Chapter 03
Malam tiba, tepatnya pukul tujuh. Satu jam sebelum pertemuan. Jung Hyuk kala itu tengah berada di dalam kamar mandi hotel ketika Min Hyeok menerima panggilan dari seseorang.
"Alexander," tegur Min Hyeok dengan suara yang sedikit dipelankan tapi tidak berbisik.
"Bagiamana keadaan di sana?" suara berat seseorang terdengar.
"Pertemuan akan diadakan satu jam lagi. Tapi mereka ingin Ketua Noh datang sendirian."
"Bagaimana keadaan Ketua saat ini?"
"Ada hal yang tidak bisa kita bicarakan seperti ini. Di mana posisimu saat ini."
"New York. Kapan aku bisa kembali?"
"Kita bicarakan masalah ini setelah aku kembali ke Korea Selatan. Kau juga sudah tahu, kau tidak akan bisa kembali jika Ketua tidak memberikan izin."
"Apakah itu Alexander?" tegur Jung Hyuk yang tanpa Min Hyeok sadari telah keluar dari kamar mandi.
"Ketua," gumam Min Hyeok.
"Berikan ponselmu pada Ketua," suara di seberang memecah konsentrasi Min Hyeok.
Jung Hyuk menghampiri Min Hyeok dan mengulurkan tangannya. Bermaksud meminta ponsel itu tanpa berbicara.
Min Hyeok kemudian menyerahkan ponselnya, dan setelahnya Jung Hyuk berbicara dengan orang di seberang yang tidak lain adalah putra sulungnya—Noh Tae Hyung. Namun, dalam penyamarannya, Tae Hyung menggunakan nama Alexander Kim—pria berkebangsaan Amerika. Dan dia lah agen terbaik yang dimiliki oleh Divisi Agen Rahasia Luar Negeri saat ini.
"Kau tidak ingin menyapaku, Alexander?"
"Kenapa Ketua selalu menempatkan orang-orang di divisi kita dalam bahaya?"
Bukannya memberikan salam kepada sang ayah yang tidak pernah ia temui, Tae Hyung justru menuntut.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, kau mungkin akan terlihat lebih tua dariku ketika kau kembali."
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, Ketua. Biarkan aku kembali sekarang."
Sudut bibir Jung Hyuk tiba-tiba tersungging. "Jangan pernah bermimpi. Kau tidak akan pernah kembali jika misi ini tidak berjalan dengan baik."
Jung Hyuk memutuskan sambungan dan melemparkan ponsel itu ke arah Min Hyeok yang dengan sigap menangkap benda itu.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan?" tanya Jung Hyuk kemudian.
Min Hyeok mengangguk.
"Kau harus tetap terjaga sampai aku kembali. Kita berada dalam situasi yang tidak menguntungkan, kau harus lebih bijaksana dengan apapun yang akan terjadi."
"Aku bisa menangani semuanya. Tidak perlu membawa hasil yang bagus, Ketua hanya perlu kembali kemari dalam keadaan baik-baik saja."
"Jika sesuatu yang buruk terjadi padaku ... kau pun juga akan mengalami hal yang sama."
Seperti biasa, keduanya tak memiliki keraguan terhadap satu sama lain. Seperti Jung Hyuk yang selama ini mempercayakan kinerja divisinya pada Min Hyeok, hari itu juga dia kembali menaruh kepercayaan yang besar terhadap Min Hyeok.
Dan ketika sudah tiba saatnya Jung Hyuk pergi, pria itu berbalik. Merasa sedikit enggan untuk meninggalkan bawahannya di tempat musuh sendirian. Dan satu anggukan ringan dari Min Hyeok membuatnya kembali memandang pada jalan yang akan ia tuju.
Sementara itu, setelah kepergian Jung Hyuk. Min Hyeok tampak duduk di sofa dan tengah mempersiapkan senjata api miliknya untuk situasi terburuk. Menyimpan beberapa peluru cadangan yang ia selipkan pada pinggang. Min Hyeok sejenak tertunduk dengan ujung senjata api di tangannya yang mengarah ke lantai.
"Kau adalah orang yang diberkati oleh leluhurmu, Han Min Hyeok," gumam Min Hyeok. Berusaha untuk meyakinkan bahwa apapun yang akan terjadi malam itu, dia tidak akan menemui jalan yang akan membawanya menemui para leluhurnya.
\\ INDEPENDENT NORTH : FACE THE NORTH //
Jung Hyuk kembali berhadapan dengan Lim Dong Myeong. Namun kala itu pertemuan dilakukan di tempat yang berbeda dan pertemuan kali itu terkesan lebih pribadi ketika hanya ada Lim Dong Myeong sendirilah yang berada di ruangan itu. Tak seperti sebuah pertemuan biasa, pertemuan kali itu justru seperti sebuah perjamuan.
"Kau sudah datang, Ketua Noh?" tegur Lim Dong Myeong ketika Jung Hyuk sudah berdiri di hadapannya.
Jung Hyuk sejenak membungkukkan badannya sembari tangannya memegang dua buah berkas yang harus mereka tandatangani malam itu.
"Apa yang sedang kau tunggu? Duduklah, aku menyiapkan semua ini untukmu."
Jung Hyuk menempati kursi kosong yang berseberangan dengan Lim Dong Myeong sebelum menyahuti si Menteri Pertahanan. "Terima kasih atas sambutanmu, Pak. Tapi aku rasa ini sedikit berlebihan."
Lim Dong Myeong tersenyum dengan tatapan yang sinis. "Aku hanya ingin memperlakukanmu seperti teman lama yang baru saja aku temui setelah berpisah cukup lama. Apakah ini membuatmu merasa tidak nyaman?"
"Mendengarmu berbicara menggunakan bahasa kami dengan sangat baik membuatku merasa tidak nyaman, Pak."
Lim Dong Myeong terkekeh, menganggap ucapan serius Jung Hyuk seperti sebuah lelucon. Dan ketika tawa itu terhenti, pria berkacamata itu kembali berbicara.
"Seperti rumor yang aku dengar, Ketua Noh Jung Hyuk adalah orang yang kaku. Tapi ..." Lim Dong Myeong mulai kembali menunjukkan siapa yang berkuasa di tempat itu. "Aku sudah berusaha untuk memperlakukan musuh dengan sangat baik, setidaknya kau harus berpura-pura untuk menghargainya."
Tatapan tajam keduanya saling beradu. Tak seperti perselisihan antara dua pihak yang baru saja bertemu. Sikap yang mereka tunjukkan seakan menegaskan bahwa perselisihan mereka sudah berlangsung sejak lama.
Lim Dong Myeong membenahi posisi kacamatanya dan kembali bersikap santai. Dia kemudian meraih sebuah garpu dan pisau yang digunakan untuk motong daging sebagai menu utama makan malam hari itu.
Sembari memotong daging di hadapannya, Lim Dong Myeong berbicara dengan santai. "Aku memilihkan daging terbaik di Korea Utara untuk menyambut kedatanganmu. Kau harus mencobanya setidaknya satu kali sebelum kembali ke negaramu."
"Kalian masih bisa memakan daging terbaik di negeri ini di saat rakyat kalian harus berburu tikus untuk bertahan hidup," ucap Jung Hyuk yang seketika menghentikan pergerakan Lim Dong Myeong.
Sejenak terdiam, kekesalan itu terlihat di wajah Lim Dong Myeong. Dia kemudian melemparkan garpu serta pisau di tangannya ke atas meja dan memandang Jung Hyuk dengan kesal.
"Kau benar-benar merusak suasana hatiku, Ketua Noh Jung Hyuk. Dengarkan ini baik-baik ..." Lim Dong Myeong mendorong hidangan yang ada di hadapannya hingga jatuh berserakan ke lantai. Dia kemudian menumpukan kedua tangannya yang saling bertautan di atas meja. "Jika kau berniat membuat kesepakatan, kau hanya perlu mengatakan hal-hal yang manis. Kenapa kau justru mengambil jalan yang sulit seperti ini? Apakah aku memintamu untuk berlutut di hadapanku?"
Jung Hyuk menyahut dengan tenang seperti sebelumnya. "Aku hanya memerlukan sebuah stempel, dan setelahnya aku akan meninggalkan negara ini."
"Kenapa kau berpikir seperti itu? Bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu untuk pulang?"
"Aku datang atas kemauanku sendiri, begitu pula ketika aku pergi. Aku tidak membutuhkan izin dari siapapun, Pak."
Sudut bibir Lim Dong Myeong tersungging. "Tapi bagaimana jika Park memutuskan untuk melepaskanmu?"
"Aku tidak bekerja untuk Presiden Park. Aku datang sebagai perwakilan untuk negaraku."
"Katakan dengan lebih lantang," cibir Lim Dong Myeong sebelum ia meninggikan suaranya ketika berbicara. "Katakan dengan lebih lantang, Noh Jung Hyuk!"
Jung Hyuk menjatuhkan pandangannya pada meja di hadapannya. Menolak untuk menyahuti kemurkaan Lim Dong Myeong. Namun, setelah itu Lim Dong Myeong justru tertawa dengan suara yang pelan.
Bangkit dari duduknya, Lim Dong Myeong menggerutu. "Semua orang di negaramu memang keras kepala, itulah sebabnya kenapa mereka tidak berumur panjang. Kemerdekaan, Kemerdekaan ... mereka selalu membual tentang keadilan. Kau tahu apa yang paling lucu tentang negaramu?"
Lim Dong Myeong berdiri di samping meja dan memandang Jung Hyuk. Berhenti berbicara hanya untuk memberikan kesempatan bagi Jung Hyuk untuk berbicara. Namun, sayang sekali bahwa Jung Hyuk tak mengambil kesempatan itu.
Lim Dong Myeong kembali berbicara dengan nada merendahkan. "Petisi ke Cheong Wa Dae ... kenapa negara melakukan hal sia-sia hanya karena rakyat menginginkan hal itu." Lim Dong Myeong tersenyum mengejek. "Kalian bahkan menangani skandal para selebriti. Benar-benar negara yang konyol. Jika begitu ... kenapa harus repot-repot melakukan pemilihan Presiden. Bahkan kalian tidak bisa bersikap tegas terhadap para tikus pengganggu. Apa yang kau banggakan dengan negaramu. Cheong Wa Dae tempat yang suci ... itu adalah lelucon paling lucu yang pernah aku dengar."
Lim Dong Myeong kemudian melangkahkan menjauh dan berdiri membelakangi Jung Hyuk dalam jarak lebih dari dua meter. Tak ada garis senyum yang tersisa di wajah Lim Dong Myeong.
Pria berkacamata itu berbicara dengan suara yang lebih tenang. "Datanglah kemari dan tunjukkan seberapa seriusnya dirimu dengan kesepakatan ini."
Jung Hyuk sejenak memejamkan matanya dan menghela napas berat dengan pelan. Masih dengan membawa surat perjanjian di tangannya, Jung Hyuk berjalan menghampiri Lim Dong Myeong dan berhenti di jarak kurang lebih satu meter di belakang Lim Dong Myeong. Tak lama setelah itu, satu persatu lutut Jung Hyuk bertemu dengan lantai. Menaruh surat perjanjian di sebelah lututnya, Jung Hyuk menaruh kedua telapak tangannya pada lutut dan menunduk dalam. Melakukan apa yang sebenarnya diinginkan Lim Dong Myeong sejak awal.
Samar-samar melihat bayangan Jung Hyuk dari cermin yang berada jauh di hadapannya, Lim Dong Myeong lantas berbalik. Tak ada segaris senyum pun yang terlihat diwajahnya meski ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Dengan lebih tenang, Lim Dong Myeong bergumam tanpa perasaan. "Kau pasti sudah lama ingin membunuhku, Noh Jung Hyuk."
Jung Hyuk tak menyahut. Yang dia butuhkan adalah stempel dari perwakilan Korea Utara untuk mengesahkan surat perjanjian kerja sama itu, sekalipun dia harus merendahkan diri seperti ini.
Lim Dong Myeong kembali berbicara dengan penuh ketenangan. "Kau menawarkan untuk membentuk divisi gabungan yang akan berpusat di Korea Selatan. Kau melakukan hal itu untuk bisa membatasi pergerakan dari para agen kami. Sejujurnya ... tidakkah kau berpikir bahwa kau hanya akan membuang-buang waktu dengan mengajukan kesepakatan ini? Korea Utara tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam kerja sama ini. Kemungkinannya sangat kecil untuk berhasil, tapi kenapa kau tetap datang kemari?"
"Kami tidak bisa mempertaruhkan hubungan antara kedua negara. Meski terdengar sulit untuk dilakukan, tapi aku datang dengan membawa niatan yang baik untuk kedua pihak, Pak. Untuk bisa melakukan penyelidikan yang transparan, kita membutuhkan orang-orang dari kedua pihak untuk bergandengan tangan dan mencari kebenaran yang sedang disembunyikan."
"Kau yakin kau bisa mengatasi semua ini? Aku pikir kau belum mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang."
"Aku akan menanggung semuanya, Pak. Mohon berikan persetujuanmu."
"Aku sangat membencimu," celetuk Lim Dong Myeong dengan nada bicara yang terdengar memprovokasi. "Coba katakan kalimat itu sekarang."
Jung Hyuk tak memberikan respon.
Lim Dong Myeong kemudian menegur. "Kau tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan?"
Lim Dong Myeong mengambil senjata api dari balik pakaiannya dan langsung menodongkan ujung senjata itu tepat pada kepala Jung Hyuk. Dengan cara yang sama, Lim Dong Myeong menekan Jung Hyuk.
"Biarkan aku mendengarnya dari mulutmu, Noh Jung Hyuk."
Jung Hyuk perlahan mengangkat wajahnya. Sedikit mendongak untuk memandang Lim Dong Myeong. Dan saat itu ujung senjata api di tangan Lim Dong Myeong menyentuh keningnya. Tatapan tajam keduanya kembali beradu, menyatakan permusuhan yang tidak akan pernah berakhir sekalipun salah satu dari mereka telah merendahkan diri dan berlutut.
Mengabulkan permintaan Lim Dong Myeong, Jung Hyuk berbicara dengan tenang namun memberikan penekanan yang sarat akan kemarahan.
"Aku ... sangat membencimu, Lim Dong Myeong."
Sudut bibir Lim Dong Myeong tersungging. "Agen Han Min Hyeok ... jika aku tidak salah mengingatnya, bukankah itu nama anak muda yang tinggal bersamamu di sini?"
Netra Jung Hyuk memicing tajam. Sudut hatinya merasa takut akan kalimat selanjutnya yang mungkin akan diucapkan oleh Lim Dong Myeong.
"Kau sudah mengucapkan selamat tinggal pada anak itu?"
Batin Jung Hyuk tersentak. "Kau—"
Lim Dong Myeong tersenyum dengan lembut. "Kau bisa pulang hari ini, aku akan mengambil Agen Han Min Hyeok sebagai hadiah dari negaramu."
"Lim Dong Myeong!!!" Jung Hyuk murka. Namun, tubuh Jung Hyuk langsung tersungkur ke samping ketika Lim Dong Myeong menendang kelapanya dari arah samping.
Jung Hyuk segera bangkit dan mengambil senjata api dari balik punggungnya. Namun, pergerakannya terhenti oleh ucapan Lim Dong Myeong.
"Kau tidak mengerti juga, Noh Jung Hyuk!"
Jung Hyuk tampak tak peduli dan menodongkan senjata api ke arah Lim Dong Myeong. Menatap marah pria berkacamata di hadapannya.
Lim Dong Myeong kembali berbicara dengan pembawaan yang tenang. "Jika kau menggunakan senjataku di sini, tidak akan pernah ada kesepakatan yang terjadi. Usahamu akan sia-sia ... jika kau tidak bisa menjamin keselamatan anak buahmu, kenapa kau justru menahannya di sini bersamamu? Dengarkan baik-baik ... inilah hidup. Kau dan negaramu harus berhenti untuk bermain-main ... sekarang berlututlah untuk negaramu dan tunjukkan rasa penyesalanmu. Aku akan berbaik hati karena aku sangat mengenalmu dengan baik."
"Kau tidak akan tahu ..." gumam Jung Hyuk dengan suara yang terdengar putus asa. "Kau tidak tahu apapun, Pengkhianat."
Setelahnya Jung Hyuk menurunkan tangannya yang memegang senjata. Seakan semua perlawanan yang ia lakukan tak akan bisa menyelamatkan Min Hyeok, senjata di tangannya terjatuh ke lantai. Dan keadaan pun kembali ke sedia kala.
Lim Dong Myeong kembali menodongkan senjata ke kepala Jung Hyuk. Dia berkata, "sekarang ... memintalah dengan layak. Akankah kau menjadi seekor anjing, atau seekor ular. Lakukan sekarang."
Jung Hyuk kembali menjatuhkan lututnya. Memutuskan untuk menjadi seekor anjing yang penurut dibandingkan dengan menjadi seekor ular. Mengakui kekalahannya, Noh Jung Hyuk kembali menunduk dalam. Menyampaikan rasa sesalnya atas apa yang harus terjadi pada Min Hyeok.
"Kau benar-benar berpikir bisa menjadi seekor anjing yang penurut?"
Jung Hyuk menyahut tanpa lagi ada emosi dalam suaranya. "Aku ... tidak akan pernah melupakan apa yang sudah kau lakukan pada Hyeongnim."
"Kalau begitu kenapa kau tidak menyusulnya saja? Pergilah ke tempat di mana Hyeongnim-mu mengutukku."
Di detik selanjutnya, satu tembakan terdengar di ruangan itu. Namun, meski begitu tak ada keributan yang terjadi setelahnya. Benarkah ini akhir yang sudah dibayangkan oleh Noh Jung Hyuk sebelumnya.
\\ INDEPENDENT NORTH : FACE THE NORTH //
Di tempat lain, di kamar hotel yang Jung Hyuk singgahi bersama dengan Min Hyeok. Beberapa orang berpakaian formal menerobos masuk dan langsung melepaskan tembakan secara acak pada ranjang, di mana terlihat sosok yang kala itu berbaring di ranjang dengan keseluruhan tubuh tertutupi oleh selimut.
Salah satu dari mereka membuka selimut itu dan hanya menemukan sebuah guling. Mereka saling bertukar pandang sebelum memberikan instruksi untuk memeriksa setiap sudut dari kamar itu.
Sedangkan kala itu, orang yang mereka cari tengah menikmati pemandangan malam kota besar di tempat asing itu yang sangat tenang dan begitu hening. Saat itu, bertahan dengan perasaan yang sangat mengganggu, Min Hyeok memilih untuk berdiam diri di atap gedung.
Setiap detik perasaan itu semakin memburuk. Memandang langit, Min Hyeok menghela napas dan bergumam, "apakah sudah di mulai?"
Tak ingin terlalu terlena dengan ketenangan malam di kota Pyongyang, Min Hyeok menjauh dari pembatas gedung. Memandang ke arah ia datang sebelumnya, Min Hyeok mengambil senjata api miliknya dan sekali lagi memastikan bahwa persiapan kecil yang ia lakukan sudah cukup untuk menyelematkannya dalam situasi terdekat.
Derap langkah kaki menyusuri tangga darurat menuju lantai teratas. Suasana yang benar-benar membuat Min Hyeok merasa tertekan. Selama ini dia hanya bekerja di dalam ruangan. Tapi sekalinya ia keluar, dia harus mengalami hal yang buruk seperti ini.
Kembali memandang langit, Min Hyeok bergumam ketika pandangannya kembali terjatuh pada senjata api di tangannya. "Kau tahu, Han Min Hyeok? Inilah bau kematian yang sesungguhnya."
Tatapan ramah Min Hyeok menajam ketika ia menemukan pintu yang berada di tempat yang cukup jauh darinya. Dia kemudian mengangkat senjata api menggunakan kedua tangannya dan menfokuskan pandangannya pada pintu di ujung sana. Menunggu seseorang untuk membuka pintu itu.
"Datanglah padaku, akan aku tunjukkan sebuah pesta di kota mati ini."
Beberapa detik setelah gumaman Min Hyeok berakhir, sesuatu yang telah dinantikan oleh Min Hyeok pada akhirnya tiba. Pintu itu terbuka seiring dengan rahang Min Hyeok yang mengeras dan kedua netra yang memicing tajam. Seseorang kemudian muncul dari sana, menyentak batin Min Hyeok ...
\\ INDEPENDENT NORTH : FACE THE NORTH //
INDEPENDENT NOTE :
Cheong Wa Dae adalah sebutan untuk Rumah Biru/Blue House.
Dan untuk percakapan Lim Dong Myeong yang menyebutkan hal buruk tentang Korea Selatan, mohon jangan menganggap hal itu sebagai hal yang serius. Penulis tidak memiliki maksud untuk merendahkan siapapun, organisasi atau sebuah negara. Semua percakapan itu hanya dimunculkan untuk menguatkan karakter antagonis yang dimiliki oleh tokoh Lim Dong Myeong. Jadi sekali lagi, mohon jangan terlalu mendalami ucapan tokoh Lim Dong Myeong. Cerita ini hanyalah fiksi.
Note Penulis : November Daily Update.
Judul : INDEPENDENT NORTH
Status : On Going.
Platform : Innovel
Genre : Suspense/Thriller.
Disclaimer : Kisah Daniel Lim si Pembunuh Bulan yang menjadi ketua dari divisi gabungan Independent North dan juga Noh Tae Hyung, agen terbaik NIS yang dipertemukan untuk mengungkap fakta di balik batalnya penandatanganan pakta damai antara Korea Selatan dan Korea Utara. Namun, sejak awal Daniel memiliki niatan lain. Bukan untuk bekerja sama dengan pihak Korea Selatan, Daniel Lim bergabung ke divisi gabungan untuk menyusup ke NIS.
Apakah yang tengah dicari oleh Daniel di NIS sebenarnya?
Dan bagaimana nasib Noh Tae Hyung, di agen terbaik NIS yang harus terlibat konflik dengan si pembunuh berdarah dingin dari Korea Utara?
Dan juga, cerita ini sedang saya ikutkan dalam sebuah kontes yang diadakan oleh Innovel. Jadi, jika kalian memiliki waktu luang, tolong tinggalkan komentar kalian di setiap chapter yang kalian baca di Innovel karena hal itu juga termasuk dalam penilaian.
Mohon dukungannya semuanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top