-07. 12/16 di antara Kita-

Suara gemuruh benda jatuh membuat tubuh kecilnya terkejut, ia bahkan menjatuhkan boneka rubah di tangannya. Ia mengendap-endap ke arah tirai, lalu membukanya perlahan. Mata cokelatnya yang sendu berpendar.

Seorang anak laki-laki tampak terduduk bersimbah luka di wajahnya sambil menangis. Berteriak histeris memanggil seseorang. Orang asing. Orang asing yang membuat hatinya bergemuruh tanpa aba-aba.

Sembari memegangi tirai ia ketakutan seraya berteriak, "Eomma, ada seseorang di halaman. Eomma!"

"Sunoo-ya, ada apa?"

"Eomma, ada seseorang terluka di sana!" Ia bersembunyi di balik tubuh ibunya.

"Sunoo-ya, kamu tidak boleh ke mana-mana, ya. Eomma akan memeriksanya. Jika sesuatu terjadi pada Eomma, kau harus telepon Ayah! Teruslah berdiri di sini dan pastikan matamu terbuka untuk Eomma!"

Ia mengangguk. Sunoo kecil menatap begitu sendu, ia melepaskan tangan sang ibu dengan lembut. "Eomma, hati-hati, ya!"

Matanya tertuju pada anak kecil di sana. Ia pikir mungkin anak itu satu atau dua tahun lebih tua darinya. Terlihat sang ibu memeluk anak itu sambil mengusap wajahnya yang penuh luka. Keduanya tampak bercakap-cakap sebelum anakk itu menangis lebih parau dan membuat sang ibu kembali bercakap. Sunoo dapat melihat anak laki-laki itu seakan berargumen dengan sang ibu. Ia menangis, memukul kepalanya sendiri lalu ketakutan. Sunoo samar-samar membaca gerak bibir sang ibu ketika wanita itu mengajaknya berteduh dan mengobati lukanya.

Ah, apa dia akan masuk? Apa dia akan melihatku? Ah, apa kami bisa bicara seperti seorang teman? Sunoo mengerutkan wajahnya sambil memegangi tirai dengan erat. Ia masih setia memandang di kejauhan sampai akhirnya Sunoo sedikit terkejut, tatkala ibunya menggendong anak itu berlari ke dalam rumah.

"Sunoo-ya! Sunoo-ya! Sunoo-ya, bawakan Eomma handuk, dan pinjamkan bajumu sayangku!" Wanita itu terlihat khawatir.

Sunoo kecil berlari ke dalam kamarnya, kakinya tunggang langgang sempoyongan sambil membawa dua potong pakaian dari sana. Ia tampak berkeringat, wajahnya pun memerah.

"Eomma, apa ini benar?" tanyanya. Mulut kecil itu tampak begitu kelelahan.

"Benar, Sayang. Satu lagi Eomma minta tolong, apa Sunoo bisa membuatkan susu untuk Jong Seong hyung?"

Matanya membelalak, hyung ... ah, aku akan punya teman dan kakak sekaligus. Kepalanya mengangguk antusias, kaki kecilnya berlari ke arah dapur.

*

Sunoo duduk di dekatnya dengan posisi duduk bak sinden. Telapak tangan memeluk lututnya yang gemetar lemas, karena untuk pertama kalinya ia mendapati ada orang asing duduk di rumah dan duduk di dekatnya.

"Tunggu sebentar, ya, Jong Seong, Bibi akan menghubungi ayahnya Sunoo siapa tau dia mengenali Paman Kim yang kau cari!" katanya. "Minumlah susu cokelatnya selagi hangat."

"Sunoo juga, terima kasih telah menolong Eomma. Duduk dan temani Jong Seong hyung."

Ia hanya mengangguk kecil. Wanita itu beranjak dari tempatnya duduk. Sunoo kecil semakin memeluk lututnya yang gemetar hebat.

"Siapa namamu?" tanya Jay kecil sambil memandang saksama.

"Sunoo!" jawabnya gugup.

"Ah, Ddeonu."

"Sunoo! So-nuu!"

"Ddeonu." Ia cengengesan. "Lebih cocok denganmu karena kau lucu." Ia tersenyum kecil.

"Sayang, Eomma akan ke tempat ayahmu karena dia tidak mengangkat teleponnya. Jangan ke mana-mana ya, Eomma kunci pintunya dari luar!"

"Iya!" Sunoo kecil terteriak dengan semangat.

Jay kecil mengetuk-ngetuk lantai, ia bersenandung ringan yang membuat Sunoo memandangnya amat saksama. Tangan kecilnya menarik pergelangan tangan Jay.

"Hyung! Ikut aku!" Ia berjalan menariknya, membawa Jay menuruni anak tangga di sudut ruangan utama.

"Aku punya piano!" ucap Sunoo dengan antusias.

"Wah, hebat!" puji Jay membuat Sunoo menoleh padanya sambil tersenyum.

"Ayo main bersama. Eomma tidak membolehkan aku main keluar, jadi, mainlah di rumah bersamaku!" ungkap Sunoo dengan senyuman sendu.

Kedua anak itu mendekati sebuah grand piano berwarna putih. Duduk Jay di kursi kecil depannya, jemarinya mulai menari di atas piano. Namun, itu membuat Sunoo tertawa renyah karena nada yang dimainkannya begitu serampangan.

"Bukan begitu, tapi begini, Hyungeun!" kata Sunoo sambil menuntun jemari Jay menari di atas tuts.

Manik mata elangnya terkesima. Jemari kecilnya begitu indah dan bersinar, lembut, pasti tak pernah dipukul ataupun kena tampar rotan. Jay tertawa kecil.

"Ddeonu-ya, kenapa orang tuamu marah kalau kau main di luar ... sendirian?" tanya Jay menatap begitu dalam manik mata Sunoo yang kecokelatan.

"Eomma bilang di luar banyak monster, sasaeng begitu mengerikan. Appa juga bilang sasaeng punya gigi taring yang tajam seperti hiu. Di luar juga banyak anjing gila kalau digigitnya nanti mati karena rabies. Di luar rumah mengerikan. Bahkan di halaman kau bisa diserang monster mengerikan yang menyemburkan liur hijau yang beracun!"

Jay tertawa renyah melihat bibir kecilnya bicara panjang sembari sesekali menyemburkan hujan lokal rasa susu cokelat. Jay menepuk pusat kepala Sunoo yang lebih kecil darinya.

"Ddeonu-ya, itu semua hanya perkataan bohong. Mereka hanya mendongeng kepadamu agar kau tidak nakal." Jay tersenyum sambil mengusap kepala Sunoo lagi dan lagi.

"Di luar begitu indah. Apa kau pernah melihat sakura putih bermekaran di sepanjang jalan? Apa kau pernah melihat seseorang makan kesemek dari pohonnya langsung atau melihat kesemek kering di di bawah salju? Di luar begitu menyenangkan. Banyak taman dan anak-anak bermain bersama."

"Benarkah?" Sunoo memenangi tangan Jay yang terasa begitu besar dan kokoh. Ia menggenggamnya dengan erat. "Benarkah?"

Jay mengangguk. "Benar. Jika hujan reda esok pagi aku berjanji akan mengajakmu bermain di taman musim gugur, di sana ada banyak pohon yang cantik, aku akan menangkap kupu-kupu untukmu, aku akan mendorongmu berayun di ayunan, dan membawamu ke kedai Heeseung hyung, mereka punya kimbap tuna yang begitu gurih!"

"Aku akan minta Eomma membuatkan doshirak. Donkatsu buat Eomma sangat enak!" Jay berseru dengan semangat. "Aku juga akan minta Eomma membuatkan agar-agar untukmu! Nanti kita makan bersama di taman musim gugur!"

"Yeay! Eomma-nya Hyung pasti orang hebat!"

Jay seketika terhenyak, alam bawah sadarnya baru ingat. Bahwa esok mungkin Eomma tak akan pernah bangun untuk memasak. Jay merasakan kedua bola matanya berkedut pedih. Anak laki-laki itu segera tersenyum lebar sambil mengusap pusat kepala Sunoo kecil.

"Ne, Eomma adalah Eomma terbaik yang ada di dunia."

"Yeay!" Sunoo berteriak senang, gembira wajahnya membuat Jay merasa lebih tenang, meskipun ia sadar kalau ia benar-benar tak akan memiliki siapa pun di dunia setelah ini. Jika ia pulang, ia benar-benar mendapati sang ibu telah tiada.

"Aku akan membelikanmu es krim jagu-."

"Choco mint! Sunoo suka, karena Appa juga suka!"

"Emm, aku akan membelikannya di warung serba ada milik Paman Lee Chan. Di sana ada banyak es krim dan gelato yang sangat enak. Kau hanya perlu aegyo untuk mendapatkan es krim gratis! Kata Paman Lee Chan semakin manis eagyo-mu semakin banyak es krim yang akan diberikan!" Jay berucap, "Ddeonu pasti dapat banyak. Ddeonu kan imut dan lucu!"

"Yey, yeay!" Ia masih berteriak sambil melompat dan berputar-putar kegirangan.

Jay kembali memainkan jemarinya di atas tuts mendengar itu Sunoo turut berdiri di depan Jay, duduk di pangkuan anak kecil itu sambil tertawa nikmat.

"Sunoo-ya!" Suara itu terdengar begitu jelas, gemetar dan sedikit amarah di baliknya.

Jay dan Sunoo masih memainkan piano, tiba-tiba saja tubuh Sunoo menghilang dari pangkuannya ketika tangan wanita yang beberapa waktu pamit pergi menariknya sekuat tenaga bahkan hingga buat Jay terhenyak dari kursi.

"Ddeonu-ya, tidak sopan duduk di pangkuan orang! Tidak sopan juga mengajak Jong Seong hyung bermain denganmu tanpa persetujuannya! Kau pasti memaksanya untuk bermain!"

"Ani, anieoyo, Eooma. Kami bermain bersama. Hyung bisa main piano katanya diajari Noona Chaewon di tempat les teater!"

"Hentikan, Sunoo pasti membuatnya tidak nyaman."

"Ddeonu tidak nakal, iya kan, Hyung?!" belanya pada diri sendiri.

"A sudahlah ... Jong Seong-a, ayo pulang Paman DongSan akan mencarikan Paman Kim untukmu, sekarang ayo kita pulang!"

"Eomma andwae, Eomma andwaeyo! Sunoo ingin bermain dengannya, Eomma!"

"Diam dan berdiri di sudut!"

"Appa! Appa! Appa!"

"Kemarilah, kita akan antar Jong Seong pulang. Sunoo tidak boleh membuat hyung merasa tidak nyaman, Sunoo, hyung juga harus mengantar ibunya ke surga. Kau tidak boleh egois."

*

Sunoo kehilangan Jay kecil. Ia tau setelah turun dari mobil mereka akan berpisah. Apa lagi ini benar-benar sudah berada di depan rumah anak laki-laki itu.

"ANDWAE!" Sunoo berteriak histeris sementara itu Jay hanya memandang tak kuasa melihatnya. Benar, Jay juga tak bisa berbuat apa. Mungkin kedua orang tuanya punya alasan lain untuk itu.

"Ddeonu-ya, aku berjanji akan mengunjungimu, aku akan mengajakmu bermain bersama Heeseung hyung, janji aku akan menjemputmu!" bisik Jay membuat Sunoo terdiam untuk beberapa saat meski air matanya tetap bercucuran. "Yaksokhe, Ddeonu-ya."

"Ayo, Jong Seong!" Tangan sang ibu membawa Jong Seong kecil pergi dari hadapannya.

"Andwae, andwae Eomma, jebal, duwajo Eomma, Jong Seong hyung!"

"Yaksokhe, Ddeonu-ya, yaksokhe." Jay mengangkat ibu jarinya. Namun, tiba-tiba saja botol soju mendarat di kepala Jay dan membuatnya berlumuran darah dan membuat anak itu segera diselamatkan oleh anak laki-laki lainnya yang mungkin dua atau tiga tahun lebih tua darinya. Sementara itu, orang tua Sunoo sibuk melerai satu perkelahian pria dengan botol soju barusan juga seorang wanita.

Sunoo berlari mengejarnya. "Jong Seong hyung, tunggu aku!"

"Andwae Ddeonu-ya, ya, jangan berlari jangan berlari kau bisa terluka. Aku akan menemuimu, jangan berlari Ddeonu-ya, kau bisa terluka, jangan-!" Jay kehilangan kesadarannya ketika bau anyir itu terasa sesakkan kedua inderanya juga mulutnya.

"Hyung!"

"Eomma bilang tidak!" katanya. "Lagi pula kenapa kau harus mencari keluarga Kim itu? Kita tidak kenal mereka!"

"Anggap saja demi Sunoo dan untuk Sunoo. Kau tau jika anak itu kembali Sunoo pasti akan keluar dari rumah. Itu tidak boleh. Sunoo tidak boleh pergi dari rumah. Dunia tidak boleh mengenalnya, dunia tidak boleh melihatnya, Kim DongSan."

Sunoo hanya menangis terisak-isak, ia tak bisa menahan rasa kesal dan sedih serta marahnya.

***

Matanya terbuka, ia merasakan kepalanya begitu berat. Ia berjingkat dari tempat tidur berlari keluar dari tempatnya beristirahat tersebut.

"Jong Seong-a, kau mau ke mana!"

"Aku berjanji akan menemui seseorang. Aku telah berjanji padanya!"

"Tunggu kau baru saja bangun, Jong Seong-a."

"Hyung, tapi aku berjanji padanya." Ia memenangi tangan anak laki-laki di depannya. Heeseung, ia menatap Jay dengan khawatir.

"Aku akan mengantarmu."

*

Jay marah, ia benar-benar kesal pada dirinya sendiri ketika mendapati rumah yang malam itu tampak hangat kini kosong. Kata pria tua di halaman, keluarga Kim DongSan pergi beberapa hari lalu ke wilayah Jeolla, tapi kata sebagian tetangganya mereka sedang mengunjungi saudaranya ke Chuncheon, sebagian lainnya mengatakan pergi ke Ulsan untuk urusan bisnis.

Heeseung memegang pundak Jay kecil yang rubuh saking kecewanya. "Nanti juga akan bertemu lagi. Mereka hanya pergi bukan pindah rumah. Sudah, ayo, kau harus istirahat."

Namun, meskipun Jay terus kembali ke titik yang sama. Pertemuan itu tetap tidak pernah ia dapatkan.

"Jong Seong jangan berlari!" Heeseung meneriakinya dari kejauhan, tetapi kaki kecilnya masih terus berlari semakin menjauh.

"Jong Seong!" teriaknya memecah keramaian, ketika tubuh kecil itu terhempas setelah tersungkur di tengah keramaian.

"Jong Seong-a!"

🌻

Publikasi 30 April 2024
Draft book 2 : 18 April 2023
Nggak aku kasih foto atau lalu. Tapi kalian baca sambil denger Silent Cry by SKZ syumpah candu sekali, walaupun aku suka lagu lainnya tapi Silent Cry paling candu. Karena BG Ale di novel TK ADK juga Silent Cry.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top