Jurnal 02


Hem.. Halo Pratt.

Aku bingung harus cerita mulai dari mana. Yang jelas, kondisiku saat ini tidak terlalu baik. Aku sepertinya mulai menyesal telah mendaftar sebagai sukarelawan ke Liberte. Rasanya bertemu pria itu tidak sepadan dengan semua ini. Apalagi jika sampai harus mempertaruhkan nyawa. Tapi, sudah terlambat juga untuk mundur. Kami telah meninggalkan koloni terlalu jauh dan aku tidak punya kendaraan. Lagi pula, aku tidak yakin dapat bertarung melawan monster kalajengking sendirian.

Ah, iya. Kau mungkin tidak akan percaya kalau aku membunuh dua monster beberapa jam lalu. Ya, memang tidak sendirian sih. Aku dibantu oleh dua sukarelawan lain. Raz dan Edda yang sempat kuceritakan sebelumnya.

Kau ingat Edda, kan, Pratt? Dia gadis mekanik yang bekerja di tempat Percy. Dia bilang dia ingat pernah beberapa kali bertemu denganmu.

Kami bertiga hampir mati dimakan monster kalajengking, dan para petugas AYX sialan itu hanya diam bersembunyi, menyelamatkan nyawa mereka masing-masing. Bahkan, aku harus sedikit memaksa agar mereka–para petugas itu–mau membagi obat-obatan kepada kami. Raz, pria menyebalkan itu, terluka cukup parah. Aku pikir dia tidak akan bertahan, tapi ternyata dia cukup kuat. Setelah beristirahat sebentar, dia sudah dapat berdiri dan berjalan sendiri ke mobil. Syukurlah aku tidak perlu memapahnya. Aku masih kesal karena dia melemparku ke lantai dua kali.

Yah, setidaknya para petugas itu membiarkan kami tidur di mobil sepanjang sisa perjalanan. Tidak terlalu lama memang, tapi aku tidur seperti orang mati. Ketika mobil berhenti, aku seperti terbangun dari tidur yang teramat panjang. Padahal jika dilihat dari letak bintang-bintang, belum terlalu lama matahari terbenam.

Kami berhenti di sebuah reruntuhan menara. Para petugas itu membangun kemah dan berbagi perbekalan untuk mereka sendiri. Mereka benar-benar memperlakukan kami seperti orang buangan, seakan-akan kami diajak hanya untuk diumpankan kepada monster gurun.

"Kalian istirahatlah. Besok pagi baru kita berangkat lagi." Begitu kata kepala rombongan. Tentu saja aku tidak akan percaya begitu saja kepadanya. Mungkin nanti akan kuusulkan pada Edda dan Raz agar kami bergantian jaga malam.

Ah, memikirkan para kru sialan itu sudah membuatku emosi, Prat. Dan aku juga jadi lapar. Aku akan coba mencari makanan dulu, siapa tahu ada jamur atau kaktus yang bisa kumakan. Kalau tidak, yah terpaksa aku harus memakan dendeng kadal gurun yang kubawa. Semoga saja Raz dan Edda juga bawa perbekalan. Bukannya aku akan merasa tidak enak jika hanya makan sendiri, aku cuma tidak ingin membuat mereka membenciku. Dalam situasi seperti ini, aku harus membuat mereka mau bersekutu denganku. Jaga-jaga saja jika muncul monster lain atau para petugas Liberte itu ingin mencelakakan kami.

—-----

Ck....

Tidak ada satu pun tanaman atau hewan dapat kutemukan di antara puing-puing reruntuhan ini. Ada, sih. Tadi, aku melihat serumpun jamur berwarna ungu. Hanya saja aku tidak yakin apakah jamur-jamur itu cukup aman dimakan. Aku belum pernah melihatnya. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik aku makan dendeng milikku saja. Aku tidak senekat dirimu yang akan memakan apa saja yang kautemui, Pratt.

Ketika aku kembali dari menjelajah reruntuhan, Edda sudah menyalakan api unggun. Lumayan untuk menghangatkan diri. Kau sendiri tahu bagaimana dinginnya gurun ketika malam hari. Aku juga bisa memanaskan sedikit dendengku. Kau tahu, kan, kalau aku suka pinggiran dendeng yang sedikit gosong? Ah, andai saja kau ada di sini. Sup ubi buatanmu selalu berhasil membuat suasana hatiku lebih baik.

Aku bersyukur Raz dan Edda membawa bekal mereka sendiri. Hanya saja, aku tidak bisa menahan diri saat melihat bagaimana cara Raz merobek-robek daging kadal gurunnya. Benar-benar tidak efektif. Kapan dia akan selesai makan kalau dia melakukannya dengan gerakan pelan seperti itu? Tangannya memang sedang terluka, sih, tapi tetap saja membuatku senewen. Jadi, yah, dengan terpaksa aku merobek-robekkan daging itu untuknya, supaya acara makan malam cepat selesai dan aku bisa cepat tidur.

Kami sepakat akan bergantian jaga. Edda akan berjaga lebih dulu, lalu aku, lalu Raz yang terakhir. Kurasa mereka berdua lebih dapat kupercaya daripada para kru AYX yang munafik itu. Setidaknya kami bertiga telah melawan monster gurun bersama-sama.

—---

Aku baru saja akan memejamkan mata ketika Raz tiba-tiba mendekat dan berbisik padaku dan Edda. Tadi, dia memang sempat menghilang ke bagian reruntuhan tempat para petugas AYX membangun kemah. Dia bilang sempat menguping obrolan petugas-petugas itu. Masih kata Raz, para petugas AYX itu membicarakan para relawan yang mereka bawa ke Liberte sebelumnya. Sebagian dari relawan itu tidak pernah terlihat lagi, tapi sebagian akhirnya menempati posisi penting di Liberte.

Hanya itu informasi yang sempat Raz curi dengar. Kepala rombongan keburu memotong percakapan para anak buahnya dan meminta semua sumber cahaya dimatikan. Untung saja, bulan bersinar cukup terang. Jadi, aku tetap dapat menulis surat ini untukmu sebelum tidur.

Aku, sih, tidak terlalu kaget dengan informasi itu. Kebanyakan orang Liberte memang tidak dapat dipercaya. Pria itu salah satunya.

Aku juga tidak terlalu kaget mengetahui banyak sukarelawan yang tidak pernah terdengar kabarnya lagi. Sejak awal, aku sudah mempersiapkan diri bahwa misi ini mungkin tidak berakhir baik. Tapi setidaknya, aku ingin coba memenuhi permintaan ibuku untuk menemukan pria itu.

Aku sudah mulai mengantuk lagi, Pratt.

Doakan tidak ada monster yang menyerang kami malam ini, Pratt. Aku benar-benar kelelahan. Akan kucoba untuk tidur sampai jadwal jagaku nanti. Aku sudah berpesan kepada Edda untuk membangunkanku.

Gadis itu mungkin memang terlihat lemah dan penakut, tapi tadi dia banyak membantuku melawan monster. Tidak seperti para petugas AYX yang hanya bersembunyi dan menyaksikan kami bertaruh nyawa. Dia juga telah menyelamatkan nyawaku tadi. Kadang aku jadi teringat diriku beberapa tahun lalu, saat masih belum bertemu denganmu. Kurasa aku sama penakutnya dengan Edda.

—-----

Halo, Pratt.

Malam ini begitu sunyi. Terlalu sunyi malahan. Tampaknya, kami sudah berjalan sangat jauh dari peradaban. Aku jadi berpikir, untung sekali kau menyuruhku menulis jurnal ini. Kalau misalnya aku mati sebelum sampai Liberte, setidaknya aku meninggalkan petunjuk bagi siapa pun yang menemukan mayatku nantinya.

Ah, tampaknya pikiranku jadi kacau karena terjebak sendirian di tengah gurun seperti ini. Maksudku, sekarang aku satu-satunya orang yang masih terjaga. Kulihat di ujung sana, petugas AYX yang harusnya berjaga sudah mengorok sejak dua jam yang lalu. Benar-benar tidak bisa diandalkan.

Suasana gurun yang begitu sunyi dan dingin memang membuat mengantuk. Sampai-sampai, setiap tiga puluh menit aku harus berdiri dan berjalan mondar-mandir supaya tidak ikut tidur.

Well, sebenarnya sekarang sudah jatah Raz untuk berjaga. Harusnya sejam yang lalu aku membangunkannya. Tapi ... Emm, luka-lukanya jauh lebih parah dariku. Tadi, dia sempat tersengat ekor kalajengking. Untung saja Edda segera mendapatkan penawarnya. Luka bakarnya juga lebih parah dariku. Sampai saat ini, aku masih heran dia masih bisa bertahan. Kurasa kabar burung kalau dia salah satu tentara bayaran terhebat bukan bualan belaka. Kalau bukan karena tersengat racun, mungkin tadi dia dapat mengalahkan monster itu sendirian.

Eh. Kau jangan salah sangka dulu, Pratt!

Aku punya alasan sendiri kenapa membiarkan Tuan Sok Pahlawan itu terus tidur. Aku bukannya merasa kasihan atau iba kepadanya. Bagiku, dia hanya orang asing yang kebetulan menjadi teman perjalanan, sekadar orang yang kutemui dalam salah satu misiku.

Aku sama sekali tidak peduli pada kondisi Raz. Hanya saja, aku tidak yakin dengan kondisinya yang seperti sekarang, dia sanggup bertarung, bahkan sekadar melawan seekor cacing gurun. Jadi, daripada aku memasrahkan nyawaku pada orang yang terluka parah seperti dia, lebih baik aku lanjut berjaga saja.

Untuk kali ini, akan kubiarkan Raz tidur lebih lama. Supaya dia bisa cepat memulihkan diri. Badannya yang besar itu dapat menjadi tameng yang ideal dalam pertarungan. Dengan begitu, kalau besok kami berhadapan dengan monster lagi, aku dapat memanfaatkannya.

---------
Katamela:
Hai, kali ini kita kembali ke jurnal Xi tentang perjalanannya.
Silakan untuk mampir ke tempat rafpieces dan  Happy_Shell   untuk membaca jurnal versi Raz dan Edda.
Silakan cek juga karya author lain dalam reading list Terrawalker Series di profil saya atau NPC2301

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top