih memancarkan cahaya putih, tetapi bentuknya seperti api.

"Whoaahh, ini terasa panas seperti api! Coba kau sentuh manusia!" Kagum Raon, mencoba menyentuh cahaya itu.

Ashborn tersenyum. Liuk api cahaya kemudian berubah seperti cairan dan memutari mereka dengan elegannya.

"Air?" Suara Choi Han terdengar sama herannya.

Tidak berhenti di situ, air cahaya itu kemudian berbentuk busur angin yang kemudian ditembakka dan berhembus kencang, membuat rambut merah Cale berantakan. Raon bertepuk tangan ceria, bersama dengan Choi Han. Komandan Roan terlihat sama terkesannya, masih dengan gaya rambut berantakan yang bagian belakang rambut, menutupi setengah wajahnya.

"Hihihi, manusia! Kenapa wajahmu seperti itu?!" Tawa Naga Hitam itu, mendapatkan dengusan dari Cale.

"Ma-maafkan aku! Bi-bisakah aku-" suara Ashborn terdengar gugup dan komandan dari Benua lain itu mengangguk. Kemudian merasakan sebuah tangan yang besar nan hangat mulai menyentuh rambutnya. Pandangan yang ditutupi rambut kemudian berubah menjadi wajah tampan pria yang lebih tinggi. Pipi merona -anehnya lucu- yang menonjolkan bulu mata putih lentiknya.

"Uh oh.. ma-maafkan aku-"

"Tidak masalah. Kekuatanmu menarik," balas Cale sekenanya, tersenyum kecil menenangkan.

"Silahkan lanjutkan."

"O-oke. Jadi, kembali lagi dengan kekuatan kami dan cerita antara nenek moyang dan The Absolute One. Dulu, nenek moyang kami adalah satu-satunya manusia yang berhasil mencapai benua ini. Namun, nenek moyang yang merupakan nomaden, tidak berekspetasi jika tempat ini merupakan benua bersalju. Oleh karena tanpa persiapan apapun, leluhur hampir mati dalam kedinginan. Sehingga The Absolute One, dengan cahaya kehidupannya, memberikan banyak manfaat. Seperti yang kau lihat, bisa berbentuk senjata, api, api, angin dan semacamnya."

"Sangat berbeda dengan kekuatan dewa matahari! Cahaya matahari hanya berafiliasi sebagai bentuk cahaya saja, bersifat menyembuhkan tetapi tidak memiliki elemen seperti cahaya keluargamu!" Sambung Raon, mengangguk-angguk bijak oleh pendapatnya sendiri.

"Bagaimana dengan kegelapan? Kurasa ada satu gambar yang merepresentasikan cerita lain?" Cale bertanya murni karena penasaran. Tetapi melihat ekspresi khawatir di raut wajah tampan itu, membuatnya merasa tidak enak.

"Maafkan aku jika-"

"Tidak apa-apa, Cale. Pengamatanmu sangat jeli," kekeh Raja muda, matanya melihat ke salah satu gambar dengan cat berwarna gelap keunguan yang memudar.

"Yah, cahaya tidak ada ada tanpa kegelapan dan kegelapan tidak ada tanpa cahaya," gumam Ashborn. Mata abu-abu keperakan dipenuhi dengan nostalgia, meneriakkan aura bijak di usia yang begitu muda.

"Bagaimana kita mengetahui bahwa langit sudah berubah menjadi malam?"

"Bagaimana kita manusia mempelajari peta dunia dan mengukirnya di atas kertas?"

"Dan bagaimana manusia bisa tahu bahwa cahaya kecil seperti bintang itu ada?"

Senyuman lebar terukir di wajah itu.

"Semua ada karena awalnya adalah kegelapan itu sendiri." 

"Kegelapan dan cahaya membuat segala sesuatu seimbang."

Cale setuju dengan pendapat itu. Mata coklat kemerahan melihat Raja Muda itu kembali memandang lukisan Tuhan mereka. Matanya memuja, menghargai dan begitu lembut dalam sentuhan juga keinginan. Sangat bersahaja seolah-olah Ashborn telah merasakan sosok itu sendiri.

Berbeda sekali dengan Cloppeh sialan Sekka.

"Meski kami meyakini The Absolute One sebagai pemilik 'cahaya', tidak banyak sejarah yang menjelaskan 'kegelapan'."

Mata semua penonton melihat Ashborn menunjuk ukiran sosok dalam jubah, yang memegang dua cahaya di tangannya. Satu dengan warna ukiran, yang satunya lagi lebih di gelapkan.

"Sejarah keluargaku tidak menjelaskan siapa 'pemilik' ini secara spesifik. Hanya saja... sifatnya begitu jahat. Dia pembisik kekacauan, menyukai kebencian, dan bersemanyam dalam suatu lapisan kegelapan." Naga kecil tanpa sadar menggigil saat Ashborn menjelaskan dengan suara muram, hampir gelisah.

"Kegelapan itu dulu begitu hangat, memeluk malam dan menenangkan tidur. Rasanya..." mata abu-abu melebar oleh emosi kesedihan.

"Rasanya seperti The Absolute One sendiri yang juga merupakan 'kegelapan' itu sendiri."  Rambut putih membingkai wajah tampan, yang kini memiliki ekspresi serius.

"Tetapi... sekarang 'kegelapan" itu terasa mengancam dan menusuk. Seolah-olah ada orang lain yang mengendalikan kekuatan 'kegelapan'  milikThe Absolute One."  Tangan Raja muda itu terangkat, mengelus pelan permukaan lukisan tersebut.

"Karena aku tahu, 'kegelapan' The Absolute One itu sangat berbeda." Mata keperakan melirik Cale, senyuman lembut terpatri di bingkai adonis nan rupawan itu.

"Dia-lah pemberi cahaya pada langit dan bumi, perumpamaan cahaya yang seperti sebuah lubang kegelapan tak tertembus. Namun, tiada lain di dalamnya terdapat sebuah pelita besar." 

Hati Cale tertegun, mendengar bagaimana kalimat itu perlahan-lahan menyentuh batinnya dengan lembut.

"Pelita besar itu rupanya berada sebuah kaca kecil tetapi memiliki kilauan bintang-bintang seperti mutiara. Mereka terpancar begitu terang, berbisik akan keindahan yang hanya terpancar saat gelap menyelimuti pelita."

Melihat wajah audiens yang kebingungan, Ashborn tersenyum malu.

"Maafkan aku, begitulah bagaimana kalimatnya tertulis. A-aku juga belum terlalu paham-"

"Tidak apa-apa, Ashborn-nim. Kami menikmati sejarah keluargamu yang luar biasa," ucap Cale jujur, karena ia benar-benar terkesima oleh silsilah keluarga Velaris ini.

"Bagaimana jika kita melanjutkan tur ke sana-?"

"Ayo! Raja Salju! Naga yang hebat dan perkasa ini tidak sabar lagi!"

Sembari naga hitam dan pengawal mulai mengikuti langkah Raja, Cale mendapati dirinya tetap menatap lukisan di langit-langit itu.

Pandangan menerawang, seolah tenggelam dalam pikiran.

Pada lukisan sang The Absolute One dan Kegelapan di sudutnya.

Ada... yang aneh...

Pada sebuah bola hitam yang melayang di tengah-tengah The Absolute One dan Kegelapan.

Apa itu... bola hitam dengan cahaya keemasan yang mengelilingi-?

"Cale?" Lamunan membuyar dan Cale tidak sadar bahwa napasnya kini terengah-engah dan terdengar kasar.

"Cale-nim?"

"Manusia! Apa kau baik-baik saja?! Kenapa kau terlihat pucat?! Makan kue pai Apel ini-!"

"Tidak apa-apa, Ra," potong Cale langsung. Merasa tidak nyaman untuk makan sesuatu sekarang. Mata kemudian tak sengaja menatap Ashborn, di mana pria berambut salju memiliki pandangan nanar disana.

Kedua tangan terangkat lemah, seolah ingin meraih Cale dengan ekspresi yang begitu lembut, berselimutkan kekhawatiran.

Anehnya, hati Cale berdebar oleh wajah itu.

"Cale?"

Pendar lembut di sekitar wajah Ashborn memberikan gambaran angelic. Wajah tampan dengan fitur aristokrat berpadu sepasang mata abu-abu keperakan cair indah. Rasanya seperti lukisan itu hidup dalam sekejab entah kenapa.

Sosok cahaya itu sendiri, mungkin kini ada di depan Cale sekarang-?

.
.
.

[Sung Jinwoo's POV]

[ "Cale."

Saat pria berambut merah itu menerima tangannya, hati Jinwoo membuncah oleh begitu banyak pengabdian dan cinta.

Ia kemudian mengangkat tangan yang terbebas satunya lagi, untuk mengusap ujung mata si rambut merah. Tersenyum lembut melihat pria yang lebih kecil bersandar pada sentuhannya. ]

Melihat bahwa Ice Monarch sudah menghilang, pria Hunter Korea itu kemudian menggenggam pinggang ramping sang kekasih dan teleportasi ke tempat Go Gunhee yang berada di bawah perawatan Raon.

"Bagaimana, Ra?" tanya Cale, setiba mereka langsung berlutut di sisi naga yang kini bertransformasi ke wujud manusianya. Mungkin ini pertama kalinya pria berambut hitam melihat bentuk manusia naga kuno itu dalam identitas barunya sebagai Sung Jinwoo. 

"Dia tidak bisa mempertahankan wadahnya. Jika kita ingin menyelamatkan pria tua ini, maka parasit harus keluar dari tubuhnya," gumam Raon. Mata biru bercelah menatap dingin pada tubuh Gunhee yang mengeluarkan pendar cahaya redup. Menandakan bahwa Frangment Rulers masih mengambil alih kesadaran Ketua Asosiasi Korea tersebut.

"Fragment of Luminosity," panggil Jinwoo, mengeluarkan pendar kegelapannya di belakang Cale. Begitu mengancam dan memperingati. Bahwa jika Rulers itu mencoba menyentuh pria berambut merah, maka ia akan di hancurkan dalam sekejab.

"Fragment of the Brilliant Light...," ucap Rulers dalam badan Gunhee dengan suara lirih. 

"Apa kalian kemari untuk merebut kekuatan Cale-nim?" tanya Choi Han dengan wajah polos, tetapi Jinwoo tahu bahwa dibalik senyuman kecil itu, mata berbinar akan ancaman mematikan.

Pada pertanyaan sang Ksatria Hitam, mata yang bersinar keemasan melirik Cale. Tangan terkepal dan pasukan kegelapan dalam dirinya berseru ganas saat melihat keserakahan terlintas di mata Rulers itu.

"Mengapa Pencipta memberikan Fragment terakhir itu kepada manusia sepertimu?" Raon menggeram.

"Jaga suaramu, Rulers bajingan." Cale tidak mengubris, mata coklat kemerahannya melirik Rulers dengan mata tenang, nyaris hampa tanpa emosi apapun.

"Kau harus memberikannya kepada kami! Para bajingan Monarch, mereka sudah berkumpul dan akan menghancurkan dunia ini dalam sebulan lagi! Kami sudah menanggung semua penderitaan perang ini, mencegah mereka menghancurkan dunia-" kekehan dari pria berambut merah menghentikan proklamasi membara dari Fragment of Luminosity.

"Ke-kenapa kau tertawa?! Manusia hina-ugh! Ba-bagaimana bisa-?!" Raon tidak mengatakan apa-apa, cakar naga muncul di tangannya kemudian meremas kecil leher manusia Go Gunhee. Tetapi Jinwoo melihat bagaimana cakar tak kasat mata itu menggenggam jiwa Fragment of Luminosity dengan kejam, tanpa belas kasih.

"Oh? Kau melindungi dunia?" tanya Cale, suara berbisik dan mendayu-dayu tetapi darah Jinwoo terpompa oleh bara kecemburuan. Dalam sekejab ingin menghancurkan telinga bajingan Rulers yang mendapatkan kesempatan mendengar suara indah menggoda -mengejek- itu dengan mudahnya.

"Berapa dunia yang sudah menjadi korban oleh perperangan kalian? Bahkan dengan pengkhianatan terhadap Fragment of the Brilliant Light? Terdapat Pencipta-mu sendiri? Kalian terlalu dibutakan oleh Keadilan Semu," cibir pria bermata garnett itu, tatapan merendahkan dan penuh kebencian.

"Katakan padaku, Fragment of Luminosity." Ketiga laki-laki berambut hitam menyaksikan bagaimana sosok terkasihi itu mendekatkan wajahnya ke hadapan wadah si Rulers. Menyeringai kecil sembari tangan kanan terulur untuk mengeluarkan Fragment terakhir The Absolute One yang di maksud kedua kubu.

Semua mata menyaksikan sebuah cahaya terpancar terang di sana, sebelum berubah menjadi kegelapan di tengah-tengah bola cahaya. Sedetik kemudian, cahaya itu menipis tetapi tetap berkilau megah dengan membentuk cincin yang mengelilingi kekuatan gelap itu.

"Kau melindungi bumi untuk manusia? Atau melindungi bumi untuk sumber daya?" 

Pada pertanyaan ini, Fragment of Luminosity terdiam. Suaranya tercekat bahkan kelu untuk mengucapkan sesuatu. Keheningan menjadi bukti bahwa kedua pernyataan itu bahkan bukan merupakan jawaban.

"Aigooo, bukankah kau para Rulers sama saja dengan Monarch?"

"Be-beraninya kau menganggap kami SAMA?! MANUSIA-!!!" cakar menguat dan Rulers itu berhenti. Tetapi matanya menatap Cale begitu nyalang, dipenuhi oleh hasrat benci juga lapar. Pada kekuatan yang bersinar di tangan kanan si rambut merah.

"Kalian cahaya yang 'tidak sempurna', telah terkikis seiring kegelapan itu juga memudar," bisik Cale, suaranya mengasihani.

"Hmmmm... 'menyerapmu' kembali tidak akan menyenangkan." Raon melepaskan cakarannya dan Jinwoo bersama Choi Han menyaksikan bagaimana cahaya di sekitar bola hitam itu mulai menyebar dan menyelimuti tubuh Go Gunhee dengan indahnya.

"Katakan kepada Rulers lainnya, bahwa-" 

Di bawah empat pasang mata, yang menatap dengan kejam, melihat bagaimana Rulers itu menjerit kesakitan. Sembari cahaya kekuatan Cale memisahkan dua jiwa itu dengan proses yang lambat dan tentu sangat menyiksa untuk pihak Fragment of Luminousity. Semua menyaksikan bagaimana Fragment Rulers itu mulai 'terhisap' ke dalam bola gelap yang melayang di atas tangan sang kekasih Bulan.

"-Cale Henituse tidak berbelas kasih."

Hening melanda suasana. 

Alam dengan khidmat menyaksikan bagaimana wajah itu bersinar indah oleh cahaya kekuatan, rambut merah menyebar membingkai dengan alunan merdu dan-

[ "RATUKU! PIDATOMU SANGAT MENAKJUBKAN! TIADA LAIN YANG BISA HAMBA RASAKAN SELAIN RASA KAGUM ATAS-!"

BERU.

"Raja, kau harus melatih ucapanmu agar lebih megah-"

"Tolong hentikan, Iron-nim. Jangan membuatnya semakin gila-"

"Newbie-nim, bagaimana jika kau diam saja? Biarkan Raja melatih pidatonya!" ]

Raon menahan tawa. Choi Han yang melihat Cale dengan binar mata pengabdian lembut. Serta Jinwoo yang menahan kesal. Dengan emosi yang berbeda-beda, mereka menyaksikan jiwa itu perlahan menghilang, menyisakan Go Gunhee yang kini terengah-engah kesakitan.

"Bagaimana dengan lukanya, Ra?"

"Aku sudah menyembuhkan luka yang kritis. Hanya butuh perawatan medis biasa," jawab sang naga kecil. Terkikik lucu saat manusianya mengusap rambut hitam, pandangan bangga yang membuat hati siapapun meleleh melihat gambaran manis itu.

"Beru," panggil Jinwoo. Mengabaikan kekesalan batin saat chimera bayangan itu muncul di depannya dalam posisi sujud aneh.

"Hamba siap memenuhi panggilanmu, Raja Agung-ku!"

"Bawa Woo Jinchul ke mari." Raon tertawa begitu keras saat Beru bangkit, gemetar sesaat melihat Cale dengan rona merah di armor bayangannya. Kemudian membuat gerakan aneh seperti penghormatan ala tentara Korea dan menghilang dalam teleportasi bayangan.

"Apakah bajingan Sekka itu bereinkarnasi atau semacamnya?" tawa naga hitam lagi, mendapat wajah memasam Cale sebagai balasan.

"Jangan samakan Beru dengan bajingan gila itu."

"Mungkin Beru-nim adalah semacam titisan-nya?" goda Choi Han lagi. Segera membuang muka saat Cale menghadiahinya tatapan jijik.

"Diam, Choi Han."

"Benar apa yang Cale ucapkan, hyung. Argumenmu tidak terlalu valid!" hardik Jinwoo dengan suara bermain-main. Mata silver keperakan itu melengkung dengan seringai menggoda seperti milik Choi Han.

"Karena titisan Clopeh Sekka itu kini lebih waras-aww. Sakit~" Cale menoleh hingga mereka tidak bisa melihat wajah cantiknya. Tetapi pipi Cale mengembung lucu sehingga batin Jinwoo menahan diri untuk tidak menggigit buntelan bak mochi kemerahan itu dalam sekejab.

"Ketua Go?!"

Atmosfer ramah di sekitar mereka pecah seketika saat Beru muncul dengan Woo Jinchul. Wakil Ketua itu berwajah pucat, melihat satu persatu wajah disana, kemudian ke bentuk pria yang tidak sadarkan diri di tengah-tengah.

"Panggil bawahanmu. Ketua perlu perawatan medis," titah Jinwoo dengan mata tenang. Mereka pun memberikan jalan kepada Jinchul mendekat dan berlutut di sisi Go Gunhee. Pria berambut coklat itu gemetar meraih ponsel, kemudian memerintah bawahan untuk naik ke lantai Ketua Asosiasi. Samar-samar, suara helikopter juga terdengar dari luar.

Jinwoo berdecak pelan.

Suasana kini semakin riuh dan kini Cale sudah terlihat kelelahan. 

Mereka langsung berangkat dari pesta Konferensi Internasional, menuju ke Dungeon Ashborn kemudian berhadapan dengan Ice Monarch dan Fragment of Luminosity. Pria yang lebih tinggi tidak ingin kekasihnya berhadapan dengan media massa saat ini.

"Kami akan pergi, Wakil Ketua," ucap Jinwoo lagi, dengan santai menggendong Cale ala pengantin. Membuat wajah pria yang lebih kecil memerah malu, tetapi membiarkan Shadow Monarch menggendongnya. Hati pria yang lebih muda berdebar saat kepala merah bersandar di bahu bidangnya.

"Ba-bagaimana dengan Konferensi Internasional-?! Ada jadwal baru yang telah di publikasikan setelah konferensi di adakan dan mereka berencana untuk menyiarkan-"

"Mana yang lebih penting sekarang? Urus dulu kesehatan Ketua Asosiasi dan aku akan menelpon White untuk mengurus sisa rencana." Woo Jinchul dengan enggan mengangguk.

"Juga, publis penyataan untuk konferensi pers di sore hari nanti. Aku yakin, para masyarakat bisa salah paham terhadap siaran yang akan dibagikan oleh Asosiasi Guild Internasional." Wakil Ketua itu menghela napas dan sekali lagi mengangguk patuh. Melihat bagaimana Jinwoo memalingkan wajah untuk fokus kepada sosok dalam gendongannya.

"Kemana kita akan pergi, Mister Black?" tanya Raon, masih dalam wujud anak kecil berusia 6 tahun. Kini naga muda itu berada dalam pelukan Choi Han yang mengawasi setiap pergerakan dengan mata tenang.

"Kita akan pulang ke rumah." Choi Han memiringkan kepalanya ringan.

"... rumah?" Cale tersenyum mengantuk di pelukan Jinwoo.

"Ada Eomeoni dan Jinah disana." Hanya pada jawaban itu, mata biru Raon dan gelap Choi Han melebar. Keduanya tampak linglung, hilang dalam memori kenangan sebelum senyuman kecil muncul di kedua wajah itu.

Sedangkan Jinwoo menatap Cale dengan pandangan terkejut, pada julukan 'Eomeoni'. Dalam sekejab kehangatan menyebar dan pria itu tidak bisa menahan diri, segera memberikan ciuman manis di puncak kepala rambut merah.

Membuat beberapa audien baru (bawahan grup Asosiasi Hunter) memerah oleh tindakan Jinwoo.

"Ayo kita pulang kalau begitu," ucap Raon lembut sedang Choi Han mengangguk pelan.

Mereka pun hilang dalam kegelapan hangat.

.
.
.

[Sung Kyunghye's POV]

Waktu itu saat menyiapkan sarapan pagi, pintu depan apartemennya di ketuk. Mata abu-abu pudar melirik ke ruang tamu sesaat kemudian pada bayangannya di bawah. Tahu bahwa anak sulungnya telah menempatkan prajurit bayangan di sana. Melihat reaksi negatif dari bayangan, berarti pengunjung kali ini tidak memiliki niat buruk terhadap keluarga Sung.

Mematikan api kompor, mengelap tangan di apron, Sung Kyunghye berjalan pelan menuju pintu depan. 

Entah kenapa jantungnya berdegup kencang. Memikirkan mimpi semalam yang begitu kabur, suara tawa samar, tatapan dari berbagai orang tetapi begitu hangat dan penuh kekeluargaan. Itu mimpi yang manis tetapi saat Kyunghye terbangun, air mata sudah jatuh membasahi pipinya.

Menghirup napas, menghembuskannya, tangan terulur dan membuka pintu.

Wajah anak sulungnya, putra tercinta, Sung Jinwoo menyambut mata ibu itu. Jantung berdebar saat melihat kekasih anaknya, Cale Henituse menyapa dengan senyuman mengantuk dalam gendongan hangat. 

"Eomma," panggil Jinwoo, suaranya terdengar malu. 

"Eomeoni," gumam Cale, mata garnett cantiknya sayu tetapi hati Kyunghye meleleh untuk putranya yang lain. Apalagi saat panggilannya sudah berubah dari 'Ahjumma' menjadi 'Eomeoni'? Mata Kyunghye melesat melihat putranya, yang langsung membuang muka dengan pipi memerah.

"Ah... Nenek?" suara bisikan anak kecil mengalihkan perhatian Kyunghye dan saat mata abu-abu tuanya melihat sepasang mata biru bercelah, kasih sayang asing tetapi begitu familier membuncah dalam dirinya.

Anak kecil itu berusia sekitar enam tahun, rambut hitam bergelombang dengan kilau biru tua. Kulit pucat pualam, mata tajam, serta taring kecil mengintip di celah bibir tipisnya. Memakai baju abu-abu sederhana dan celana hitam selutut. 

"A-annyeong," sapa sosok asing lainnya, yang menggendong anak kecil. Rambut hitam sama berantakan, kulit pucat pualam, alis tebal dengan mata hitam lebar. Memakai seragam Guild anaknya, berdiri dengan ekspresi malu disisi Jinwoo dan Cale.

"Annyeong," balas Kyunghye, suara sama berbisik seolah tidak percaya. Pandangan memburam, apalagi saat dua sosok yang bersama Jinwoo itu memberikan gummy smile yang begitu manis. 

"A-ayo masuk dulu, anak-anak."

Wanita beranak dua itu lekas membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan semua masuk ke dalam apartemen. 

"Aku akan membawa Cale ke dalam." Kyunghye mengangguk, tak lupa memberikan ciuman kecil ke kening pria berambut merah. Mendapat semburat manis di pipi pucat kemerahan itu. 

Kemudian Jinwoo menghilang ke dalam kamar, menyisakan Kyunghye bersama dua orang baru di ruang tamu. Seketika wanita berambut hitam tersipu malu, mengingat bahwa apartemennya kecil, hanya memiliki ruang tamu yang juga merupakan ruang keluarga.

"Si-silahkan duduk." Keduanya mengangguk. Pria yang lebih tua mendudukan anak kecil di sofa dan duduk dalam posisi tegak. Sama bingung dan canggungnya. 

"Kalian ingin minum apa? Teh? Susu? Kopi?" 

"... teh saja, juseyo...?"

"Aku mau susu... bolehkah?"

Wajah Kyunghye sumrigah dengan senyuman berseri-seri. Perasaan hangat nan manis terlintas, seolah momen ini menjadi salah satu yang sudah lama ia rindukan. 

"Tentu! Silahkan, buat diri kalian santai, arra? Anggaplah ini rumah kalian, hm?" keduanya tersenyum manis dan mengangguk.

"Terima kasih, Halmeoni* !" (*nenek dalam Korea)

Panggilan itu... 

Kyunghye menggelengkan kepalanya, melangkah ke dapur untuk menyiapkan teh hangat dan susu. Mata berkedip heran, seolah ia sudah melakukan kegiatan ini berulang kali di masa lalunya. Tetapi... tidak ada rasa takut atau waspada oleh kenangan buram. Yang ada hanyalah... sisa kerinduan?

"Ini, silahkan diminum." Dengan mata penuh perhatian, Kyunghye melihat kedua sosok itu mengambil gelas mereka masing-masing. Meminum teh dengan khidmat dan susu dengan gerakan kaki yang lucu. 

"Ini enak, Ahjumma-nim," gumam pria berambut hitam berantakan. Senyuman lembut tertera di bibirnya.

"Hu um! Ini enak! Susu Halmeoni selalu yang terbaik!" 

Selalu, ya?

Kyunghye tertawa kecil melihat kumis putih yang tercipta dari buih susu di atas bibir anak kecil. Dengan tissu, wanita beranak dua itu kemudian mengelapnya pelan.

"Benarkah?" Mata biru itu berkaca-kaca, bibir gemetar dan anehnya, Kyunghye merasa sama emosionalnya.

"Hu um! Nomor satu!" 

Tawa pecah di antara mereka bertiga.

"Siapa namamu si kecil? Dan namamu, tampan?" 

Kedua pria dan anak kecil saling bertatapan kemudian memberikan gummy smile khas yang memanjakan hati.

"Salam kenal kembali, Ahjumma-nim, namaku Choi Han."

"Salam kenal, Halmeoni ! Namaku Raon Miru! Panggil saja Raon, nde???"

"Kalau begitu, Choi Han, Raon, salam kenal kembali. Namaku Sung Kyunghye." 

Mereka saling tersenyum dalam keheningan, tetapi berbalutkan dengan perasaan.. reuni

"Ah, maukah kalian ikut sarapan bersama keluarga kami? Kebetulan aku sedang menyiapkan sarapan. Bagaimana?" Pria bermata hitam dengan cepat menghabiskan teh kemudian berdiri seolah refleks.

"Bi-biarkan aku membantumu, Ahjumma-nim!" Raon juga segera menghabiskan susunya, ikut berdiri seperti Choi Han tetapi dengan seringai nakal di wajah mudanya.

"Aku juga! Raon bisa membantu Halmeoni apaaaa saja~! Halmeoni butuh bahan apapun, Raon Miru yang perkasa dan kuat di seluruh semesta ini bisa mendapatkannya untukmu!"

"Jinjja*?" tanya Kyunghye, suara menggoda. Mencubit sekilas pipi kedua laki-laki di depannya. Keduanya mengangguk kompak, sangat menggemaskan. Kemudian mengikuti Kyunghye ke dapur, menjadi kegiatan pagi ini begitu berisik. *(semacam benarkah dalam bahasa Korea)

Tetapi berisik yang di rindukan.

Rasanya seperti kepingan terakhir kembali menyatu ke tempatnya.

*******

[Cale Henituse's POV]

Rasa kantuk mengaburkan pikiran Cale.

Samar-samar, ia bisa melihat pemandangan subuh dari luar jendela. Mata berkedip, sadar kemudian bahwa saat ini ia berada di dalam kamar Sung Jinwoo. Kepala menengadah, melihat bahwa pria yang lain sedang membaringkannya di atas kasur.

"Jinwoo?" tanya Cale, suaranya kecil dan mengantuk.

Ciuman di kening diberikan dan pipi terasa hangat.

"Hm?"

"Jangan kemana-mana, un?" pinta Cale, merasa di luar karakter tetapi saat ini, ia tidak ingin sendirian. 

Tidak ingin merasa apa yang telah ia lalui sebelumnya itu hanyalah mimpi belaka. Di mana kata cinta dan kasih sayang itu hanyalah khayalan dan di mana sosok jiwa kekasihnya itu hanyalah harapan semu. 

Kemudian pria berambut merah itu merasakan pergerakan dari Jinwoo. Sepasang lengan kekar memeluk rasa waspadanya, napas pelan yang menenangkan indranya, serta pandangan yang begitu menghangatkan hati.

"Aku disini, Cale." Kalimat diucapkan dengan suara berbisik. Bagai janji yang sudah diikrarkan berulang kali. Seperti doa di setiap malamya dan Cale mengangguk pelan.

Mata tertutup, menikmati buaian kekasih. Terkekeh pelan saat Jinwoo mengusakkan pipinya iseng di atas rambut merah, dibalas tawa ringan.

"Cale-ku yang mengantuk sangat cantik, indah dan lucu," gumam Jinwoo dan Cale bisa merasakan betapa kencang degup jantung pria yang lebih muda.

"Jinwoo juga tampan," ucap pria yang lebih mungil, suara terendam di dada bidang kekasihnya. Tertawa pelan kemudian mendengar betapa rusuhnya pria yang lebih besar. Baik jantung dan dua tangannya yang aktif memeluk Cale dari berbagai posisi.

"Bagaimana ini? Aku ingin memelukmu begitu erat kemudian mencium setiap inchi wajahmu dan menggigit pipimu-" tangan Cale yang bebas refleks memegang pipinya.

"Jangan pipi," protes si rambut merah, memberikan pout kecil. Sedang wajah memerah karena Jinwoo membeberkan keinginannya dengan blak-blakkan. 

Ya Roan.

Terkadang Cale merasa, Sung Jinwoo adalah sisi liar dari Ashborn yang tersembunyi.

"Iya, iyaa, jangan pipi, hmmm... arraseo, arraseooo~" tangan yang lebih besar menyentuh rambut merah kemudian mengusapnya lembut, membuai Cale seketika.

"Istirahat, Cale. Aku akan membangunkanmu ketika sarapan nanti, hm?"

"Jam berapa... sekarang?"

"Masih jam setengah 6 pagi."

"Hu um... arraseo," gumam pria berambut merah. 

Dan detik demi detik, kegelapan mengambil alih.

Berbalutkan senandung Kerajaan Velaris yang membawa nostalgia manis, kehangatan kabur dan senyuman kecil. 

Ciuman di sudut bibir adalah yang terakhir Cale sadari sebelum bunga mimpi mekar dalam tidurnya.

********

[Sung Jinah's POV]

Saat Sung Jinah bangun dari tidur dan menyelesaikan aktifitas pagi-nya, berapa terkejut remaja itu ketika melihat ada dua orang asing di ruang makan mereka. Jantung berdebar kencang, saat dua pasang mata hitam dan biru cerah meliriknya.

Mereka membeku dalam waktu, mencoba untuk tidak canggung tapi berakhir dengan senyuman malu.

"Duduk, Jinah, sarapannya sudah siap." Remaja perempuan itu mengangguk, mengambil tempat duduk di samping ibunya. Sedang anak kecil berusia 6 tahun duduk di sebrangnya, mata biru bercelah berkedip lucu dan memberikan senyuman menggemaskan.

"Hai, si kecil~" rayu Jinah, terkikik saat dada anak itu membusung, seolah bangga entah kenapa.

"Hai juga, adik perempuan Mister Black! Namaku Raon Miru, kau diberikan izin untuk memanggilku Raon atau Ra!" Gaya bicaranya aneh, tetapi tetap lucu di mata Jinah.

"Hoo? Salah kenal, Raon, namaku Sung Jinah, kau bisa memanggilku Noona!"

"Dan, dan, dia ini adalah ksatria dari manusiaku! Choi Han!" Tunjuk Raon ceria, pada pria yang terlihat lebih muda dari Jinwoo-Oppa.

Jinah mendongak, melihat pria yang tengah membantu ibu menaruh mangkuk nasi ke meja dengan senyuman ramahnya sendiri. Hoo.. dia tampan, dengan kepolosan lembut sebagai karismanya.

Hmm? Ksatria? Manusia-ku?

Apa Jinah tidak salah dengar?

"Annyeong, Choi Han-Oppa, Jinah ibnida," sapa remaja perempuan itu, rasa percaya dirinya mulai kembali tumbuh. Ia melewatkan bagaimana Kyunghye tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Ah, kita harus membangunkan mereka," gumam ibunya, mata wanita itu melirik ke pintu kamar saudaranya.

Jinah menatap kosong sesaat sebelum menganga.

"Bukankah Oppa sedang berada di Amerika sekarang?! Dan dia berada di kamar?!" Pekiknya histeris, bangkik dari duduk. Mengejutkan tiga penghuni lainnya.

"Dia pulang bersama Raon dan Choi Han tadi subuh," jawab ibunya, kembali berkutat dengan sarapan di dapur.

"Biarkan aku membangunkan mereka, Halmeoni!" Seru Raon, menyeringai cerah dan turun dari kursi. Langkah kakinya riang menuju depan pintu kemudian membukanya.

"Jangan terlalu keras, Raon-nim," seru Choi Han, senyuman di wajahnya.

Mata Jinah berkedip. -nim??? Apakah... Raon ini semacam anak orang kaya atau orang penting? Ibunya juga terlihat biasa saja, seolah tidak merasa aneh.

Jinah dengan malu-malu berjalan ke kamar Jinwoo-Oppa, mengintip dari pintu dan melongo.

Benar saja, kakak laki-lakinya sudah kembali lengkap dengan Cale-Oppa yang cantik di pelukannya. Keduanya terlihat damai, dengan tangan kiri kakaknya di pinggang pria yang lebih kecil. Sedangkan hidung sang Oppa terkubur di helaian rambut merah mawar itu.

"Mister Black! Bangun, bangun! Sudah saatnya sarapan dan Ayah harus makan!" Anak kecil tanpa mmerdulikan kenyamanan sejoli itu naik ke atas kasur kemudian duduk di pinggang saudaranya.

Btw, posisi tidur Jinwoo-Oppa menyamping menghadap ke pintu masuk. Sedang Cale-Oppa ada di pelukannya, kepala menoleh ke kanan hingga masuk ke ceruk leher pria berambut hitam. Napas pelan dan wajah polos damai, terlelap dalam tidurnya hingga Jinah merasa tidak enak untuk membangunkannya.

"Mister Black!" Seru Raon, kini menampar ringan pipi Jinwoo-Oppa dan gadis malang itu menganga tidak elitnya.

"Eh, jangan menamparnya begitu!" Seru Jinah, mendekat takut-takut.

"Tidak apa-apa, hanya Mister Black yang bisa mendengar suaraku!" Senyum anak kecil, mendapat ekspresi heran dari gadis lainnya. Suara sekeras itu tidak membangunkan Cale-Oppa?

"Jahatnya, aku juga butuh tidur," gumam Jinwoo-Oppa, kini suaranya menggerutu. Mendapatkan cengiran tengil dari anak kecil yang masih betah di atas tubuh saudaranya.

"Bangun, Oppa! Sudah saatnya sarapan!" Merasa lebih berani, Jinah mendekat dan menggoyang-goyangkan bahu saudaranya.

"Umnhh..." mata melotot, melihat Cale-Oppa bergerak kemudian segera mendelik kepada anak kecil. Di mana Raon sudah menyeringai nakal kepadanya sambil memeletkan lidah.

Anak kecil itu-!

"Kalian jangan bertengkar, Cale akan terganggu-ooww..." lesu Jinwoo-Oppa, bahkan tidak bereaksi saat Jinah menjitak dahinya.

Yang ada malah tangan Jinah kesakitan. Sial, rasanya seperti memukul batu... Ekspresi apapun yang ada di wajah remaja perempuan itu membuat Raon terkikik riang.

"Ra," gumam Cale-Oppa, membuka lengan kirinya.

"Hehehe! Ayah!" Seru anak kecil kemudian berubah dalam pooff kecil menjadi seekor naga. Jinah menganga lebar, menyaksikan anak kecil yang baru saja berubah melesat ke dalam pelukan Cale-Oppa.

Sebentar!

Se-sepertinya... sepertinya ada yang tidak beres!

A-anak itu berubah menjadi naga!?

Kemudian... AYAH-?!

"Kyaak-!" Karena posisi Jinah berada di sisi kanan Jinwoo-Oppa, pria itu dengan mudah menyeretnya bersama kedalam pelukan teletubis dadakan.

"OPPA!" Pekik gadis itu, kemudian tertawa saat merasakan gelitikan di pinggangnya. Mata melotot, melirik naga itu menyeringai nakal padanya.

"Sebentar! Kenapa ada naga disini?! K-kau naga, bukan?! Dan Cale-Oppa sudah punya anak-?! Apa yang terjad-uahahahahah! Hentikan kau Oppa gila!" Desis Jinah, mencoba melepaskan diri dari pelukan maut Jinwoo-Oppa yang ikut menyeringai seperti naga itu. Apalagi tangannya membuat Jinah merasa tergelitik.

"Cale-Oppa!"

Merasa cukup kasihan, pria berambut merah menghela napas.

Cukup membuat dua makhluk berambut hitam itu membeku.

"Bangun dan lepaskan Jinah. Aku lapar," ucap Oppa cantiknya dan Jinah sudah jatuh cinta untuk sosok itu ke sekian kalinya.

Keduanya, Jinah dan Cale-Oppa yang sudah sepenuhnya terbangun melihat bagaimana diamnya Raon dan Jinwoo-Oppa.

Firasat remaja itu menjadi tidak enak.

"Ayo kita sarapan!" Senyum Jinwoo-Oppa terlalu lebar.

"Ayo!" Seru naga itu antusias dan-

"EOMMA-!"

*******

[Third Person's POV]

Choi Han dan Kyunghye menyaksikan saat empat orang lainnya keluar dari ruangan. Tetapi dalam posisi aneh.

Yang mana di tangan kiri Jinwoo ada Cale yang digendong dengan entengnya. Pipi si rambut merah bersandar lesu di atas kepala pria berambut hitam. Sedang di pelukannya ada naga hitam kecil, bermaga biru cerah dengan tawa riang. Namun, di tangan kanan Jinwoo, adalah saudarinya sendiri, Jinah. Dalam posisi di gendong seperti karung beras.

"Lepaskan aku! Perutku sakit!" Isak Jinah yang malang, dihiraukan oleh Jinwoo.

Pemandangan itu mengundang tawa Choi Han dan Kyunghye.

"Kenapa kalian tertawa! Posisiku sangat tidak elit!"

"Aigoo~! Adik Mister Black sangat banyak mengeluh!" Seru Raon, kemudian terbang di depan wajah Jinah, mendapatkan tatapan kesal sebagai balasan.

"Yak! Kemari kau naga kecil-!" Remaja itu mulai bergerak liar.

"Jinah, kau seperi kucing liar," keluh Jinwoo tidak tahu malu dan sang adik sudah siap untuk menangis.

"Sudah, Jinwoo-ya, letakkan yeodonsaeng*-mu dan Cale. Kita sarapan dulu, arra? Choi Han." Mereka menyaksikan pemuda itu dengan patuh mengambil kursi tambahan ke meja makan. (*adik perempuan dalam bahasa Korea)

Kemudian Jinwoo meletakkan Jinah pertama, diberikan pukulan kapas ke lengan dan mencoba menjebak Raon ke lengannya. Naga Kecil mengalah, membiarkan perempuan itu mencubitnya selagi tawa menghiasi interaksi mereka.

"Jinwoo," panggil Cale menyadarkan dan pria yang lebih muda dengan mudah mendudukkan sang kekasih di atas kursi kemudian duduk di sampingnya.

"Ah... maafkan aku," ucap Kyunghye ketika menyadari bahwa mereka hanya punya empat kursi (satu tambahan).

"Tidak apa-apa, Halmeoni ! Aku memiliki kursi lain!"

Naga hitam menjentikkan tangan dan sebuah kursi mewah dengan gaya Victorian muncul di sisi kanan meja, berhadapan dengan Choi Han di sebrang. Kedua perempuan bermarga Sung menganga, sedang Jinwoo menahan tawa dan Choi Han yang menutup wajah dengan tangannya malu.

"Raon..."

Seolah tidak peduli dengan pandangan kaget Kyunghye dan Jinah, naga itu berubah menjadi sosok remaja berusia 14 tahun. Lengkap dengan baju modern serta rambut hitam yang bergaya wolf-cut. Hanya mata biru yang tidak berubah, berbinar tajam dengan riak listrik. Raon kemudian mempaskan diri di kursi layaknya seorang raja yang angkuh dan menatap Cale.

"Ini, sayang," Kyunghye, yang duduk dekat Raon dan berhadapan dengan Cale segera mengisi nasi untuk keduanya.

"Makan, Ayah," titah Raon. Menggunakan sumpit dengan ahlinya, tangan cekatan mengambil beberapa lauk dan diletakkan di atas nasi Cale.

"Sebentar! Eomma!" Pekik Jinah, seolah keanehan yang baru saja terjadi adalah hal yang biasa.

"Apa yang sedang terjadi di sini?!" Jinwoo memberikan tatapan tidak senang, berbanding dengan dua pipinya yang kembung seperti tupai.

"Kwau menggwanggu," celetuk si sulung Sung. Menyantap gimbab yang tersedia dengan lahap.

"Kau baru saja dari Amerika! Kemudian membawa pulang... na-naga aneh ini! Dan Choi Han-Oppa, eh, dia normal! Kemudian cara dia berubah dan kursi anehnya! Apa yang terjadi-!"

Seolah sudah bosan dengan drama saudara perempuannya, Jinwoo memerintah secara mental kepada Beru untuk menghidupkan TV, yang terlihat langsung bahkan dari ruang makan.

Semua melirik chimera bayangan muncul dengan gaya menyambut aneh ala Kerajaan (mendapat tawa dari Ibunda Suri Raja dan Ratu), lagi. Beru kemudian meraih remote control dan menghidupkan TV.

Tepat sedang menyiarkan berita terpanas, paling trending, yang baru saja terjadi di Amerika.

Tentang Konferensi Guild International yang akan di siarkan secara publik.

Dan.. seekor naga yang begitu besar muncul di Dublin.

Manusia aneh di atas kepada naga hitam, yang konon lebih besar dari Naga Khamish.

Saudaranya yang melawan pemimpin Guild Amerika paling disegani dan menang.

Serta Amerika yang diserang oleh musuh tak di kenal dan dihadang oleh Hunter Henituse.

Bersama Naga Hitam dan Pria berjubah Hitam.

... dan yang terbaru... penyerangan makhluk tak dikenal terhadap Ketua Asosiasi Hunter Korea.

Kemudian... saudaranya, Sung Jinwoo dan Cale Henituse mendadak muncul dan mengalahkan makhluk asing itu...

Jinah merasa ingin tertawa. Tertawa seperti orang gila.

...

Apa ada hal normal -barang sekecil apapun itu- di keluarga mereka?

...

Jinah bodoh jika berpikir bahwa hal itu ada :)

******

[Choi Han's POV]

"Kau bisa menggunakan kamar ini, Nak Choi Han. Aku akan tidur bersama Jinah." Pria berambut hitam berantakan tersenyum lembut. Bisa merasakan tatapan Lady Narcissia menembus, menghangatkan hatinya.

"Terima kasih, Ahjumma-nim." Kyunghye tersenyum manis dan menepuk lengannya penuh suka.

"Ah, mengenai baju, kau bisa memakai milik putraku untuk sementara jika tidak membawa baju! Ahjumma akan membeli yang lain-"

"Tidak apa-apa, Ahjumma-nim! Tidak perlu repot-repot-" tatapan tajam Kyunghye membuat Choi Han kicep. Aigoo, meski jiwanya bereinkarnasi, kepribadiannya tetap mirip, bukan?

Samar-samar, Choi Han bisa mendengar Raon tertawa di sisi lain ruangan.

"Kau juga naga muda!" Hardik Kyunghye lagi, kemudian misuh-misuh dengan wajah serius. Tentang membelikan pakaian baru, furnitur dan bahkan bergumam tentang pindah rumah.

Kemudian Kyunghye membisikkan beberapa hal kepada putranya, sebelum pamit keluar untuk berbelanja. Sedangkan Jinah sendiri sudah berangkat sekolah seperti biasa. Menyisakan empat orang di dalam rumah yang kini berkumpul di ruang tamu keluarga.

"Apa yang dikatakan Eomeoni tadi?" Tanya Cale, saat Jinwoo duduk di sampingnya. Choi Han di sofa tunggal sisi kanannya sedangkan Raon berubah menggunakan wujud anak-anak.

"Eomma menyarankan untuk membeli rumah yang lebih besar." Pria muda itu kemudian menyeringai cerah.

"Kita akan pindah rumah." Mata gelap Choi Han melembut.

Gambaran Ashborn semakin terlihat dalam diri Jinwoo. Meski rambutnya kini hitam, fitur wajah Asia, pipi tajam dengan rahang tegas, mata itu masih memiliki rona abu-abu keperakan keluarga Velaris.

Kenangan kembali menerawang, pada ibu dan adik perempuan Sung. Hati Choi Han membuncah oleh kerinduan.

Gambaran Lady Narcissia dan Cassiopeia yang tersenyum, memudar mengambil bentuk Sung Kyunghye dan Sung Jinah. Mata mereka juga kini memiliki fitur abu-abu cerah dan memiliki aura lembut yang memancarkan perlindungan.

"-pa yang kau pikirkan, Choi Han yang kuat?! Kenapa kau tidak menjawabku-?"

"Ah," gumam pria yang dipanggil. Mata berkedip pada naga kecil yang kini bersandar di atas pahanya. Cale dan Jinwoo juga memiliki pandangan khawatir sekarang.

"Tidak apa-apa, Raon-nim. Tolong jangan khawatirkan aku, Jinwoo-nim, Cale-nim," pinta Sang Ksatria sambil melambaikan dua tangan dengan ekspresi pasrah.

"Hanya saja..." menyantukan kedua jari-jarinya, pandangan Choi Han kembali ke pria berambut merah dan tersenyum hingga begitu sumrigah dan penuh pengertian.

"Cale-nim." Empu yang dipanggil mengangguk tenang.

"Mengenai keluarga kita yang lain..." tubuh menegang dan Raon berpindah tempat untuk duduk di lengan sofa samping kanan Choi Han.

"Jangan merasa bersalah untuk mereka, okay?" Mata coklat kemerahan melebar.

"... kenapa?"

"Seperti yang terjadi pada Nenek dan Cassie, begitu juga dengan keluarga kita!" Sambung Raon, menyeringai cerah. Untuk sesaat, mata coklat kemerahan melebar oleh realisasi serta sekelebat emosi tak terucap.

"Mereka...?"

"Mereka semua bereinkarnasi dan memiliki kehidupan yang baik."

Hening melanda mereka sesaat.

Choi Han melihat Cale terdiam dengan wajah begitu teduh, hampir sedih dan penuh nostalgia. Kemudian, lambat laun, senyuman indah muncul di wajah itu.

"Benarkah?"

Jinwoo memegang tangan Cale, kehadirannya menenangkan.

"Ya, Cale-nim. Seperti yang kau tahu, kami telah melintasi banyak dunia. Mereka... memiliki kehidupan yang baik," bisik Choi Han.

Mata ksatria abadi itu tertutup, mengingat beberapa kenangan tentang pertemuan mereka dan rekan-rekan yang sudah bereinkarnasi.

"Semua bahagia dengan cara mereka sendiri, Cale-nim." Penuh tekad, pria berambut hitam lurus memberikan tatapan penuh harap.

"Jadi, kau juga harus bahagia, Cale-nim. Kami mengirimkan surat dengan harapan bahwa kau tahu, bagaimana berartinya dirimu bagi kami. Sama seperti Cale-nim sedih kehilangan kami, begitu juga kami. Jadi, tolong jangan merasa bersalah."

Cale kembali terdiam.

Bagian rambut depan menutupi pandangan mata coklat kemerahan itu sesaat seiring bahu ringkih itu mulai bergetar. Hati Choi Han mengerut merasa bersalah, tapi segera ditepis karena Alberu dan Rosalyn sudah memberikan amanah.

Raja mereka, Alberu Crossman memiliki sifat yang mirip dengan Cale. Semasa terakhir Raja Dark Elf itu hidup, dia mengkhawatirkan Cale dan dengan senyuman geli nan sedih mengatakan bahwa Cale akan merasa bersalah. Rekan Mage mereka juga selalu menjadi sosok yang bisa mengerti keadaan Cale saat yang lain salah paham mengenai pria itu.

Tak lupa juga dengan Eruhaben.

Masa-masa terakhir dalam hidupnya dihabiskan dengan melontarkan kerinduan abadi kepada anaknya, Cale.

Mengelus pipi Raon, kemudian berbisik untuk menyampaikan salam serta cinta seorang ayah hingga nafas terakhirnya.

"Haaahhh..." Cale mendongak, membiarkan air mata membasahi pipi tetapi ada senyuman di wajah cantik itu.

Senyuman lega.

Sedang mata coklat kemerahan berbinar, oleh air mata dan kehangatan.

"Kalau begitu, aku akan mencoba untuk bahagia."

Menatap Choi Han dan Raon, pria itu kemudian mengangguk.

"Terima kasih, Choi Han, Raon. Karena telah tetap bersamaku."

Sang Ksatria abadi benar-benar berharap Cale akan mengerti. Karena sesuai janji, ia dan Naga Hitam akan memastikan kebahagiaan sosok terkasih mereka.

"Kalau begitu, mari kita beristirahat dulu," timpal Jinwoo, akhirnya bersuara setelah percakapan mengharukan mereka selesai.

Pria termuda itu melingkarkan lengan ke pinggang Cale, menariknya mendekat dan menyandarkan pipi di atas kepala merah. Choi Han di sisi lain menyeringai miring pada sifat itu. Menebak mungkin Sung Jinwoo sendiri adalah sisi liar Ashborn yang terpendam.

"Kita harus kembali ke kantor Asosiasi Hunter nanti, mengingat berita yang sudah di siarkan oleh Asosiasi Hunter Internasional..." Choi Han memberikan senyuman simpatik kepada reinkarnasi Ashborn.

Tentu... selama musuh-musuh sialan itu masih ada, meski hanya kegelapan tersisa, mereka tidak boleh beristirahat.

"Aku tidak perlu istirahat. Kalian bisa istirahat dulu-" Cale menggelengkan kepala tidak setuju pada ucapannya.

"Setidaknya tidur sebentar Choi Han. Meditasi tidak sama dengan tidur, atau menyegel kesadaran diri." Bahu pria bermata gelap menegang, kemudian tersenyum sendu. Bagaimana Cale bisa tahu tentang kondisi mereka?

Karena dalam penantian yang panjang, Choi Han dan Raon akhirnya memutuskan untuk ber-meditasi. Dalam sebuah gua terpencil, berdiam diri di sana, tak bergerak dan membiarkan pikiran terkunci hingga segel keberadaan Cale aktif.

"Kalau begitu, ayo kita tidur! Kapan kita akan pergi, Mister Black?" Mata abu-abu Jinwoo melirik Cale, yang memiliki mata sayu.

"Kapan pun Cale tidak mengantuk lagi." Pria berambut merah mendengus tetapi tidak membantah. Pasti kelelahan semalam masih terasa...

Choi Han dan Raon di sisinya kemudian melihat Ashborn yang lebih muda mengendong Cale ke dalam pelukannya. Gerakannya penuh perhatian dan hati-hati, hingga sesuatu membuncah dalam diri Choi Han.

Cinta Ashborn begitu dalam dan besar hingga tidak ada satupun reinkarnasi Ashborn yang mereka temukan sepanjang perjalanan. Benar-benar sesuai janjinya dulu, bahwa Ashborn tidak akan berhenti sampai jiwanya menemukan Cale. Meski kini hanya tersisa gema jiwa yang kecil, tetapi Ashborn masih menyimpan cintanya yang indah itu.

"Hyung?" Panggil Jinwoo, melihat betapa diamnya ksatria itu dengan pandangan nostalgia di mata hitamnya.

"Choi Han yang kuat?" Raon mengangkat tangan kecil manusianya, menepuk pelan pipi pria itu.

"Han-ah?" Panggil Cale dengan panggilan sayang yang membuat perutnya terasa tergelitik.

"... tidak apa-apa, Cale-nim. Tidurlah, kau pasti lelah. Aku akan beristirahat bersama Raon-nim di kamar sebelah." Mata melirik Jinwoo, meminta izin untuk mendekat dan pria yang lebih tinggi mengangguk.

Choi Han mengangkat tangannya, mengelus helai rambut yang berantakan ke belakang telinga Cale.

"Tidur yang nyenyak, Cale-nim." My Liege.

"Tidak akan ada lagi bahaya yang menimpamu." Hati lega, akhirnya bisa mengucapkan janji itu kembali.

"Aku dan Raon-nim sudah di sini." Naga kecil terkikik riang, bertransformasi ke bentuk aslinya yang lebih kecil. Kemudian melayang gembira di dekat mereka.

"Arasseo?"

Mata coklat kemerahan, diliputi berbagai emosi dan kabur akan kehangatan, menatap Choi Han begitu lama.

Seringkali Ksatria Abadi itu berpikir, mengapa dirinya begitu terikat dengan Cale Henituse, atau lebih tepatnya Kim Roksoo?

Mungkin jawabannya ada pada wajah yang memerah menawan, tetapi memberikan senyuman kecil lega serta penuh terima kasih. Mata yang dulu tak berani meminta cinta, memberikan begitu banyak emosi manis hanya dengan senyumannya.

"Terima kasih, Han-ah,"

Pria yang keluarga mereka kasihi.

Memiliki begitu banyak cinta untuk diberikan tetapi miliknya sendiri hampa.

Mungkin hanya keserakahan Choi Han semata, untuk bagaimana melihat pria ini akhirnya bisa menerima cinta mereka.  Memeluknya erat seperti anak kecil dengan hadiah mainan barunya. Kemudian terkikik lucu, mata melengkung bahagia dan melihat mereka dengan pandangan berbinar itu.

"Tidur nyenyak, Ayah!" Raon terbang maju, memberikan ciuman kecil di pipi Cale. Naga kecil memberikan pelukan kecil dan terkikik lucu di leher ayahnya. Sedangkan Jinwoo sudah tertawa ringan, melihat interaksi ayah-anak itu.

"Ayo, Raon-nim."

Memberikan pandangan terakhir pada pasangan itu, Choi Han tulus mengharapkan kebahagiaan mereka.

Jika bajingan itu berani menghancurkannya... mata menggelap bagai dasar jurang.

Ksatria Hitam Abadi tidak akan beristirahat hingga 'tugas'nya selesai.

.
.
.

[Internasional Netizen's POV]

HUNTER JONAS DITEMUKAN TEWAS DI DEKAT SUNGAI! SIAPA PELAKU YANG MEMBUNUH SALAH SATU HARAPAN UMAT MANUSIA?

KETUA ASOSIASI HUNTER KOREA DISERANG OLEH ENTITAS TAK DIKENAL!

KETUA GUILD SCAVENGER, HUNTER ANDRE MELAWAN HUNTER SUNG!

HUNTER REED TEWAS MENGENASKAN DI TANGGA RUMAHNYA. APA YANG SEDANG TERJADI DI DUNIA INI?!

Pada awalnya, berita-berita yang tertampang di liputan pagi itu mengguncang dunia dan menenggelamkan mereka dalam kepanikan juga ketakutan. Bahwa begitu banyak tokoh penting yang berperan dalam menjaga keamaan dunia, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Media mainstream di seluruh dunia berfokus sesaat pada berita yang ditunjukkan saat ini. Asosiasi Hunter Amerika dan mayoritas Internasional bahkan mengeluar Joint Statement terhadap opini 'Manusia DIlindungi oleh Hunter, Namun Siapa yang akan Melindungi Hunter?'

Karena Kematian Hunter Rank Nasional di seluruh dunia, sama saja dengan ancaman mengerikan. 

Kenyataan bahwa semakin sedikit peluang umat manusia untuk bertahan.

Namun, berita itu segera tenggelam dengan berita baru.

AKHIRNYA!
KONFERENSI GUILD INTERNATIONAL SETUJU UNTUK DISIARKAN!

PENAMPILAN EPIC HUNTER CALE HENITUSE, SANG GUARDIAN NAGA!

SOLUSI UNTUK MELINDUNGI SISA HUNTER NASIONAL, MENUJU GUILD AHJIN?!

ENTITAS YANG MENGERIKAN SEDANG MEMATAI DUNIA! LINDUNGI PARA HUNTER!

DUO NAGA HITAM MEMATIKAN, HUNTER SUNG JINWOO-CHOI HAN AKAN MEMBERANTAS SIAPA PUN YANG MENDEKATI HUNTER HENITUSE?

Dan berikut ini adalah komentar para Netizen dari berbagai dunia :

↳pretty02baby : AAAKKHHHHH-🦅🦅🦅🦅🦅 OMAIGAWD INI LEBIH KEREN DIBANDINGKAN SEMUA DRAMA YANG KUNONTON?! Dan sejujurnya berita ini membuatku merasa sedikit lebih lega...
↳JoshMakazoFans : @pretty02baby IKRIKRIKRIKR-! Aku tidak menyangka mereka akan menayangkannya?!
↳moveAwayBishiesh! : @pretty02baby kau benar sekali! Berita sebelumnya sangat membuatku takut! Tetapi, Seekor Naga yang lebih besar dari Khamish?! Dan sosok Hunter baru sekuat Hunter Sung?!

DegisukiNobita : Guys, siapa yang merancang pakaian Guild Ahjin?! MEREKA TERLIHAT SANGAT CLASSY! MENAMPAKKAN SUATU CIRI KHAS DAN UGH-PUJA KERANG AJAIB?! 
↳IfcknHATEisek4i : @DegisukiNobita Itu baju yang sama dengan yang dikenakan di bandara, bukan? Apa naga akan menjadi simbol Guild Ahjin?
 ↳PapiJiWaiPi : @DegisukiNobita ITU SANGAT COCOK UNTUK MEREKA?! DITAMBAH DENGAN SEEKOR NAGA JUGA KSATRIA BERJUBAH HITAM??? GUILD AHJIN AAAHHH-

↳ f*ckteunan : HUNTER HENITUSE YANG KUPUJA TIDAK HANYA INDAH TAPI JUGA SEORANG GUARDIAN NAGA???!!! ✨🛐

↳ jowo01Pride : LMAO APA KALIAN MELIHAT APA YANG KULIHAT???!!! (Melampirkan foto Hunter Sung Jinwoo yang bersiap bangkit dari kursi, sedang pria di samping mencoba menahannya-)
↳ luobingheBUCHINsizhun : @jowo01Pride LMAOOO HAHAHAHA LIKE WHAT I SAID BEFORE, CUKA IS EVERIWERRRR-!!! *WHEEZE
↳ gimmethegudusername : @jowo01Pride HAHAHAHA MATAMU SANGAT JELI! BRO CAUGHT IN 4K  👁👄👁
↳ WangXianSupremacy : @jowo01Pride HAHAHAHAH ANDA CEMBURU, KAMI PUAS! Lihatlah bagaimana semua mata mengagumi Hunter Henituse dan tentulah, sebagai kekasihnya, dia harus cemburu! Sangat menggemaskan! ψ(`∇')ψ
↳ SuoSakuNewCP : @jowo01Pride Ini sangat menarik. Berkatmu, aku memperhatikan bahwa Hunter Sung sudah berulang kali berusaha bangun-
↳ StepOnMehXiao : jowo01Pride HAHAHAHAHAHHA-! INI SANGAT LUCU LOLOLOLOLOLOL-NA AH, CALE HENITUSE, STEP ON ME PLEASEEEUUU-!!!
↳ justORDINARYfangirl : jowo01Pride BHJAKJCVH JBC, HKVSBBCJK SA,HCVJ ,KJBKJHBCSV-
see more reply...

↳ theSANEone : Guys, untuk sekali lagi, kurasa ini masalah yang sangat serius... astaga naga, Rusia salah satu yang menerima Magispeare sialan itu- ಠ□ಠ)
↳ tariRanupLampuan : @theSANEone Bro ini pastilah anak pintar di kelas yang selalu menanyakan PR di awal pelajaran-
↳ EnglishOrSpanish? : Kurasa @theSaneOne mengatakan poin yang cukup valid-
↳ holytrinityNamba03 : @EnglishOrSpanish who's moving is gay-

↳ IhateEVERIBODEH : kenapa semua begitu hype dengan Hunter Sung dan Hunter Henituse? Apa karena visual mereka? Kalian benar-benar double standard, bukan? Munafik! Kita tidak perlu bergantung kepada mereka. Masih ada yang lebih kuat untuk melindungi dunia ini-
↳halfiehalfieTodoroki : @IhateEVERIBODEH BACOT! BACOT! BACOT COT COT COT-!!!
↳Nyanko-Sensei : @IhateEVERIBODEH nak, kau pernah sekolah tak? Kok bodoh amat kutengok pikiran kau-
↳SakuraHarukaFurin : @IhateEVERIBODEH CIRI ORANG-ORANG GOBLOK. GOBLOK KOK DIPELIHARA, MBOOO RAINE MATANE-
see more reply... (1467 messages-)

↳ EkorCincinMadagascar : Guys guys guys, mari kita buat petisi! Agar Guild Ahjin bisa membuat TV Program sendiri! Jinwoo x Cale sudah memenangkan hatiku-maksudku, mereka bisa menjadi motivasi bagi hunter yang lain! ('▽'ʃ♡ƪ)
↳ pleasekidnappedmePLEASE : @EkorCincinMadagaskar IDE YANG BAGUS-hnnghhh-! ( ̄┰ ̄*)ゞ
↳ tuBAtu♡MOA : @EkorCincinMadagaskar AYO KITA BUAT PETISI DAN KITA KIRIM SEMUANYA KE ASOSIASI HUNTER KOREA-!!!
↳KissMe&BiteMeEeh : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
↳bre*dCalewithJinwooss*ed : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
↳ENHYPEN_Official : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
↳anakjalananOT8 : @EkorCincinMadagaskar UP!!! Demo chotto matte- ಠ□ಠ) @bre*dCalewithJinwooss*ed username-mu sangat sus... 
↳OkaeriiNasai : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
↳ zhenyasemejandc*k : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
↳ImblindandIloveRed : @EkorCincinMadagaskar UP!!!
see more reply...

↳AhjinNumberWansFans : BTW... TOLONG GUILD AHJIN-KU TERCINTA! BERIKAN LINK DONASI! BIARKAN KAMU MEMBERIKANMU UANG KARENA TELAH BEKERJA KERAS MELINDUNGI DUNIA INI!!! (;'༎ຶД༎ຶ')
↳menujutakterbatas&melampauinya : @AhjinNumberWansFans AKU SETUJU! PEMERINTAH HARUS MEMBAYAR LEBIH UNTUK GUILD AHJIN!!!
↳IndonesiaSangatPanasHariInifuck : @AhjinNumberWansFans UP GUYS! UUUUPPPPP! *Btw, apakah ada Hunter yang memiliki kekuatan Es??? Mengapa negara di garis Khatulistiwa sangat panas njir 
↳Wadimor♡GajahDuduk : @IndonesiaSangatPanasHariInifuck Relate sangat bjir, sepertinya sih, enggak ada bro 😭😭😭
↳FatalAttraction : @AhjinNumberWansFans UP!
↳BillieEilish(centangbiru) : @AhjinNumberWansFans UP!!!
↳CintailahPerdamaian : @AhjinNumberWansFans UP!!!
↳HAIWoody! : @AhjinNumberWansFans UP!!!
↳TomaarySucker : @AhjinNumberWansFans UP!!!
see more reply...

Dunia semakin meledak oleh kegilaan terhadap Guild Ahjin, juga ditenangkan oleh kehadiran mereka. Bahwa setidaknya harapan umat manusia belum padam sepenuhnya, bahwa mereka masih bisa melihat masa depan di mana semua orang bisa bersatu melawan entitas menakutkan yang dijelaskan oleh Hunter Henituse.

Para International-Net juga mendesak seluruh Pemerintah Hunter Negara mereka untuk segera bekerja sama dengan Guild tersebut. Tak lupa membuat petisi agar dibuatkan Program TV khusus tentang Guild Ahjin sebagai bentuk 'motivasi' untuk semua Hunter di dunia, agar dijadikan contoh baik. Bahkan mendesak untuk membuka donasi untuk melihat penampilan Hunter Henitu-maksud mereka agar fasilitas Guild Ahjin memadai.

Kapan lagi mereka bisa melihat lagi Hunter Henitu-maksudnya, harapan umat manusia berkembang dengan baik, jika bukan begini caranya? Ya, 'kan?

.
.
.

[Woo Jinchul's POV]

Pria berambut coklat terang menghela napas untuk ke sekian kalinya. Lagi dan lagi.

Ia belum beristirahat selama dua hari ini. 

Belum selesai meladeni apa yang terjadi di Amerika, pria itu mendadak di culik oleh bayangan Hunter Sung langsung ke depan gedung Asosiasi Hunter yang di serang oleh entitas tak dikenal. Mau menganga pun tak sempat saat salah satu bawahan yang menjaga meja resepsionis di lantai satu mendekatinya dan berseru bahwa Ketua terperangkap melawan makhluk itu.

Hati yang semula dipenuhi kecemasan dan rasa takut berlebih, memudar cepat ketika merasakan keberadaan Hunter Sung bersama kekasihnya Hunter Henituse. Tak lupa disisi kedua Hunter itu ada Tuan Choi serta Tuan Naga Hitam Agung. Meski sudah diberikan izin memanggil mereka secara kasual, mana mungkin manusia biasa sepertinya bisa bersikap seperti itu?!

(Dia Hunter Rank-A, btw)

Mata menatap nanar pada Ketua yang sudah lebih baik dan di rawat intensif di ruang inap VIP. Di dalam, sudah ada keluarga Ketua yang menemani, serta samar-samar kekuatan bayangan Hunter Sung yang bersembunyi dalam kegelapan ruang inap.

Merasa beban menjadi lebih ringan. Woo Jinchul kini dihadapkan dengan kenyataan posisinya sebagai Wakil Ketua Asosiasi. 

Itu berarti, ketidakhadiran Ketua Go Gunhee akan menjadi tanggung jawab Jinchul untuk mengurus Asosiasi Hunter dan memimpin semua masalah...

"Aigoo... kepalaku sakit," keluh pria malang itu, meminum gelas kopi ke-lima dalam hari itu. Melirik satu persatu halaman berkas juga dokumen terkait insiden di Amerika, hasil Konferensi Guild, petisi acara untuk Guild Ahjin hingga beberapa sponsor yang tertarik untuk bekerja sama.

Mata dengan lelah melirik jam, yang menunjukkan pukul 3 sore. Mendadak sadar bahwa ia belum tidur dua hari ini dan tetap terjaga berkat bantuan kopi serta ramuan penguat tubuh serta stimulasi.

"Wakil Ketua." Tubuh tegang, leher terasa sakit karena betapa cepat ia menoleh ke sumber suara. Yaitu Hunter Sung Jinwoo yang memakai pakaian casual, turtleneck hitam, mantel hitam, celana hitam dan sepatu hitam... seriously, apa pria itu tidak memiliki warna lain? Hunter Sung selalu memakai pakaian berkabung.

"Kau harus beristirahat, Jinchul-ssi," sahut suara di samping Hunter Sung, pria berambut merah yang memakai baju perpaduan warna coklat dan cream. Sangat cocok dengan helai rambut yang dikepang lembut dan celana hitam yang dipakainya. 

"Apa dia manusia penting lainnya, Ayah?" mata berkedip membeku, pada sosok anak kecil berusia 6 tahun masuk dengan pakaian yang senada seperti ayah manusianya. Rambut hitam berkilau biru navy, mata biru bercelah dengan intensitas kekuatan menakutkan dan taring kecil mengintip di balik bibir itu.

"Dia terlihat tidak tidur untuk... dua hari?" sungguh tebakan yang sangat akurat.

Jinchul melihat pendatang terakhir, memakai pakaian serba hitam seperti milik Hunter Sung. Hanya saja memiliki semacam jubah yang menutupi keseluruhan tubuhnya, sehingga kita tidak tahu apa yang pria itu sembunyikan di balik jubah itu.

"Aku akan beristirahat setelah semua urusan ini selesai, Hunter Henituse. Terima kasih atas kekhawatiranmu," balas Jinchul sopan, mengintip hati-hati pada setiap ekspresi Hunter Sung. Tahu benar bagaimana posesifnya pria satu itu terhadap kekasihnya.

Hunter Rank A pun bangkit untuk duduk di sofa. Berhadapan langsung dengan empat anggota penting Guild Ahjin yang saat ini menjadi pusat dunia. Jinchul kemudian meminta seorang sekretaris masuk dan membawa beberapa dokumen penting terkait sponsor, joint statement, petisi hingga proposal donasi hingga program TV Show untuk Guild mereka. Meski Jinchul sudah sangat lelah, melihat betapa seriusnya situasi serta keikut sertaan Hunter Henituse membuatnya tetap sadar.

Bahwa sudah banyak Hunter Nasional yang menjadi korban. 

Jika bukan karena Hunter Sung dan tiga rekannya itu... Ketua Go pasti sudah...

"Tenanglah, manusia kayu!" Mata Jinchul berkedip, tremor kecil karena menyadari bahwa sang naga itu sendiri sedang berbicara dengannya sekarang.

"Kau bergetar seperti kayu yang akan patah! Semua akan baik-baik saja! Raon Miru yang hebat nan perkasa ini akan memastikan semua bajingan Rulers dan Monarch tidak menyentuh manusia-manusiaku!" Seringai tajam, begitu berbahaya, muncul di wajah dengan pipi gembul berlemak bayi.

"Membahayakan manusia-ku berarti kehancuran dunia. Kau paham, manusia kayu?" Jinchul mengangguk cepat dan gemetar menyedihkan.

"Raon-nim," tegur orang baru, yang kita kenali sebagai Choi Han.

"Dunia ini adalah tempat tinggal Cale-nim. Kita bisa menghancurkan dunia para Rulers saja. Bagaimana?" senyum Hunter Choi -apa pria itu sudah mendaftar menjadi Hunter?- sangat lembut tetapi memiliki tepian tajam nan mematikan!

"Jangan lupa ajak aku juga, hyung. Jangan mengambil semuanya untuk kalian."

Kini, Jinchul sekuat mungkin harus menahan diri untuk tidak menganga.

Tingkahnya yang OOC dengan Hunter Henituse sudah sangat mengguncangnya apalagi kini bersifat... agak kekanak-kanakkan dan ceria terhadap Hunter Choi dan Tuan Naga?

"Jinchul-ssi?" panggil Hunter Henituse lembut, bagai air dingin di oasis yang begitu panas. Sontak membuat pria itu mengukir senyuman ramah dan hati menghangat saat pria berambut merah mulai menjelaskan beberapa poin mendukung joint statement, sponsor yang baik, petisi serta donasi yang terbuka untuk korban.

"Kurasa, lebih baik membuka donasi untuk para korban yang terkena dampak bencana Rulers dan Monarch. Akhir-akhir ini, mereka sungguh mengganggu dan membuat keributan. Kami sudah baik-baik saja, jadi berikan kepada mereka yang sudah bertahan sebagai hadiah," ucap Hunter Henituse, bersikeras dengan mata tajam.

Saat Jinchul ingin memprotes, lidahnya dalam sekejab kelu. 

Tiga pasang mata menakutnya menghentikan aksinya. 

Bersiap membantai siapapun yang menentang sang Cale Henituse yang terkasih. Siapapun dapat merasakan bahwa tidak ada yang bisa lolos dari kekuatan mengerikan mereka.

Woo Jinchul tidak terkecuali.

Ketua... cepatlah sembuh dan selamatkan aku! (;′⌒')

"Baiklah kalau begitu, Hunter Henituse." Dokumen itu disetujui dengan usulan lainnya.

"Hunter Sung, mengenai konferensi pers yang kau minta, aku sudah menghubungi para wartawan-"

"Ah, itu sebabnya banyak manusia yang berukuran seperti semut di luar sana!" tawa naga berambut hitam itu, menggemaskan dan menyeramkan.

"Hm. Kami akan ke sana dalam waktu 20 menit lagi." Mata abu-abu keperakan bersinar lesu.

"Juga, mengenai Tuan White-"

"Aku sudah menghubunginya. Dia akan mengurus sisa masalah untukku di Amerika." Jinchul menahan diri untuk tidak menghela napas untuk ke sekian kalinya.

"Jadi-" Tubuh Hunter Rank-A menegak dan tegang. Melihat Hunter Sung sudah membungkukkan bahu ke depan, dua tangan di topang atas lutut, memiliki ekspresi dingin menakutkan di wajahnya.

"-sebelum itu, tolong ukur kembali kekuatan milik Cale dan juga ukur milik Han-hyung. Kali ini harus lebih akurat." Jinchul menahan senyuman sedih dan mengangguk lemas.

"Sebaiknya, kau bisa menyerahkan masalah pengukuran kepada sekretaris-mu, Tuan Woo. Kau terlihat kelelahan-" accck! Tolong jangan perhatian kepada Hunter yang lemah ini! Lihatlah! Kekasihmu sangat cemburuan dan posesif-!

"Tidak apa-apa, Hunter Henituse! Setelah Konferensi Pers ini berakhir, aku akan istirahat jadi, jangan khawatirkan aku!" seru Jinchul berusaha mempertahankan senyuman bisnis. Pria berambut coklat muda itu bangkit menuju pintu, melihat empat orang lainnya mengikuti dari belakang.

"Sekalian buatkan identitas untuk Han-hyung dan Raon." Sekretaris yang mengikuti Jinchul mengangguk. Meminta Choi Han untuk menjawab pertanyaannya, yang di temani oleh Naga Raon juga sesekali Hunter Henituse.

Mata Jinchul memang sudah lelah. 

Tetapi... melihat pertahanan terkuat yang dimiliki umat manusia ada di depannya... 

Senyuman kecil muncul di wajah muda Wakil Ketua Asosiasi.

Woo Jinchul akan berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk membantu mereka. 

*******

[1 jam kemudian]

Kemunculan Choi Han sebagai Rank-S ke-12 Korea bersama dengan perubahan Rank Hunter Henituse yang menjadi S ikut menggemparkan publik. 

Para wartawan, yang telah menyaksikan kabar yang menghiasi koran juga channel berita di TV memberikan semua pertanyaan di sepanjang konferensi pers terjadi. Baik tentang Rulers, Monarch, Magispheare, dan beberapa fakta terkait sejarah kedua jenis makhluk kuno. 

Asosiasi Guild International juga cukup pintar untuk memotong klip bagian 'Ayah Sung Jinwoo' yang menjadi alasan utama mengapa Konferensi Guild Interasional diadakan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka opini publik bisa terbelah menjadi dua statement.

Mereka juga bertanya tentang identitas Raon. Naga dalam transformasi manusia itu pun memutuskan untuk memperkenalkan dirinya sebagai Naga yang terikat dengan Manusia Kesayangannya, Hunter Cale Henituse. Tak lupa, naga itu juga memberikan ancaman kepada siapapun yang berani menyakiti manusia-nya, akan menghadapi murka abadi dari sang Naga Hitam.

(Mereka melalui sekitar 4 pertanyaan untuk memastikan apakan Raon Miru merupakan ancaman atau bukan, juga sekitar 5 pertanyaan tentang hubungannya dengan naga Khamish.)

Pertanyaan berlanjut ke Hunter Rank-S terbaru Korea, yaitu Choi Han.

Mereka menceritakan 'kepalsuan' darimana asal mula Choi Han dan kedekatannya dengan Cale Henituse yang diketahui publik sebagai hubungan teman lama. 

Terakhir, Hunter Sung Jinwoo kembali menegaskan bahwa Guild Ahjin akan menerima Hunter Nasional untuk dilindungi. 

Penutup, Hunter Cale Henituse menyatakan bahwa mereka tidak akan berhenti sampai Monarch dikalahkan dan Rulers tidak lagi menguasai dunia ini.

Mereka melihat dua Hunter dengan warna rambut kontras (hitam-merah) itu saling bersandar satu sama dengan dengan salah satu tangan Hunter Sung hinggap di pinggang ramping Hunter Henituse. Naga Raon Miru yang telah bertransformasi dalam bentuk anak kecil, berada di gendongan manusianya serta Hunter Choi Han yang berdiri protektif di sisi lain Hunter Henituse.

Gambaran yang nantinya akan menjadi salah satu momen paling bersejarah di seluruh dunia. 

Momen di mana di depan mata milayaran manusia yang menjadi saksi, semua doa dan harapan dikidungkan agar mereka selamat dan bahagia.

Untuk Harapan Terakhir Umat Manusia.

Semua akan bersatu untuk mereka.


.
.

[Third Person's POV]

Setelah pertemuan mereka di gedung Asosiasi dan Konferensi Pers, Jinwoo menemukan Cale sedang mengamati pemandangan kota Seoul di malam hari dalam keheningan. 

Setelah sesi makan malam berakhir, Choi Han dan Raon yang diseret oleh Kyunghye dan Jinah untuk bersantai bersama. Sedang Cale undur pamit diri sebentar ke kamar Jinwoo. Melihat sang ksatria abadi memberikan tatapan lembut dan Raon yang menginstruksi agar ia mengikut si rambut merah, kini pria yang lebih tinggi berdiri di samping kirinya.

"Ada yang mengusik hatimu, Cale?" Fitur wajah yang disinari oleh bulan itu memberikan senyuman kecil, tetapi ada ekspresi tertentu yang terlintas di emosi matanya.

"... Jinwoo-ya," panggil Cale.

"Hmm?"

Pria yang lebih kecil menghela napas, seolah tidak yakin ingin mengungkapkannya tetapi akhirnya bertekad setelah semenit lamanya terdiam.

"Apa kau memiliki keseluruhan ingatan Ashborn?" Mata abu-abu keperakan melebar kecil sesaat kemudian wajah tampan itu memiliki ekspresi tenang.

"Ya. Aku memilikinya." Cale kembali mengangguk lamat. Menghirup napas kemudian menghembuskannya.

"Kalau begitu, tentang asal mula keluarga Velaris juga kisah-kisah The Absolute One... apa kau bisa menceritakan ulang semuanya kepadaku?" Tanpa keraguan sedikit pun, Jinwoo kembali menceritakan ulang kisah-kisah lama itu, menjawab di setiap pertanyaan Cale dengan pengetahuan Ashborn, merasa terheran pada senandung pria berambut merah yang memikirkan sesuatu.

Ringkasnya,

Di dunia Ashborn dan Cale dulu memiliki banyak dewa untuk disembah.

Jika di benua barat mayoritas masyarakat menyembah Dewi Matahari, Dewa Perang dan Dewa Kematian, maka benua Utara tempat Kerajaan Velaris didirikan menyembah Dewa Bintang atau yang biasa di sebut sebagai The Absolute One.

Leluhur Velaris merupakan orang-orang nomaden, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain karena tradisi mereka untuk menjelajahi dunia. Tetapi, setiba di benua Utara yang begitu tandus tanpa kehidupan dan berselimutkan dingin abadi, mereka hampir mati dalam keheningan. Saat itulah muncul setitik cahaya di atas langit, yang memberikan mereka kehangatan serta perlindungan. Dengan kesabaran penuh menuntun mereka selayaknya jajaran bintang-bintang dalam kegelapan langit. 

Kerajaan Velaris telah berdiri selama 500 tahun lamanya dan terus berjaya dengan keyakinan teguh terhadap The Absolute One yang tidak pernah padam. Tradisi dan pemujaan serta kekuatan terus mengalir dari generasi ke generasi hingga di masa Ashborn olié Velaris menjabat sebagai Raja ke-17. 

Namun, peradaban emas itu hancur dalam sekejab. Dihapus dengan kejam oleh peperangan, merenggut sisa-sisa kekuatan bintang yang begitu di agungkan warga Velaris. Menyelimuti hati semua insan dalam kesedihan dan kerinduan abadi.

Namun, sedikit yang diketahui oleh sang pembaca buku sejarah, bahwa sebenarnya kekuatan itu tidak pernah mati. 

Cahaya-Nya tidak pernah padam.

Dalam detik-detik terakhir itu, untuk menyeimbangkan kembali dunia yang hancur, The Absolute One membagi kekuatan bintangnya, yaitu 'cahaya' dan 'kegelapan' masing-masing menjadi sembilan jenis dengan kecermelangan masing-masing. 

Mereka terbagi dengan adil.

Dari cahaya terkecil namun begitu cemerlang hingga cahaya yang paling terang dan menyakitkan. 

Dari kegelapan yang paling semu dan menghangatkan hingga yang paling pekat.

"Jadi, dari sembilan jenis kekuatan bintang 'cahaya' dan 'kegelapan'..." Jinwoo melihat Cale mengucapkan kata-kata itu, seperti membisikkan suatu rahasia. Tangan pucat terangkat pelan, bersamaan dengan sebuah cahaya yang berselimutkan sulur gelap dan... 'emas' muncul, melayang di atas telapak tangan. 

"Menurutmu, kekuatan bintang apa yang The Absolute One wariskan kepadaku?" Suara pria bermata garnett terdengar muram. Jelas tidak menyukai tanggung jawab yang dimilikinya sekarang, karena salah satu Fragmen terakhir dan yang paling kuat milik sosok Dewa diberikan kepadanya. 

"Visualnya tidak asing," gumam Jinwoo, mengamati bentuk kekuatan itu, memancarkan aura yang cukup menakutkan.

Cale tidak menyahut, tetapi ada senyuman kecil di sana sedang mata itu tampak menerawang. 

"Hal ini mengingatkanku kepada satu lukisan di kuil Velaris yang dulu kita kunjungi," mulai Cale, mengangkat bola kekuatan itu ke tengah-tengah di antara mereka. Pria yang dikasihi bulan itu tersenyum kecil saat mata Jinwoo melebar takjub, kagum serta heran. Tangan pria yang lebih muda terangkat, mencoba untuk menyentuh kekuatan itu.

"Ini... seperti kekuatan Velaris? Fragment of the Brillian Light? Juga... The Authority? Kekuatan Bayanganku?" bisik Jinwoo, hampir tak percaya oleh apa yang ia rasakan.

"Mereka berpadu." Cale mengangguk setuju.

"Wujud kekuatan ini mengingatkanku kepada 'Black Hole'." Shadow Monarch memiringkan kepalanya pada informasi itu.

"Maksudmu, fenomena di mana bintang akan mati? Yang menciptakan ledakan supernova dan menarik-narik planet sekitar dan-OH," kaget Jinwoo, saat realisasi menyelimuti pikiran pria berambut hitam itu. 

"Benar. Jika kita melihat dari sisi ilmiah dunia ini, The Absolute One seperti dewa yang menguasai tatanan bintang semesta. Masuk akal jika kita mengingat pembagian kekuatannya kepada Rulers dan Monarch, dengan 'cahaya' dan 'kegelapan'-Nya, bentuk seimbang dari bintang yang tercipta. Namun-" Cale menunjuk kekuatan di tangannya.

"Ini adalah Fragment terakhir, di mana bagian saat 'bintang' itu hancur. Berada di tengah-tengah antara 'cahaya' dan 'kegelapan' milik The Absolute One..." Ada kilat kebencian yang muncul di mata coklat kemerahan itu.

"Mungkin kekuatan inilah yang sebenarnya dikejar oleh musuh yang kita perangi dulu?" tanya Cale muram dan membiarkan kekuatan itu melayang ringan di sekitar mereka.

"Jadi... Black Hole..." ucap JInwoo, terdengar kagum oleh kekuatan itu.

"Ini sangat deskruktif pastinya, untuk Rulers dan Monarch," sambung reinkarnator itu lagi, menyeringai dingin. Pria yang lebih kecil mengangguk, tapi ekspresinya masih sama muram.

"Karena 'Black Hole' menyerap apapun yang berada di sekitarnya dan yang sudah diserapnya, tidak akan pernah kembali ke bentuk semula." Cale mulai merenungi beberapa teori alam semesta terkait Black Hole dengan Fragment terakhir dari The Absolute One. 

Tidak ada bukti valid mengenai keterkaitan dua fenomena ini. Sejarah Keluarga Velaris dengan Dewa mereka sendiri tidak sejelas itu
Masa-masa Ashborn menjabat sebagai salah satu Rulers-nya, Fragment of the Brilliant Light, juga tidak memberikan banyak petunjuk. 

Mata coklat kemerahan tertutup, memikirkan kondisi dunia terakhir mereka sebelum ia jatuh ke dalam tidur abadi. 

Dewa-dewa pun mencoba membantu dalam perang besar itu, yang mereka sebut sebagai 'The Silent War'. Mengingat tidak ada menang atau kalah. Perang berakhir dalam sunyi, mengenang banyak kematian yang menimpa, yang bahkan dewa-dewa pun tidak lepas dari pemusnahan mereka sendiri. 

Itulah mengapa sampai sekarang tidak ada kabar mengenai Dewa Kematian, Dewa Perang, Dewa Matahari atau siapapun. 

Karena 'kegelapan' perang itu merenggut segalanya.

Kekuatan ini... di satu sisi sangat mirip dengan gambaran 'kegelapan' yang telah menghancurkan mereka-mata coklat kemerahan menjadi hampa oleh realisasi. Tangan gemetar kecil oleh kesadaran bahwa ia memegang Fragment yang menyebabkan perang tak berarti itu terjadi. Napas mulai terengah-engah, keringat membasahi dahi dan-

Tangan Jinwoo memegang miliknya.

"Mungkin Cale... " Pria berambut mawar mendongak kaget. Melihat pria lainnya kini tersenyum kecil padanya, seolah mencoba menenangkan kekalutan yang menguasai pikirannya.

"Bagaimana jika Fragment yang kau pegang itu bukan hanya milik The Absolute One?" Jinwoo mengelus pipi Cale dengan sentuhan yang begitu lembut.

"Daripada memandang kekuatan ini destruktif, mengapa tidak menyebutnya sebagai Cahaya Terakhir?" Jinwoo menarik pria yang lebih mungil ke sisinya.

Pria yang lebih tinggi memeluk dengan satu tangan -di pinggang ramping- dan menyandarkan Cale di mana letak jantungnya berdetak. Sedang Jinwoo sendiri mengistirahatkan pipinya di lekuk rambut beraroma manis milik kekasihnya. 

Tangan terangkat untuk meraih Fragment itu dengan sulur bayangannya sendiri. Menunjukkan kepada Cale satu persatu perasaan yang ia rasakan terhadap kekuatan tersebut melalui kedekatan sentuhan mereka.

"Ingat, aku merasakan cahaya Fragment of the Brilliant Light dan bayangan 'The Authority' Shadow Monarch di dalamnya. Dan... cahaya keemasan yang mengelilingi berbentuk cincin ini horizon peristiwa (jika secara ilmiah), Fragment God of Time. Kehancuran daya hisap yang terasa seperti Fragment God of War, kecemerlangannya seperti Fragment God of Sun, kesunyiannya seperti Fragment God of Death..." suara Jinwoo diiringi dengan sahutan dari sisa kekuatan kuno dalam benak Cale. 

Ashborn muda ini benar, Cale! Jangan takut!  sahut Glutton, bercahaya kuning cerah. 

Kami bersamamu, Cale! Siapapun yang menyakitimu, tidak akan LEPAS DARI API AMARAHKU-!   geram The Cheapskate dalam cahaya kemerahan membara. Siap membantai siapapun yang ingin menghancurkan mereka.

MEREKA AKAN XXXX MENGHADAPI OMBAK AIR DI SELURUH XXXX DUNIA INI-!!!  sambung Crazy Kids tidak mau kalah, cahaya birunya bersinar sangat cerah.

Hahahah! Angin-ku siap menyayat mereka semua, Cale!  kikik The Thief, bersinar kehijaua cantik.

A-aku akan me-memastikan kita semua a-aman! Tidak akan sama se-seperti terakhir kali lagi!  sinar putih jiwa Crybaby terlihat berkedip, seolah sedang menangis seperti biasa...

Kami akan melindungimu, 'nak. Lagi dan lagi. Sampai kau bisa bahagia.  seruan kekuatan kuno yang bersinar dengan jiwa mereka masing-masing mengelilingi Fragment terakhir kekuatan The Absolute One.

"Benarkah?" bisik Cale bertanya, hati mencelos bahwa untuk ke sekian kalinya membiarkan keraguan membasuh batin. Membuat jati dirinya sebagai Kim Roksoo yang tenang menghadapi situasi, hancur dalam sekejab. 

"Tidak apa-apa, Cale," ucap Jinwoo, mencium puncak kepala merah untuk menenangkan pria itu.

"Bersandar padaku. Aku tidak akan membiarkanmu hancur, hm? Jika kau terjatuh, berulang kali, lagi dan lagi, aku akan selalu menyambutmu," lanjutnya, meraih tangan Cale agar bisa menampung fragment itu bersama-sama.

"Dan!" Si rambut merah mendongak, membeku melihat Jinwoo tersenyum cerah kepadanya. 

"Jika Cale mengaitkan Fragment ini sebagai bintang yang mengalami kehancurkan, maka jika dilihat dari sudut pandang ilmiah, ledakan bintang menghasilkan dua opsi, bukan?" 

"Jika di satu sisi menghasilkan Black Hole, maka di sisi lain juga menghasilkan Neutron Star (Bintang Neutron)." 

Mata coklat kemerahan melebar oleh kalimat itu. Linglung dan terpesona, mata itu menatap kilauan cahaya yang mengelilingi kekuatan fragment itu. Jika kita mengamatinya lebih seksama, maka kau akan melihat kilauan kecil seperti bintang dalam bola kegelapan itu.

Neutron Star adalah bintang terkecil, namun bentuknya sangat padat dibandingkan benda-benda di alam semesta lainnya. 

Kecil dengan kekuatan besar.

Sisa terkecil dari bintang ini bisa menciptakan ribuan ton massa yang lebih kuat.

Dan Cale... menyukai kedua analogi untuk Fragment ini.

Anehnya, mereka terdengar saling melengkapi. *(baca NOTE dibawah agar lebih jelas lagi)

Dan mengingatkan Cale kepada salah satu ungkapan sejarah keluarga Velaris dulu.

Hingga tanpa sadar, pria berambut mawar itu tertawa ringan. Sangat menawan hati.

"Terima kasih, Jinwoo-ya."

Cale merasakan dagunya di angkat dengan lembut, mendongakkan kepala hingga bibir mereka kembali bertemu dan Jinwoo memberikan ciuman manis sebagai balasannya.

Tangan yang lebih pucat terangkat, meletakkan kedua tangan di bagian depan kemeja hitam Jinwoo. Sedang satu tangan yang lebih besar memeluk erat pinggang Cale, yang lain membelai manis bagian belakang lehernya. Menggelitik rambut merah lembut, kemudian memiringkan kepala sang kekasih dan kembali menciumnya lebih dalam.

Cale membuka bibirnya, agar pria yang lebih tinggi mendapatkan akses lebih. Terdengar desahan, lumatan, dan napas terengah-engah dari ciuman kedua insan itu. Seolah Jinwoo mencoba menyerap semua entitas Cale dan menyimpannya dalam-dalam di paru-paru. Seolah-olah Cale Henituse adalah napas milik Sung Jinwoo itu sendiri.

Setelah tiga menit lamanya, pria bermata abu-abu keperakan menyudahi ciuman dan menyandarkan dahi mereka satu sama lain.

Tangan bergerak, memiringkan kepala Cale hingga pria itu bisa memberikan ciuman di pelipis dengan intensitas yang begitu lembut.

Kemudian berbisik serak di telinga yang kini diwarnai merah muda manis nan menggoda.

"Sama-sama, Altalune-ku." 

.
.
.

[Ratusan tahun yang lalu]
[Ashborn olíe Velaris's POV]

Mata keperakan menatap tubuh yang terkunci dalam rantai menyakitkan, tersenyum sedih.

Tangan berbalut pelat besi hitam, meraih ujung rantai yang mengikatnya, sentuhannya mendawai membisikkan penyesalan.

"Akhirnya, Cale," ucap pria itu. Menengadahkan wajah dan secara perlahan melepaskan helmet Monarch yang senantiasa ia pakai saat bergabung dengan kubu kegelapan.

"Akhirnya."

Rambut yang dulu putih, kini berubah menjadi hitam pekat. Kepala tertunduk dan tubuh itu secara perlahan jatuh bersimpuh. Dua tangan menutupi wajah, menghalangi isak tangis yang terancam pecah. Menggema dalam kesunyian dimensi yang baru saja ia ciptakan.

"Kekasihku," panggilnya parau. Ingin sekali meraih tangan itu, membawanya ke pipi dan berandai bagaimana jemari itu akan mengusap air matanya.

"Cale-ku," panggilnya.

"Altalune-ku," panggilnya lagi.

Lagi.

Dan lagi.

Sampai tenggorokan terasa bagai menelan kaca, air mata menetes seperti aliran racun, serta sesak membuncah di tubuh yang setengah berbentuk.

Pandangan menjadi nanar.

Semua sepadan.

Sampai tubuhnya hancur pun, Ashborn akan berkorban.

Meski sampai jiwanya bergema kecil, ia akan bertahan.

Semua sepadan, sayangku.

Untukmu, semua sepadan.

"Altalune-ku," panggilnya lagi, namun kini dengan senyuman di bibirnya. Membaringkan tempat yang mengikat Cale, memandang wajah yang terlelap itu dengan mata terpesona.

"Apa kau memang selalu se-indah ini, sayangku?" Tanya pria itu, suara berbisik seolah melihat rahasia semesta.

Menelan fitur yang sudah lama ia rindukan. Rambut merah panjang, membingkai wajah rupawan. Rahang aristokrat, berkulit putih pucat dengan rona hidup. Hidup mancung, bibir kuncup mawar tipis, fitur dihaluskan hingga begitu indah dan memikat.

Tangan gemetar, mencoba menyentuh pipi itu. Pandangan kembali memburam, menyadari sentuhannya terasa nyata.

Cale telah kembali ke dalam pelukannya.

"Bulan-ku," panggil Ashborn, memberikan ciuman reuni di setiap inchi kulit hangat itu terasa.

"Akhirnya kau kembali." Ciuman di kening terasa seperti rumah.

Aromanya.

Air mata menetes.

"Kau kembali kedalam pelukanku."

Hari itu, Ashborn olíe Velaris kembali menangis.

Selayaknya manusia biasa, pria yang lelah itu menangis. Menangis. Dan terus menangis.

Setelah puas, Ashborn terkekeh malu. Mengusap kasar air mata yang membasahi pipi dan cemberut. Memandang wujud tidur Cale sayang dan menyandarkan kepala di dekat ceruk leher jenjang kekasih. Tidak peduli dengan rantai berduri, yang ingin Ashborn rasakan hanyalah pelukan semu itu menjadi nyata kembali.

"Cale..."

Mata tertutup.

"Terkadang, aku sangat lelah."

Tangan bergerak, memeluk erat pinggang Cale. Mulai kembali merasakan air mata tergenang dipelupuk mata.

"Tetapi, memikirkan bagaimana kau membuka matamu dan tersenyum kepadaku-" tangan bergerak, mengelus permukaan bibir cantik itu dengan kekehan lembut.

"-rasanya seperti momen di mana pertama kali aku jatuh cinta padamu. Aku merindukan perasaan itu, Cale."

"Untuk terjatuh. Lagi. Lagi. Dan lagi. Dalam pelukanmu, terbuai oleh hangatmu."

Senyuman berlukiskan cinta dan pengabdian terukir.

"Lelahku sirna hanya dengan memikirkan itu."

******

Ashborn terbangun pelan dari berbaring, melirik pemandangan sekitar yang masih begitu kosong. Kemudian mengerutkan kening. Merasa bahwa ruang dimensi ini sama saja dengan tempat yang mengurung Cale.

Pertama-tama.

"Aku akan menghiasnya dengan langit Velaris!"

Menggunakan sisa kekuatan Velaris, cahaya dalam kegelapan begitu terang menderang. Ia mengangkat tangan menuju kekosongan dan dalam sekejab, kegelapan dimensi berubah menjadi ribuan milky way yang begitu cantik.

"Kemudian, lantai kerajaanku, yang bagai bersentuhan dengan air."

Pria itu tersenyum lembut. Setiap langkah menggema dengan tetesan air.

"Bunga Silver Pelia." Ashborn membawa keluar ribuan bunga Silver Pelia yang ia simpan di ruang dimensi lain. Dalam keheningan damai, tak peduli belasan bulan yang ia habiskan di tempat ini untuk menanamnya satu persatu. Membentuknya dalam motif kerajaan yang begitu besar nan luas. Bagai lautan tak berujung yang berkilauan

"Kerajaan Benua Barat."

Keringat menetes, mencoba mengatur setiap sisa kerajaan yang melayang di langit-langit ruang dimensi. Memberikan jembatan yang berpendar cahaya lembut sebagai penghubung tempat satu sama lain. Hari-hari berikut, Ashborn habiskan untuk merangkai dan mengabadikan setiap kisah dan cerita kerajaan-kerajaan itu bagai monumen penting.

Perlahan-lahan, tempat yang kosong itu berubah.

Di tengah-tengahnya, adalah bangunan termegah sisa kerajaan Velaris. Dengan tiang-tiang kuil menghiasi setiap sisi, kain putih yang berterbangan lembut. Di halamannya, akan dipenuhi oleh bunga Silver Pelia. Suara air menderu, berhiaskan batu berbentuk air mancur. Cahaya bulan menembus, memberikan kesan majestik.

Pemandangan di depan matanya membuat mantan raja itu terkesiap. Emosi membuncah hebat, karena semua terlihat begitu mirip dengan rumah yang sangat Ashborn rindukan.

"Bagaimana, Cale?"

Pria itu tertawa lembut.

"Kau tidak lagi dalam kegelapan."

Tangan mengusap rambut merah mawar, menghiasnya dengan bunga-bunga kecil.

"Selamat datang di rumah."

Ciuman diberikan. Penuh pengabdian dan begitu banyak kasih dalam mata itu.

"Tidur nyenyak, Altalune-ku."















































































BERSAMBUNG

.
.
.

NOTE :

Oke, penjelasan kecil untuk kekuatan The Absolute One, atau Dewa yang disembah keluarga Ashborn dulu. 

The Absolute One (TAO) ini Dewa Bintang, nama lainnya Neri pilih sebagai God of Cosmic
Cosmic berarti hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta. Jadi, basically, TAO ini punya kekuasaan lebih terhadap alam semesta tapi lebih cenderung ke bintang-bintang (planet).

Jadi, perang terakhir yang terjadi di dunia Cale atau 'The Silent War' adalah di mana musuh abadi TAO ini memporak-poranda alam semesta Cale dengan kekuatan 'kegelapan'. Jadi, untuk menyeimbangkannya kembali, TAO membentuk 9 cahaya (Rulers) dan 9 kegelapan (Monarch, 'kegelapan' yang sebelumnya).

Neri belum ada ide untuk pembagian 9 cahaya dan 9 kegelapan ini, mereka akan ada jenisnya masing-masing eheheh _(:з)∠)_

Oke, lanjut lagi. Jadi, tersisa satu Fragment lagi dari kekuatan TAO yang habis dipakai untuk membagi para Rulers dan Monarch ini. Karena Neri mengambil referensi dari bintang-bintang (termasuk Rulers dan Monarch), jadi Neri mengambil kesimpulan Fragment ini sebagai bentuk terakhir bintang yang mengalami ledakan supernova (saat bahan bakar yang menyeimbangkan bintang itu habis). Kemudian, melalui ledakan ini, akan terjadi dua kemungkinan. 

(Pict : Neutron Star)

Yang pertama ada Neutron Star (Bintang Neuron). Merupakan salah satu benda langit tereksotis yang memiliki inti tertinggi. Baik gravitasi, medan, magnet, massa jenis hingga suhu melebihi kapasitas wajar untuk ukuran bintang sebelumnya. Neutron Star memang menghasilkan cahaya yang redup tetapi kekuatan massa yang dimilikinya lebih besar dari matahari. Juga, juga, waktu bintang Neuron ini meledak lagi gitu, akan menyisakan beberapa bintang yang membentuk Nebula.

(Pict : Black Hole)

Kedua, Black Hole (Lubang Hitam). Bedanya dengan bintang Neuron, bentuknya sebenernya lebih padat (bintang Neuron itu bintang terpadat) tetapi wujudnya enggak berbentuk. Daripada planet yang menghasilkan radiasi massa atau magnetik, Lubang Hitam ini lebih ke ruang waktu yang punya gravitasi paling kuat... sehingga apapun yang ada didekat Lubang Hitam akan tertarik ke dalam 'lubang'nya, bahkan cahaya sekalipun tidak dapat menghindar. 

Okay, sekian pusing-pusingnya, jadi Neri mengambil dua ilmu di atas ini sebagai referensi kekuatan milik Cale. 

Ingat di salah satu sepenggal kisah 'cahaya abadi' milik TAO :

 "Dia-lah pemberi cahaya pada langit dan bumi, perumpamaan cahaya yang seperti sebuah lubang kegelapan tak tertembus. Namun, tiada lain di dalamnya terdapat sebuah pelita besar."

"Pelita besar itu rupanya berada sebuah kaca kecil tetapi memiliki kilauan bintang-bintang seperti mutiara. Mereka terpancar begitu terang, berbisik akan keindahan yang hanya terpancar saat gelap menyelimuti pelita."

Lubang Kegelapan tak tertembus adalah bagian referensi Black Hole.
Kaca Kecil dengan kilauan bintang seperti mutiara adalah bagian referensi Neutron Star.

Gimana? Semoga aja make sense ya :")
Maafkan otak cetek Neri yang sangat berani untuk memadukan dua pengetahuan ini ke dalam cerita abal-abal beginih ಥ_ಥ)
Kalo ada kesalahan pemahaman atau kata, bisa di koreksi yaa, akan Neri ubah ('▽'ʃ♡ƪ)

PS. Mengenai dewa-dewa yang ada di dunia Cale, seperti yang diceritakan dalam narasi redhead kita, semuanya sudah 'musnah' di perang terakhir ya ges :")
Musnah dalam artian entitas mereka terkikis dan akhirnya runtuh dengan sendirinya.
Makanya enggak ada muncul narasi tentang GoD, karena sejujurnya memang peran mereka enggak begitu penting di fic ini 😭😭😭🙏🙏🙏

PSS. Pertarungan yang sesungguhnya akan dimulai di chapter selanjutnya dan tentu saja, jangan lupa tentang bawahan paling setia Ashborn selama menjadi Shadow Monarch :>

.
.
.

Dan btw... guys guys... mau curhat dikit tentang fic ini ಥᵕಥ)
Bisa kalian abaikan, enggak terlalu penting pun eheheh

Jadi, akhirnya Neri tahu kenapa Neri terikat banget dengan fic ini, alias yang paling favorit di antara semua AU fic Neri hahaha 🥺🥺🥺

Jadi, umm, Kerajaan Velaris dan kisah antara Ashborn dan Cale... itu bener-bener mengingatkan Neri sama kisah Kerajaan Silver Millenium dan Kerajaan Earth... Pangeran Endymion ma Putri Serenity dari Sailor Moon 😭😭😭🫂🫂🫂💙💙💙🦋🦋🦋✨️✨️✨️

(Pict : Silver Millenium Kingdom)

AAAAAHHHHH 😭😭😭
Sailor Moon itu cinta pertama Neri di dunia anime dan mungkin kisah percintaannya juga? 😭🤧🙏

Pantes deh, berbayang kisah cinta di fic ini puitis banget awokwowkwok
Gitu aja curhatannya ಥvಥ)

.
.
.

Love,

Neri 💛🌻✨️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top