-05. Biarkan Aku Menangis Hari ini-
Sunghoon menyesap rokok di tangannya, ditemani sebotol soju di dekat tempatnya duduk bersantai. Kim Tae Ri, wanita itu memeluk lututnya sambil menatap Sunghoon sesekali.
“Kau benar-benar akan meninggalkan toko?” tanya wanita itu.
“Kenapa memangnya? Bibi merasa takut Sunoo tidak ada yang menjaga?” jawab Sunghoon dengan tatapan ketus.
“Tidak, tidak begitu. Bibi hanya takut Sunoo kesepian. Kalian selalu bersama sejak kecil.” Wanita itu menenggelamkan kepalanya di antara lengannya juga lututnya.
“Apa di antara kalian sebagai orang tua tidak ada yang mau mengalah?” desisnya. “Kenapa tidak ada yang berani datang dan mengatakan hal yang sebenarnya. Belasan tahun berlalu apakah tak akan pernah ada pintu maaf?”
Sunghoon meneguk sojunya. “Bahkan Dewa memaafkan dosa seorang pemabuk.”
“Bibi takut kalau dia benar-benar memenggal kepala Paman,” katanya sambil berlinang air mata.
“Itu yang Bibi takutkan.” Sunghoon bersikukuh. “Aku juga … dulu aku selalu takut tergelincir di atas es, aku melihatmu Ratu Figure Skating yang cantik dan tak pernah membuat kesalahan. Aku mencobanya satu dua langkah, gagal. Dan aku terus mencobanya hingga aku memelukmu, menjadi murid pertamamu di Shinefate. Untuk apa? Hanya untuk kau lihat.”
Ia menatap dengan penuh kesakitan, kekecewaan di antara pelupuk matanya membuat Sunghoon memalingkan wajah.
“Itu mungkin bagian dari takdir. Rasa sakitku hilang karena Sunoo. Jika bukan karenanya apakah kau akan melihatku?” tanyanya dengan suara tegas. “Jika bukan Sunoo, apakah kau akan melihatku?”
“Bibi rasa tidak.”
“Itu jawabannya. Jika bukan kau dan Paman, Tuan Kim mungkin tak akan pernah melihat Sunoo. Datang dan katakan padanya kalau kalian benar-benar hidup bahagia.”
“Hoon ….” Wanita itu memegangi tangan Sunghoon dengan gemetaran.
“Aku melakukan ini untuk Sunoo.” Ia menatap. “Dulu, saat itu aku berusia tiga atau empat tahun, aku melihatmu menari di atas es dan itu membuat hatiku bergemuruh. Aku ingin turut menari sepertimu.”
“Aku selalu membuat lantai di rumah licin dan Ayah Hong marah karena minyak di dapur habis. Tapi aku tidak peduli. Aku ingin seperti dirimu. Aku juga tidak peduli meski Eun-Chae saat itu masih merangkak. Aku hanya peduli pada mimpiku ingin sepertimu. Menari seindah dirimu.”
“Lalu … aku melihat beritanya. Seperti mimpi buruk kurasa. Aku bahkan tak melihat senyumanmu seperti biasanya. Aku kehilangan bintang yang membuatku semangat hidup. Aku hilangan seseorang yang selalu menjadi sandaranku untuk mendapatkan perhatian Ayah Hong. Kau hilang dengan kabar kalau kau berkencan dan mengandung anak dari seorang Kim DongSan. Kau hilang bersama berita yang terus membara itu. Kau benar-benar hilang.”
“Aku menggila, aku menggila, aku terus menangis sepanjang hari di depan televisi hanya untuk menunggu seorang Kim Tae Ri. Ayah Park datang padaku, katanya dia melatih anak-anak balita menari balet. Aku ingin pergi ke sana. Sayangnya, Ayah Hong tak pernah mengizinkannya. Ia mengatakan kalau itu bukan urusannya. Aku bukan anaknya, jadi untuk apa dia menyekolahkan aku di Shinefate sekalipun Ayah Park mendukung. Aku selalu berlatih dengan pelatih Hwang yang galaknya seperti anjing gila. Aku menangis untuk itu. Tapi mimpiku tak pernah hilang. Aku selalu ingin menari di atas es sepertimu.”
Kim Tae Ri menangis sesegukan, sementara Sunghoon dengan wajah datarnya mencumbui wajah langit yang semakin gelap bersama bintang-bintang kecil yang berkedip-kedip.
“Dan takdir itu terus mempermainkan perannya. Aku bertemu Sunoo, anak kecil menyedihkan yang malang terkapar di taman diselimuti angin dingin dan daun-daun kering. Anak kecil menyedihkan yang penuh luka di kaki juga wajahnya. Kupikir dia hanya anjing kecil yang terlepas dari majikannya. Ternyata dia anak seorang Kim Tae Ri yang selama ini pergi.”
“Aku benci keberadaannya untuk sesaat. Aku benci kenapa anak kecil malang itu harus lahir dan merebut bintangku. Tetapi dia manggilku, dia mengatakan hyung jangan tinggalkan aku, bertemanlah denganku, bertemanlah denganku, aku akan menjadi adik yang menurut.”
Sunghoon meneguk sojunya lagi.
“Aku merasa harus memaafkannya. Aku merasa aku juga dimaafkan tanpa sebab. Setiap hari Ayah Hong tak pernah membutuhkanku, dia selalu mengatakan kau bukan anakku, kau bukan bagian dari keluarga Hong. Lalu, anak kecil itu menatapku, membutuhkanku, dia menginginkanku. Aku yang terbuang merasa dipungut di antara dua tangan yang kecil dan rapuh. Aku memaafkannya dengan hatiku, dan aku selalu mencintai anak kecil malang itu sampai saat ini.”
“Jika kau tidak mau berjuang untuknya, biarkan aku yang berjuang. Meskipun akhirnya justru kepalaku yang terpenggal aku ingin anak kecil malang nan menyedihkan itu bahagia.”
Tae Ri memeluknya sambil menangis, begitupun Sunghoon ia meremas dadanya sendiri yang terasa begitu sesak. Sunghoon tak kuasa menahan rasa kesalnya.
“Aku tak akan pernah membiarkan siapa pun membuatnya menangis. Karena dia adalah orang pertama yang membuatku tertawa setelah kehilangan Ayah dan Ibu karena perceraian. Sunoo orang pertama yang membuatku merasa kembali diakui di dunia ini. Karena Sunoo, karenanya aku bisa terus menari di atas es untuk membanggakan Ayah Hong dan tinggal di Shinefate tanpa harus membayar.”
“Bibi menyayangimu, Hoon.”
***
Sunoo terbangun, ia mendapati jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Kepalanya sedikir pusing karena tidur terlalu lama dan terlalu nyenyak. Ia memutuskan untuk bersiap kerja dan membuat sarapannya sendiri.
Satu jam bersiap, ia pun bergegas pergi.
Tak perlu menjemput, aku sudah berangkat.
Begitu bunyi pesan yang ia kirim kepada Sunghoon.
Kakinya menapaki setiap jengkal jalanan kota yang ramai dengan suara kicau burung dan suara bising kendaraan. Udara memang tak sesegar kemarin, tetapi entah mengapa Sunoo merasa hari ini justru jauh bersemangat.
Matahari perlahan meninggi, ia mempercepat langkah kakinya. Berjalan menikmati setiap sapaan dari beberapa orang yang ditemuinya secara tak sengaja. Sunoo merasa lebih hidup. Meskipun ia tak mampu menjalani rutinitas seperti kebanyakan orang, ia tetap bersyukur seseorang mau tersenyum padanya walau asing.
(Sunghoon Hyungie🐧)
Aku tidak akan ke toko, Ayah mabuk berat.
Dia juga kehilangan pancingannya, aku terpaksa harus membelikan yang baru. Kami akan pergi hari ini setelah demamnya turun.
Sunoo tertawa renyah, ia benar-benar merasa jika Sunghoon adalah orang paling manis di dunia. Ia anak paling istimewa.
Yah, berangkatlah dengan tenang.
Selamat bersenang-senang, putra kesayangan Paman Park.
(Sunghoon Hyungie🐧)
Ahh, hentikan.
@( ̄- ̄)@
(Sunghoon Hyungie🐧)
Selamat bekerja.
Sunoo-ya, fighting!!!
~(⁰▿⁰)~
Sunoo hanya tertawa, tanpa sadar pipinya memerah begitu manis. Untuk seketika hatinya terasa hangat, kepalanya pun terasa lebih ringan. Ada yang beterbangan dalam perutnya. Sesuatu yang mungkin tak ingin diingat dan ditunggu lagi.
Aku merelakannya, batin laki-laki itu tatkala matanya tertuju pada sebuah pohon tua dengan dahan sedikit gundul di tepian jalan.
*
Kakinya tiba di depan pintu En-Fever, hari ini ia datang lebih pagi dan Yoona Noona—Putri bungsu Bos Kang. Perempuan sekiranya dua puluh tujuh tahunan itu sudah bersiap di meja kasir dan tampak hendak merapikan hiasan peta rak CD-CD di belakang punggungnya.
“Selamat pagi, Sunoo-ya?” sapanya sambil tersenyum.
“Oraenmanida, Noona-ya! Bagaimana kabarmu?” sahut Sunoo sambil melangkah kakinya dengan cepat ke arah kasir.
“Ne, lama tidak bertemu juga Sunoo-ya. Baik. Bagaimana denganmu?” tanyanya.
“Suasana hatiku sedang baik.” Ia tersenyum. “Kalau begitu aku akan bersiap. Oh, iya, Noona, seseorang yang akan mengambil piano akan datang pagi ini, jika dia menanyakan tempatnya, ada di lantai dua. Aku akan kembali sepuluh menit lagi!”
“Ne, Aboenim sudah memberitahu aku semalam.” Perempuan itu mengangguk dengan santun.
“Oke!” Sunoo menjentikkan ibu jarinya ke udara.
Sunoo menuju kamar ganti khusus pegawai, ia menyimpan semua barangnya di loker tak lupa ia juga merapikan wajah juga tatanan rambutnya di cermin. Untuk beberapa detik ia tertawa tanpa sebab.
“Emm, aku lebih tampan hari ini!” monolognya cekikikan.
“Hari ini mungkin akan jadi hari paling sibuk karena semua orang pergi dan hanya aku juga Noona. Aku tak boleh merepotkannya! Aku harus bekerja dengan baik! Kim Sunoo bersemangatlah!”
Ia mengangkat kedua kepalan tangannya ke udara sambil tersenyum lebar, kepalanya pun manggut-manggut antusias. Ia pun bergegas kembali ke depan setelah memakai topi En-Fever Boy.
Langkah kakinya terhenti ketika suara denting piano yang tak asing di telinganya menyapa. Ia mengerutkan dahinya dan membuat Yoona menatap ramah.
“Orang yang akan membawa pianonya sudah tiba, karena di sini tak ada siapa pun, aku memintanya memeriksa sendiri, dia tidak keberatan, jadi dia—”
“Aku akan segera memeriksanya!” potong Sunoo sambil berlari ke arah tangga.
Kakinya gemetar demikian tangannya. Manik mata rubahnya yang cokelat bening kini terlihat lebih gelap sebab air mata yang tiba-tiba bergumul. Dadanya terasa sesak sesaat. Napasnya berhamburan ketika aroma itu menyapa.
Kepalaku rasanya hancur. Hatiku rasanya pecah belah. Sunoo menekan kuat-kuat gerahamnya, ketika kaki itu berhenti di puncak anak tangga.
Air mata bercucuran, ia tersungkur, bersimpuh sambil menutup wajahnya dengan lengan. Ia tak mampu berteriak walaupun hatinya keos, benar-benar keos. Ia tak mampu bersuara selain merintih sakit hati.
“Padahal aku telah merelakannya, tapi kenapa aku ingin memeluknya!” Ia bergumam sambil meremas pakaiannya emosional, sementara tangan satunya masih menutupi kedua kelopak matanya.
🥀🥀🥀
Ah, kiyowok banget Nuu.
Di kepalaku muter-muter terus visual ini, Sunoo versi kecil, ya. (Ini pakai apk edit, agak beda sikir gpp kali, ya, geng)
Update berkala, sambil nunggu Sunoo ultah.
Agak kecewa karena di Halo Ocean Sunoo turun jauh malah kesusul jungwon. Yuk, enjina, Engene, Engina, yuk semangatin Nunu semangatin kita semua semangat Enha!!
Kan kita One Two Connect, mari kita konek bersama.
Draft book 2 : 8 April 2023
Publikasi 25 April 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top