#5 - The Traveler Arrives

The Calm Before Storm

.
.
.

.... kayaknya Neri beneran jatuh cinta sama fic ini 😭😭😭
Ini yang pertama dan paling matang persiapannya dengan 8k lebih

Jangan lupa untuk VOTE, KOMEN dan FOLLOW seperti biasa ya guys! ❤️🌹

The Fragmen of the Brilliant Light, atau yang kita kenal sebagai Ashborn olie Velaris baru saja kembali ke Rulers Realm dengan suasana hati gelap.

Penyelidikan tentang jejak kekasihnya, Cale Henituse, sang Altalune hati, kembali menemui jalan buntu. Ia sudah mengintari banyak dunia untuk mencari kegelapan yang sama dengan yang mengurung Cale, tetapi hasilnya nihil.

Cahaya yang dimilikinya langsung terasa tidak berguna untuknya.

Mata keperakan dibalik helmet putih Ruler-nya menatap kosong pada pemandangan di depannya. Rulers Realm tampak seperti dunia di atas langit, dipenuhi dengan kemegahan sejati, kuil berlapiskan marmer dengan beberapa creature dari Rulers lain.

Mengistirahatkan badan di tempatnya sendiri, Ashborn melepaskan helmetnya. Matanya tertutup sesaat saat merasakan angin langit berhembus menyapanya. Mengantarkan berbagai aroma dan bau tidak menyenangkan. Menyipitkan mata peraknya dan melihat sekitar.

Entah kenapa cahaya yang dipancarkan Rulers Realm tidak lagi sehangat yang ia rasakan.

Sesuatu yang aneh dan berbahaya mengintari mereka.

"My Lord." Ashborn membalikkan badan, agak tegang melihat salah satu bawahan Ruler lain datang ke tempatnya. Mengingat bahwa ia adalah satu-satu Fragmen yang sendiri, tidak memiliki bawahan atau siapapun.

"Ada apa?" tanya Ashborn dengan suara dingin. 

"... Saya datang menghantar perintah untuk memberitahu Anda bahwa akan ada pertemuan antara Lord lain." Mata pria berambut putih itu berkedip tidak senang. Apalagi yang akan diperbuat para Ruler lain lagi? Pertemuan terakhir juga berakhir tidak menyenangkan.

"Pukul berapa?"

"Tengah malam nanti, My Lord." Ashborn hanya mengangguk dan suruhan itu langsung pergi. Meninggalkan pria itu dalam sendirian, kembali dengan tenggelam kenangannya. Masih ada waktu sebelum datang ke pertemuan.

Ia tidak tahu kapan hatinya bisa begitu tertaut dengan Cale Henituse.

Yang bisa ia ingat saat itu, adalah bau alam yang pertama ia cium, kemudian helaian rambut merah bagai senja yang berapi-api, dan sepasang manik coklat kemerahan berkilauan bagai permata. Sosok itu datang dari benua asing, yang jauh ke barat sana, untuk memenuhi undangannya.

Awalnya, beberapa dewan menentang hal itu, tidak suka bagaimana Kerajaan Velaris berinteraksi dengan benua asing. Mengingat Kerajaannya dapat berdiri sendiri, kuat tanpa bantuan atau serangan dari negara lain. Tetapi, ia tidak mendengarkan hal itu.

Hanyalah rasa ingin bertemu kuat yang ia rasakan saat itu yang membuat semua mengalah pada permintaannya.

Ia ingin mengenal Pahlawan Perang Kerajaan Roan.

Dan tidak siap untuk jantungnya yang mendadak berdetak kencang saat sepasang manik mata indah itu menatapnya.

Ashborn juga tidak siap saat menyadari bahwa pria itu lebih kecil dan sedikit ringkih darinya, rambut merah panjang tidak terikat, turun lurus bergelombong ujung di pinggangnya yang ramping.

Ashborn terkekeh dengan mata berkaca-kaca pada ingatan itu.

Aahh... dirinya yang dulu sangat konyol, bukan? Ia begitu terpikat dan langsung jatuh hati saat melihat Cale Henituse.

Lambat laun mengenal Cale, membuatnya jatuh semakin dalam. 

Cara pria itu tersenyum kepada Raon, On dan Hong.

Cara pria itu memberikan tatapan tenang saat Choi Han berbicara.

Cara pria itu meringis dan mengejek santai kepada saudaranya, sang Raja Roan.

Cara pria itu bersenandung senang menikmati masakan Kerajaannya.

Cara pria itu memeluk selimut tebalnya tanpa malu-malu di luar ruang tidurnya saat diseret oleh anak-anak keluar bermain di taman.

Atau bahkan cara pria itu tertidur begitu nyenyak di tumpukan selimut serta bantal di bawah pohon taman yang rindang.

"Ash-ya." Jantungnya berdetak sangat kencang. Cale... mengapa kau begitu cantik?

"Ya, Cale?" tangan si pria yang lebih kecil menepuk samping kirinya. Pada sisi kosong kasur dadakannya dengan wajah begitu serius.

"Istirahat. Angin hari ini sangat enak untuk tidur siang, lho," ucap Cale, menyeringai seperti pencuri hati licik untuk hati malang Ashborn.

"Ta-tapi, dokumen-" tangan pria berambut putih di tarik dan ia di paksa untuk berbaring di samping kanan Cale.

"Sudah, sudah, masih ada waktu lain untu menanganinya. Jangan seperti hyungnim-ku." Senyuman geli tanpa sadar terukir.

"Tapi, kami sama-sama Raja?" pernyataan ini membuat Cale agak lengah dan memalingkan wajah tidak mau tahu. Sangat menggemaskan, hingga mampu membuat Ashborn tersenyum basah akan air mata pada kenangan itu.

Canvas bergerak saat si rambut merah mengintip dari ujung mata dengan ekspresi malu.

Ya Tuhan, hati Ashborn sakit oleh kerinduan.

Tawa kecil membuat detak jantung semakin menggila.

Cale, apa yang sudah kau perbuat dengan hati ini?

"Manusia! Apa yang sedang kau lakukan?!" Naga kecil datang dengan suara ceria. Mendaratkan diri antara dua manusia berambut merah dan putih dengan cengiran lucu.

"Hanya memandang awan, Ra," jawab Cale lesu, matanya lambat laun mulai sayu, kantuk menyerangnya.

"Nyaa~! Kami mau ikut juga!"

"Hong, hati-hati." Dua anak lain, Beastman dari Suku Kucing datang bergabung ke sisi leher Cale, menidurkan diri mereka disana dengan dengkuran manis.

"Dimana Choi Han?" anak-anak itu terkekeh dengan seringai khas nakal.

"Choi Han yang kuat pergi bersama Cassie! Malangnya, Choi Han yang kuat kalah dengan belanjaan Cassie, ehehehe!"

"Hush, dia masih seorang Putri, yang sopan, Ra."

"Tapi, Cassie memberi izin memanggilnya seperti itu!" seru Hong tidak terima.

"Tidak apa-apa, lagian Cassie suka bergaul tanpa gelarnya," sahut Ashborn membuat tiga anak adopsi Cale memberikan tatapan 'nah kan! Apa kami bilang!' kepada Cale yang menghela napas lelah.

"Baiklah, baiklah, aku kalah. Sekarang, aku akan tidur sebentar. Disini sangat nyaman," gumam Cale mengantuk. Mata setengah terpejam menatap sang Raja Velaris sejenak, sebelum memberikan senyuman kecil.

"Tidur di bawah pengawasan kedudukan tertinggi di benua ini, tentunya akan menjadi sangat nyenyak, bukan? Ash-ya, aku tidur dulu ya? Bangunkan aku saat sore tiba." Dan begitu saja, Cale langsung jatuh tertidur.

Tidak menyadari dampak apa yang sudah diperbuat si rambut merah pada hatinya yang malang. Kikikan anak-anak semakin membuat wajah Ashborn memerah padam. Tatapan penuh tahu On yang tersenyum begitu lebar, di ikuti oleh adik-adiknya.

"To-tolong hentikan," bisik Ashborn malu, mencoba menyembunyikan tatapannya dibalik poni putihnya.

"Ehehehe, Mister Salju suka sekali dengan ayah, ya?"  kikik si Naga kecil iseng dengan mata biru berbinar nakal. Julukannya pada Ashborn tidak pernah berubah dari awal mereka berjumpa.

"Hush, jangan besar-besar, Ra. Kita masih harus merahasiakannya," bisik On dengan suara serius.

"Hu uh! Bukankah kita sudah setuju membuat kejutan nanti?" Raon lantas menutup mulutnya dengan kedua tangan gemuknya. Pria yang lebih tua menahan diri untuk tidak mengelus kepada si naga kecil.

"Bagaimana, Mister Salju?" Ashborn terdiam sejenak, kemudian bergerak untuk menyampingkan badan menghadap Cale yang tertidur pulas.

Mata sabu-abu berbintik keperakan melembut, seiring menelusuri pahatan indah wajah pria berambut merah itu. Semakin ia menatapnya, semakin cinta dalam hatinya membengkak. Meski ia sudah mendengar berulang kali cerita dari anak-anak Cale mengenai kepribadian asli pria itu, tetap tidak terpungkiri hatinya memiliki begitu banyak kasih sayang yang tidak cukup ditampung untuk dirinya sendiri.

Sehingga dengan hati itu, Cale menampung begitu banyak jiwa yang kehilangan rumah. Memberikan mereka makan, minum, tempat tinggal dan tanggung jawab.

Cale-nya sangat baik hati, indah, dan bercahaya dengan kehangatan.

Dan bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta?

"Bagaimana ini? Hatiku sudah terjatuh sepenuhnya untuk ayah kalian," bisik Ashborn dengan suara dibuat lugu. Membuat ketiga anak menahan senyuman dan tawa mereka.

"Oh tidak! Bagaimana itu?" tanya Raon dengan nada bermain-main. Pria berambut putih mengangkat tangan kanannya yang bebas, untuk menyentuh helai merah yang membingkai wajah tidur Cale yang manis.

"Tentu saja, aku harap Cale akan menyambutnya." Mata keperakan memandang Raon, Hong dan On dengan wajah serius.

"Maukah kalian membantu pria malang ini?" On mengangguk sama serius.

"Tentu saja! Tetapi jika itu dapat membuat Ayah nyaman." Ashborn memberikan anggukan tegas.

"Ya. Apapun demi Cale, aku akan menerimanya." Hening menyambut Ashborn sesaat, namun ia hanya bisa melihat senyuman lembut ketiganya.

"Ayo kita tidur, Kekasih Ayah," gumam Raon manis, menyadarkan Ashborn dari kenangan yang sedang ia kelami untuk dirindukan oleh hatinya.

Mata perak tanpa cahaya menatap langit-langit Rulers Realm yang sudah gelap dengan air mata.

"Ayo kita tidur, Raon, On, Hong dan.. Cale-ku." Ashborn berharap untaian angin yang berhembus dapat mengirimkan do'anya untuk mereka. Untuk Cale yang masih terperangkap dalam kegelapan.

"Tidur yang nyenyak, Sayangku." Tangan terangkat, memperlihatkan kelopak bunga Silver Pelia yang bersinar cerah di bawah cahaya bulan. Menatap dengan senyuman kecil sedih terukir di wajah tampan lelahnya saat kelopak itu menghilang di terpa angin malam.

"Aku akan segera membangunkanmu, oke?" 

*****

"Kalian gila?" tanya Ashborn dingin saat di akhir pertemuan. Mempertanyakan kewarasan para Rulers lain yang memberikan saran untuk memusnahkan Monarch.

"Berikan alasan yang valid untuk beradu argumen The Fragment of the Billiant Light." Ashborn menahan diri untuk tidak berdecak.

Tentu perang tanpa akhir dengan Monarch membuat mereka lelah, tetapi, Ashborn yakin ada rencana lain yang dibuat oleh The Absolute One saat menciptakan mereka. Penciptaan dari cahaya dan kegelapan bukanlah tanpa alasan. Ia sendiri memahami bahwa ada saling kebutuhan antara dua Fragmen kekuatan dunia itu.

Dan sekarang, ia mendengar para Rulers ingin mengkhianati Pencipta mereka sendiri?

"Alasan yang valid? Kalian mengkhianati Pencipta." Samar-samar, ia bisa merasakan gusaran batin mereka.

"Tidakkah kau menyadarinya, Brillian Light? Pencipta mengkhianati kita! Dia tidak menjawab panggilan kita!"

"Dia terhibur dengan perperangan tanpa akhir antara kita dan Monarch!"

"The Absolute One tidak ingin perang berakhir!"

Ashborn hampir kewalahan pada tanggapan para Rulers. Ia tidak pernah berpikiran seperti itu, tidak semenjak sang Pencipta membantunya memberi kekuatan untuk mencari Cale. Membantunya untuk melintasi berbagai dunia dan kegelapannya untuk meraih sang Altalune.

"Tetap saja, panggilan yang tidak dijawab sang Pencipta, bukan berarti dia tidak peduli! Rulers dan Monarch adalah keseimbangan dunia!" desis Ashborn, mulai mengeluarkan aura tidak senang dan dingin. Membuat beberapa Rulers tersentak mundur selangkah.

"Kalau begitu, untuk apa juga ia membiarkan ciptaan manusianya mati dan terluka? Hmph. Semua ini hanyalah hiburan untuknya."  Kepalan tangan Ashborn mengerat pada pedangnya.

"Kenapa kau masih membelanya, Brilliant Light? Apa karena Dia yang memberimu akses kekuatan lintas dunia? Untuk mencari kekasihmu yang sudah mati-?"

Pedang terhunus dan semua seketika waspada. 

Ada alasan mengapa Ashborn mendapatkan gelar The Fragment of the Brilliant Light. 

Jiwanya yang begitu dipenuhi dengan kehangatan dan kebaikan adalah pesona Ashborn yang membuatnya mendapatkan visual senjata cahaya yang begitu kuat. Membuat beberapa dari mereka terpesona dan iri melihatnya.

"Tarik ucapanmu, sialan. Aku mencoba berbicara baik-baik, tetapi, kau berani mengungkit Altalune-ku?" Suara Ashborn menggema dengan kekuatan mengerikan.

"Kau tidak sadar dengan posisimu sekarang, Brilliant Light?" Ketujuh Rulers mengambil posisi dan menghunuskan senjata mereka secara bersamaan. Hati Ashborn begitu sakit sekarang.

Ia di khianati lagi. Oleh para Rulers yang dibuat oleh cahaya kebaikan.

Cale, cintaku, hidupku...

Dimana kau? Aku membutuhkan kehangatanmu...

Dunia ini begitu kejam.

Bahkan mereka yang dielu-elukan dari cahaya terbaik, ikut mengkhianati sang Pencipta dan dirinya.

"Kau harus mati jika menghalangi jalan kami, The Fragment of the Brilliant Light."

*****

Dan saat kematian itu hampir melahapnya, Ashborn kembali merasakan kekuatan yang familiar.

Kekuatan sama yang mengubahnya menjadi Rulers.

Ditinggalkan dalam lingkupan darahnya sendiri, mata Ashborn terpejam dengan senyuman sedih.

Beginilah akhirnya?

Ia pergi tanpa menempati janjinya untuk menjemput Cale?

Altalune-nya yang malang... jiwa yang begitu baik dan indah sepertinya terperangkap dalam kegelapan sendirian... 

Ashborn... merasa hancur.

Ia menangis.

Meminta maaf dengan suara kelu pada Cale yang tidak bisa ia jemput. Meminta maaf pada dirinya sendiri karena tidak bisa lagi mengelus pipi lembut Cale, menatap dengan penuh pemujaan pada wajah sang kekasih, dan menciuminya dengan sayang.

Sekarang, semua itu hanyalah angan-angan-

Ashborn.

Mata keperakan melebar saat suara agung yang sudah lama tidak ia dengar menggema dalam pikirannya.

The.. Absolute One? Pencipta?

Tidak ada waktu lagi.

Apa? Kau akan pergi juga? Air mata mengalir semakin deras. Hati Ashborn dipenuhi oleh kesedihan sekarang. Usapan samar-samar di rambutnya membuat isak semakin keras.

Aku meninggalkan bantuan terakhir untukmu dan kekasihmu.

Mata terbuka lebar saat merasakan sesuatu berubah dalam dirinya.

Tidak ada cara lain... maafkan aku, Anakku...

Ashborn mencoba bangun, meringis saat luka yang ada di tubuhnya kian memudar namun kini memancarkan kegelapan. Kekuatan ini...

Monarch?

Ada dengungan persetujuan dari sang Pencipta.

Aku memberikan Fragmen terakhir kekuatanku kepada Cale Henituse.

A-apa?! Me-mengapa..? A-apa yang terjadi denganmu?! Pencipta-!

Aku akan segera dibunuh. Gerakan tubuh Ashborn yang mencoba bangkit terhenti. Para Rulers.. pasti mereka sedang memberontak sekarang, mencoba membunuh The Absolute One dan mengambil kekuatannya untuk membunuh para King, Monarch.

Dengan kekuatan ini, aku harap bisa meringankan bebanmu, Anakku.

Dalam detik terakhir penghabisan, yang bisa Ashborn lakukan adalah bertanya.

Mengapa...? Mengapa kau begitu baik kepadaku? 

Terdengar dengungan tawa di dalam jiwanya, membuncah dengan ribuan kehangatan keseluruh sanubari-nya.

Dengan jiwa yang begitu indah dan hangat juga dipenuhi cinta ini, walau sudah disakiti oleh dunia.. bagaimana aku tidak membantumu, Ashborn?

Mata keperakan pria berambut putih menatap langit malam, pada satu bintang yang masih bercahaya -meski redup- di antara kegelapan lainnya.

Maafkan karena aku tidak begitu becus dalam merangkul kalian. Ashborn menggelengkan kepalanya panik. Air mata mengalir semakin deras saat redup bintang mulai memudar.

Sekarang, raih kekasihmu dan berbahagia, Anakku. 

Bintang itu menghilang.

Menyisakan kelam malam dan Ashborn dalam teriakan penuh kepedihannya.

Serta kegelapan yang mulai menguar dari tubuhnya.

Shadow Monarch terlahir malam itu.

Dengan amarah yang begitu membara dalam hatinya.

Kepedihan akan kehilangan sosok yang ia lihat sebagai ayah.

Serta keinginan kuat melindungi kekasihnya, yang kini memiliki kepingan terakhir dunia.

.
.
.

[Sung Jinwoo's POV]
[40 menit sebelum ke Asosiasi Hunter Korea]

"Apa?! Kau akan membiarkan Cale pergi dengan pakaian lusuh ini?!" pekik sang bungsu keluarga Sung, melihat Oppa-nya menyeret Cale keluar dengan kemeja hitam yang sama.

"Lu-lusuh..? Aku baru memakainya tiga bulan," gumam si sulung Sung dengan suara menggerutu.

"Sama saja! Aku tidak ingin melihatnya! Kita akan berbelanja kilat!" Pada ungkapan itu, Jinwoo menahan senyuman.

"Kau ikut serta, Jinah?" adik perempuannya agak tersentak kecil, mengingat sekilas keengganannya untuk keluar setelah insiden Orc menyerang sekolahnya, sebelum menggelengkan kepala dan mengangguk tegas.

"Aku tidak boleh membiarkan kecantikan mistik seperti Cale-Oppa dibuat bagai gembel olehmu, Oppa!"

"Heh. Tidak sampai gembel juga ya-"

Dan penampilan baru Cale membuat Jinwoo kelu. Mata pria muda itu melebar, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari si rambut merah.

Juga membuatnya dongkol seketika saat Cale berjalan, semua mata melihatnya. Aura tidak senangnya menguar begitu kuat sehingga membuat Woo Jin Chul yang mengikuti dengan malang mencoba menenangkan ketakutannya.

Tentu, Cale sangat cantik untuk standar seorang pria. Namun, kecantikan yang dimilikinya tidak mengeluarkan aura feminim, tetapi hanyalah.. keindahan yang tidak bisa di ungkapkan oleh satu kata saja.

Dan, Jinwoo sekarang menyesal menyetujui ucapan Jinah untuk mendandani Cale dengan pakaian yang pantas. Ia kira pakaian seperti sweater gaya turtleneck dengan coat sama sepertinya. Bukan semi-hanbok modern dan hiasan di rambutnya!

Meski tidak terpungkiri cocok dan indah... tetap saja, mata jelalatan sialan mereka tidak berhenti melihat Cale-nya! Padahal mereka juga berniat datang diam-diam, kenapa malah menjadi mengumbar kepada publik seperti ini-?!

"Jinwoo-ya?" si empu yang dipanggil tersentak kecil, aura ganas langsung sirna digantikan dengan senyuman kecil tenang kepada si rambut merah.

"Nde?"

"Kau tidak apa-apa?" tangan Cale tergerak menyentuh ujung lengan coat-nya dengan wajah datar meski matanya berbinar dengan kekhawatiran ringan.

"Kenapa bertanya seperti itu?" balas Jinwoo bertanya. Cale mengangkat bahunya ringan.

"Kau mengeluarkan aura yang... suram? Jadi-" pria yang lebih kecil membuat instruksi agar Jinwoo agak menunduk -karena dia lebih tinggi-, dan memutuskan memanjakan Cale, pria berambut hitam menyilangkan tangan dan menunduk dengan senyuman kecil di wajah tampannya. 

Kemudian Cale berbisik di telinganya, "-apakah ada musuh disini, Jinwoo-ya?" Mereka ada di tengah koridor entah lantai berapa di gedung Asosiasi Hunter Korea dan dalam perjalanan untuk menguji Rank-Awaken Cale, tetapi Jinwoo tidak bisa menahan kekehannya. 

Mendapatkan tatapan tidak setuju dari Cale.

Jinchul yang malang, mendadak menjadi dinding tak terlihat di belakang mereka.

"Hu uh, tidak ada. Hanya saja, ada banyak mata yang tidak menyenangkan disini," jawab Jinwoo jujur, membuat Cale mengendarkan pandangannya.

"Yah... kau benar juga," gumam pria berambut merah dengan suara termenung.

"Ekhem, ki-kita sudah sampai." Mata kedua insan lain menatap Jinchul yang berdeham dan menunjuk pintu. 

Mereka masuk dan Jinwoo bisa melihat tidak ada perubahan signifikan sejak ia mengubah Rank-nya. Kecuali wanita yang dulu mengujinya tergantikan oleh orang lain, membuat kontak mata dengan Jinchul, berkomunikasi dalam diam.

"Tuan Henituse, silahkan taruh tanganmu ke atas permukaan Black Crystal kemudian salurkan manamu dan tunggulah sebentar," instruksi Jinchul mengambil alih untuk mengevaluasi. 

Cale menatap Jinwoo sesaat, sebelum maju dan meletakkan tangan lentiknya di atas alat evaluasi. Mata abu-abu Jinwoo mengamati dengan intens dan menahan senyum saat kekuatan yang disalurkan Cale membuat aroma alam tercium kuat.

Angin yang entah dari mana samar-samar berhembus, membuat rambut merah Cale berkibar indah dan megah, bola yang perlahan mulai bersinar sebelum padam dan semua mata melirik pada pria yang berdiri di belakang mesin pengamat.

"Hasilnya C-Rank."

Eh?

.... C-Rank???

Jinwoo tidak salah dengar kah?

"Bukankah harusnya S-Rank?" bantah Jinwoo tidak terima, bersuara dingin. Mata greyish berbintik silver keperakan berbinar dengan tatapan tidak setuju. Cale memiliki kekuatan kuno yang menyatu dengan jiwanya dan sudah dikuatkan selama bertahun-tahun. Kekuatannya sebanding dengan S-Rank! Kekuatan sekaliber bencana alam! Mengapa malah C-Rank-?! 

Aura tidak menyenangkan juga lambat laun menguar, membuat suasana ruangan menjadi dingin seketika.

"Mo-mohon tunggu sebentar, Hunter Sung! Ki-kita bisa mengevaluasinya ulang-!"

"Tidak perlu, Tuan Woo." Semua mata melirik Cale yang tersenyum tenang.

"Tapi, Cale-!"

"Tidak apa-apa, Jinwoo-ya. Aku memang lemah sekarang, jadi wajar jika rank-nya rendah," jelas Cale dengan pandangan bertanya pada Jinwoo. Seolah-olah mengapa pria itu marah terhadap rank-nya yang rendah?

"... arasso. Maafkan aku karena bereaksi tidak menyenangkan, Cale." Pria berambut merah mengangguk singkat.

"Tidak apa-apa, lagipula Rank ini tidak terlalu berpengaruh dengan rencana kita kedepannya. Ini semua hanya formalitas, bukan?" Ingat tujuan kita, Jinwoo-ya. Maksud yang Cale tujukan membuat Jinwoo mengangguk sekali lagi dan memasang wajah tak beremosi andalannya.

"Baiklah. Selesaikan semuanya. Kita harus kembali secepatnya, Cale juga masih kurang sehat dan butuh istirahat." Si rambut merah tidak membantah, menandakan pria itu juga sudah lelah, seperti yang Jinwoo siratkan.

Jinchul mengangguk meminta waktu sekitar 20 menit untuk membuat kartu Rank Cale. Tidak menginginkan diri untuk melihat sisi tidak menyenangkan Jinwoo lagi. Entah kenapa pria berambut hitam itu menjadi lebih sensitif sekarang.

"Bersandar di bahuku jika kau lelah, Cale," gumam Jinwoo, dengan suara agak bersalah. Masalahnya sangat mendesak sehingga mengganggu istirahat Cale. Padahal pria berambut merah itu baru terbangun seminggu lebih dan seharusnya fokus beristirahat, diet, juga rehabilitas agar tubuhnya tidak terlalu kaku.

Tapi.. dengan situasi Jinwoo, Konferensi Guild Internasional, serangan dari pembunuh yang tidak diketahui, ayah Jinwoo yang entah kenapa mendadak hadir, dan yag terpenting, membiarkan Cale tanpa pengawasan membuat para Monarch dan Rulers yang mengincarnya semakin mudah.

"Hmm, terima kasih, Jinwoo-ya. Aku akan menutup mataku sebentar." Tangan kanan Jinwoo bergerak untuk menyentuh sisi kanan bahu Cale, setengah memeluk pria yang lebih kecil, merangkulnya dengan kehangatan kekuatan fragmen Ashborn. Membuat Cale semakin nyaman dalam istirahat sejenaknya.

Setelah 20 menit berlalu, Jinchul datang tepat waktu dan Cale sudah terlelap di bahunya.

Wakil Asosiasi agak tegang, merasakan kekuatan aneh menguar dari Hunter Sung yang menyelimuti Hunter Henituse.

"Ini kartu Hunter milik Tuan Henituse." pria berambut hitam mengangguk, tidak membalas.

"Kapan lebih tepatnya Konferensi di adakan?" 

"Mengingat Hunter Sung yang masih di kabarkan menghilang, tidak ada jadwal pasti tetapi Mr. White mengatakan mungkin 3 hari lagi karena beliau sudah mendengar kedatanganmu." Mata grey berkedip sesaat dan mengangguk.

"Baiklah." Wajah Jinchul bersinar kelegaan dengan senyuman kecil.

"Pada saat ini, kami akan menjemput Anda, Hunter Sung." Pria berusia 22 tahun mengangguk. Tanpa basa-basi, ia menggunakan Shadow Exchange, megubah lokasi menjadi kamar tidurnya dengan Cale yang masih terlelap.

Melirik arloji yang sudah menunjukkan pukul 3 sore, Jinwoo kemudian membaringan Cale. Ia dengan hati-hati mulai melepas hiasan yang mengangguk di kepala Cale, lapisan luar hanbok-nya dan sepatu. Setelah di rasa beres, Jinwoo menyelimuti pria berambut merah itu dan tersenyum kecil melihat wajah terlelap sang terkasih.

"Istirahatlah, Cale," bisik Jinwoo lembut, bergerak membungkuk untuk mencium kening Cale manis.

.
.

.

[Cale Henituse's POV]

with

[Third Person's POV]

Tinggal sehari lagi sebelum keberangkatan mereka ke Amerika.

Mereka saat ini berada di gedung Guild Ahjin. Guild yang dipimpin oleh Jinwoo.

"Jadi, ini gedung Guild Oppa?" Jinah, yang memaksa ikut karena mengusulkan mereka berbelanja, berseru agak kagum di sisi kiri Cale. Sementara kakak laki-lakinya berada disisi kanannya.

"Ya," jawab Jinwoo datar.

"Bagus! Saatnya untuk mendiskusikan outfit yang akan kalian pakai ke Amerika nanti!" kedua mata pria melirik Jinah yang masih tersenyum penuh semangat.

"Outfit?"

"Lagi?" tanggapan jengkel Jinwoo dibalas cekikikan Jinah.

"Ya! Boleh ya, Oppa? Jeball, hmmm? Aku ingin kalian merepresentasikan Korea dengan pakaian kalian!"

"... Jinah. Ini bukan acara fashion show antar negara."

"Tapi! Kau akan memakai pakaian serba hitam seperti pemakaman!"

"Ya! Benar yang dikatakan oleh Tuan Putri, Rajaku!" sahut Beru, mulai menghormati Jinah dengan pandangan baru di mata semut chimera bayangan itu.

Jinwoo terlihat sangat jengkel dan tidak senang, kebalikan dengan wajah sang adik yang penuh harap dan samar-samar jejak dari Beru dari bayangan Jinwoo. Mendadak, keduanya sangat kompak untuk meluluhkan hati Jinwoo.

"Ayolaaahh! Tidak akan rumit! Hanya lapisan luar! Seperti coat tapi bermotif dan di desain seperti lapisan luar hanbok! Jebaaaallll???"

"Terdengar sangat agung dan ummm modis! Apakah ini baju pasangan dengan Ratu juga, Tuan Putri?!" Beru menggebu-gebu dengan tatapan berapi-api. Cale menahan senyuman geli saat melihat Jinwoo sudah kelelahan menghadapi keduanya.

"Ide bagus, Beru! Bagaimana Oppa? Bukankah menarik memiliki outfit yang couple-an dengan Cale-Oppa?" dan pada bujukan ini, Cale bisa melihat Jinwoo terhenti. Mata grey akrab melebar dengan ilham baru.

"Couple?" Jinah menyeringai, memberikan delikan menggoda dengan Beru yang mendadak muncul di sisinya.

"Ya~! Bukankah sangat cocok jika di belakangnya memiliki lambang Guild Ahjin juga? Bersama dengan Cale-Oppa, kalian seperti partner perwakilan Guild!"

"Gas keun, Tuan Putri!"

Dan itu dia, Jinwoo mulai menyerah dengan bahu agak membungkuk kedepan. Matanya melesat melihat ke arahnya, memerah kecil sebelum mengangguk ragu.

"Bagaimana denganmu, Cale-Oppa?" kini, mata kedua kombo menakutkan dadakan itu meliriknya. Tidak mau mengambil pusing, Cale mengangguk. Lagian, pakaian gratis siapa yang bisa menolak?

"Tentu saja boleh. Aku tidak keberatan."

*****

Dan disinilah mereka.

Di salah satu mall pada Pusat Perbelanjaan Gangnam.

Yoo Jinho, wakil Guild Jinwoo, di seret juga. Karena Jinah mengatakan bahwa outfit ini juga seperti seragam tidak resmi Guild Ahjin. Sebelum mereka pergi, Cale sudah diperkenalkan sebagai anggota baru dan karena lebih tua dari Jinho, membuatnya di panggil hyung oleh pria muda itu.

Mata Cale yang bernostalgia, menatap sekeliling dengan senyuman kecil.

Di dunia saat ia menjadi Kim Rok Soo, mall kembali dibangun setelah setahun manusia mendapatkan kembali pegangan hidup mereka. Ia ingat, saat-saat itu, bersama Lee Sohyuk dan Choi Jungsoo, ketiganya dengan canggung di seret oleh salah satu rekan wanita untuk berbelanjang pakaian.

Soohyuk beradaptasi dengan baik, sehingga menjadi selaras dengan wanita yang menyeret mereka. Sedangkan Jungsoo tanpa malu-malu mengeluh terang-terangan, sedangkan Roksoo mengeluh dalam diam. Itu hari yang melelahkan, apalagi karena ia diseret kemana-mana oleh Jungsoo untuk mencoba berbagai hal baru. Soohyuk juga tidak membantu, malah menonton dengan senyuman manis di belakang.

Andai Cale juga bisa membawa keluarnya ke mari. Raon, On dan Hong tidak pasti tidak berhenti berlarian kesana-kemari. Karena Cale pemalas, ia beruntung karena ada Choi Han yang bisa mengawasi anak-anak. Kemudian, Beacrox pasti akan menghilang menuju pusat perbelanjaan kebutuhan makanan. Ron yang berdiskusi dengan Eruhaben mengenai kebutuhan rumah dan furnitur. Dan kemudian ada Alberu yang ternganga melihat kemajuan peradaban...

Pasti akan menjadi hari yang melelahkan jika hal itu terjadi. Tetapi, Cale yakin saat mereka pulang kerumah dengan senyuman sambil menyantap eskrim...

"Cale? Apa aku tidak apa-apa, hm? Kenapa kau menangis?" Cale tersentak dari lamunannya, ia kemudian bisa merasakan tangan Jinwoo bergerak dengan gerakan akrab, menangkup pipinya, sembari jempol mengusap bagian bawah matanya.

Wajah pria yang lebih muda terlihat sangat khawatir, membuat Cale tersenyum kecil sedih.

"Tidak apa-apa, Jinwoo-ya. Hanya tenggelam dalam pikiran sesaat... aku berandai bisa membawa keluargaku kemari," gumam Cale agak malu dengan pikiran kekanak-kanakkannya. Namun, di balas dengan gelengan tegas Jinwoo yang kini tersenyum padanya.

"Tentu akan sangat berisik, bukan? Raon, On dan Hong pasti akan berkeliaran kesana-kemari, sehingga Choi Han ada untuk mengawasi mereka. Kemudian, Beacrox menghilang berbelanja kebutuhan dapur, dan Ron melihat-lihat furnitur? Kemudian ada Alberu-nim yang sangat terkejut dengan peradaban... kenapa kau tertawa, Cale?" 

Pemikiran yang sangat akurat dengan miliknya. 

Cale benar-benar seperti dihadapkan dengan Ashborn, tetapi hanya sosok yang memiliki nama berbeda.

Lihatlah, bagaimana pria ini bisa menebak karakter keluarganya dengan tepat.

Apakah karena pengaruh ingatan Ashborn? Atau ada sesuatu yang lain antara hubungan Ashborn dan Jinwoo?

"Tidak ada apa-apa, Jinwoo-ya. Hanya saja lucu bagaimana kita berpikiran sama mengenai kepribadian keluargaku." Jinwoo terdiam sesaat, sebelum tersenyum lebar dan sangat lembut. Sangat mirip dengan senyuman terkasih, sehingga membuat jantung Cale tanpa sadar berdetak kencang.

"Benarkah?" kedua tangan di lepaskan dari pipi Cale, Jinwoo membungkuk untuk menyandarkan pipinya di atas kepala Cale. Agak menggusuknya pelan seperti kucing. 

"Bagus." Jinwoo tersenyum manis sehingga melengkungkan matanya. Mendadak, pria yang lebih muda terlihat lucu di mata Cale.

"Ekhem, ekhem.. umm... selamat datang di toko kami?" Ah iya. Mereka kan sedang di luar dan Jinwoo berani menciumnya? Ya Tuhan.

Cale bisa merasakan tatapan banyak orang kepada mereka. Tidak hanya karena Jinwoo yang berstatus sebagai Hunter S-Rank Korea, tetapi, karena berita dia menghilang dan mendadak muncul berbelanja di mall pasti menghebohkan banyak orang. Dan kemunculan Cale, sebagai orang baru pasti menimbulkan pertanyaan.

... sungguh comeback yang sangat tidak terduga.

"Apakah Anda datang untuk pesanan Anda, Nyonya Sung?" Cale, Jinwoo dan Jinho melirik bungsu keluarga Sung mengangguk dengan senyuman cerah. Rupanya, mereka di seret Jinah ke toko yang sama saat berbelanja kilat untuk Cale sebelum ke gedung Asosiasi Hunter. 

"Kau sudah memesan baju disini?" suara Jinwoo terdengar seperti di khianati, dibalas tambang tangan 'Peace' oleh adiknya.

"Ehehehe, lagian aku ingin cetakan logonya siap sebelum kalian berangkat! Jinho-Oppa juga membantu mengirimkan logo Guild kalian!" pemuda yang dimaksudnya tersenyum canggung saat tatapan tajam Jinwoo beralih padanya.

"Kerja bagus, Jinah. Kita tidak perlu berlama-lama kalau begitu, bukan?" 

"Yeay! Cale-Oppa sangat pengertian seperti biasa!"

"Benar sekali, hyungnim!"

"... tch."

Dan outfit yang di maksud Jinah sebenarnya sangat sederhana.

"Hasilnya sangat bagus, Jinah-ssi!" seru Jinho menatap kagum pada pakaiannya sendiri, tersenyum gemetar membayangkan dirinya bersama Jinwoo dan Cale memakainya di Konferensi Guild Internasional. Keren sekali!

"Ya kan?! Oppa pasti akan sangat keren memakainya! Kemudian Cale-Oppa juga terlihat sangat cantik dan megah-!"

"Jadi, aku tidak keren?" tanya Cale geli. JInah cengesan dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak keren... tetapi, KEREN SEKALI!" Cale hampir terkekeh pada seruan antusias gadis itu.

"Bagaimana, Jinwoo-ya? Ini bagus dan sederhana. Tidak terlalu mencolok, bukan?" Cale merasakan pria yang lebih muda berjalan ke sisi kirinya, menyentuh kain pakaian itu dengan pandangan merenung.

"... bisa diterima. Apa kau suka, Cale?" meliriknya sekali lagi, Cale mengangguk tegas.

Perasaan suka ini sama saat ia memakai pakaian Arm-nya, merasa nakal dan bebas juga hebat. Sehingga senyuman tidak bisa ia hentikan muncul di bibirnya.

"Kita pasti terlihat keren memakai ini," kekeh Cale, menyentuhkan bagian lengan pakaiannya ke pipi dengan wajah menghadap Jinwoo. Senyuman melengkungkan matanya sehingga membuat manik matanya berbinar cantik. Jantung Jinwoo yang malang tidak siap untuk pemandangan manis itu.

"Kalau Cale berkata seperti itu, pasti keren," gumam Jinwoo malu. Mengambil lengan baju miliknya sendiri kemudian menyentuhkan kepipinya, menghadap ke arah Cale, berakhir dengan senyuman sama jenakanya.

Mata abu-abu berbintik silver keperakan bertubrukan dengan mata coklat kemerahan permata Cale.

Mereka menatap dalam diam, sebelum tersenyum dan tertawa kecil satu sama lain.

"Oh wow... Jinwoo-hyungnim... terlihat sangat berbeda dengan Cale-hyungnim..." ucap Jinho speechless pada pemandangan di depannya.

"Ya, kan? Oppa-ku sudah sangat terpikat dengan Cale-Oppa." Pada balasan Jinah, Jinho menatap gadis itu kosong.

"Mereka... sepasang kekasih?" Jinah meliriknya diam sebelum mengangguk santai. 

"Tetapi, belum resmi." Jinho akan berteriak jika Jinah tidak melanjutkan seperti itu.

"Hmmm.. kurasa, seminggu hyungnim menghilang bukan tanpa alasan."

Tatapan mereka sekali lagi tidak lepas pada interaksi Jinwoo dan Cale.

Ditambah dengan banyak mata yang melihat mereka, tidak mengherankan bukan jika rumor mengenai Cale Henituse sebagai kekasih Sung Jinwoo muncul?

.
.
.

[Dunia Netizen]

SIAPA PRIA BERAMBUT MERAH YANG BERADA DI SAMPING HUNTER SUNG JIN WOO?!

Dunia sosial media mendadak ribut oleh kedatangan tiba-tiba Hunter yang selama seminggu di duga menghilang tanpa kabar.

Si empu yang menjadi pembicaraan muncul di salah satu mall Pusat Perbelanjaan Seoul, dengan tiga orang lainnya yang salah satunya dikenal sebagai adik perempuan Hunter Sung dan wakil Guild Ahjin.

Namun, siapakah si pendatang baru berambut merah ini?!

[   onthewayHunter memposting sebuah foto :

(pria berambut merah cantik.jpg)

(Hunter Sung dan tangan kirinya asahdkhabjb.jpg)

hansungBaja : Oh wow.. foto kedua membuatku memerah malu.
walkerLovers : Rambutnya sangat merah... apakah itu asli atau wig?
AhjinNumberOneFans : Hanya ada satu yang bisa kusimpulkan... bukankah pria itu kekasihnya Hunter Sung? Mungkin seminggu menghilang bukan tanpa alasan.. tapi ugh-mengapa jantungku doki-doki?
      ↳ ORVForever : Ada tidak bisa tidak setuju dengan pendapatmu. Bagaimana ini? (¬‿¬)
      ↳ theHiddenMadam : Oh ho ho, apakah ini kebangkitan couple terpanas sejagad raya? ( ͡° ͜ʖ ͡°)
      ↳ nolepForLaifu : Oh tidak, lari! ADA FUJO! Nope. Just get the vibes, b*tch (⌐■_■)✨
      ↳ indonesianNeedsHunter : Mengapa pembicaraan kita sudah melenceng?
      ↳ See many reply...    ]

[   NoobHunter memposting sebuah foto :

(THEY KISSE-ABDBAMJHA.jpg)

FIX. MEREKA SEPASANG KEKASIH! AAAAAAAA-!!!

jinwoolovers : OMGOMGOMG! APAKAH ITU CIUMAN DI KEPALANYA?! HUNTER SUNG! KAU SELINGKUH! TAPI, KENAPA AKU TIDAK MERASA SAKIT HATI?!
      ↳ KookGaNdeang : Itu karena kau fujo... *wink ( ͡~ ͜ʖ ͡°)
↳ TreasureOfficial : Well, tidak ada yang ingin membicarakan kecantikan si rambut merah? Heol, aku bisa merasakan dia sangat cantik bahkan jika fotonya buram...
GatesNorman : Aku bisa mencium konflik kecemburuan di Konferensi Guild Internasional nanti... hmmm (✿◡‿◡) ✨
     ↳ AnonymousAccount : berharap nanti ada video live tentang perebutan si rambut merah cantik dengan Hunter lainnya...
             ↳ skachkjsaHelp : Jahatnya. Hunter Sung mungkin baru resmi membuatnya menjadi kekasih dan kau ingin kekasihnya di perebutkan? Oke. Lanjutkan. Get your fucking popcorn ready! (⌐■_■)✨  ]

"Hunter Sung... semangat," gumam seorang pria tua di sudut kantornya. Tidak bisa menahan membayangkan wajah mengerut bagai menelan asam Jinwoo saat para netizen lebih suka ada perebutan kekasih.

"Ketua? Tidak Saya sangka Anda memiliki hobi menikmati drama-" Go Gunhee berbalik dan tersenyum manis melihat Jinchul yang kelelahan di sisi mejanya.

"Aaahh... aku iri denganmu, Wakil." Jinchul mengangat sebelah alisnya.

"Untuk apa iri dengan pria yang penuh kekurangan sepertiku-?"

"Ah, bukan itu. Aku iri kau bisa pergi ke Amerika menemani Guild Ahjin," gumam Gunhee dengan cemberut yang tidak bisa di sembunyikan.

"... bisakah Saya menanyakan alasannya?" 

"Tentu saja melihat secara langsung bagaimana Hunter Sung cemburu!" tawa pria tua itu riang, tangan memukul meja berulang kali. Jinchul menghela napas lelah. Kepalanya mendadak sakit memikirkan tugasnya sebagai pendamping untuk Guild Ahjin.

"Anak itu... dia mungkin Hunter Rank-S Korea terkuat... tetapi, tidak berdaya jika berhadapan dengan hal-hal yang behubungan dengan percintaan, bukan? Menggemaskan sekali. Pria tua ini ingin hidup lebih lama untuk menyaksikan pernikahannya nanti," celoteh Gunhee dengan pandangan sayang. Jinchul terdiam sejenak sebelum ikut tersenyum kecil.

"Saya akan merekamnya untuk Anda jika Anda mau, Ketua?" Mata Gunhee sontak berbinar cerah penuh pengharapan.

"Benarkah?! Wakil, kau sangat pengertian!" Jinchul berdeham malu.

"Jadi... bisakah Saya bertanya mengenai kunjungan Hunter Henituse kemarin?" gelak tawa berganti menjadi senyuman geli.

"Hmm.. aku tidak tahu. Hanya saja... " matanya tertutup, memikirkan tindakan tiba-tiba dari Cale Henituse yang datang, menatapnya lamat sebelum menyentuh tangannya. Seperti memberikan perlindungan dengan sorot mata coklat kemerahan permata yang penuh pengetahuan serta kebijakan.

"... Hunter Sung bahkan cemburu denganku!" gelak tawa Gunhee lagi. Jinchul, yang sudah menantikan jawaban menghela napas kecewa.

Ada apa ketertarikan Ketua Asosiasi dengan kecemburuan Hunter Sung?

"Menyenangkan untuk ditonton, loh~" tangan terkait dan ia menopang dagu di atasnya sambil bersenandung senang.

"Kurasa, Konferensi Guild Internasional kali ini akan lebih meriah dan seru, 'kan? Jinchul?"

.
.

.

[Third Person's POV]

Mereka tiba di bandara Amerika dengan lancar.

Salah satu wartawan yang menunggu di dekat pintu masuk bandara, harus memastikan matanya sehat-sehat saja saat melihat Guild yang menjadi topik pembicaraan muncul. Dan berbeda dengan pakaian formal yang dipakai oleh Guild lain, Guild yang dipimpin Hunter Sung memiliki outfit yang berbeda.

Ia bisa merasakan beberapa orang di sekitarnya menganga kecil saat melihatnya.

Pertama, yang muncul adalah Wakil Ketua Guild, Yoo Jinho. Memakai jas kerja biasa berwarna hitam dengan dasi senada di kerah kemeja berwarna abu-abu, dan celana hitam. Bukan itu yang menjadi perhatian mereka, namun jubah luar berwarna hitam yang dipakainya. Kain itu terlihat tipis tetapi memiliki warna yang pekat, dengan ukiran silver di bagian lengan dan ujung bawah.

Jubah yang sama di pakai oleh Hunter Sung Jin Woo, Ketua Guild Ahjin. Dimana dalamannya memakai kemeja hitam, dasi silver yang di ikat longgar, ikat pinggang hitam dan celana hitam. Jubah luarnya memang sama, namun terlihat lebih megah, dengan ukiran berbentuk naga (?), bintang dan masih banyak lagi.

Dan yang terakhir masuk adalah anggota baru Guild Ahjin, yang sangat viral di dunia sosial media dalam beberapa jam terakhir. Dalam kilatan lampu kamera yang terang membuat rambut merah yang di miliki pria itu berkilau bagai api. Begitu mencolok di antara kerumunan.

Penampilannya lebih megah dan 'wah' dari siapapun yang dilihat oleh wartawan hari ini.

Hunter Cale Henituse memakai baju durumagi  berwarna hitam, dengan pita terikar berwarna silver. Baju tersebut cukup panjang dan besar hingga ke paha dan terikat oleh obi belt berwarna silver dan dipadukan dengan celana hitam. Jubah yang dipakainya sama dengan yang lain, memiliki ukiran berwarna sama, namun lebih panjang sehingga membuat sosok pria itu tampak sangat mistik dan agung.

Kesampingkan pakaian yang dipakainya, saat wajah pria itu tidak sengaja menghadap kameranya, wartawan hampir merasakan jantungnya berdetak kencang dengan wajah memanas.

Bukankah sangat ilegal jika wajah cantik seperti itu eksis di dunia nyata?

Kulit mutiara tampak sangat mempesona, kontras dengan rambut merah yang membingkai wajah hati. Berpadu dengan hidung kecil, bibir penuh, serta sepasang manik mata coklat kemerahan, yang melengkung akan senyuman. Membuat mata itu berkilau bagai permata. Tidak hanya itu, aksesoris yang mengikat poni rambutnya ke belakang juga sangat indah. Kemudian glitter berbentuk bulan yang mengintari di ujung mata terlihat sangat memikat.

Tangan bergerak untuk memotret wajah itu, bisa merasakan hatinya lambat laun meleleh.

Dan saat ia hendak mengambil lagi, sudah ada tubuh Hunter Sung Jin Woo yang menghalangi dengan wajah tidak senang. Wartawan speechless, melihat pria lain secara terang-terangan mendekati Hunter Cale Henituse dan setengah memeluknya dari samping. Pria yang lebih tinggi juga tidak malu-malu menyandarkan pipinya di atas kepala si rambut merah dengan wajah datar, meski matanya menyiratkan pembunuhan dingin.

... jadi, rumor bahwa Hunter Sung dan Hunter Henituse adalah sepasang kekasih, bukan sekedar rumor? Tetapi nyata?

*****

"Apa tidak apa-apa bagi Hunter Henituse untuk ikut serta, Hunter Sung?" yang ditanya mengangguk tanpa ragu. Meski bibirnya masih cemberut dengan mata menyipit. Ia butuh kehadiran Cale sebagai penenangnya.

Adam White yang malang mengangguk pasrah, menggiring kedua insan itu menuju parkir dan masuk kedalam mobil mewah.

"Kemana kita akan pergi, Mister White?" menahan diri untuk tidak tersipu saat perhatian Cale dari pemandangan kota teralihkan padanya, Adam berdeham kecil.

"Markas besar Biro Hunter, Hunter Henituse." Si empu yang bertanya tersenyum kecil. Bahasa Inggrisnya juga sangat fasih.

"Panggil saja, Cale, Mister Adam." Sopannya!

"Ka-kalau begitu panggil saja Saya Adam, Tuan Cale-"

"Cale." Perkataannya dipotong oleh Jinwoo. Kedua pria yang lebih tua melihat yang termuda mengernyitkan alis dengan ekspresi tidak senang.

"Jangan terlalu dekat. Dia orang asing," celetuk Jinwoo, bahkan tidak menahan diri di depan orangnya langsung. Cale ingin menepuk dahinya. Kecemburuan Jinwoo yang tidak mendasar, entah kenapa sangat mirip dengan Ashborn.

"Ini hanya formalitas, Jinwoo-ya." Adam bisa melihat pria muda itu hampir membungkukkan bahunya kalah.

.... Adam rasa, ia tidak akan pernah terbiasa melihat sisi Jinwoo yang satu ini. Sangat menakutkan dan menarik di saat bersamaan.

Meski Jinwoo sudah mempelajari bahasa Inggris semampunya, kehadiran Cale sangat membantu sebagai translator bagi Hunter Korea itu. Pembicaraan kini beralih mengenai kematian Christopher Reed yang tidak disangka-sangka membebani Amerika Serikat. Pembicaraannya segera merujuk agar Jinwoo bisa mengisi kekosongan kekuatan dengan iming-iming Rune Stone yang di ekstrak dari 'Kamish'.

Cale, sepanjang topik pembicaraan mencoba mencerna semua permasalahan dengan wajah termenung. Berbeda dengan Jinwoo yang meminta foto sebelumnya, menunjukkan mayat Kamish yang masih utuh di jaga oleh pihak Amerika.

"Dimana mayat itu? Ayo pergi ke sana lebih dahulu." Cale memberikan tatapada datar pada Jinwoo yang berekspresi sama, meski ada binar penuh ketertarikan dan keserakahan ringan di mata abu-abu Jinwoo.

"Huh?" Adam White yang malang.

"Tanpa keluhan apapun, aku dan Cale sudah memberi waktu kepada Biro Hunter Amerika. Tentu permintaanku ini tidak terlalu berlebihan, bukan?" ucap Jinwoo dengan seringai miring, bersandar puas di tempat duduknya. 

"-kalau itu permintaanmu, aku harus membuat laporan terlebih dahulu untuk mendapatkan izin dari petinggi... apa tidak apa-apa untuk kalian, Hunter Sung? Hunter Henituse?" Jinwoo tidak menjawab, malah sebaliknya meraih tangan kanan Cale, bermain-main dengan jemari lentik itu, membelai lembut dan tersenyum sendiri.

Adam kini bergantian memandang Cale, meminta pertolongan lewat tatapan matanya.

"Tentu saja tidak apa, Tuan Adam. Kami bisa menunggu seberapa lama pun itu," jawab Cale mewakili dengan senyuman bisnis.

Mungkin Adam White harus berterimah kasih kepada pria berambut merah itu karena sudah bersedia ikut. Jika tidak, ia mungkin sudah kewalahan sendiri menghadapi sikap 'seenaknya' Jinwoo.

*****

Mereka di bawah Markas Besar Biro Hunter.

Lebih tepatnya di gedung di bawahnya, tempat mayat Kamish di simpan.

Sementara Adam meminta waktu sebentar untuk berbincang dengan staff setempat, Cale duduk bersama Jinwoo tak jauh dari mereka.

"Apa kau berencana meng-summon naga ini, Jinwoo-ya? " tanya Cale dalam bahasa Roan. Jinwoo menoleh dengan seringai nakal dan antisipasi.

"Untuk mendapat bayangan yang lebih kuat? Why not? " Cale mendengus.

"Kau akan membuat Amerika gempar. Mengingat bagaimana susahnya mereka mencoba mengalahkan naga ini dan kau dalam sekejab bisa kembali menghidupkannya dengan kekuatan penuhnya." Cale menyilangkan tangan di depan dada, bersandar dengan senyuman kecil geli di wajahnya.

"Apakah Kamish ini raja para naga? " Jinwoo mengangkat bahunya tidak menahu. Kemudian, wajahnya merenung, menyelami beberapa ingatan Ashborn mengenai salah satu Monarch.

"Kurasa, ada satu Monarch yang dijuluki Raja Naga? Karena dia dapat memerintah banyak Naga." Wajah Cale sekarang memiliki ekspresi serius.

"Dengan keadaan umat manusia sekarang.. Jinwoo-ya," Cale membalikkan badannya, menghadap ke arah Jinwoo dengan ekspresi berganti menjadi kekhawatiran.

"Aku tidak bisa membayangkan kau melawan mereka semua," gumam si rambut merah, muram seketika. Tidak bisa membayangkan Jinwoo, sendirian membela umat manusia dari serangan Monarch.

"Aku tidak selemah itu, Altalune." Cale tersentak kecil saat tangan Jinwoo yang lebih besar mengambil miliknya untuk digenggam lembut.

"Itulah mengapa aku berencana membuat Kamish menjadi salah satu bayanganku. Aku juga tidak sendirian," ujar pria yang lebih muda dengan senyuman kecil di wajah tampannya. 

"Memilikimu di sisiku, membuatku kuat." Jinwoo kemudian mendekatkan bibirnya kepuncak kepala Cale dan menciuminya ringan. Setelah berlama disana, ia enggan melepasnya dan beralih menatap penuh pemujaan pada Cale yang tertegun dengan wajah memerah.

"... kita masih di depan umum, Jinwoo-ya." Cale cemberut, ingin menutup wajahnya malu tetapi tangan Jinwoo menahannya.

"Apakah kau malu, Cale? Hm? Hm??? " goda Jinwoo, memiringkan wajah dan menunduk agar bisa melihat lebih jelas pada Cale yang mencoba bergerak menjauh.

"Hentikan, Jinwoo-ya."

"Aish, kau malu!"

"Jinwoo-!

"E-ekhem!" 

"BERANINYA MANUSIA HINA SEPERTINYA MENGGANGGU KEHARMONISAN RUMAH TANGGA RAJA DAN RATU-!"

Apa hanya perasaan Adam dan beberapa staff saja bahwa mendadak ruangan menjadi semakin dingin dan gelap?

"A-apakah sudah selesai, Tuan Adam?" Agak canggung dengan wajah memerah ringan, pria itu mengangguk. Mencoba menghapus pemandangan dua kekasih yang tanpa malu-malu menunjukkan kemesraan mereka di depan umum. Melihat staff dan Direktur, ia menahan diri untuk tidak menutup wajahnya malu.

"Le-lewat sini, Hunter Sung, Hunter Henituse."

*****

"Semuanya, mundur."

Sementara yang lain mematuhinya, Cale sebaliknya tetap berada di sisi Jinwoo. Karena tangan pria itu tidak lepas dari tangannya sendiri. Bersikukuh dekat dengan Cale.

Melirik pria muda di sampingnya, tangannya terangkat menyentuh kaca tebal yang menghalangi mereka dengan mayat Kamish. Cale tersenyum kecil saat merasakan kegelapan akrab nan hangat menyapanya juga menyelimuti dengan perlindungan sebelum meluncur kedepan dengan kekuatan dominasi.

Arise.

Dan pada percobaan kedua, Cale melihat bayangan yang mengintari tulang belulang mulai mengambil bentuk menjadi Naga yang sangat besar dan tinggi. Ia bahkan harus mendongak agar bisa menatap puncak kepala naga itu dan tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan Raon, naga kecilnya.

Tanpa sadar, Cale Henituse tersenyum kecil penuh akan kerinduan.

Raon tentunya sekarang sudah sangat besar bukan? Eruhaben juga pernah mengatakan bahwa bentuk dewasa Raon akan sangat hebat, karena naga kecilnya adalah keturunan Raja Naga. Bahkan membuat lelucon bahwa sayap naga dewasa Raon bisa menutupi kota besar. Meskipun begitu, Raon akan selamanya menjadi naga kecil di mata Cale.

... sayang sekali ia tidak bisa melihatnya...

"Oh... The Greatest One, apakah itu Engkau?" lamunan Cale buyar saat merasakan Jinwoo membawanya lebih dekat sehingga lengan kirinya melingkar di pinggang.

"Kamish?" gumam Cale bingung, merasa Jinwoo mengangguk disisinya.

"Aku sudah lama mendengar tentangmu, yang paling dirindukan. Bahkan saat aku masih menjadi bawahan Raja Naga, aku bisa mendengar namamu dan keagunganmu di elu-elukan." Jantung Cale berdetak kencang saat mendengar kata 'Raja Naga'.

"Raja Naga yang mana...? Apakah Monarch of Destruction atau..." Cale bisa melihat Naga bayangan itu tersenyum, menundukkan kepala besarnya, mendekat kepada Cale seolah-olah meminta pria itu menyentuhnya. Mengikuti insting, pria berambut merah mengelus bagian depan moncong, bersama dengan Jinwoo yang mengikuti disisinya.

"Raja Naga Raon Miru, The Greatest One." Cale tertegun. Lidahnya terasa kelu dengan pikiran membeku.

Raon... Miru?

"Tetapi, kenapa kau berada di bawah kekuasaan Monarch of Destruction? Kemudian menjadi salah satu bawahan Rulers." Tatapan Kamish menjadi melankolis. Matanya yang begitu hampa menyayu, tenggelam dalam ingatannya.

"Saat perang antara Rulers dan Monarch terjadi semakin intens, Raja Naga Raon Miru menghilang dari dunia itu. Hal itu menjadi kami, para Naga menjadi rebutan kekuasaan mereka. Namun... "

"Aku tidak marah kepadanya."

"Aku tidak tahu alasannya, tetapi aku yang begitu rendah ini hanya bisa melihat bahwa Raja-ku hanyalah 'pencari'," bisik Kamish, ada senyuman di balik perkataannya itu.

"Bersama dengan sosok ksatria berjubah hitam. Mereka pernah menjadi alasan mengapa Monarch dan Rulers begitu takut."

Cale hanya membutuhkan waktu singkat untuk menarik kesimpulan dari penjelasan Kamish, bahwa Raon Miru dan Choi Han masih hidup di era perperangan Rulers dan Monarch. Itu berarti, keabadian yang disiratkan tentang mereka benar adanya? Mengingat perang itu sudah terjadi hampir ratusan tahun lamanya...

"Aaahh... betapa irinya aku kepadamu sekalian yang bisa melayani Raja Baru dan The Greatest One..." kemudian, mereka mulai melihat glitch aneh mengintari naga tersebut.

"Kelihatannya.. aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada Raja dan Ratu," gumam Kamish, dipenuhi oleh kesedihan dan kerinduan.

"Apa?!" Jinwoo tersentak dengan amarah tertahan.

"Pertemuan kita sangat terlambat, Rajaku, Ratuku..."

"Sistem?! SISTEM!!!" Cale hanya bisa menatap dengan tatapan sendu, dimana Jinwoo hanya bisa meratap geram.

"Rajaku, Ratuku, terdapat empat manusia yang telah meminjam kekuatan Rulers." Tatapan Kamish berakhir pada Cale yang berbalik menatap sama sedih namun penuh penghormatan.

"Waspadai mereka, Rajaku. Jangan sampai The Greatest One jatuh di tangan para pengkhianat itu..." Tubuh naga bayangan mulai memudar.

"Meskipun pertemuan kita sangat singkat, suatu kehormatan bagiku bisa bertemu denganmu, Rajaku.."

"Bersama dengan Ratu, aku yakin pancaran Ilahi The Absolute One bisa kembali menyinari kegelapan bumi..."

 Dan Kamish menghilang, bersamaan dengan tulang mayat kembali jatuh ke lantai. Meninggalkan Cale dengan sejumlah konflik dalam pikiran dan Jinwoo disisinya yang mengepal erat tangannya. 

"Mister White. Tolong sampaikan permintaan maafku kepada Direktur. Aku akan menanggung segala kerusakan akibat perbuatanku," gumam Jinwoo melepaskan Cale dari sisinya untuk menjauh.

Cale, yang bisa merasakan kekalutan hati Jinwoo hanya bisa tersenyum ironis bertepian maklum. Ia memberikan anggukan kepada Adam, menyampaikan melalui tatapan bahwa ia akan mengurus sisanya.

"Jinwoo-ya?" Masih menunduk, si empu yang dipanggil menghadap ke arah Cale. Namun tidak memiliki keberanian untuk menatap pria yang lebih tua.

"Sudahlah, tidak apa-apa, Jinwoo." Tangan Cale menepuk bahu calon Shadow Monarch dengan senyuman kecil.

"Tapi-! Aku gagal mendapatkan kekuatan lebih untuk kita, Cale-!" geram Jinwoo dengan ekspresi menahan amarah, kesal, dan sakit di hatinya. Para bayangan di dalam Shadow Realm juga samar-samar saling sahut menyahut mencoba menenangkan Raja mereka.

"Jinwoo." Tangan Cale dari bahu jatuh untuk menggenggam erat tangan Jinwoo. Langsung mendapat perhatian penuh pria yang lebih muda. 

"Jangan terlalu bergantung atau terpikat dengan gagasan itu," gumam si rambut merah, dengan lembut mulai mengelus bagian atas tangan Jinwoo.

"Yakin saja. Yang memang untuk kita, akan datang sendirinya." Cale mendongak, kemudian memberikan senyuman kecil kepada Jinwoo. Begitu tulus sehingga pria berambut hitam merasakan jantungnya berdetak kencang.

"Oke?" Menghela napas, Jinwoo mengangguk enggan. Tidak bisa menahan diri untuk tidak luluh pada Cale. 

Kemudian, tangan pemilik mata coklat kemerahan permata bergerak untuk mengelus kepala Jinwoo. 

"Anak baik."

Jika dilihat dengan seksama, Adam White, Direktur dan staff bisa melihat aura penuh bunga menguar dari Jinwoo. Tampak sangat menikmati belaian sehingga berdosakah mereka jika melihat ekor anjing/serigala (?) yang bergerak semangat imajiner di belakang Jinwoo? 

.

.

.

[Cale Henituse's POV]

Sesampainya mereka di hotel, Cale bisa mencium ada yang tidak beres.

Dan diperkuat saat Tuan Jinchul menanyakan keberadaan Yoo Jinho, yang diperkirakan berada di gedung yang sama dengan mereka sebelumnya.

Sebelum ia berangkat bersama Jinwoo, Cale sudah merasakannya.

Seolah-olah, kepekaannya terhadap situasi terbuka lebar. Naik level sehingga terkadang menakutkan Cale. 

Seperti apa? 

Jika Cale melihat langit, terkadang ia bisa merasakan fenomena apapun dari alam akan terjadi. Dengan pendengaran yang lebih tajam, penglihatan meluas, bahkan setiap pernapasannya bagai menyatu dengan alam.

Dan bukan hanya alam, bahkan sesuatu yang berani Cale katakan, 'apa yang akan terjadi'.

Pertama, ia merasakannya pada Ketua Asosiasi Korea, Go Gunhee. Untuk menenangkan kegelisahan batinnya, Cale bahkan berani mengunjungi pria itu untuk memberikan perlindungan. Yang muncul secara naluriah dengan kekuatan entah dari mana.

Kemudian Yoo Jinho. 

Hanya dengan melihat pria muda itu, Cale tahu sesuatu akan terjadi. Jadi, sebelum mereka pergi, Cale menyentuh pundak Jinho, memberikan perlindungan yang sama dengan Go Gunhee. 

Melirik pada Tuan Adam yang terlihat panik di teleponnya, mata coklat kemerahan Cale berpalin untuk menatap Jinwoo. Bibirnya hendak mengucapkan pepatah kata, namun sesuatu yang aneh muncul menggema di pikiran. Dimana ia merasakan rasa sakit yang bukan miliknya.

Itu milik Jinho.

"Jinwoo." Menahan ringisan, pemuda berambut merah menggenggam erat bagian lengan jubah luar hanbok yang lebih muda.

"Selamatkan Jinho." Mata coklat kemerahan mengeras akan amarah tertahan.

"Sesuatu terjadi kepadanya. Kau harus pergi-"

"Tapi, bagaimana denganmu? Aku tidak bisa meninggalkanmu disini!" Cale menggelengkan kepalanya.

"Aku aman disini. Ada banyak Hunter Nasional disini, jadi akan baik-baik saja." Melihat Jinwoo masih tidak bergerak, tampak berkonflik dengan pikiran dan pikirannya.

"Tinggalkan satu bayangan bersamaku atau dua, siapapun yang nanti bisa membawaku ke tempatmu." Dengan cepat dan tanpa ragu, Jinwoo mengirimkan Beru. Ia juga memberikan otoritas kepada mantan chimera semut itu agar bisa menggunakan Shadow Exchange.

Melihat keseriusan suasana, Beru hanya menunduk dengan energi tanggung jawab meluap-luap tinggi.

"Hunter Sung! Guild Scavenger bilang kaua mereka sedang menyelidiki ini! Kita akan segera mendapatkan kabar-! Huh?" Jinwoo menghilang dalam sekejab mata saat Tuan Adam selesai dengan panggilannya.

"Hunter Henituse! Dimana Hunter Sung-!"

"Menjauhlah jika kau berniat buruk kepada Ratu, manusia hina-!" lidah Tuan Adam bagai kelu saat melihat salah satu tentara bayangan terkuat Jinwoo berada disisi Cale, sudah mengeluarkan aura membunuh yang sangat pekat.

"Beru. Cukup. Manusia disini tidak akan menyakitiku," potong Cale tenang, meletakkan satu tangannya pada pundak (?) mantan chimera semut itu.

"Benarkah?" agak lelah, Cale mengangguk.

"Ya, dan kembalilah kedalam bayanganku. Kau bisa membuat banyak orang waspada." Cale bisa merasakan bayangan itu sangat enggan dan bahkan merenggut pada perintah itu?

"Tapi! Lebih efektif dalam bentuk ini, wahai Ratuku! Aku bisa secara langsung menakuti musuh dan melindungimu!

"Beru."

Dan Adam White, bersama Woo Jinchul yang yang tak jauh dari mereka, sekali lagi menyaksikan bagaimana Cale Henituse dengan mudah membuat tentara bayangan menakutkan Sung Jinwoo takluk dan patuh.

.... pengaruh keberadaan Cale terhadap Jinwoo perlu di perhitungkan.

Namun, semut itu tidak bergerak. Mendadak terdiam dengan antena bergerak-gerak dengan kepala melirik sekitar.

"Ada yang aneh disini, Ratuku," gumam Beru dengan suara rendah. Kepala semut kemudian berhenti pada Tuan Adam dan Tuan Jinchul.

"Manusia. Segera mencari tempat perlindungan atau apapun itu. Sesuatu yang berbahaya dan menjijikkan mengintari tempat ini," Tuan Adam terlihat ragu sesaat, hendak mengatakan sesuatu. Namun, Cale menggelengkan kepalanya. Dalam sekejab bisa merasakan apa yang dimaksud oleh Beru dengan 'suasana aneh' yang mengintari gedung hotel.

Dengan wajah sama khawatir dan menahan panik, dua pria itu mengangguk dan mulai menjalankan tugas mereka. Cale disisi lain ditinggalkan bersama Beru yang setia menjaga sang Ratu.

"Kita harus segera mengabari Raja-"

"Jangan dulu, Beru." Semut hampir mengeluarkan pekikan batin monsternya.

"Jinwoo saat ini sedang mencoba menyelamatkan Jinho. Tidak bagus mengalihkan perhatiannya sekarang." Mata menyala Beru terlihat sangat berkonflik, bahkan jika hanya bersinar akan kehampaan disana.

"Engkau lebih penting dan memiliki kedudukan lebih tinggi, Wahai Ratuku! Bagaimana bisa manusia sepertinya pantas-!" Cale menggelengkan kepalanya lagi, dengan senyuman kecil memaklumi.

"Semua nyawa pantas untuk diselamatkan, Beru." Jika saja Beru memiliki saluran air mata, mungkin sekarang sudah turun deras bagai air terjun Niagara.

Ratuku.. sangat baik dan berhati mulia! Ugh-! I c-can't help but f-fall f-for him-ACK-!

Dan yang dimaksudkan oleh Beru kemudian terjadi.

Orang-orang yang belum sempat dikeluarkan, meski terlihat kebingungan dan marah, mendadak terdiam saat merasakan langit-langit malam mendadak berwarna kemerahan suram. 

"A-apa yang terjadi-?! "

"B-barier?! "

"Si-siapa dia-! "

"Semuanya! Waspada-!"

"Hunter Henituse." Tuan Jinchul mulai berjalan mendekati Cale dan berdiri di sisi kanan bersama dengan Tuan Adam.

"A-apa yang terjadi sekarang?" Wajah Cale menjadi sangat serius dengan tatapan muram.

"Tamu yang tidak di undang dan sangat menjijikkan datang," jawab Cale, tangan mengepal mencoba menahan rasa kesal dengan mata menatap nyalang pada barier merah yang bersinar di luar hotel.

Dan dari kejauhan, mereka bisa melihat siluet seorang pria bertubuh kekar dengan berambut merah acak-acakan dan liar yang menyeringai tajam.

.

.

.

[40 menit sebelum penyerangan]

[Dublin, Irlandia]

Pada suasana kota yang masih begitu damai, sesuatu yang bahkan melewati dari saluran sistem Hunter mulai mengintari tengah-tengah kota Dublin.

Semua mata secara naluriah melirik langit dan melebar ketakutan saat melihat lingkaran berwarna hitam, yang semula terlihat kecil kemudian melebar sangat cepat dan mengeluarkan kekuatan dengan tekanan yang begitu berat.

"G-Gates-?!"

"Ta-tapi, itu berwarna hitam!"

"Merah adalah tanda Gates Rank-S! Ta-tapi yang ini hitam!"

"Se-semuanya! Li-lihat itu!"

Setiap mata yang menyaksikan dapat melihat di sisi lain hitam itu, ada pemandangan galaxy. Semua menganga, aneh melihat jenis Gate yang begitu baru dan asing. Karena Gates biasanya tidak menampakkan isi dalamnya sebelum masuk kesana.

"Men-menjauh semuanya! Sesuatu datang dari sana-!"

Dan benar saja, bayangan sosok yang begitu besar membuat orang-orang menjerit dan mencoba menjauh. Sejenak hanya hening, sunyi dan dalam sekejab tanpa aba-aba, sosok itu muncul di langit-langit kota Dublin dengan megah.

"Na-naga-! Itu Naga! Bencana!"

"Y-ya Tuhan... dia lebih besar dari Kamish!"

Bayangan itu adalah sosok naga yang sangat besar, sehingga separuh sayapnya bahkan tampak bisa menutupi kota Dublin mereka. Kulitnya berwarna hitam membara, sisik yang berkilauan tajam bagai ribuan pisau yang disatukan di bawah sinar matahari. Hempasan sayapnya bahkan terasa seperti hembasan angin tornado, mengandung aliran listrik yang menegangkan dan sangat menakutkan.

Gemuruh keluar bersamaan dengan mata bercelah biru dingin menatap perkotaan dengan pandangan yang begitu mengguncang naluri takut manusia.

Kemudian, kepalanya tertuju pada satu pandangan, yang segera terbang dengan kecepatan luar biasa.

"A-apakah itu manusia di atasnya?!"

Bersamaan dengan sosok yang di yakini sebagai manusia berdiri di atas kepala sang naga, tampak tidak terpengaruh oleh aliran angin yang begitu kuat disana.

Ya.

Pengembara telah datang ke tempat tujuan yang sudah lama mereka cari.

Sang Raja Naga dan Ksatria Hitam.

~ BERSAMBUNG ~

Kelar juga chapter fantastic ini satu~! ('▽'ʃ♡ƪ)
Di antara semua update, ini yang paling Neri sayang wkwkwk

Jinwoo juga kok lengket-lengket gitu manja ke Cale, saya yang mleyot sendiri bayanginnya heeeellppp (ಥ _ ಥ)🤏

Dan yeeaaayyy~! (ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧
Welcome Back Raon and Choi Han!
Chapter depan bakal ada reuni~

Makasih udah tetap datang ke fic ini dan kasih komentar kalian!
Semoga kerja keras Neri sepadan buat waktu kalian ❤🌹✨
Salam hangat,

Neri 💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top