02 - Waktunya Merasakan
Mina:
Jam sepuluh di Kafe Light. Kau tidak lupa, 'kan?
Beralih dari ponsel, Sejeong menggerutu, "Aku tidak tahu kalau dia begitu cerewet."
"Kau ingat kataku, 'kan?" Sejeong menyenggol siku laki-laki berkemeja motif garis di sebelahnya. "Jangan mengacaukannya."
Jinhyuk mengangkat acungan ibu jarinya. "Aku hanya perlu memperkenalkan diri sebagai pacarmu. Selanjutnya, aku bebas melakukan apa pun, bukan?"
"Asal tidak bertingkah." Sejeong memperbaiki pernyataan lawan bicaranya, kemudian melihat jam yang ada di pojok kanan layar ponsel. "Sudah jam sepuluh. Ayo!"
Sejeong melangkah lebih dulu, sementara Jinhyuk mengekor dari belakang. Sembari membaca pesan dari laki-laki yang ingin ditemui, Sejeong menyelisik seluruh sudut kafe demi menemukan seseorang dengan jaket kulit.
"Itu dia."
Begitu netranya menemukan, Sejeong lekas menarik lengan Jinhyuk dan menghampiri meja di dekat jendela. Kaki keduanya kontan melangkah pelan kala sudah sampai di belakang laki-laki yang menjadi partner kencan buta Sejeong. Meski menolak, Sejeong penasaran dengan rupa pasangan yang dikenalkan oleh Mina, begitu pula Jinhyuk.
"Junhee-ssi?"
Sang pemilik nama lekas mendongak ketika mendengar suara. Namun, kedua mata Sejeong justru membulat dan gelak Jinhyuk tanpa sadar mengisi ruang sepi. Hanya mendengar tawa singkat Jinhyuk, perempuan kucir satu di sebelahnya mendelik tajam, pun menginjak ujung sepatu Jinhyuk dengan sepatu tingginya.
"Ah!" pekik Jinhyuk, tapi segera menutup mulut saat Junhee melihat ke arahnya. Ia pun membisik, "Sakit."
"Maaf, kau sudah menunggu lama, ya?" Alih-alih menanggapi keluhan Jinhyuk, Sejeong menarik kursi di hadapan Junhee. Namun, tubuhnya kontan digeser oleh Jinhyuk supaya menempati kursi kosong di sebelah.
"Tidak masalah. Aku tidak tahu apa yang kau suka. Jadi, aku memesan beberapa makanan," tanggap Junhee seraya mengusap tengkuknya dan tersenyum. "Tapi ...."
Sejeong mengikuti arah pandang Junhee yang menyadari keberadaan lelaki di sebelahnya.
"Kukira kau datang sendiri. Ini kencan pertama kita, kenapa kau datang bersama laki-laki lain?" Kedua alis lelaki berkacamata itu menaut seraya terus memperhatikan Jinhyuk yang duduk tepat di hadapannya. "Kau kakaknya?"
Satu decakan lolos dari mulut Jinhyuk. "Aku tidak terlihat setua itu."
"Kalau begitu ... adiknya?"
Jinhyuk mengulurkan tangan dan mengatakan, "Aku Lee Jinhyuk. Pacarnya."
Sudut bibir Sejeong perlahan naik, berbanding terbalik dengan reaksi Junhee. Lelaki yang mendengar pernyataan itu membeliak, pun mulutnya menganga. Bahkan, uluran tangan Jinhyuk tidak sampai digapainya.
"Benar kau yang ingin diperkenalkan oleh Mina, 'kan?"
Pertanyaan Junhee ditanggapi dengan anggukan oleh Sejeong. "Kami belum lama berpacaran, tapi Mina sudah telanjur mengatur kencan denganmu. Aku tidak bisa membatalkannya karena merasa tidak enak. Bagaimana, ya?"
"T-tapi ... bagaimana ...."
"Wah!" pekik Jinhyuk tiba-tiba seraya meraih alat makannya. "Ada banyak makanan di sini, tapi tidak ada yang menikmati."
Junhee masih sibuk mengartikan suasana yang tercipta sambil menggaruk pelipis. Gerakannya terlihat gelisah. Sementara itu, Jinhyuk sibuk mendekatkan beberapa piring ke arahnya dan Sejeong.
"Makanlah, Sayang. Kau harus banyak makan. Lihat pipimu," ujar Jinhyuk, kemudian mencubit kedua pipi Sejeong gemas. "Pipi chubby-mu inilah yang kusuka."
Senyum merekah di wajah Jinhyuk. Lelaki itu melanjutkan makannya, mengabaikan Junhee yang masih menatap dengan penuh kejut. Dengan mulut yang masih dipenuhi makanan, ia kembali bicara, "Makanan di sini enak. Biar aku pesan untuk di rumah, ya?"
Sebelum ada jawaban, Jinhyuk sudah lebih dulu memanggil pelayan dan menyebutkan beberapa menu untuk dibawa pulang. Lidah Junhee kelu, tidak bisa berkata-kata kala melihat tingkah Jinhyuk dan hanya sanggup menutup mulutnya.
"Sudah benar-benar kacau," ujar Sejeong pelan, disertai dengan kekehan kecil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top