Chapter 04

Di tengah kegelapan, pintu itu terbuka. Satu butir peluru urung ditembakkan. Tampak tertegun, kedua mata Min Hyeok terbuka lebar, mengiringi tangannya yang menurunkan senjata dari hadapannya.

"Ketua ..." gumam Min Hyeok diiringi oleh hembusan napasnya.

Noh Jung Hyuk, seseorang yang baru saja membuka itu kini berjalan ke tempat Min Hyeok dengan membawa sebuah berkas di tangan kirinya. Namun, apa yang kini berada di tangan kanan Jung Hyuk berhasil menarik perhatian Min Hyeok.

Netra Min Hyeok kembali melebar ketika ia melihat punggung tangan kanan Jung Hyuk bersimbah darah. Dan ketika sang Ketua Tim telah berdiri di hadapannya, dia baru bisa memberikan teguran.

"Ketua, apa yang terjadi?"

Jung Hyuk mengangkat berkas di tangan kirinya. Tersenyum, ia berkata, "mari kita pulang, Agen Han Min Hyeok."

Min Hyeok tersenyum tak percaya. Dia merasa khawatir dan juga lega dalam waktu bersamaan. Khawatir karena sang Ketua kembali dalam keadaan terluka dan merasa lega karena tawaran kerja sama mereka mendapatkan persetujuan.

Meski harus merendahkan diri dan hampir mati di tangan Lim Dong Myeong, pada akhirnya Jung Hyuk berhasil membuat kedua belah pihak kembali saling berjabat tangan. Dan anggaplah bahwa ucapan Min Hyeok tentang leluhur yang memberkati hidupnya memang benar adanya. Karena jika Jung Hyuk terlambat sedikit saja untuk mendapatkan persetujuan Lim Dong Myeong, mungkin Min Hyeok akan benar-benar mengalami malam yang buruk di negeri orang.

Keduanya kemudian bersiap untuk kembali ke Korea Selatan pada esok hari dan mulai menyusun rencana pembentukan divisi gabungan itu.

Sementara itu, di tempat yang telah ditinggalkan oleh Noh Jung Hyuk. Lim Dong Myeong, pria itu masih duduk menghadap meja yang cukup berantakan. Seorang pria berjas kemudian datang menghampiri setelah mendapatkan panggilan sebelumnya.

"Kau membutuhkan sesuatu, Pak?" tegur pria itu dengan kepala yang tertunduk.

Lim Dong Myeong menyahut dengan suara yang tenang. Namun, terdengar mengintimidasi. "Persiapan penerbanganku ke Colorado."

"Kapan kau akan pergi, Pak?"

"Besok, pastikan kau mendapatkan penerbangan pertama."

"Baik, Pak." Pria itu kemudian meninggalkan Lim Dong Myeong.

Dan setelah hanya dirinya yang tersisa di tempat itu, pandangan Lim Dong Myeong terjatuh pada genangan darah yang berada tidak jauh dari tempat ia duduk sebelumnya.

"Meski aku berlutut di hadapanmu saat ini, aku tidak akan pernah menjadi anjingmu. Meski kau membunuhku di tempat ini, kau tidak akan bisa melupakan apa yang pernah kau lakukan pada kami. Selamanya, kau akan mengingat kami ... Lim Dong Myeong ..."

Kedua mata Lim Dong Myeong sejenak terpejam ketika ucapan Jung Hyuk sebelumnya kembali memenuhi pikirannya. Dan ketika mata itu kembali terbuka, dia berucap, "kau tidak bisa melakukan apapun, itulah sebabnya kau terlalu banyak berbicara."

Beranjak dari tempat duduknya. Kepergian Lim Dong Myeong kala itu menjadi awal dari semuanya. Dan esok pagi adalah awal yang sesungguhnya ketika kedua pihak mulai melakukan segala persiapan untuk pembentukan divisi gabungan ini.

Di saat terdapat begitu banyak orang yang pesimis terhadap harapan yang dibawa kembali oleh Noh Jung Hyuk, akankah divisi gabungan itu bisa benar-benar diwujudkan dalam krisis ini. Semua telah menemukan awal, ketika Noh Jung Hyuk serta Han Min Hyeok kembali ke Korea, ketika Lim Dong Myeong meninggalkan Korea Utara. Semua baru saja dimulai tanpa ada yang tahu akhir dari jalan yang telah mereka ambil saat ini.




\\ INDEPENDENT NORTH : FACE THE NORTH //




Musim Dingin Bulan Januari, Colorado 2021.

Denver, kota besar itu masih berselimut salju di awal tahun. Badai salju baru saja pergi beberapa minggu yang lalu dan aktivitas para penduduk sedikit berkurang.

Sore itu, Daniel Lim. Laki-laki Korea Utara itu tengah berdiri di atas danau yang beku. Namun, ada hal yang tidak bisa diabaikan meski seseorang hanya melihatnya sekilas. Ujung jemari tangan kiri laku-laki asia itu terlihat meneteskan cairan merah yang jatuh tepat di samping kakinya.

Tatapan dingin tanpa belas kasihan itu terjatuh. Tepat satu langkah di hadapan Daniel, terdapat lubang yang tidak begitu besar. Mungkin berdiameter sekitar setengah meter. Bukan air danau di balik es yang kini ia pijak yang menjadi pusat perhatian Daniel saat ini. Melainkan sesuatu yang berada di dalamnya.

Setelah cukup lama berdiri di sana, Daniel menjatuhkan satu lututnya. Tangan kirinya yang bersimbah darah terulur ke lubang es di hadapannya. Daniel mencengkram sesuatu berwarna hitam yang sedari tadi menyembul di permukaan air. Dengan cengkraman yang kuat, dia bangkit sembari melangkah menjauhi lubang itu. Dan kala itu seseorang keluar dari lubang es ketika tangan Daniel menarik kepala sosok yang telah terbujur kaku itu dan menjatuhkannya begitu saja pada permukaan es.

Pandangan Daniel kembali terjatuh pada sesosok mayat beku yang baru saja ia angkat dari dalam air. Dia kemudian beralih ke samping kaki mayat itu. Kembali menjatuhkan salah satu lututnya, Daniel mengeluarkan sebuah pisau lipat dari mantel hitam yang ia kenakan. Ia kemudian mengangkat salah satu kaki mayat itu dan merobek bagian bawah celana yang dikenakan oleh pria itu.

Tampak mencari sesuatu pada kaki mayat itu, Daniel kemudian menyayat bagian belakang kaki mayat itu tepat mengarah ke tulang kering. Dia kemudian mengambil sebuah benda kecil seukuran biji jagung dari kaki mayat itu. Dan seakan telah mendapatkan apa yang ia inginkan, Daniel bangkit.

Sekali lagi, dia mencengkram kepala mayat itu dan memasukkannya kembali ke lubang es. Daniel juga membuang pisau miliknya ke dalam danau. Sejenak memandang mayat itu sebelum berbalik dan berjalan menjauh.

Salju tipis mulai turun, mengiringi langkah tenang Daniel yang berjalan menuju jalan besar di mana ia meninggalkan mobilnya sebelum turun ke danau es.

Kembali memasuki mobilnya, untuk sejenak Daniel tampak sibuk melakukan sesuatu sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan area danau. Tak begitu lama melaju di jalan yang lebih besar, mobil lain datang dari arah berlawanan. Dan ketika keduanya hendak berpapasan, kedua pihak serempak menghentikan mobil.

Pihak ke dua menurunkan kaca mobil lebih dulu, sedangkan Daniel sebagai pihak pertama menyusul kemudian. Tanpa memandang pria yang mengendarai mobil di sebelahnya, Daniel memberikan sebuah kotak kardus berukuran sedang kepada pria itu.

Daniel berkata, "kapal pembawa barang tujuan Korea Selatan."

Tak ada jawaban, tak ada pula kalimat lain yang terucap. Keduanya kembali menyusuri jalan masing-masing. Di bawah salju tipis yang turun dari langit, Daniel melintasi Highway yang berlawanan arah dengan tempat tinggal sementaranya di kota itu. Namun, tak begitu jauh, Daniel harus menghentikan mobilnya ketika terdapat dua mobil yang menghadang jalannya.

Beberapa orang berpakaian resmi keluar dari mobil-mobil itu. Daniel yang sudah tampak akrab dengan orang itu pun keluar dari mobil tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Meski terlihat tak mengharapkan kehadiran orang-orang itu, dia tetap berdiri berhadapan dengan pria yang sama dengan orang yang menghampiri Lim Dong Myeong setelah pertemuan dengan Jung Hyuk berakhir malam itu.

Pria itu sekilas menundukkan kepalanya, menyatakan rasa hormatnya kepada Daniel meski nyatanya Daniel lebih muda darinya.

Pria itu kemudian berkata, "Tuan Andy Lim sudah menunggumu, Sir."

"Dia ada di sini?" tanya Daniel tanpa adanya minat untuk berbicara dengan sang lawan bicaranya.

"Dia baru saja sampai, Sir. Kau harus segera kembali."

Daniel hendak kembali ke mobilnya. Namun sebuah teguran menghentikan niatnya.

"Sir," pria itu mengarahkan Daniel untuk memasuki mobil yang ia kemudikan.

Sempat bertemu pandang. Daniel meninggalkan mobilnya dan mengikuti pria itu tanpa mengucapkan apapun. Sementara itu pria itu memberikan isyarat perintah pada salah satu anak buahnya untuk mengambil alih mobil milik Daniel sebelum ia turut masuk ke mobilnya.

"Bagaimana kabarmu, Hyeongnim?"

Sebuah teguran yang sama sekali tak terdengar ramah itu mengalihkan pria yang kala itu tengah mengemudi.  Ma Young Taek, pria yang sangat dekat dengan Lim Dong Myeong itu bisa dikatakan sebagai asisten pribadi Lim Dong Myeong. Bukan bekerja untuk negara, pria itu bekerja langsung dibawah arahan dari Lim Dong Myeong.

Sempat memandang Daniel yang duduk di sebelahnya, Ma Young Taek menyahut dengan nada bicara yang canggung seperti biasa. "Tuan Lim baru-baru ini berjabat tangan dengan perwakilan dari NIS."

"Dia berpikir bahwa proyek ini akan benar-benar bisa berjalan?"

"Tuan Lim membutuhkanmu saat ini, Sir."

Sebuah pembicaraan yang sangat singkat. Daniel mengarahkan pandangannya ke luar jendela dengan kaca yang tetap tertutup rapat. Di luar sana, ia temukan ribuan butiran salju yang berhamburan di udara.

Dia lantas menggumamkan sesuatu. "Bahkan butiran yang lemah sekalipun akan menjadi kuat jika telah bersatu."

Ma Young Taek kemudian menyahut, "aku senang melihatmu dalam keadaan yang sehat, Sir."

Daniel kembali berdiam diri. Dan gumaman yang keluar dari mulutnya sebelumnya adalah kalimat terakhir yang terlontar dari mulutnya dalam perjalanan itu.

\\ INDEPENDENT NORTH : FACE THE NORTH //

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top