#7 - Light of Hope

Semua mata tidak bisa melepaskan pandangan mereka.

Kekuatannya memancar, menghasilkan cahaya harapan begitu kuat.

.
.
.

Do you miss this fic? Hmmm
Jangan lupa VOTE, KOMEN, dan FOLLOW ya guys, sebagai apresiasi kepada kerja keras Neri!
Jangan lupa baca Note dan makasih karena sudah berkunjung ke fic ini ☺️❤️✨️

(Word : 10.9k)


[Masa lalu]
[Alberu Crossman's POV]

"Kerajaan Bintang memang..." gumam sang Raja Roan sambil memandangi istana bagian dalam Kerajaan Velaris.

Kedatangannya ke Kerajaan Utara kali ini sebagai tamu, setelah delegasi Cale kembali sekitar 5 bulan yang lalu. Mempercayakan Kerajaan Roan kepada sang bibi Tasha dan Count Taylor, Alberu kembali berangkat bersama rombongan Cale yang lebih besar.

Senyuman geli terpatri di wajah Raja keturunan Dark Elf tersebut.

Cale benar-benar menempati janjinya untuk membawa semua anak-anak yang di asuh serta rekan-rekannya untuk berwisata ke Kerajaan Bintang ini. Setelah seminggu sampai, semua bubar untuk menikmati waktu mereka di Kerajaan yang sangat bersinar ini.

Saat ini, Alberu sendiri sedang berjalan-jalan menelusuri lorong dekat taman kerajaan setelah mengurus beberapa dokumen terkait kerja sama antara kedua benua.

Dalam hati juga bertanya-tanya, kemana pergi sang donsaeng yang dalam beberapa jam tidak terlihat batang hidungnya.

"-mereka terlihat sangat serasi!"

"-lihat mata Yang Mulia Raja?"

"-um! Dia terlihat sangat menyukai Tuan Muda Cale!"

"-aawww! Ada begitu banyak cinta di matanya-!"

Suara gosipan para pelayan mengalihkan fokus Alberu. Pria yang hampir menginjak usia 30-an itu menoleh ke sumber topik mereka dan tercekat saat menyadari bahwa sang donsaeng yang ia sayangi itu tengah berada di pusat taman sedang disisinya adalah Raja Velaris, yang ia kenal sebagai Ashborn.

Sejenak, Alberu membiarkan dirinya mengapresiasi taman kerajaan yang dipenuhi oleh bunga Silver Pelia. Kelopaknya yang berwarna putih keperakan tampak sangat bersinar di bawah sinar matahari. Sehingga membuat seluruh taman cerah oleh keindahan keperakan yang memanjakan mata.

Berkedip sadar, Alberu bergantian melirik pada Cale dan Ashborn yang berjalan disisinya. Ia mengamati bagaimana sang Raja Utara itu memetik satu Silver Pelia dengan bibir bergerak berbicara. Cale mendengar dengan wajah tenang, sebelum ber-oh pelan.

Raja berambut putih itu tertawa kecil, dan memberikan bunga itu kepada Cale. Kemudian wajahnya mendongak ke langit dan tangan bergerak untuk menunjuk ke atas. Donsaeng kesayangannya mengikuti arah tangan dengan mata menyipit pada kecerahan matahari namun, tetap mengikuti arahan Ashborn.

Raja Roan membeku saat merasakan Ashborn semakin dekat di sisi Cale, sehingga tangan kanannya melingkupi pinggang ramping pria yang lebih kecil darinya.

Ia menganga kecil saat Cale tiba-tiba digendong dengan lengan kanan sang Raja Velaris.

Ia menyaksikan dengan tertegun bagaimana wajah tenang datar Cale, retak seketika. Tergantikan oleh ekspresi malu dengan wajah memerah padam.

.... itu menggemaskan.

Raja Velaris hanya tertawa namun tidak terlihat malu oleh perbuatannya. Yang ada, wajahnya hanya semakin lembut oleh pemujaan ... cinta saat menatap Cale.

Hati Alberu hangat oleh pemandangan itu.

Pada donsaengnya yang akhirnya pasrah kemudian tertawa kecil saat Ashborn mulai berputar. Di sekitar mereka, alam seperti ikut bersuka cita pada pasangan itu. Angin berhembus, membawa kelopak Silver Pelia terbang mengelilingi dengan kilauan menakjubkan. Cale melihat pemandangan itu dan terlihat sangat kagum. Sedang Ashborn tersenyum lebar dengan mata penuh kasih.

Suara tawa, senyuman yang memanjakan serta kegembiraan memenuhi taman dengan begitu banyak cinta.

Mata Alberu berkaca-kaca.

Ia senang, bahwa Cale telah menemukan kepingan terakhir hatinya.

Yang kini dipegang tepat oleh Sang Raja Velaris, Ashborn.

*******

[Dua tahun kemudian]
[Cale Henituse's POV]

"Cale."

Ia bersandar pada sentuhan itu. Bersamaan sesak di hati, menyadari bahwa kekasihnya akan pergi berperang dengan musuh yang tidak diketahui.

"... Ash-ya," ucap mantan komandan, menahan gemetar. Matanya terbelalak tidak percaya pada dirinya sekarang.

Yang mengapa ia begitu lemah sekarang?

Kemana kepercayaan dirinya yang dulu begitu kuat menahan keraguannya?

Keangkuhannya?

Ketajamannya?

Kemana semua menghilang?

Ah... apa karena Cale terlalu mengandalkan novel itu sebagai pijakan untuknya melawan White Star dan Sealed God?

Tapi, ia juga-

"Altalune," bisik sang kekasih. Tangan Ashborn dengan lembut membawa wajah Cale mendongak. Sehingga mata mereka saling beradu dalam kerinduan dan cinta serta rasa sakit.

Ada senyuman menenangkan di wajah Ashborn.

Tangan yang begitu besar dan hangat dengan lembut bergerak. Menyapu setiap inchi wajah Cale dengan penuh penghargaan, mengusap helaian rambut merah senja, membawanya ke belakang telinga sehingga wajah cantik Cale tertampang jelas.

"Cantiknya kekasihku," gumam Ashborn, mata keperakan melembut penuh kasih.

Hati Cale sakit melihatnya.

Sakit oleh ribuan rasa emosi yang membuatnya kewalahan.

"Cale-"

"Jangan." Jemari pria berambut merah terangkat. Menghadang bibir Ashborn dari kata-kata yang menakutinya.

"Tolong... jangan ucapkan kata itu..."

Mata keperakan kembali melembut. Ia kemudian menciumi ujung jemari Cale dan menggenggam tangannya.

"Kita akan memenangkan perang ini, Cale." Kedua tangan sang terkasih di genggam erat oleh janji. Mata coklat kemerahan menatap dengan penuh kehati-hatian pada manik keperakan. Mencari kepastian dari janji yang di ucapkan.

"... janji?"

Ashborn tertawa lepas, yang sudah lama tidak Cale lihat sejak perang mulai mengambil alih rasa damai mereka. Hati pria yang lebih kecil menghangat namun pada bersamaan kembali tercekat.

"Lihat mataku, Cale."

Ashborn menyandarkan dahi mereka bersama-sama. Tersenyum saat Cale mematuhinya dengan sedikit rasa takut dan ketidakpercayaan.

"Kita akan baik-baik saja."

Kedua lengan Ashborn kemudian memeluk pinggang ramping Cale. Membawa tubuh ringkih pemuda lain lebih dekat, sehingga hanya ada kehangatan memanjakan dalam pelukan mereka.

Dua tangan Cale refleks berada di dada Ashborn. Mata berkaca-kaca merasakan detak jantung kuat sang kekasih yang begitu menenangkan.

"Saat perang berakhir-" tangan kanan Ashborn terangkat, menyapu pipi Cale dengan cinta.

"-kau resmi menjadi milikku sepenuhnya." Ashborn mengakhirinya dengan ciuman manis. Itu penuh kelembutan dan pemujaan. Serta pengabdian yang tulus dari hati seorang Raja kepada pasangannya.

Jantung Cale berdegup sangat kencang.

Seolah rasa takut, benci, lelah, ragu, dan sakit langsung sirna hanya dengan ciuman manis Ashborn.

"Tunggu aku pulang, Ratu-ku."

Tertawa namun tersenyum penuh adorasi, Cale membawa satu tangan lainnya untuk mengelusi bagian pelipis Ashborn. Mata coklat kemerahan melembut bagai sinar api berderak dalam kesunyian malam yang begitu dingin.

"Aku akan menunggumu, Raja-ku."

Mata keperakan Ashborn melebar sesaat. Tampak tidak percaya dengan apa yang ia dengar, sebelum tersenyum sangat lebar dan mengangguk. Mata keperakan tidak lepas menatap setiap inchi wajah sang terkasih.

"Betapa beruntungnya aku,"

"Hm?"

"Memiliki Cale sebagai belahan jiwaku. Yang sangat cantik, baik, dan pemalas."

"Pemalas?"

"Hu um~ karena aku bisa membawanya kemanapun aku pergi."

"Ash-ya."

"-kemudian aku bisa memeluknya setiap hari. Karena Cale sangat pemalas, pasti malas bergerak untuk menolak, bukan-?"

"Ashborn."

"Hehe."

Dua kekasih itu senantiasa menghabiskan malam damai terakhir mereka untuk berbagi cerita.

Cale tertidur lelap dalam pelukan Ashborn. Lengannya yang hangat melingkupi dirinya, seolah melindungi dirinya dari segala marabahaya. Samar-samar, ia bisa merasakan ciuman lembut di puncuk kepalanya. Serta bisikan manis tak lupa menyertai tidurnya-

.
.
.

Mata Cale terbuka.

Tangan bergerak lesu untuk mengucek-ucek matanya, mencoba memindahkan tubuhnya. Namun terhenti saat menyadari dirinya tengah dalam pelukan seseorang. Dengan pelan, Cale menoleh ke belakang. Bayangan Ashborn menyatu erat dengan sosok Jinwoo yang bersandar kecil di atas kepalanya.

Mata coklat kemerahan melebar kecil pada wajah tidur Hunter Korea tersebut.

Tangan bergerak pelan, menyapu permukaan pipi Jinwoo dengan lembut serta mata nostalgia.

Posisi ini... adalah kenangan terakhir Cale bersama Ashborn dalam perang.

Malam itu, mereka tidur bersama. Saling bertautan kehangatan dalam pelukan seperti ini.

Hati Cale kembali sakit akan kerinduan serta rasa bersalah. Bahwa ia masih memikirkan Ashborn saat Jinwoo berada di depannya. Yang memeluk dirinya dengan erat, hangat dan aman.

Buaian itu membuat kantuk kembali menyerang Cale. Ia dengan hati-hati kembali mengatur posisinya dalam pelukan Jinwoo. Tersenyum kecil nan sedih namun kelegaan menyapunya. Bahwa ia memiliki Jinwoo disisinya kemudian Raon dan Choi Han yang sudah kembali.

Cale... akan tidur lagi sebentar.

.
.
.

[Sung Jinwoo's POV]

Sentuhan dipipinya terhenti.

Mata Jinwoo terbuka pelan dalam kegelapan kamar. Mengamati dalam adorasi bagaimana Cale kembali tertidur lelap dalam pelukannya. Tampak tidak terganggu oleh dua kehadiran lain yang mengamati mereka dalam pandangan dingin.

Memberikan Cale mana buaian Ashborn yang menenangkan, sehingga tidak akan bangun oleh suara. Jinwoo bangkit dari posisinya. Agak menyayangkan kehilangan kehangatan tubuh Cale dari pelukannya.

Ia kemudian berjalan dan duduk di sofa yang bersebrangan dengan dua pendatang baru.

Raon Miru dan Choi Han.

Dua sosok keluarga Cale yang masih hidup.

Mereka terasa begitu kuat dan kuno serta hanya dengan tatapan, terasa begitu menindas.

Jinwoo bahkan tidak yakin ia bisa menang menawan keduanya, meski dengan para prajurit bayangannya sekaligus.

"Tanyakan apa yang ingin kalian ketahui."

"Siapa kau?" Tanya langsung sang Naga Hitam yang masih dalam wujud kecilnya. Mata biru bercelah berkedip begitu dingin dan waspada. Sedang Ksatria Berjubah Hitam disisinya memberikan pandangan kosong. Sangat kontras dengan ekspresi yang diperlihatkan kepada Cale.

"Aku Sung Jinwoo, Hunter Korea."

"Bagaimana kau menemukan Cale-nim?"

Mata abu-abu Jinwoo berkedip akan sinar keperakan sesaat. Membuat Raon terkejut sesaat.

"Atas arahan Ashborn, aku menemukannya dikedalaman laut Yakust, Rusia." Mata Choi Han menyipit dengan amarah. Wajahnya yang semula kosong tanpa emosi menunjukkan ekspresi 'beraninya mereka menempatkan Cale-nim ditempat keji seperti itu-?!'.

"Kekasih Ayah?" Beo Raon tajam. Kepala Naga memiring dengan ketertarikan. Jinwoo tersenyum kecil, mengangguk kemudian mengeluarkan sedikit mana dari Black Heart.

"I-itu! Mana milik Ashborn-nim!" Seru Choi Han dengan wajah pucat.

"Kami sudah menduganya sebelumnya, bahkan kau adalah 'Ashborn'... tetapi tidak melalui mana ini," gumam Raon, mata biru bercelah menyipit. Seolah mencoba mengamati lebih seksama kedalam diri Jinwoo.

"Apa maksudmu?"

Jantung milik Jinwoo berdetak sangat kencang saat mata biru dingin itu menatapnya lebar.

"Jiwamu."

Choi Han disisi naga kemudian mengangguk.

"Ada yang salah dengan jiwaku?" Tanya Hunter Korea itu, hampir waspada.

"Tidak ada yang salah, Jinwoo-nim," tenang Choi Han, tersenyum kecil.

"Dalam perjalanan mencari Ayah, kami mempelajari begitu banyak ilmu," jelas sang Naga dengan wajah datar. Jinwoo menahan kekagumannya, karena didepannya adalah Naga yang mungkin berusia ratusan tahu dengan ilmu serta kekuatan yang melimpah ruah.

"Salah satunya yang menarik adalah ilmu mengenai 'jiwa'." Senyuman terpatri di wajah Raon, sedang mata biru bersinar cerah.

Dingin yang melingkupi keduanya berangsur menghilang, diganti oleh kehangatan dan penerimaan akrab.

"Jiwamu sama dengan Kekasih Ayah-" belum sempat bereaksi, Raon kembali melanjutkan ucapannya.

"-tidak. Ini lebih sebelum kau dan Kekasih Ayah adalah satu jiwa yang sama."

Mata abu-abu melebar pada informasi itu. Tangan tanpa sadar bergerak, menuju detak jantung Black Mana yang mengirimkan semilir perasaan menenangkan.

"Aku... adalah Ashborn?" Choi Han mengangguk sebagai jawaban.

"Yang pasti, jiwamu adalah Ashborn-nim. Dan jiwa Ashborn-nim adalah dirimu. Kalian adalah satu orang yang sama, hanya berbeda identitas?" Bingung pemuda korea lainnya dengan wajah termenung.

"Ba-bagaimana bisa?" Raon terlihat tidak yakin sesaat. Mata birunya berkedip dengan perasaan bersalah dan sedih.

"Setelah perang Ruler dan Monarch berakhir, Kekasih Ayah yang menjadi Shadow Monarch adalah Monarch terkuat," jelas sang Raja Naga dengan suara lembut.

"Tetapi, para Monarch mengkhianati Ashborn-nim!" Seru Choi Han, suara terdengar penuh amarah, sakit serta rasa bersalah. Tatapan identik dengan Raon.

"Saat kami tiba, Ashborn-nim menghilang. Kami bahkan tidak sempat melacak jiwanya."

Keheningan melanda mereka sesaat. Raon dan Choi Han membiarkan Jinwoo meresapi informasi dengan pandangan tenang.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Kekasih Ayah setelah perang itu, tetapi disinilah kau. Hadir didunia ini kembali sebagai Sung Jinwoo," ucap naga hitam dengan senyuman kecil. Sayapnya kemudian dikepakkan dan terbang untuk duduk dipangkuan Jinwoo.

"Mungkin kau bingung dengan identitasmu sekarang, tetapi tetaplah ingat, Mister Black, kau adalah kau. Siapapun identitasmu, tidak merubah perasaanmu."

Si sulung Sung tersenyum kecil pada penghiburan bijaksana itu.

Memang, untuk sesaat, Jinwoo merasa krisis identitas dan dilanda serangan panik ringan.

Siapa dirinya?

Apakah ia adalah Ashborn ólie Velaris?

Atau Sung Jinwoo?

Jiwanya memang sama tetapi ia selalu merasa berbeda dengan Ashborn. Seolah Ashborn sendiri adalah dzat yang terpisah.

Mata abu-abu melebar kosong.

... apakah perasaannya terhadap Cale juga akibat perasaan Ashborn ???

Dua jantungnya berdetak sangat kencang pada gagasan itu. Baik milik Ashborn dan Jinwoo. Alis mengerut ragu-ragu dan cemberut ringan. Pemikiran ini hampir membuat seolah-olah dirinya bukan manusia.

"Kau adalah Kekasih Ayah, tapi itu dulu," melihat kegelisahan melanda pria muda itu, Raon terkekeh sedih. Mata biru berkedip akan air mata tertahan.

"Sekarang kau adalah Sung Jinwoo." Cakar kecil hinggap di pipinya dengan gerakan menenangkan.

"Pikirkan saja satu hal, Jinwoo-nim. Seperti yang dikatakan Raon-nim-" Choi Han tersenyum lembut. Mata gelapnya berbinar hangat seolah Jinwoo adalah sesuatu yang sama berharganya dengan Cale dan Raon.

"Apa yang kau rasakan sekarang itu murni karena perasaanmu. Tidak terpengaruh oleh apapun itu."

Perasaan ini.

Kasih sayang ini.

Cinta ini.

Itu memang murni, yang seharusnya Jinwoo rasakan.

Perasaan yang memang sudah menjadi miliknya.

Yang sudah ditakdirkan.

Sung Jinwoo... suka dengan pemikiran itu.

Bahwa ia menyukai Cale Henituse karena ia memang tercipta merasakan hal itu kepada pria bermata garnett itu.

Bukan karena sebagai Ashborn ólie Velaris atau Sung Jinwoo.

Tetapi, sebagai 'diri'nya yang merasa.

Raon dan Choi Han tersenyum satu sama lain saat melihat wajah pria muda itu menjadi lebih tenang.

"Baiklah, Mister Black, ceritakan situasi di dunia ini-"

"Mister Black? Kau dulu memanggilku Mister Snow_-"

Naga hitam terkikik geli.

"Itu karena kau berambut hitam sekarang! Dengan kekuatan bayangan!"

"Bukankah 'Kekasih Ayah'?"

"Apa kau sudah jadian dengan Ayah sekarang?" Tanya Raon dengan mata biru berkedip polos. Mendapat tawa riang Choi Han sebagai balasan.

"Sial," gumam Jinwoo, mendapat tepukan ringan di tangannya.

"Jadi untuk sementara ini, kau adalah Mister Black."

"... arasso, arasso."

******

"Jadi, dunia ini akan hancur?" adalah kesimpulan yang dilontarkan oleh Choi Han setelah mendengar seluruh penjelasan Jinwoo. Meski pria muda itu terdengar masih ragu dan tidak yakin, teorinya sangat masuk akal. Ditambah oleh informasi Monarch yang sudah dikalahkan olehnya dan dari Khamish juga.

"Ya..." Mata biru bercelah terlihat menerawang, kemudian aura tidak senang juga benci menguar menakutkan dari tubuh yang diperkecil itu.

"Sepertinya bajingan Rulers itu tidak pernah puas, bukan?" gumam Raon, ada listrik mengalir sekilas disekitar matanya.

"Apalagi kekuatan terakhir The Absolute One sudah diwariskan kepada Cale-nim," sahut pendekar pedang berjubah hitam.

"Para Rulers dan Monarch tidak akan berhenti sampai bisa mendapatkan fragmen terakhir itu," selesai naga hitam dengan suara muram.

Hati Jinwoo terasa sakit melihat ekspresi dua sosok didepannya ini.

Meereka sudah menunggu damai selama ratusan tahun.

Mengorbannya perasaan mereka sendiri dalam menghadapi kematian anggota keluarga dan tetap senantiasa bertahan untuk Cale.

Tetapi, perang itu justru masih berlanjut dan kehidupan sosok terkasih mereka masih dalam bahaya.

Hunter Sung bisa melihat wajah kelelahan yang terukir disana.

"Aku tidak akan membiarkan mereka membunuh Cale," ucapnya tiba-tiba, mendapatkan ekspresi terkejut sesaat dari Raon dan Choi Han. Keduanya saling bertatapan dalam diam sebelum tersenyum lembut.

"Tentu saja, itulah yang selalu yang katakan, Jinwoo-nim," ucap Choi Han dengan suara nostalgia.

"Kami juga tidak akan membiarkan mereka menyakiti Ayah! Tidak lagi dan tidak akan pernah lagi!" seru Raon dengan seringai penuh hawa nafsu untuk membunuh.

Ketiganya kembali berbincang ringan sebelum merasakan pintu depan kamar hotel di ketuk.

"Ah, aku lupa bahwa sebentar lagi kita harus menghadiri konferensi guild internasional," celetuk Jinwoo, mata mendatar tanpa emosi meski kedua penghuni lain tahu bahwa pemuda itu kesal karena pembicaraan di interupsi.

"Membahas tentang Ayahmu, bukan?" Jinwoo mengangguk.

"Ayahku diduga keluar disalah satu Gate yang muncul," jelas pria berambut hitam berantakan dengan alis mengerut.

"Apakah kalian berdua ikut dengan kami?"

"Tentu saja! Aku akan memastikan siapapun tidak bisa melawanmu, Mister Black!" seru Raon dengan tawa jahat. Sejujurnya terdengar menggemaskan di tubuhnya yang sekarang diperkecil.

"Aku harus menjaga Cale-nim dan dirimu, Jinwoo-nim." Senyum Choi Han, ikut bangkit dari duduknya.

Sulung dari keluarga Sung tersenyum kecil sebagai tanggapan, kemudian berjalan untuk membuka pintu. Wajah Adam White menyambutnya dengan senyuman canggung. Dibelakangnya juga terlihat beberapa orang lainnya, kemungkinan para stylish yang diminta oleh Cale.

"Kita harus bersiap-siap sekarang, Hunter Sung." Pemuda korea itu menganggguk. Ia membiarkan pria lainnya masuk. Untuk pendatang baru, tak lupa ia berikan tatapan dingin agar tidak berperilaku macam-macam. Puas saat merasakan ketakutan mereka.

"Tolong benahi rekanku, Choi Han." Tunjuk Jinwoo pada pemuda keturunan korea lainnya yang kini terlihat gugup. Pasti sudah lama untuk pria itu tidak bersosialisasi dengan manusia lain.

Mengabaikan suara rusuh ringan yang disebabkan oleh keterkejutan melihat naga hitam kecil, Jinwoo bergerak menuju sisi kanan kasur untuk membangunkan si rambut merah yang masih terlelap.

Tangan dengan lembut bergerak membawa helai rambut merah yang menutupi pipi kebelakang telinga. Tersenyum lembut saat Cale masih terlelap tidak terganggu oleh sentuhan.

"Cale, sudah saatnya bangun," ucap sang Hunter Korea sembari mengguncang bahu Cale. Pria yang lebih kecil cemberut sebentar, tampak tidak senang tidur nyenyaknya terganggu.

"Jika kau tidak bangun, aku akan menggendongmu ke kamar mandi," ancam Jinwoo sambil menyeringai jahil. Mata coklat kemerahan kemudian terbuka enggan. Ada gumaman kecil keluar dari mulut yang tertutupi selimut.

"Aku masih mengantuk..." dan begitulah bagaimana Cale Henituse kembali terlelap. Jinwoo tersenyum kecil sambil berkacak pinggang. Pria muda itu tak menunggu aba-aba langsung membungkus Cale dengan selimut hotel. Mendapatkan suara terkejut sebagai tanggapan?

"Umhn! Eh, Jinwoo-?!"

"Jika tidak bangun, aku akan menggendongmu dan memandikanmu." Raon terkekeh saat melihat wajah manusia berambut pirang stroberi memerah sendiri.

"O-oke! Aku sudah bangun!"

"Terlambat."

Para penata rias yang diperkerjakan oleh Adam memerah saat melihat pemuda yang begitu ditakuti oleh dunia sekarang saat ini tertawa kecil. Tangannya menggendong tubuh yang masih dibalut oleh selimut, mendapatkan protes lemah yang kemudian berakhir dengan kepasrahan. Mereka menahan diri untuk tidak menjerit saat pemuda berambut merah memutuskan untuk bersandar di bahu Hunter Sung dengan cemberut kecil di wajahnya. Sedang pria yang lebih tinggi terkekeh dan memberikan ciuman kecil di puncak kepalanya.

Hening melanda mereka saat kedua sejoli itu menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Ekhem, ekhem," semua mata berpaling menatap Adam White. Rona merah masih ada di wajahnya. Ia tidak akan pernah terbiasa dengan pemandangan wajah Sung Jinwoo yang lembut dan penuh tawa.

"Apakah sudah siap?"

.
.
.

[Cale Henituse's POV]

Mata coklat kemerahan mengamati jubah Ahjin yang dipakai oleh mereka.

Sung Jinwoo, Cale Henituse dan Choi Han.

Ketiganya terlihat kuat dengan jubah hitam ini. Hampir mengingatkan Cale dengan jubah Arm palsu saat mereka akan menjarah emas.

"Cale-nim," pria berambut merah menoleh ke asal suara, tersenyum pada penampilan rapi dan gagah dari ksatria-nya itu. Rambut hitam yang kini sudah dipotong pendek, jubah Ahjin yang terikat dengan obi hitam di pinggang, celana jeans hitam dan sepatu boot hitam.

"Ah kemana pedangmu, Choi Han?" Pria itu tersenyum, mengulurkan tangannya. Kemudian kekuatan hitam berbayang muncul dan membentuk pedang hitam akrab, yang merupakan hadiah Cale untuk Choi Han dalam perang pertama mereka.

"Kau masih menjaganya dengan baik," gumam Cale dengan suara nostalgia, membuat ksatria itu tersenyum manis.

"Tentu saja! Ini hadiah darimu, Cale-nim!"

"Aku juga, aku juga! Aku masih menyimpan celengan pertama darimu, Ayah!" kikik Raon terbang untuk hinggap di lengan Cale. Puas di posisi itu dan bersandar lebih dalam pada aroma manusia tercintanya.

"Apakah semua sudah siap?" mata coklat kemerahan permata menoleh melihat Jinwoo. Jantung berdetak kencang pada penampilan gagah pria itu. Jubah Ahjin yang diperbarui dengan rajutan motif naga emas di ujung lengan jubah, kemeja hitam, celana hitam dan sepatu pantofel. Memang penampilannya terlihat biasa, tetapi aura yang dikeluarkan serta bahu yang tegap membuat bayangan Sung Jinwoo yang kuat dan gagah.

"Huh, rambutmu.." Cale membeku, merasakan jari Jinwoo bergerak mengelus rambut yang menyentuh pipinya, kemudian disibakkan kebelakang telinga. Setelah selesai, mata abu-abu keperakan melihat dari atas kebawah, kemudian tersenyum bangga dan manis.

"Cantik."

Matanya berbinar akan pemujaan akrab dan Cale memerah pada tatapan itu.

"KIta berangkat sekarang, Hunter Sung." Pria berambut hitam berantakan itu mengangguk. Dengan naturalnya mengambil posisinya di sisi kanan Cale, sedang tangan kiri bergerak ke belakang si rambut merah, sentuhan semu di sisi kiri pinggangnya. Choi Han disisi lain mengambil posisi di samping kiri Cale.

"Aku sudah membuatkan identitas untukmu, Choi Han-hyung."

"Terima kasih banyak, Jinwoo-nim."

"Tidak masalah, hyung."

Mata coklat melebar heran.

"Hyung ?"

Cale melirik kedua pria dengan tinggi sama itu silih bergantian. Bisa merasakan tawa dari naga di pangkuannya juga. Ada apa ini? Ketiganya berdiskusi tanpa Cale?

"Ya... karena Choi Han-hyung lebih tua dariku?" tanya Jinwoo polos.

"Kalau aku?"

Jika dipikir-pikir, bahkan sebelum tidur panjangnya, Choi Han memang yang tertua. Waktunya dibengkokkan sehingga memiliki umur yang panjang dan tetap hidup bersama Raon sampai sekarang.

Tetapi begitu pula Cale? Sebelum ia menjadi Cale Henituse, Kim Roksoo kan berusia 36 tahun? Hmmmmm

"Aku tidak tertarik memanggilmu 'hyung'," ucap Jinwoo dengan nada menggoda. Alisnya terangkat sebelah, tak lupa dengan senyuman kecil geli di bibirnya. Membuat kaget banyak staff yang berlalu lalang didepan halaman hotel. Mereka diperintahkan sebagai pengawal untuk mengiring mobil Guild Ahjin ke gedung pertemuan.

Cale bisa merasakan tatapan serta wajah yang menganga.

Apakah sangat mengejutkan melihat Jinwoo yang seperti ini?

"Kenapa Cale?" melihat si rambut merah yang melirik sekitar, mau tidak mau mata Jinwoo kembali dingin waspada. Di ikuti oleh Choi Han dan Raon di pangkuannya.

"Tidak ada apa-apa, Jinwoo-ya. Tenanglah," gumam Cale agak kesal walau memaklumkan sifat protektif mereka.

"Walau begitu, aku lebih tua juga," sambung Cale, tidak ingin memperpanjang masalah. Merasa kasihan pada staff dan pengawal yang ketakutan. Bahkan Mr. White sudah pucat di sisi mereka.

Menggiring Guild Ahjin terasa seperti membawa bom waktu.

Cale terkekeh geli.

Meski skala mereka lebih kecil, hanya menyisakan Choi Han dan Raon, mengingatkan pria berambut merah itu akan keluarganya yang dulu.

Mereka juga seperti bom waktu yang berjalan dan Alberu sering mengeluhkan hal itu karena menakuti banyak pihak aliansi asing.

"Mari, Cale." Jinwoo tidak tertarik untuk melanjutkan pembahasan, sebaliknya kembali memberikan seringai menggoda.

Mereka pun masuk kedalam mobil, masih dengan posisi yang sama seperti semalam.

"Mister Black, apakah aku harus berubah menjadi manusia juga?" tanya Raon dari pangkuan Cale, mata biru bercelah berkedip menggemaskan. Membuat Jinwoo tersenyum.

"Naga tidak mengikuti peraturan." Jawaban ini membuat naga hitam kecil itu terkikik lucu. Cale mengelus sisik hitam hangat itu sembari memberikan kecupan di kening Raon. Choi Han disisi lain mengamati suasana pagi kota dengan tatapan tertarik. Ratusan tahun berdiam diri di gua membuatnya melewatkan banyak hal.

"Benar, Ra. Terserah untukmu mau menyamar atau tidak," jawab Cale kembali meyakinkan naga itu. Raon tidak butuh waktu sedetik untuk berpikir langsung menyeringai menantang.

"Tentu saja aku akan menunjukkan diriku kepada dunia, Ayah!" Mata biru bercelah kemudian berderak akan kekuatan listrik.

"Mereka akan tahu bahwa Raja Naga dan Ksatria Hitam datang untuk memenuhi janji mereka." Choi Han ikut menyeringai dengan aura membunuh. Jinwoo juga tanpa aba-aba ikut bersemangat. Bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi Monarch dan Rulers. Tidak sendirian juga untuk melindungi dunia ini.

"... cukup. Kalian akan membuat Mr. White muntah." Desak Cale kesal, kasihan pada wajah Adam yang kini memutih. Sangat dimaklumkan karena dirinya juga dulu seperti itu saat pertama kali menyadari bahwa banyak suku dan ras kini bergabung dengan kelompoknya.

"Kalau begitu, setelah konferensi ini, kita akan pergi ke Dungeon tempat kau menemukanku, kan ?" tanya Cale dalam bahasa Roan, mata coklat kemerahan menatap Jinwoo yang segera memberikan senyuman kecil sebagai balasan.

"Tentu."

"Kalian juga ikut denganku," ucap Cale, memandang naga kecil dan ksatrianya dengan senyuman melankolis.

Mata kemudian tertutup untuk menikmati damai sesaat. Berharap konferensi ini cepat selesai agar ia bisa segera pergi menuju Dungeon yang dibangun Ashborn untuknya. Mata permata itu meneduh, memandang menerawang pada pemandangan kota dengan tatapan sedih.

Ashborn...

Keluarganya...

Meski ia mencoba menerima kenyataan yang begitu pahit, masih menyisakan kekosongan didalam hatinya.

Bagaimana keadaan Ashborn selama dirinya tertidur dalam kegelapan? Menghadapi dua perang dan tiga pengkhianatan. Temannya, Rulers dan Monarch. Kemudian menyempatkan diri untuk membangun sebuah Dungeon untuknya. Hati Cale menghangat akan kasih sayang dan cinta. Hanya dalam kegelapan rantainya, Cale bisa merasakan kekuatan tempat itu.

Dibangun dari sisa-sisa kenangan, beraroma rumah, suara air yang menggema manis, angin sejuk berlangitnya bintang Velaris serta banyak suasana kerajaan Roan.

Sentuhan di pipinya membuat Cale sadar. Ia menoleh, termangu saat Jinwoo tersenyum lembut kepadanya.

"Aku akan mengantarkanmu, Cale." Pria berambut merah mengangguk. Menghilangkan perasaan itu segera karena mereka akan menghadapi situasi penting.

Persatuan dunia sangat dibutuhkan saat ini.

Dengan dua ancaman musuh yang akan menghancurkan dunia.

Jinwoo tidak akan sendirian dalam menghadapi mereka.

Cale bersama Raon dan Choi Han akan memastikan Jinwoo tidak sendirian.

(Ashborn tidak boleh sendirian lagi.)

"Kita sudah sampai."

Pemuda berambut merah bisa merasakan banyaknya wartawan yang mengerumungi di sekitar jalan menuju gedung. Sorotan lampu kamera agak menyilaukan matanya tetapi Cale tidak berpaling.

Seperti yang Raon katakan.

Ia akan mengumumkan kehadirannya di dunia ini.

Menjadi peringatan kepada Rulers dan Monarch.

Bahwa Cale Henituse masih hidup dan membawa pecahan terakhir pencipta mereka.

Seringai tajam muncul di wajahnya.

Mereka yang melawannya tidak akan pernah mengenal kematian.

Yang akan mereka hadapi adalah sebuah ketakutan besar, sehingga mengemis untuk kematian yang terlalu mewah untuk diberikan.

"Cale-nim."

"Cale."

"Ayah."

Pintu mobil di sisi Cale dibuka. Ia tersenyum kepada Jinwoo yang berdiri di sisi kanan, Raon yang terbang di tengah-tengah, sedang Choi Han disisi kiri. Mata coklat kemerahan berbinar oleh tekad bagai bara api. Membuat sejumlah wartawan yang menyaksikan terengah-engah oleh kekuatan yang mereka rasakan.

Cale dengan anggun menerima uluran tangan dua pria berambut hitam.

"Choi Han." Ksatria itu tersenyum manis.

"Raon." mata biru Naga Hitam berderak oleh listrik biru.

"Jinwoo." Aura bayangan menguar sekilas dari bayangan.

"Saatnya bertempur."

("TUNDUKLAH KALIAN MANUSIA RENDAHAN TERHADAP KELUARGA AGUNG RAJA KAMI-!!"

... BERU. )

.
.
.

[Third Person's POV]

Dunia kini tengah mengamati satu acara yang tengah disiarkan secara langsung.

Yaitu mengenai Konferensi Guild Internasional.

Tetapi, yang menjadi perhatian utama adalah sosok pria berambut hitam yang berjalan beriringan dengan pria berambut hitam lain, pria berambut merah dan... seekor naga hitam yang terbang di atas mereka.

Kelompok itu relatif kecil, tapi baik reporter, wartawan, dan penonton bisa merasakan kekuatan yang menguar dari Guild itu.

Hunter Rank-S yang menjadi Perwakilan Korea Selatan.

Kemudian pemuda baru bernama Choi Han, yang dikenal datang bersama Naga Hitam.

Terakhir adalah kekasih yang dirumorkan, Cale Henituse.

Pemandangan mata coklat kemerahan bak permata garnett menangkap napas penonton dari seluruh penjuru dunia. Apalagi saat wajah cantik paripurna itu memberikan senyuman tipis, melengkungkan matanya, dan meronakan pipi pucat pualamnya. Rambut merah membingkai yang memiliki hiasan kecil memper-agung penampilan pria itu.

Kemudian dunia melihat bagaimana tangan Hunter Sung Jinwoo bergerak untuk menyentuh sisi kiri pinggang Cale Henituse. Wajah tampan itu memiliki ekspresi dingin, mata abu-abu bersinar keperakan menakutkan.

Sedang pemuda lainnya, Choi Han memang tersenyum ramah. Tetapi bersandar dekat dengan Cale Henituse. Seketika senyuman itu berubah mengeluarkan aura mengancam.

Tak ketinggalan, Naga Hitam itu terbang di atas mereka.Meski ukurannya sudah kecil, kepakan sayapnya mengeluarkan kekuatan menakutkan disertai oleh percikan listrik disekitar mata biru bercelah.

genshinPlayer : gilagilagilagilaGILA-! Apa kalian lihat dengan apa yang kulihat sekarang!?
RedHairWifey : Cale Henituse terlihat sangat cantik ya Tuhan 😭😭😭 aku akan menyembah tempat kakinya berjalan AAAAAAAA-!!!!
liuKANG : benar! Cale Henituse tidak seharusnya menjadi penduduk bumi ini! Apa dia semacam malaikat dari kayangan dan selendangnya ditahan oleh Hunter Sung? Kekekkekeke
netizen+62 : Fak, ngakak gue bangsat :v
MartinezLovers : Selamat, kau sudah membuatku tidak bisa melepaskan gambaran iblis Hunter Sung yang menahan malaikat Cale Henituse. SESEORANG CEPAT TULIS FANFICTION TENTANG MEREKA!!! (ノ`Д)ノ
theSANEone : Guys, kita sedang berbicara mengenai keadaan genting dunia ಠ_ಠ)
beautyfaceSUCKER : WHO'S CARE BRO, jika wajah Cale Henituse yang tersenyum kepadaku menjadi hal terakhir yang kulihat, aku sudah bahagia hidup dan mati ('▽'ʃ♡ƪ)
see more reply...

mrs.searching : pemuda baru itu Choi Han, bukan? Dia terlihat tampan hnnghhh-! ( ̄┰ ̄*)ゞ
AmyArmy1 : APAKAH NAGA KECIL ITU NAGA YANG SAMA DENGAN NAGA DI DUBLIN?!
Ahjinisnumbawan : GILA! BUKANKAH ITU ILEGAL JIKA TERLIHAT MENGGEMASKAN?! ಥ_ಥ)
sEoKjINLove : SUNG JINWOOOOO-!!! KENAPA KAU TAMPAN SEKALI YGY! (;'༎ຶД༎ຶ')
f*ckstbck : Aku hamil onlen.
theStr4t3g1ist : Well, aku yakin Guild Ahjin mengungguli semua Hunter yang hadir.
ihateM4TH : Benar, aku yakin para dewan Guild International tidak bisa berkutik melawannya.
BTSloveARMY : Lihat saja Jepang, hanya Hunter Sung yang mengatasi masalah mereka, dengan pasukan bayangannya! DAMN! Hunter Sung terlihat seperti seorang RAJA ✨🛐
see more reply...

DjarumCoklat : Keliatannya situasi yang kita hadapi lebih serius. Aku harap dengan munculnya Hunter Choi Han dan Hunter Henituse, bisa membawa kabar yang lebih baik.
wibuwibuwibu : Oh! Jangan lupakan Naga Hitam! Dia sekarang berada di pelukan Hunter Henituse!

Lightning_McQueen : Aku harap konferensinya juga bisa disiarkan secara langsung... 😩
luobingheBUCHINsizhun : IKR?! AKU BISA MERASAKAN CUKA DIMANA-MANA AWOKWOWKWOK

... tampaknya perhatian dunia di sisi yang salah kali ini.

"Kenapa kau tertawa, Jinah?"

"Eomma! Lihatlah! Mereka ingin melihat Oppa cemburu kekekekek!"

"Cale yang malang..." Jinah semakin terbahak mendengar balasan ibunya.

*******

[Di luar konferensi]

Saat gerbang itu terbuka, semua mata yang duduk mengamati.

Mereka melihat sosok yang menjadi pusat perhatian Guild Ahjin, berdiri di tengah-tengah bersama dua pria berambut hitam yang menjulang dengan kekuatan menguar serta naga hitam di lengannya.

Semua tersentak saat melihat si rambut merah, Cale Henituse, memberikan senyuman diplomatis. Mata permata yang semula terlihat hangat kini berderak oleh pandangan dingin. Pria yang lebih kecil itu tampak sama mengancamnya dengan tiga penjaga disisinya.

"Apakah itu Hunter Asia yang menghajar bawahan Thomas Andre sampai mati? "

"Ternyata dia juga berperan penting dalam peristiwa Gate Jepang."

"Pemuda yang satu lagi, datang bersama Naga Hitam, bukan? "

"Aku dengan dia muncul di Dublin secara tiba-tiba! "

"Banyak yang berspekulasi bahwa kedua sosok itu dari Gate juga... "

Tampaknya murmur masih aman. Membahas tentang Sung Jinwoo, Choi Han dan Naga Hitam. Sampai kemudian...

"Sial, aku tidak tahu bahwa kekasih Hunter Asia itu akan secantik itu? "

"Rambutnya benar-benar merah seperti mawar..."

"Matanya juga! Mereka terlihat seperti permata... apa pria itu nyata? "

"Mungkin saja Hunter Sung membawanya dari Dungeon, bukan? "

"Cantik sekali..."

"Apa dia benar-benar kekasih Hunter Sung? "

"Kuharap dia masih lajang--"

-BRAK.

Semua tersentak hebat saat Hunter Sung Jinwoo duduk, meja retak oleh gerakan sederhana tangan yang diletakkan. Mata para tamu yang tidak bisa menjaga mulut kicep merasakan aura tidak menyenangkan menguar dari tiga anggota Guild Ahjin, terutama dari Hunter Sung sendiri.

"Bodo kau! Kenapa malah berbicara seperti anjir! "

"Abaikan saja para hama menyedihkan itu, Jinwoo-nim," gumam Choi Han, dengan ahli menahan diri untuk tidak mengeluarkan pedang agar bisa menusuk mata yang memandang Cale-nim-nya dengan pandangan tercela.

"Mereka bahkan tidak pantas untuk kau pukuli, Mister Black," sahut Raon, mata biru bercelah memandang rendang para pendatang lain. Mungkin terdapat beberapa kekuatan yang patut diperhitungkan, tetapi selebihnya sangat lemah dan tidak mendekati ujung cakar depannya.

"Potong saja lidah mereka," saran Choi Han dengan aura cerah berbunga-bunga. Membuat Cale sweatdrop di tengah-tengah pembicaraan. Bagaimana bisa ksatria itu bisa mengatakan hal yang kejam seolah membicarakan cuaca?

"Ide yang bagus," jawab Jinwoo dengan wajah serius.

Sontak membuat beberapa tamu menggigil ketakutan.

"Sudahlah kalian, bukan saatnya untuk bertengkar," ucap Cale sambil memberikan tatapan tidak senang. Membuat kedua pria berambut hitam menunduk sedikit malu. Bukan karena sikap mereka tetapi karena Cale menegur mereka.

"Wow... kau lihat itu? Hunter Henituse menenangkan dua macan! "

"Bukan macan.. kurasa tiga naga."

"Perhatian semuanya."

Ruangan sontak diam saat presenter datang dan berdiri di tengah-tengah panggung. Di sisi pria itu ada seorang pria tua yang memakai jas dokternya.

"Sebelum kita memulai konferensi, izinkan saya bertanya kepada Hunter Henituse."

Semua mata melirik pria berambut merah yang dikelilingi oleh tembok hitam. Baik disisi kanan, kiri dan depan belakangnya.

"Silahkan."

Jinwoo menahan diri untuk tidak membalikkan meja saat beberapa orang mulai memerah sebagai tanggapan setelah mendengar suara Cale.

"Apakah Naga Hitam dipangkuanmu adalah ancaman atau teman?"

Mata biru Raon berkedip sesaat, kemudian memutuskan untuk keluar dari pangkuan manusianya. Mata biru bercelah mengamati setiap wajah yang hadir, tak lupa mengeluarkan kekuatan aslinya. Puas melihat beberapa dari mereka beringkuk ketakutan.

"Salam manusia."

"Na-naga itu berbicara !"

"D-Dia berbeda dengan Naga Disaster Khamish! "

"Namaku adalah Raon Miru dan aku adalah Raja Naga yang memerintah baru seluruh spesies Naga yang ada di berbagai belahan dunia." Cale tersenyum sayang pada ucapan Raon. Perkenalannya sudah naik level rupanya. Dari hebat dan perkasa menjadi Raja Naga dari berbagai alam semesta.

"Aku disini hanya mendengarkan kepada tiga manusia."

"Pertama adalah Choi Han."

"Kedua adalah Sung Jinwoo."

"Dan terakhir adalah manusiaku, Cale Henituse."

Raon kemudian mengepakkan sayapnya.

Bentuk naganya memang kecil, tetapi semua bisa menyaksikan sebuah bayangan besar seekor naga melingkupi ruangan konferensi.

Mata biru bercelah berkedip dengan kekuatan listrik badai.

"Selama kalian para manusia, tidak menyakiti manusiaku, aku adalah teman."

"Tetapi, jika kalian melanggar itu, maka aku adalah ancaman."

Semua terdiam.

Tidak berani untuk bersuara setelah merasakan tekanan kekuatan yang lebih menakutkan dari Khamish.

Tidakkah kalian mendengarnya?

Bahwa naga kecil bernama Raon Miru itu adalah Raja Naga yang menguasai seluruh ras dari berbagai alam semesta.

... mereka segera membuat catatan kepada diri sendiri untuk tidak mengganggu Cale Henituse kedepannya.

"Baiklah, terima kasih atas konfirmasinya, Tuan Naga Raon Miru." Presenter membungkuk hormat.

"Selanjutnya, kepada Hunter lainnya Choi Han, berlaku aturan yang sama?"

"Ya." Jawaban itu dipenuhi dengan tekanan kekuatan yang sama kuat. Semua tamu berdeguk ludah, menyadari betapa hebatnya sekarang kekuatan yang dimiliki oleh Guild Ahjin.

"Terima kasih atas konfirmasinya, Hunter Choi Han."

Mata presenter menatap semua tamu dengan senyuman datar.

"Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih dan selamat datang karena sudah berhadir di ruangan konferensi kali ini. Untuk itu, agenda pertama acara dimulai oleh informasi tentang Gate yang akan dijelaskan oleh Dokter Belzer."

Dengan begitu, Konferensi Guild Internasional dimulai.

.

.

.

[20 Menit kemudian]

[Cale Henituse's POV]

9 Gate yang berarti 9 Monarch.

Lambat laun pola-nya mulai terlihat.

Cale mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Dokter Belzer, bahwa Magisphere terpekat berada di Korea Selatan. Apakah hal ini karena Jinwoo dan dirinya berada di Korea Selatan? Terlebih sekarang Choi Han dan Raon bergabung dengan mereka, membuat teori dokter itu semakin masuk akal.

"Selagi kamu tidak tahu apa penyebabnya, tidak ada yang bisa kami lakukan untuk saat ini-"

"-bukan hanya karena kita tidak tahu cara penanganannya, bukan berarti kita hanya bisa berdiam diri-"

"-dunia akan menghadapi perubahan yang besar-"

Kemudian presenter sebelumnya kembali mengambil alih setelah penjelasan Dokter itu selesai.

"Kepada seluruh tamu yang berhadir sekarang-" Mata yang begitu lelah mengamati mereka.

"-dengan berat hati saya menyampaikan berita ini-" Cale bisa merasakan kekuatan Jinwoo berderak di sisi kanannya.

"-2 minggu yang lalu, Hunter Christoper Raid dibunuh oleh sekelompok penyerang tak dikenal."

"... sudah dimulai," gumam Choi Han dengan nada muram. Raon mengangguk dipangkuannya.

"Para Monarch membunuhnya."

Tangan Cale bergerak untuk menggenggam tangan Jinwoo. Apalagi saat semua kembali berspekulasi bahwa Jinwoo adalah dalang dari pembunuhan. Yang segera dibantah oleh presenter.

"Tolong dengarkan dengan seksama, tanpa kesalahpahaman. Ada orang yang kamu curigai sebagai pelaku kejahatan ini-"

Tepat saat layar dibelakang pria itu menunjukkan berbagai foto, seperti tubuh Hunter Christoper yang dibunuh sadis, gambaran rumah yang hancur, kemudian foto gates dan sosok buram yang diyakini mereka sebagai 'pembunuhnya'.

"Tuan Presenter."

Cale mengangkat tangannya sebelum pria berambut kastanye itu melanjutkan perkataannya. Mata biru gelapnya terlihat terkejut sesaat, kemudian mengangguk. Ia tidak berani melawan saat ada tiga naga yang mengelilingi pria berambut merah itu.

"Sebelum Anda melanjutkan penjelasan Anda, izinkan Saya mengatakan hal yang sebenarnya untuk menghindari kekeliruan."

"Cale."

Mata coklat kemerahan berkedip hangat kepada Jinwoo. Pemuda keturunan korea itu tidak berekspetasi bahwa Cale akan langsung turun tangan. Mereka memang berencana untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada dunia, tetapi tidak di konferensi guild internasional.

"Disini adalah kesempatan bagi kita, Jinwoo-ya. Dimana seluruh Hunter terkemuka di dunia ini berkumpul untuk mendengarkan kebenaran."

Mata abu-abu keperakan terlihat sangat enggan tetapi dengan berat hati mengangguk.

"Bawa Raon bersamamu." Kepala merah mengangguk.

"Silahkan, Hunter Henituse."

Semua mata melihat pria berambut merah itu berjalan ke panggung dengan gerakan anggun. Menyebabkan jubah hitamnya bergerak mengalir bagai air dibelakangnya, menghipnotis beberapa pasang mata. Rambut merah bersinar sangat cerah dibawah cahaya panggung, memantulkan kilauan aksesoris yang menghiasi kepala itu.

Kecantikannya di iringi oleh kehadiran Naga Hitam Raon Miru di bahunya yang melebarkan sayap.

Semua menahan napas pada pemandangan majestik itu.

"Tahan, Jinwoo-nim... tahan..."

"Kita harus menusuk mata mereka juga, Choi Han-hyung."

"Tentu saja, Jinwoo-nim !"

Semua segera mengalihkan pandangan mereka dari Cale dengan wajah pucat.

"Terima kasih sebelumnya kepada MC-nim yang telah memberikan kesempatan kepada saya." Pria itu tersenyum lelah dan mengangguk.

Mata coklat kemerahan tertutup sesaat, menghirup dan menghembuskan napas. Ketika dikira sudah siap, semua tampak terperangkat dalam sepasang manik yang kini berbinar seperti bara api.

"Langsung saja, penyerang yang tidak dikenali ini adalah bukan manusia." Aksesori berdenting lembut saat kepala Cale bergerak pelan untuk menatap satu persatu wajah para Hunter yang hadir.

"Bukan pula monster Dungeon-" wajahnya memiliki ekspresi yang sangat dingin.

"Mereka adalah Makhluk Kuno yang berniat menghancurkan dunia ini."

Raon.

Naga Hitam yang semula berdiri di bahu Cale bergerak dan terbang. Seketika layar dibelakang Hunter Henituse berubah dan menampilkan beberapa gambar. Mata abu-abu Jinwoo melebar pada gambar yang ia lihat itu, melirik Choi Han yang tidak berekspresi apa-apa.

"Ini adalah gambaran dari para Makhluk Kuno yang berniat memusnahkan umat manusia."

Sejenak, kerumunan para Hunter tidak bisa berkata apa-apa. Mereka kemudian berbisik satu sama lain dengan raut wajah yang sebagian tidak percaya.

"Atas bukti apa kau bisa memngusungkan kalau Makhluk Kuno ini menjadi penyebab semua permasalahan ini?" Hunter Henituse tersenyum pada pertanyaan yang dilontarkan Hunter terkuat China, Liu Zhigang.

"Naga Hitam ini, Raon Miru dan ksatriaku, Choi Han adalah bukti nyata bahwa Makhluk Kuno itu berencana membunuh umat manusia." Ekspresi Choi Han tetap tidak berubah saat semua meliriknya. Begitu pula Raon yang masih mengamati dengan wajah dingin.

"Sepertinya, rekan-rekan kita semua disini masih kebingungan, ya?" Kekeh Cale membuat beberapa kembali memerah malu pada suara merdu itu. Dan kembali pucat saat merasakan aura membunuh dari Hunter Sung.

"Baiklah, karena persatuan umat manusia sangat dibutuhkan sekarang, aku akan menceritakan semua tanpa menyisakan celah."

Kemudian Cale mulai memberikan informasi berbantuan alat visual dari sihir Raon.

Dari sebelum terciptanya dunia, terdapat perang besar antara Light dan Darkness. Mereka adalah para Makhluk yang diciptakan oleh The Absolute One untuk keseimbangan dunia.

Tetapi para Makhluk Light, Rulers beranggapan bahwa Darkness, Monarch tidak bisa diajak bekerja sama karena para Monarch memiliki sifat yang jahat dan mengancam.

Terjadi pertingkaian, dimana para Rulers berkhianat dan membunuh The Absolute One untuk menjadi lebih kuat dan bisa membunuh Monarch.

Akan tetapi, dalam proses pembunuhan Sang Pencipta, salah satu bawahannya yang paling setia dibunuh oleh mereka.

Suara pemuda berambut merah itu terdengar goyah sesaat, mata coklat kemerahan bergetar dan mau tidak mau disadari oleh beberapa Hunter yang mengawasi.

Salah satu bawahan ini, yang tetap ingin menjaga keseimbang kemudian menawarkan diri untuk membantu para Monarch. Walau perang kembali seimbang, kekuatannya yang begitu kuat membuat kedua belah pihak ketakutan.

Jinwoo tersenyum sedih, mata abu-abunya disisi lain menatap penuh kebanggaan kepada Cale.

Pada akhirnya, keseimbangan perang kembali dihancurkan oleh pengkhianatan ini. Menciptakan perang yang semakin menjadi-jadi. Monarch yang ingin menghancurkan manusia dan Rulers yang ingin melindungi umat manusia.

"Kalau begitu, bukankah Rulers ini berpihak kepada manusia?" Ada seringai tajam di wajah cantik itu.

"Tidakkah kau dengar? Bahwa para Rulers ini membunuh Penciptanya sendiri agar menjadi lebih kuat? Mereka adalah makhluk yang egois dan mengatasnamakan keadilan." Mata permata itu berkedip dengan kilauan api.

"Mereka tidak peduli kepada manusia," tegas Cale. Secara tidak sadar mengeluarkan salah satu kekuatan terpendam The Absolute One, membuat wujudnya di aliri oleh cahaya keemasan.

"Rulers memerdulikan keseimbangan dan kita berada di tengah-tengahnya. Jika kita menjadi penghalang bagi mereka untuk berkuasa, maka mereka tidak akan segan-segan untuk membunuh."

Keheningan mencekam melanda ruangan konferensi. Cale dengan puas mengamati semua penghuni, masih dengan tatapan membara dan tubuh yang berlapiskan cahaya keemasan.

"Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa aku bisa mendapatkan informasi ini, bukan?" Ada kekehan terdengar dari pria berambut merah itu.

"Apakah akan mengubah sesuatu jika kalian mengetahuinya? Lagipula yang kuceritakan ini adalah sebuah sejarah yang sudah berlalu dan terancam akan kembali terulangi." Kepala dimiringkan dengan mata tajam.

"Apa kalian masih ingin mempertanyakan masa lalu disaat masa depan dipertaruhkan?"

Sung Jinwoo menahan diri untuk tidak bersorak. Berbeda dengan para pasukan bayangannya yang sudah menggila sekarang didalam Shadow Realm.

("GO GO GO RATUUUUUU!!! OMAIGAT KAU KEREN SEKALI WAHAI RATUKU-!"

"TOLONG TANDA TANGANI ARMORKU!"

"RATU! KAMI MENCINTAIMU!"

"RATU KITA SANGAT MEGAH! MANUSIA HINA, BERLUTUTLAH BAJINGAN! KAU TIDAK PANTAS MELIHAT RATU KAMI DENGAN MATA TELANJANG! CUIH!")

Choi Han disisi Jinwoo terkekeh mendengar teriakan itu.

"Jadi-" semua mata memandang presenter yang mengamati di sisi panggung.

"-apa yang harus kami lakukan untuk membantu, Hunter Henituse?"

Semua kembali terpesona saat melihat Cale tersenyum lebar nan manis kepada pria itu.

"Pertanyaan yang bagus, MC-nim!"

Senyuman itu kemudian diberikan kepada para Hunter Dunia, begitu terpikat seolah suara Cale yang mendayu-dayu menghipnotis mereka.

"Untuk saat ini, umat manusia tidak mampu melawan Monarch. Rulers juga tidak akan membantu sampai terjadi kesalahan pada keseimbangan."

"Namun, seperti yang dikatakan oleh Dokter Belzer sebelumnya, bukan berarti kita harus duduk diam saja." Cale mengangkat satu jarinya dengan ekspresi yang kembali serius.

"Pertama, kita harus mengevakuasi warga sipil. Terutama di 9 negara yang memiliki titik Magisphere. Kemungkinan besar Magisphere itu ulah dari Monarch yang sekarang terdiri dari 9 Monarch. Ada kemungkinan besar bahwa negara-negara itu menjadi sasaran mereka." Presenter Konferensi mengangguk serius, memberikan arahan kepada seluruh sekretaris para Hunter untuk ikut mencatat.

"Kedua, para Hunter Internasional harus dilindungi." Mata coklat kemerahan Cale mengintip Liu Zhigang sesaat.

"Mereka adalah sasaran utama Monarch agar keseimbangan dunia ini hancur. Karena para Hunter menjadi sumber wadah bagi Rulers."

"Ketiga, Guild Ahjin kami membuka perlindungan bagi Hunter Internasional manapun yang memerlukan bantuan."

Cale berdeham untuk membenarkan suaranya dan menyudahi penjelasannya. Memberikan tepukan sekilas ke atas kepala Raon, mendapatkan dengungan senang dari naga itu.

"Kerja sama umat manusia sangat dibutuhkan sekarang. Uluran tangan kalian akan kami terima dengan hangat. Tetapi, jika kalian berpaling, kami tidak akan membantu secara cuma-cuma."

Pria berambut merah itu kemudian menunduk anggun, dibawah cahaya keemasan yang membuat fiturnya semakin bersinar.

Seperti Cahaya Harapan.

Dan semuanya tertarik untuk mengikuti cahaya itu. Yang saat ini berjalan kembali menuju ke dalam kegelapan.

"Cale."

Hunter Sung mengulurkan tangan dengan senyuman lembut di wajahnya. Cale menerima uluran tangan itu, agak memerah saat pria yang lebih muda menciumi punggung tangannya dengan penuh perasaan. Mendapatkan berbagai reaksi heboh dari para tamu yang berhadir.

Pemuda berdarah Korea ini kemudian bangkit dari duduknya, dengan sebelah lengan memeluk erat pinggang Cale. Meng-klaim pria berambut merah itu dengan mata abu-abu bersinar keperakan tajam.

"Terkait dengan ayahku sebagai tersangka utama, jika dia adalah Monster Dungeon, aku tidak akan segan untuk menebasnya."

"Tetapi jika dia adalah anggota keluargaku, sama halnya dengan Cale, Choi Han-hyung, Raon-nim, Eomma, Jinah dan Jinho-"

Kekuatan kegelapan yang menguar dari Sung Jinwoo berpadu satu dengan cahaya keemasan dari tubuh Cale Henituse.

Diperkuat oleh kehadiran Choi Han yang kini memiliki pedangnya, serta derak badai listrik dari kibasan sayap sang Raja Naga Raon Miru.

"Aku akan melindungi mereka meski dunia menentangku."

.
.
.

[Choi Han's POV]

Mata hitam Choi Han tidak pernah lepas dari wajah bawannya, Tuan yang ia sumpahi hidupnya dan kesetiaannya, Cale Henituse.

Waktu sudah mengubah kepribadian pria itu. Tetapi hanya satu hal yang tidak mengubah pribadinya.

Yaitu cinta yang dimiliki oleh Cale.

Kasihnya tidak berubah.

Kepeduliannya tidak berubah.

Senyumnya tidak berubah.

Hangatnya juga tidak pernah berubah.

Oh... berarti bukan hanya satu, bukan?

Cale-nim tidak berubah sama sekali.

Meski kepribadiannya menjadi sangat lembut, tetapi pria berambut merah itu masih pria yang sama dengan pria yang mengeluarkan Choi Han dari kegelapan. Pria yang sama dengan pria yang menolong Raon dari jeruji besinya.

"Hunter Henituse." Mata gelap Choi Han mengamati bagaimana pemandu mereka, Adam White memanggil bawannya dengan hati-hati. Tersenyum kemudian pada Jinwoo-nim yang mendadak mendekatkan diri kepada Cale.

"Ya, Mr. White?"

"Terima kasih karena sudah berbagi informasi sepenting itu kepada kami," ucap pria berambut pirang strawberry itu, tak lupa dengan senyuman syukur dan mata biru yang berbinar hormat.

"Tentu. Itu adalah suatu hal yang harus kulakukan," jawab Cale-nim dengan suara tabah biasanya. Hati Choi Han hangat hanya dengan mendengar pria itu berbicara. Beacrox pasti sudah sangat cemburu di alam sana, bukan? Haha.

"Kalau begitu, pesta setelah konferensi akan di adakan sebentar lagi. Jika tuan sekalian ada keluangan waktu, bisa untuk berhadir sebentar? Mungkin bisa berbicara dengan Hunter lainnya..." Jinwoo-nim menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan.

"Kami harus pergi kesuatu tempat sekarang." Pria White ini terlihat ingin mengatakan sesuatu sebagai balasan tetapi langsung kicep saat merasakan aura menguar dari Jinwoo-nim juga Raon-nim. Sedangkan Cale-nim disisi lain tersenyum kecil.

"Kami akan hadir secepat yang kami bisa setelah urusan ini selesai, Mr. White." Pria lainnya menghela napas. Ya, Cale-nim memang selalu bisa menenangkan. Seperti oasis ditengah gurun gersang.

"Terima kasih atas pengertiannya, Hunter Henituse!"

Suasana tampak damai sesaat, sebelum jalan mereka kembali dihadang oleh sekelompok orang. Mata hitam mengamati bahwa yang menghadang mereka adalah Hunter dari China serta... Jerman?

Terlebih tatapan mereka terfokus kepada Cale-nim yang segera disembunyikan dibalik tubuh Jinwoo-nim.

'Mister Black lebih posesif dari Mister Snow,' celetuk Raon di benaknya penuh minat.

"Terima kasih untukmu Hunter Henituse karena sudah memberikan informasi kepada kami," ucap si Hunter China dengan seringai di wajahnya. Pria itu berambut hitam panjang dengan alis yang... cukup tajam. Memakai kemeja merah, jas hitam dan celana hitam.

"Ya. Kami sangat berterima kasih kepadamu, Hunter Henituse," sahut pria berambut pirang dengan senyuman sopan.

"Tentu, Hunter Liu-" jawab Cale-nim dalam bahasa Mandarin.

"-merupakan keharusan bagiku jika hal itu membuat kita bersatu." sambungnya kemudian dalam bahasa German. Mengejutkan semua pendengar dan sontak membuat Choi Han bangga.

"Kau lihat itu, manusia? Ratu hamba itu MULTITALENT-!"

'Choi Han yang kuat! Bayangan semut ini sangat lucu!'

Jinwoo-nim juga terlihat sangat terkesan. Ada rona kemerahan di wajahnya sedang mata abu-abu memiliki kemilau lucu. Bagaimana pun juga, Jinwoo yang sekarang masih anak-anak dimata Choi Han dan Raon.

"Ah ya, mengenai monster yang lolos dari Jepang, aku sudah menanganinya," ucap Liu Zhigang, kini menatap Jinwoo dengan mata berbinar menantang.

"Apa yang dia katakan, Cale?" Pria berambut merah menyampaikan perkataan itu dan Jinwoo tidak memberi tanggapan. Hanya diam dan mengangguk sekali.

"Terkait apa yang Hunter Henituse katakan di ruang konferensi tadi, apakah tidak masalah jika aku meminta perlindungan? " pada pertanyaan ini, Hunter German itu mendapatkan pandangan sedikit meremehkan dari Hunter China. Seketika Choi Han tidak terlalu menyukai pria itu.

"Tentu, Hunter Niermann. Pilihan yang bagus. Selebihnya kau bisa menghubungi Wakil Guild kami, Yoo Jinho." Senyum Cale, membuat pria German itu memerah sesaat. Kemudian pucat saat merasakan aura tidak menyenangkan menguar dari Jinwoo. Menghasilkan tawa dari Raon dan Choi Han.

Keseluruhan situasi ini sangat lucu untuk ditonton.

Dulu, Ashborn sangat tidak berdaya melawan kecemburuannya. Mengingat betapa banyaknya anggota keluarga mereka dan perhatiann Cale-nim atas mereka.

Sekarang, Jinwoo menjadi leluasa dengan kecemburuannya. Apalagi saat langsung ditenangkan oleh Cale-nim, pria muda itu langsung tenang. Seperti anak anjing!

'Tolong ngaca, Choi Han yang kuat.'

'Kau juga, Raon-nim.'

Well, kami bertiga semua adalah puppy menggemaskan untuk Cale-nim, hehe.

"-kemudian sampaikan kepada Hunter Sung. Bahwa aku berharap Tersangka S, bukan anggota keluarganya." Wajah Cale-nim entah kenapa kehilangan ramah tamahnya. Mata coklat kemerahan memiliki kilau dingin. Namun, Hunter China itu tidak terpengaruh. Semakin menyeringai saat melihat wajah Jinwoo yang gelap oleh provokasinya.

"Sekali lagi terima kasih, Hunter Henituse. Suaramu secantik wajah dan hatimu." Hunter Liu Zhigang terlihat sangat senang pada tanggapan Hunter Korea, semakin menjadi-jadi. Dihadapan semua mata para tamu, ia meraih tangan Cale-nim dan mencium punggung tangannya.

'Wow... manusia yang sangat berani,' bisik Raon terkesan dengan keberanian orang China itu. Choi Han terkekeh, adegan ini hampir mengingatkan dirinya pada pertemuan Clopeh Sekka dan Ashborn dulu.

Merasakan situasi semakin canggung, Hunter German segera mengundurkan diri dan kelompok Liu Zhigang juga pergi secara dramatis dikerumunan yang membelah diri, memberikan jalan.

"Cale." Kedua ksatria dan naga hitam bisa merasakan nada cemberut di panggilan itu.

"Kemarikan tanganmu," pinta pria muda itu, tak menunggu jawaban dan langsung beraksi.

Mengangkat tangan Cale-nim ke atas, dan mencium erat punggung tangan tempat Hunter China itu memberikan ciuman. Samar-samar, Choi Han bisa mendengar suara terkesiap Mr. White disisinya, dengan wajah merona malu.

Kenapa tidak? Sung Jinwoo bersikap romantis tanpa memandang tempat.

"Jinwoo-ya," gumam Cale-nim, wajahnya memerah lembut sangat menggemaskan. Jinwoo-nim cemberut kecil. Mata abu-abunya kini tampak memelas.

"Ada jejak hama," ucap pria yang lebih tinggi pelan. Membuat Choi Han dan Raon tertawa.

"Hyung," kesal Jinwoo-nim, sangat lucu.

"Jangan kau juga, Raon-nim."

"B-baiklah kalau begitu, Mr. White, kami akan pergi sebentar?" Pria yang disebut tersenyum diplomatis dan mengangguk.

"Jika ada yang memerlukan kehadiran kami, apakah itu hal terdesak dan sangat penting, sampaikan saja informasi yang kukatakan di ruang konferensi." Pada kalimat ini, Mr. White tampak bingung, namun tetap mengangguk.

"Ayo, Choi Han, Ra,"

Jantungnya kembali berdetak, mengirimkan sejuta perasaan hangat keseluruh tubuhnya. Membawa senyuman manis di wajah sang ksatria hitam.

"Apakah kita akan melihat Dungeon yang dibuat oleh Kekasih Ayah?" Cale-nim tersenyum kecil dan mengangguk. Terkekeh saat Jinwoo mengulurkan tangan. Tampak tidak mau ketinggalan juga.

"Ya. Kita juga harus menjemput rekan-rekan kita yang lain." Mata Choi Han melebar mendengar itu.

"... rekan?" Cale mengangguk. Mengelusi lengan Jinwoo, bersenandung saat pria muda itu menyandarkan pipinya di atas helai rambut merah mawarnya.

Keduanya adalah pasangan yang sangat cocok. Hati Choi Han benar-benar bahagia untuk keduanya.

"Kekuatan Kuno."

"Tunggu apa lagi, Ayah? Ayo kita pergi! Tuntun jalannya, Mister Black!"

Choi Han berjalan dibelakang mereka.

Senyuman tidak pernah pudar, seiring matanya berbinar akan tekad kuat.

Choi Han akan melindungi sisa kepingan hati ini dengan nyawanya.

.
.
.

[Sung Jinwoo's POV]

Jantungnya berdebar sangat kencang saat ia menaiki bentuk penuh naga Raon menuju ke lokasi Dungeon yang menahan Cale.

Jarak Amerika dan Rusia jauh, tetapi hanya dalam 10 menit, mereka tiba dengan cepat? Mata abu-abu menatap takjub para Roan, yang kini membusungkan dadanya bangga.

"Kau membuat Raon semakin sombong," kekeh Cale disisinya. Bersinar cantik dibawah sinar matahari. Rambut merah membingkai wajahnya dan diterbangkan oleh angin.

Jinwoo tidak keberatan menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk memuja Cale.

"Tetapi Raon-nim benar-benar keren. Dia sudah menjadi Raga Naga, loh, Cale-nim," tawa Choi Han, terlihat lebih santai sekarang dan Jinwoo memakluminya.

"Apakah disini lokasi Dungeonnya?"

Raon terbang diatas lautan dekat kota Yakust dan Hunter korea itu mengangguk sebagai tanggapan. Ia kemudian memanggil kunci yang tersimpan di jantung Black Mana-nya, mengamati dengan penuh ketertarikan saan kunci itu melayang kedepan Cale.

Seolah-olah kunci itu menemukan pemiliknya.

"Whoah..." kagum Choi Han, melihat air laut membentuk pusaran dan memisahkan diri.

Berbeda dengan malam hari, Jinwoo ikut takjub melihat gambaran laut yang begitu cerah. Yang ikut menunjukkan pemandangan biota laut, kini disinari oleh cahaya matahari. Semakin mempercantik suasana disekitar mereka.

Raon kemudian mengubah bentuknya dan melayangkan semua dengan kekuatannya.

Cale!

Huwaaaaa uri Cale!

CALE! XXXX KAU AKHIRNYA DATANG UGHH-*SOB

CALE!!!!! BEBASKAN AKU! KITA HARUS BERTARUNG!

C-caaaLleeEee-!

Cale... kakek ini merindukanmu....

Mata abu-abu berbinar cerah, melihat enam cahaya mulai terbentuk dan berkumpul disekitar kunci yang melayang didepan Cale.

"Apakah kalian menjaga Dungeon Cale-nim?" Tanya ksatria Cale dengan kekehan lembut.

Ya! Kami akan selalu menjaga uri Cale!

Sahut satu suara wanita yang masih menangis. Cahayanya memiliki warna kehijauan.

"Glutton terdengar seperti Crybaby-" kikik Raon, mendapatkan protesan lembah jiwa itu.

Uughh... huwaaa Caleeee *sob *sob a-aku m-merasa bersalah! A-aku hiks- meninggalkanmu-! Huwaaa a-aku tidak pantas hidup-!!!!

Seru jiwa berwarna putih keperakan. Lebih ribut dari rekan lainnya.

JANGAN SEMBARANGAN KAU, CENGENG! K-KITA SEMUA-UGH *sob

Jinwoo tertawa saat merasakan jiwa berwarna merah terdengar menahan tangis.

"Maaf semuanya... apakah kalian menunggu terlalu lama?" Tanya Cale dengan suara lemah lembut, dilingkupi perasaan bersalah yang masih menghantuinya. Ingin sekali Jinwoo bisa menghapus ekspresi kesakitan dari wajah cantik itu.

Meski selama apapun itu, kami tetap menunggumu, Cale

Suaranya terdengar lebih tua, sedang jiwanya berkedip akan warna kecoklatan.

Mereka kemudian berdiri di depan dungeon dan kunci bergerak sendiri untuk membuka depan gerbang.

Dan betapa bahagianya kami karena Ash-nim berhasil membebaskanmu

Lanjut suara kakek itu lagi, kini Jinwoo bisa merasakan semua tatapan tertuju ke arahnya.

"Ashborn? Bukan Jinwoo?"

Semua kekuatan kuno terdiam sesaat, sebelum memberikan dengungan bahagia dab menggoda disaat bersamaan. Begitu pula Raon dan Choi Han yang menyeringai cerah identik.

Ayo masuk, Cale

Kedua kali ia memasuki dungeon ini, perasaan berbeda mulai merasuki sanubari Jinwoo.

Dungeon ini terasa begitu asing saat pertama kali ia datangi. Sulung keluarga Sung merasa bahwa ia hanyalah orang asing di kala itu. Datang membebaskan seseorang atas wasiat dari detak jantung Black Mana yang menggema akan kerinduan.

Namun, setelah dihadapkan oleh berbagai kenangan serta perasaan, rasa akrab itu mulai menyatu dalam diri Sung Jinwoo.

Mereka tiba di ruangan yang dipenuhi oleh bunga Silver Pelia. Air mancur mengalir bening, mengikuti arus pola disetiap pelosok kuil. Langit yang masih bertahtakan ribuan bintang, serta cahaya bulan yang memistikkan suasana.

Ada rasa bangga, cinta, kasih, dan nostalgia yang bercampur aduk dalam hatinya.

Mata abu-abunya kemudian melirik Cale, tertegun saat ada air mata diam mengalir keluar membasahi pipi pucat pualam.

Tanpa sadar tangannya terulur. Mengamati dalam diam pada kedua manik permata yang berkedip basah, menatap tangannya.

"Jinwoo..." suara bisikannya tampak hancur. Tangan yang begitu ringkih menerima uluran tangan dan Jinwoo segera menggenggamnya erat.

Mata pria muda itu mengamati dua penghuni lain, tersenyum menyesal sesaat. Karena entah kenapa ini merupakan momen yang intim untuk mereka.

Choi Han mengangguk mengerti dan tersenyum lembut. Begitu pula Raon.

Kedua ksatria dan naga memutuskan untuk berjalan sekitar kuil, untuk mengamati lebih dalam, sekaligus bernostalgia dengan kenangan.

Karena Dungeon ini dibangun dari sisa-sisa peradaban Kerajaan Roan-Velaris. Terbukti dari beberapa ukiran dinding menunjukkan jejak kebudayaan. Bentuk bangunan yang akrab, melayang melawan gravitasi dengan jembatan berukir cantik.

Ashborn membangun kuil itu atas nama cinta.

Dan warisan.

Serta jiwanya.

Jantung Jinwoo berdetak kencang.

Mata abu-abu kembali melirik Cale, mengangkat tangan yang ia genggam kemudian diciumnya lembut.

"Cale," panggilnya lembut. Tersenyum melihat mata coklat kemerahan itu berkaca-kaca akan air mata.

"Aku tidak pernah berharap untuk melihat wajah menangismu," gumamam Jinwoo membuat mata cantik itu melebar.

Apakah aneh jika pada satu saat Jinwoo memisahkan entitasnya dengan Ashborn?

Namun saat kenangan dan perasaan itu bersatu, ia merasa bahwa Jinwoo dan Ashborn itu adalah satu orang yang sama?

Namun, apa gunanya semua jika dihadapkan dengan perasaannya sekarang?

Bahwa tidak lain untuk menghapus air mata itu.

"Kami membangun ini untukmu," kekeh Jinwoo. Tangan bergerak untuk menghapus jejak air mata itu. Hatinya membuncah akan rasa cinta saat wajah itu bersandar pada sentuhannya.

"Tahukah kau, Cale? Betapa anehnya kehidupan yang sudah kujalani sekarang?" Mereka kemudian berjalan, saling bergandengan tangan menuju tengah taman. Tempat ia membebaskan Cale dari rantainya.

"Eomma sempat menceritakan hal aneh dulu," ucap pria berambut hitam itu dengan nada seperti membisikkan suatu rahasia.

"Bahwa Sung Jinwoo kecil sering memanggil seseorang dan menangisi kepergiannya."

"Jiwa anak kecil itu menangis setiap saat, terdengar begitu kehilangan dan hancur."

"Kenangan itu memudar, tetapi jejaknya masih menghantuinya."

Sung Jinwoo menghentikan langkahnya, berdiri menghadap Cale yang tertegun. Tersenyum, hampir jatuh seperti seringai cerah dan menantang.

"Kemudian, kehadiranmu dan jantung ini semakin memperjelas semuanya."

Tangan terangkat untuk menyentuh bagian jantung hitamnya.

"Bahwa kenangan ini muncul bukan tanpa alasan."

Mata abu-abu keperakan bersinar cerah, melengkung manis oleh senyuman.

"Aku sepertinya kembali lahir, Cale. Untukmu."

Dua lengan kemudian terangkat, siap kapanpun untuk menerima Cale Henituse yang jatuh dalam dekapannya.

"Aku Ashborn ólie Velaris, lahir kembali sebagai Sung Jinwoo."

Cahaya bulan menembus kuil, memperhalus fitur tampan pria itu.

"Salam kenal kembali, Altalune-ku."

.
.
.

[Cale Henituse's POV]

Dua lengan itu masih terangkat.

Namun, yang bisa Cale rasakan sekarang hanyalah keterkejutan.

Kemudian keheranan.

Takjub.

Heran lagi.

Tak percaya.

Kelegaan?

Kehangatan?

Kepedihan?

Semua bercampur aduk, mengamuk seperti badai didalam pikiran juga hatinya.

Apa ini?

Ashborn ólie Velaris dan Sung Jinwoo adalah orang yang sama?

... bagaimana Cale harus bereaksi..?

"Cale?" Jantung berdegup kencang, ia mengamati Jinwoo terkekeh lembut sembari mengangkat lengannya sekali lagi.

"Tanganku mulai lelah," cemberutnya lucu. Mata abu-abu keperakan memelas dengan ekspresi yang sangat akrab.

"Atau kau tidak menyukai pelukanku-ofpps!"

Tubuh dan pikirannya tidak singkron. Tanpa Cale sadari, ia memeluk erat figur kuat pria berambut hitam itu. Dengan air mata yang mulai menetes kembali.

Jika pelukan pertamanya dengan Jinwoo adalah bentuk kenyamanan, maka pelukan ini terasa seperti rumah yang sebenarnya.

Tempat untuk cintanya berlabuh kembali.

"J-jinwoo-? K-kau?" Mata tertutup dan meneteskan air mata yang membahasi bahu lebar pria itu.

Ia juga bisa merasakan tangan pria lainnya merangkul erat bagian belakang kepalanya. Sedang yang lain di pinggangnya. Cale juga bisa merasakan ciuman diberikan di puncak kepalanya, pelipis, kemudian pipi, dua mata, kening, dan hidung namun terhenti didepan bibirnya.

"Betapa drastisnya perubahan dalam hidupku, wahai Cale Henituse." Tawa Jinwoo didepan bibirnya. Membawa rona merah di pipi manis Sang Henituse.

"Dari aku yang hidup sebagai Sung Jinwoo, tiba-tiba diberitahu bahwa aku adalah Ashborn ólie Velaris juga?" Dua tangan besar nan hangat menangkup wajah Cale.

Oh, betapa akrabnya sentuhan ini.

Penuh kasih, penghargaan serta pemujaan di matanya.

"Aku bukanlah Ashborn yang dulu, Cale. Tetapi ini masih 'aku' yang mencintaimu. Kini berada dalam bentuk Sung Jinwoo untuk terus mencintaimu."

Dahi mereka saling disandarkan.

"Aku akan membuatmu kewalahan menerima cinta ini, Cale Henituse."

Kemudian bibir Jinwoo mencium bibirnya dengan sentuhan lembut. Tangan Cale bergerak refleks menggenggam bagian depan jubah Ahjin Jinwoo, sedang tangan kanan pria lainnya hinggap di pinggang. Memeluknya erat hingga tubuh mereka begitu dekat tak menyisakan celah.

Ciuman berakhir dan mata Cale masih melebar tidak percaya.

... oh Ashborn.

Oh Jinwoo.

"Mengapa... kau mencintaiku, Jinwoo-ya?"

Mata abu-abu keperakan berkedip heran pada pertanyaan itu.

"Apakah mencintaimu membutuhkan alasan?"

"Tetapi, mengapa aku pantas kau perjuangkan hingga kembali lagi... sebagai Sung Jinwoo?" Rasanya begitu sakit, suaranya tercekat, untuk menanyakan hal ini. Tapi, bukankah pertanyaannya logis?

Apa yang ada didalam diri Cale... hingga Ashborn bisa berkorban sampai lahir kembali sebagai Sung Jinwoo?

Apa yang pria ini lihat dalam diri Cale?

Dia bukan pria baik.

Dia licik, manipulatif, dan terkadang jahat.

Cale Henituse, Kim Roksoo, bukanlah orang sebaik itu hingga pantas mendapatkan cinta sebesar ini.

"Cale..." Air mata mengaburkan pandangan dari Jinwoo yang tiba-tiba berlutut didepannya. Dua tangannya dengan erat digenggam oleh pria itu.

"Kau pantas... dan akan selalu pantas."

Jinwoo menyandarkan tangan itu kedahinya, sebagai bentuk pemujaan dan loyalitas tertingginya.

"Bahkan jika aku tidak terlahir lagi sebagai Sung Jinwoo, aku tetaplah aku yang mencintaimu."

"Jiwa ini, akan selalu mengenai jiwamu, Kim Roksoo."

Tangis Cale pecah.

Dan yang ia tahu, tangis itu adalah tangis kelegaan.

Rasa rindu, letih, hancur, pedih, sakit, rindu yang teramat sangat, kemudian lega membanjiri emosinya. Cale menangis, untuk cinta yang datang dan cinta yang pergi.

Keluarganya. Sohyuk-hyung. Jungsoo.

Anak-anaknya. On. Hong. Suku Serigala.

Rekannya. Rosalyn. Mary. Lock. Alberu.

Keluarganya. Ron. Beacrox. Eruhaben.

Dua lengan kuat kemudian merengkuhnya. Samar-samar Cale juga merasakan pelukan dari Choi Han dan sayap Raon yang melingkup mereka. Serta dengungan lembut dari setiap kekuatan kuno di benaknya.

Cale akan melindungi apa yang sudah tersisa, keluarga kecilnya ini.

"Terima kasih... terima kasih... terima kasih..."

Karena sudah memperjuangkan dirinya.

"Aku mencintai kalian."

Terima kasih sudah mencintaiku. Terima kasih sudah mencintai Kim Roksoo. Terima kasih sudah mencintai Cale Henituse. Terima kasih... terima kasih...

.
.
.

[Raon Miru's POV]

Manusia-nya yang konyol.

Berapa kali mereka harus menegaskan kepada pria berambut merah ini? Serendah apa harga dirinya sehingga tidak merasa pantas untuk dicintai?

Bukankah Cale juga yang selalu menekankan bahwa ia adalah seekor Naga Hitam kecil, yang pantas untuk bahagia dan dicintai? Jadi, bukankan ironis jika Cale tidak bisa menerapkan konsep itu untuk dirinya sendiri?

Namun, mendengar tangisan ini, Raon tahu bahwa segala beban tersembunyi yang dipikul oleh manusianya perlahan-lahan terlepas. On-Noona benar-benar bisa menebak apa yang akan terjadi pada ayah mereka, dan untuk itu, selamanya keluarga Cale bersyukur bahwa takdir memberikan Ashborn, kini Jinwoo sebagai kekasih ayahnya.

Dalam pelukan mereka, Cale tiba-tiba terengah. Manusianya melepaskan pelukan Jinwoo dengan mata melebar.

"Ada apa, Cale?" tanya Mister Black, penuh kekhawatiran tulus. Hati Raon menghangat untuk pria muda ini. Meski jiwanya adalah Ashborn, yang telah mengalami berbagai pengalaman serta masalah, tetap saja bentuk barunya kali ini masih muda di matanya.

"Mr. Go... perisai yang kuberikan kepadanya pecah. Ada sosok yang kuat menyerangnya." Mata coklat kemerahan, bersinar seperti api, yang sangat dikagumi oleh Naga Hitam melirik Mister Black penuh tekad.

"Kita harus menyelamatkannya, Jinwoo." Wajah muda itu mengeras oleh tekad yang sama, mata abu-abu keperakan yang diwariskan dari Ashborn bersinar menakjubkan.

"Maukah kau membantu kami, Raon? Choi Han?" Mata biru bercelah melebar tidak percaya. Apakah manusianya serius menanyakan hal itu?

"Kenapa kau menanyakan hal yang sudah jelas, Cale-nim?" Pada tanggapan skeptis Choi Han, Raon tertawa terbahak-bahak.

Manusianya benar-benar konyol, bodoh, tetapi Raon sangat mencintainya.

Lebih dari hidupnya.

"Tentu saja, Ayah! Kita harus membalaskan dendam keluarga kita!" serunya ceria, mengubah bentuknya menjadi naga kecil seperti biasa. Haha, kalian tidak tahu seberapa besar Raon menyukai bentuk ini, karena pelukan manusianya terasa lebih leluasa dan menghangatkan tidak hanya hatinya, tetapi juga tubuhnya.

Manusia Raon yang cantik, luar biasa, dan penuh kasih.

Naga itu terkikik saat merasakan ciuman diberikan di keningnya.

"Ayo kita pergi." Semua mengangguk dan bayangan Mister Black mulai menangkup mereka.

Tetapi, dalam kegelapan itu, cahaya Cale Henituse bersinar sangat terang.

Pria itu seperti melambangkan Cahaya Harapan.

Raon Miru akan memastikan cahaya itu tidak akan pernah redup.

.
.
.

[Third Person's POV]

Dunia menyaksikan momen itu.

Di bawah langit mendung, hujan yang deras serta suasana begitu mencekam dari musuh yang tidak dikenal. Mereka hanya bisa kelu, tak berucap dan bergerak, melihat dengan ketidakberdayaan pada Ketua Asosiasi Korea yang kini tergeletak oleh luka.

"Saatnya bagi pecahan menyedihkan sepertimu untuk mati-!"

Sebuah perisai perak tiba-tiba muncul. Semilir bulu berterbangan disertai oleh sepasang sayap yang begitu besar dan lebar melindungi Ketua Asosiasi dari serangan. Serangan itu terhenti hingga mementalkan monster tak dikenal itu.

Dunia hening menyambut kedatangan penyelamat tak terduga.

Rambut merahnya bercahaya dengan gerai keemasan, seperti api.

Jubah hitam yang dipakainya berterbangan saat tubuh itu perlahan turun ke tengah-tengah jalan. Berhadapan langsung dengan lawan monster berwujud manusia.

"K-kau-!"

Para pengamat terkesiap, napas mereka bagai dicuri saat mata permata itu berkedip dengan segala kemegahan kekuatan dunia.

Sosok yang segera mereka kenali sebagai Hunter Cale Henituse, bersinar sangat cerah dalam keagungannya.

Kemudian disisinya, berdiri kegelapan pekat. Mata abu-abu keperakan berbinar cerah akan kekuatannya. Hunter Sung Jinwoo bersanding dengan sosok cahaya itu bagai dalam satu kesatuan.

Samar-samar, semua manusia yang menyaksikan merasakan bayangan mulai berbisik disekitar mereka. Bagai mengiringi kembalinya sosok yang begitu lama mereka tunggu.

Kemudian tepat dibagian dinding yang retak akibat serangan, berdiri seorang pria berambut hitam legam. Mata hitam yang sama legamnya berbinar dingin, bagai jurang tak berdasar yang siap menenggelamkan siapapun yang menentang.

Terakhir, di atas gedung Asosiasi Hunter Korea, berkibar dengan megahnya sepasang sayap Naga Hitam yang mengancam. Disertai derikan badai listrik dari mata biru bercelah dan uap napas menakutkan.

Mata penyerang, monster dengan wujud manusia, melebar tak percaya pada semua pendatang yang berdiri di depannya.

"K-kau-?!"

Tersenyum manis, Cale Henituse maju selangkah.

"Hai, Mister Ice Monarch."

Kemudian tangannya terulur dengan kilasan keemasan yang menghipnotis, namun sang monster, Ice Monarch, tahu bahwa cahaya itu berbahaya untuknya.

"Sampaikan salamku kepada temanmu yang lain-" Rasa sakit menjalar ditubuh Ice Monarch. Ia bisa merasakan sesuatu didalam dirinya yang mulai terkikis dan segera kesadaran mengambil alih keterkejutannya.

"K-kekuatan itu?! P-pencipta?!" Cale tidak menjawab, senyumannya kini menghilang.

"-katakan bahwa aku datang untuk mengambil apa yang telah kalian rebut."

Ice Monarch segera kabur melalui portal, meninggalkan dua insan yang mengancam hidupnya.

Cale mendengus, namun segera teralihkan pada kekuatan yang senantiasa mengalir didalam dirinya. Agak meringis pada kilauan emas yang dihasilkannya, membuat wujud Cale yang menjadi sangat megah.

Jika Alberu-hyungnim ada disini, pria itu akan menertawainya sampai terbatuk. Apalagi Eruhaben, akan mendecakkan lidah dan bergumam 'bajingan tidak beruntung'.

Tapi, meski begitu-

"Cale."

Tangan Jinwoo membuyarkan lamunannya. Bersama dengan Cale yang mengeluarkan pendar keemasan, pria yang lebih muda disisi lain mengeluarkan pendar hitam keunguan. Mata abu-abu keperakannya berbinar sangat lembut, dan manis.

Dan saat Cale menerima tangannya, hati Jinwoo membuncah oleh begitu banyak pengabdian dan cinta.

Merasa sangat beryukur juga, bahwa ia tidak bertarung sendirian sekarang. Dari awal dirinya bangkit setelah kematian, menjadi kuat sendirian, kemudian berubah dalam sekejab dengan kehadiran Cale Henituse.

Ia kemudian mengangkat tangan yang terbebas satunya lagi, untuk mengusap ujung mata si rambut merah. Tersenyum lembut melihat pria yang lebih kecil bersandar pada sentuhannya.

( So cry no more, oh my beloved

Go ahead, be proud and fight it out

You are the ONE, our rising star

You guide us far to home yet girt )

( Song : Call of Silence - OST AoT)








































































Mini OMAKE :

Di dalam Shadow Realm, terdengar isak tangis yang menggema dan sudah tidak berhenti selama dua jam berturut-turut.

"Aku akan membuatmu kewalahan menerima cinta ini, Cale Henituse."

WOOOOOOO-!!!

RAJA KITA SANGAT GENTLEMAN-!!!

AAARRRGHHHHHH-!!!

GO GO GO MY KINGGGGGGGG-!

"HUWAAAAAAA-!!! " Igris segera menjauh dari Beru yang mendadak bersimpuh kemudian bersujud dengan perhormatan ala drama bersejarah Korea berulang kali.

"A-apakah hal ini biasa terjadi...? " salah satu bayangan baru, Greed, bertanya dengan wajah speechless.

"... kau akan terbiasa," gumam Igris dari benaknya, yang langsung bisa dipahami.

"SANGAT BERWIBAWA, RAJAKU! YANG HAMBA INI RASAKAN SEKARANG ADALAH TIADA SELAIN RASA PENGHORMATAN UNTUK STATUSMU-!"

"Dari menjomblo menjadi sepasang kekasih! " sahut Iron, mengayunkan lightsticknya berulang kali. Begitu pula para bayangan yang mengikuti gerakannya seperti sebuah sekte.

Kaisel yang malang, ia meringkuk ketakutan saat melihat gerakan-gerakan aneh yang dibuat rekan bayangannya dengan Beru sebagai pemimpin kelompok.

"Sial! Igris-nim! Tidak boleh dibiarkan seperti ini saja-!!!" geram Beru, masih bersimbuh dengan cahaya teater yang entah dari mana menerangi wujudnya.

"Kita harus menunjukkan kepada dunia, kisah percintaan EPIC ANTARA RAJA DAN RATU KITAH-!!!" Tangan semut chimera itu kemudian terkepal oleh tekad menakutkan.

"KISAH MEREKA AKAN MENGALAHKAN SEMUA DRAMA YANG ADA DI DUNIA INI-!!"

"GRROOOAAAHHHH-!!!"

....

Tuanku... tolong pindahkan aku dari sini...

Ada tawa samar yang mengamati interaksi prajurit bayangan. Mata sosok itu berbinar hangat, sebelum akhirnya melebur bersatu dengan kegelapan yang melingkupi.

Aku datang kembali, Cale.





















BERSAMBUNG

FAK, capek banget tulis ini fic tapi memuaskan bangeeeetttt untuk Neri secara pribadi ಥvಥ)

Bayangin? Sembari nulis setiap adegan fic ini, Neri ngebayanginnya dengan sepenuh hati. Setiap tulisan dan perasaan si tokoh, berpadu sama musik sedih, beuh Neri sampe nangis di adegan Cale berterima kasih karena sudah dicintai 😭😭😭

Semoga aja alur dan plot perasaan Jinwoo enggak terkesan buru-buru ('。_。`)
Ini nulis aja udah 10k lebih :")

MEREKA UDAH KISSSSSSSSSSS
AAAAAAAAAAAAAA 😭😭😭😭😭❤️❤️❤️❤️✨️
SELAMAT BUAT PAIR JINWOOxCALE YANG MENJADI PAIR PERTAMA UNTUK KISSSSS ☺️😚😘

... semoga chapter kali ini memuaskan kalian ya 🤧😥
Maaf ya bagi yang bacanya membosankan... apalah daya, fic ini malah yang menjadi favorit bagi Neri karena ugh-romantisme-nya itu tulisan tipeku banget 😭😩👌❤✨
Romance-nya lebih kental ya daripada action-nya wkwkwk, tapi ya target Neri disini kan emang percintaan Jinwoo x Cale ahahahah

Soon, akan bergabung juga dengan fic baru, yang punya irama kisah percintaan yang sama, silahkan berkunjung ya kalian semuanya (❁'◡'❁)('▽'ʃ♡ƪ)

Note :
Semoga penjabaran identitas Sung Jinwoo yang terkait dengan Ashborn enggak terlalu membingungkan.
Mereka ini intinya jiwa yang sama, orang yang sama, entitas yang sama... hanya berbeda kenangan dan hmmm identitas? Tapi, masih 'satu' perasaan yang sama dan tidak akan berubah... jadi jangan merasa Ashborn atau Jinwoo jadi third wheel disini :")

Keduanya sama-sama ML dalam porsi mereka sendiri di fic ini dan Neri cinta sama dua-duanya xixixi

Salam hangat,

Neri (ノ>ヮ<)ノ*:・゚✧🌻💛✨
PS. BTW, fic ini mungkin tinggal sekitar 5 chapter lagi trus tamat deh ☺️🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top