0.1 Dawn

Rui melepaskan mantelnya, ia menatap keluar jendela yang mulai dihujani salju di luar sana. Tangannya beralih mengetik pesan dengan cepat.

To: Samatoki
Subject: -

Hei, malam natal sebentar lagi, aku ingin kita berkencan.

Seketika Rui terdiam, ia lantas menghapus ketikan sebelumnya dan kembali mengetik kalimat baru.

To: Samatoki
Subject: Merry Christmas

Selamat bulan desember dan menjelang hari natal, semoga hari-harimu menyenangkan selalu Samatoki

Setelahnya ia menyimpan ponsel di atas meja, menikmati secangkir teh sembari menatap getir pemandangan perkotaan Yokohama. Diam-diam, Rui menyelipkan harapan bahwa Samatoki akan menemuinya, mengajak berkencan berkeliling kota, bahkan jikalau hanya dihabiskan dengan berada di rumah berdua seraya menonton film bersama tak masalah. Ia cuma ingin bertemu Samatoki.

Ponsel di atas meja bergetar, menandakan notifikasi. Lekas, Rui meraihnya dan membaca siapa gerangan sang pengirim pesan. Samatoki kah atau bukan? Ia menahan napas mendapati balasan dari pria yang sedari lama diharapkan balasannya.

From: Samatoki
Subject: Merry Christmas

Masih terlalu dini mengucapkan selamat natal.

Sejujurnya, Rui tak tahu harus senang atau kesal menerima balasan Samatoki. Perasaan campur aduk dan dilema, membuat ia bingung harus menanggapi bagaimana. Sang kekasih yang dirinya kira takkan pernah memberinya afeksi lagi perlahan seolah membangun harapan pada diri Rui.

Tapi, bagaimana jikalau harapannya kandas kembali seperti yang sudah-sudah?

Jemarinya terampil mengetik balasan lebih cepat agar pesannya tak lagi dianggurkan.

To: Samatoki
Subject: Merry Christmas

Kalau begitu aku akan mengucapkannya nanti secara langsung, apa kau luang nanti?

Rui mengulas senyum, menggenggam erat ponselnya dengan rona merah di pipi yang kentara sekali. Akankah Samatoki mengiyakan ajakan tersiratnya?

Ketika balasan kembali diterima, Rui harus menelan pahit ajakan yang secara tidak langsung ia utarakan ditolak bulat-bulat. Senyum meluntur menyisakan pilu yang menyesakkan rongga dadanya. Genangan air mata menumpuk dipelupuk mata.

Ah, seharusnya ia tak menggantungkan harapan tinggi-tinggi, karna pada akhirnya Samatoki tak pernah memberinya afeksi kembali seperti sedia kala.

Tak ada lagi Samatoki yang begitu mengagungkan dan menyayangi Rui sepenuh hati.

Semuanya seakan berakhir dan sudah mati, cinta yang pernah mereka nikmati rasanya telah hambar, menguap dalam kenangan. Mematikan gejolak asmara pada masa silam ketika tak ada yang salah dari hubungan keduanya. Sekali lagi, Rui tersakiti kesekian kali. Dunianya dan Samatoki runtuh, menyisakan serpihan-serpihan filantropi yang hancur bersepaian.

Haruskah ia kembali bertahan setelah semua yang ia lalui?

Pantaskah masih Samatoki menerima wanita selapang Rui?

Lagi-lagi mengapa pergi meninggalkan Samatoki sesulit untuk tetap berada di sisinya sekalipun ia dihancurkan berulang kali bahkan sepanjang hubungan tak sehat mereka berlangsung?

Rui takut bahwa ia tahu jawabannya dan dihakimi oleh bagian terwaras dalam dirinya sendiri.

Bahwa cinta bukan hanya sebatas menerima dan berbahagia. Namun, penderitaan dan rasa sakit adalah komponen warna dari cinta yang ia pahami. Tidak semuanya kebahagiaan, tidak pula semua tentang kesengsaraan.

Itulah yang menjadi penopang Rui untuk setia di samping Samatoki.

From: Samatoki
Subject: Merry Christmas

Aku sibuk.

.
.
.
.
Loading....

a/n: maapin ya mak kalo Rui OOC atau gimana:" YuzuNishikawa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top