Prologue : Strangers In The Red Suits
Las Vegas.
Las Vegas yang bersinar sepanjang malam telah berhasil menyembunyikan kegelapan dari tanah yang dingin. Malam itu, dari seluruh tempat yang disinggahi oleh manusia, satu tempat berhasil menarik perhatian dari pemuda berusia di akhir dua puluhan itu. Dengan tubuh yang dibalut oleh setelan berwarna merah, pria asia itu memasuki sebuah Casino yang berpusat di tengah Las Vegas.
Berbaur dengan orang-orang barat, pemuda itu tak menunjukkan perbedaan yang besar. Meski wajahnya tak mampu menyembunyikan bahwa dia merupakan orang asia, namun sikap yang ia tunjukkan telah berhasil mengintimidasi siapapun yang bertatap muka dengannya.
Berjalan tanpa keraguan, pemuda asia itu bergabung pada sebuah meja yang hanya membutuhkan satu pemain lagi untuk memulai permainan.
"Dari mana kau datang, Tuan Asia?" tegur salah seorang pria yang tampak lebih tua dengan nada menyindir.
Si pemuda asia menjawab dengan cara yang dingin, "aku hanya perlu memenangkan semuanya dan pergi."
Semua orang menatap dengan cara yang meremehkan. Tak ingin terjadi keributan sebelum mereka mengeluarkan uang mereka, permainan pun dimulai. Melibatkan para orang asing yang bertekad untuk menggandakan uang mereka dengan mengorbankan uang yang mereka miliki ketika justru kekalahan yang mereka terima.
Si pemuda asia dengan setelan berwarna merah itu bermain dengan tenang, tak menunjukkan bahwa dia tengah berada dalam tekanan. Namun bukan hanya ia seorang yang berwajah asia. Di meja yang sama terdapat pria paruh baya berwajah asia.
Putaran pertama, si pemuda dengan setelan merah mengalami kekalahan. Namun meski begitu pemuda asia itu tak memiliki alasan untuk meninggalkan putaran ke dua.
"Kau terlalu muda untuk berada di sini, Nak," ucap seorang pria, bermaksud menyindir si pemuda asia.
Dan di tengah permainan sengit itu, seorang pria berjas dan juga berwajah asia datang menghampiri si pria asia yang lebih tua. Pria yang baru saja datang itu berbisik pada si pria paruh baya sebelum memperlihatkan Notebook yang ia bawa.
Pria itu melihat foto si pemuda asia yang berada di meja itu pada layar Notebook beserta beberapa informasi pribadi lainnya terkait identitas dari pemuda asia itu.
Di sana tertulis bahwa pemuda asia itu bernama Daniel Lim dan berkebangsaan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara). Pria itu tampak sangat terkejut dan sempat memandang pemuda asia bernama Daniel Lim tersebut yang ternyata sudah memperhatikannya sejak awal.
Pria itu tiba-tiba terlihat gelisah, dia kemudian memberikan isyarat agar si pembawa informasi mendekat.
Pria itu kemudian berbisik menggunakan bahasa Korea. "Selesaikan di sini."
"Baik, Pak." Pria si pembawa informasi itu kemudian pergi.
Pemuda asia bernama Daniel Lim menyunggingkan senyumnya dan menunjukkan semua kartu di tangannya. Meskipun kembali mengalami kekalahan, namun seulas senyum di wajah dinginnya seakan telah memenangkan seluruh putaran malam itu.
Tawa lepas terdengar dari si pria barat yang kembali mendapatkan kemenangan. Daniel mendapatkan tawaran untuk putaran ke tiga. Namun sebelum ada jawaban dari Daniel, semua orang berhenti bergerak ketika sebuah ujung pistol menempel pada bagian samping kepala Daniel.
Bukan hanya satu orang, beberapa pria berjas lainnya datang dan membuat sedikit kegaduhan di sana.
Mengabaikan kegaduhan yang dibuat oleh para orang barat. Pria asia itu menegur menggunakan bahasa mereka. "Siapa kau?"
Daniel menjawab dengan pembawaan yang sangat tenang. "Kau baru saja melihatnya, kau yakin pertanyaanmu sudah benar?"
"Kau menggunakan bahasa Korea Selatan dengan sangat baik. Kau mungkin akan segera dieksekusi ketika menginjakkan kaki di Korea Utara."
"Aku mungkin akan lebih beruntung darimu karena masih sempat menginjakkan kaki di Korea Utara meski harus mati setelah itu."
Sudut bibir pria itu tersungging. "Kau kah itu ... anjing yang dibesarkan oleh Lim Dong Myeong?"
"Operasi sapu bersih." Daniel menyahut, membuat garis senyum di wajah pria asia itu lenyap seketika.
Beberapa pengunjung bergegas meninggalkan tempat itu, begitupun dengan beberapa orang yang sebelumnya duduk mengelilingi meja.
"Orang-orang asia sangatlah gila," gerutu si pria barat yang sibuk mengumpulkan uangnya.
Si pria asia memberikan isyarat kepada bawahannya yang kemudian langsung menembak si pria barat. Membuat beberapa wanita memekik dan orang-orang berhamburan keluar.
Si pria asia kemudian berbicara pada Daniel di tengah keributan yang terjadi. "Kau sudah salah jalan, Nak. Kau seharusnya menjadi orang baik selagi kau hidup."
"Kalau begitu tunjukkan jalannya padaku. Ke mana aku harus pergi, Pengkhianat?" Kalimat yang terdengar sangat tenang keluar dari mulut Daniel sebagai balasan atas petuah yang baru saja ia dapatkan.
Beberapa pria berjas dari pihak Daniel yang sebelumnya berbaur dengan keributan di sana lantas menunjukkan diri. Menodongkan senjata mereka ke arah lawan dan membuat suasana semakin terasa menegangkan. Kedua kubu yang sudah siap untuk saling baku tembak. Dua orang asia yang dengan lancang merebut tempat para orang barat dan menciptakan keributan di tempat yang tidak seharusnya.
Daniel kemudian mengambil alih pembicaraan. "Sekarang putuskan, kau yang menembak lebih dulu ... atau aku."
Pria itu tampak tertekan. Namun saat itu Daniel kembali menguasai negosiasi sepihak yang dibuatnya sendiri.
Daniel mulai berhitung. "Satu ... dua ... tiga ... aku tidak pernah berhitung sampai angka lima." Daniel memberikan jeda. "Empat ..."
"Bunuh mereka semua!" murka si pria asia.
Baku tembak pun terjadi. Daniel segera berdiri dan meraih senjata api dari balik jasnya. Sementara pria asia itu berusaha meninggalkan keributan. Daniel melepaskan beberapa tembakan ke arah si pria asia yang melarikan diri, namun tembakan Daniel justru mengenai beberapa orang yang melindungi pria itu.
Daniel menggulingkan meja tanpa menghentikan tembakannya. Dan di setiap detiknya, satu orang tumbang dengan cairan berwarna merah yang mengotori lantai. Tak sampai satu menit, baku tembak itu berakhir. Menyisakan sedikit orang yang selamat dan Daniel kehilangan si pria asia.
Daniel kehilangan cukup banyak orang. Namun si pria asia yang baru saja melarikan diri itu kehilangan semua anak buahnya. Seorang pria kemudian menghampiri Daniel.
"Sekarang bagaimana, Ketua?"
"Bawa yang terluka pergi ke rumah sakit. Sisanya ikut denganku."
"Aku mengerti."
Daniel kemudian meninggalkan tempat itu bersama beberapa anak buahnya yang tersisa. Mereka meninggalkan cahaya yang tengah kota dan menepi ke tempat yang cukup gelap. Sebuah tempat yang tidak akan didatangi oleh manusia saat malam hari.
Daniel turun dari mobil dan berjalan menjauhi jalan raya bersama beberapa pria berjas yang mengikuti di belakangnya. Sementara itu di ujung jalan yang tengah dituju oleh Daniel, pria asia yang sebelumnya melarikan diri telah berlutut dengan diapit oleh dua pria barat.
Daniel kemudian menghentikan langkahnya tepat di hadapan pria itu. Sementara saat ini mereka tengah berdiri di tepi bendungan dengan tebing yang cukup dalam.
Daniel kemudian menjatuhkan satu lututnya dan kembali memulai negosiasi. "Di mana kau menyembunyikan? Di kantormu ... atau di rumahmu?"
"Kenapa kau melakukan hal ini?" Menolak memberikan jawaban, pria itu justru menuntut.
"Kau lupa tempat di mana kau tinggal sebelum datang kemari? Inilah cara kita bertahan hidup selama ini."
"Bertahan hidup kau bilang?" Pria itu tampak meremehkan ucapan Daniel. "Kau bahkan tidak bisa berbicara bahasa Korea Utara dengan benar. Bukankah itu sudah termasuk tindak pengkhianatan? Kau pikir apa yang akan terjadi padamu jika Lim Dong Myeong membuangmu? Kau hanya akan dijadikan sebagai makanan anjing."
"Jangan melakukannya ... jangan meludah di wajahku. Aku sangat membenci itu." Daniel tak berniat menganggap ucapan pria itu.
Pria itu justru tertawa. "Berapa orang lagi yang akan kau bunuh? Apakah kau bisa menghitung berapa orang Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan? Apakah kau juga akan membunuh mereka semua jika Lim Dong Myeong memberikan perintah?"
"Kenapa kau harus peduli dengan hal itu? Kenapa? Kau ingin mencari perlindungan pada Korea Selatan?"
Pria itu menatap marah dan memberikan peringatan pada Daniel. "Kau akan mati sia-sia jika tetap hidup seperti ini. Lim Dong Myeong akan membuangmu begitu kau memiliki cacat dalam pekerjaanmu."
Daniel sempat memalingkan wajahnya dan tersenyum tak percaya. "Kenapa kau terus saja mengatakan hal buruk tentang ayahku?" Garis senyum di wajah Daniel tiba-tiba menghilang. "Entah dia akan membuangku atau tidak, kau tidak berhak mengatakan hal itu."
Daniel kemudian berdiri dan kembali mengeluarkan senjata api miliknya. "Di mana kau menyimpannya? Aku akan memberikan pemakaman yang layak sebagai hadiah untukmu jika kau mengatakan dengan benar."
Pria itu kembali memandang Chang Kyun. "Kau tidak pantas disebut sebagai manusia. Selamanya ... kau tidak pantas disebut sebagai manusia. Kau hanyalah iblis ... kau tidak akan pernah menjadi manusia yang sesungguhnya."
"Aku menganggapnya sebagai sebuah penolakan."
Daniel mengarahkan ujung senjata api di tangannya tepat ke kening pria itu. Dan satu tembakan yang terdengar malam itu kembali membimbing perjalanan Daniel malam itu.
Melanjutkan pencariannya, Daniel dan beberapa orang menjarah sebuah rumah. Sementara beberapa orang lainnya berjaga di halaman. Meninggalkan anak buahnya di lantai satu, Daniel naik ke lantai dua dan memasuki sebuah ruangan yang mirip dengan ruang kerja.
Daniel memeriksa setiap berkas, setiap sudut tanpa terlewatkan sedikitpun. Hingga pergerakannya terhenti ketika sebuah berkas yang ia cari sampai di tangannya. Namun saat itu tiba-tiba terdengar suara tembakan di halaman. Daniel segera bangkit dan mendekat ke jendela untuk memeriksa keadaan di luar.
Terlihat beberapa mobil asing yang berada di halaman. Daniel bergegas turun dan para anak buahnya telah berkumpul.
"Matikan semua lampu, pergi melalui pintu belakang jika tidak memungkinkan untuk menang," Daniel memberikan perintah.
Semua memahami ucapan Daniel dan lampu bangunan itu segera dipadamkan. Hanya beberapa sudut ruangan yang terkena cahaya lampu di jalanan depan rumah.
Pintu depan terbuka secara perlahan. Seseorang menampakkan diri namun Daniel langsung melepaskan tembakan yang membuat pria itu seketika tumbang. Setelahnya beberapa orang menerobos masuk sembari melepaskan tembakan secara acak.
Tanpa mendapatkan perintah, anak buah Daniel balik menyerang sembari berlindung. Setelah itu keadaan sempat hening ketika kedua pihak memilih untuk bersembunyi.
"Nyalakan lampunya," ucap Daniel pada orang di sebelahnya.
Hanya berselang beberapa detik setelah orang itu pergi, lampu tiba-tiba menyala dan memperlihatkan tempat persembunyian dari kedua pihak. Tanpa aba-aba mereka pun kembali terlibat baku tembak.
Mendapatkan seseorang di depannya, Daniel memukul wajah pria itu menggunakan gagang senjata api di tangannya dan melepaskan tembakan ke arah lain sebelum pada akhirnya menembak mati pria itu.
Dan setelah puluhan tembakan terdengar, keadaan tiba-tiba hening. Daniel keluar dari bangunan itu sembari membawa sebuah berkas di tangannya dan kembali ke mobilnya. Sementara anak buah Daniel masih melakukan sesuatu di dalam bangunan itu.
Daniel kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu. Dan tak begitu lama sejak kepergian Daniel, anak buah Daniel meninggalkan rumah yang sudah terbakar itu. Api dengan cepat membesar dan anak buah Daniel meninggalkan tempat itu. Pergi ke arah yang berlawanan dengan jalan yang diambil oleh Daniel.
Sementara itu Daniel menghentikan mobilnya ketika hendak berpapasan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Daniel sebagai pihak pertama menurunkan kaca jendela mobilnya lebih dulu, sedangkan pihak ke dua hanya sedikit menurunkan kaca jendela mobilnya seakan tak ingin menunjukkan wajahnya.
Tanpa memandang pihak ke dua, Daniel mengulurkan berkas yang baru saja ia dapatkan. Dan setelah pihak ke dua menerima berkas itu, keduanya kembali melanjutkan perjalanan masing-masing. Mengabaikan cahaya merah yang menghiasi sudut kota malam itu.
Mobil Daniel melaju di jalanan yang cukup sepi dan gelap. Cukup jauh dari perkotaan. Mengakhiri perjalanan hari itu dan kembali ke tempat tinggal sementaranya.
Inilah kehidupan Daniel Lim, seorang agen rahasia yang keberadaannya sendiri juga dirahasiakan dari negara. Satu-satunya orang Korea Utara yang memiliki kebebasan meski tanpa kemerdekaan.
\\INDEPENDENT NORTH : PROLOGUE//
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top