Jurnal 01
Hai. Halo.
Ah, aku tidak sepenuhnya yakin apakah seperti ini caranya menulis jurnal. Bahkan menggoreskan pensil ke atas kertas usang ini saja terasa aneh buatku. Sudah lama sekali aku tidak menulis panjang seperti ini. Namun, Pratt bilang menulis jurnal mungkin bisa membantuku mengatasi perasaan gelisah yang sering membuatku sulit tidur. Makanya, dia menghadiahiku buku tua ini. Dia juga bilang, menulis dapat membuatku terus hidup dalam ingatan orang-orang yang membaca kisahku. Manusia dapat mati, tapi tulisan akan abadi. Yah, kira-kira dia mengatakan hal yang mirip itu.
Mungkin aku akan mulai dengan memperkenalkan diri. Jadi, siapa pun yang akan membaca ini akan langsung tahu kisah siapa yang sedang dia baca.
Namaku Xi. Ya, namaku hanya terdiri dari dua huruf. Tidak ada nama tengah maupun belakang. Lagi pula, di Direland orang-orang tidak peduli siapa nama panjangmu. Di sini tidak ada lembaga pemerintah yang akan mencatat identitasmu. Jadi, aku pun tidak pernah menambahkan embel-embel di belakang namaku. Buatku, Xi sudah cukup untuk mewakili diriku.
Well, sebenarnya aku tidak selalu cuek seperti ini. Waktu aku masih bocah, mungkin waktu itu umurku sekitar sepuluh atau sebelas tahun, aku pernah bertanya kepada ibuku tentang nama lengkapku. Biasanya orang-orang akan menyematkan nama ayahnya di belakang namanya, tapi masalahnya aku tidak tahu siapa ayahku.
Kau tahu apa yang ibuku lakukan waktu aku bertanya?
Dia membanting pintu di depan mukaku dan berteriak, "Jangan pernah ungkit-ungkit dia lagi!"
Aku belum pernah melihat Ibu semarah itu. Dialah satu-satunya keluarga yang kupunya, jadi aku tidak ingin membuatnya membenciku. Aku tidak pernah bertanya tentang ayahku lagi.
Seperti anak-anak yang lahir di Direland lainnya, aku tumbuh di dunia yang keras. Jika tidak ingin terinjak-injak orang lain, aku pun juga harus mengeraskan hati mengabaikan orang-orang yang meminta pertolonganku. Aku tidak akan membahayakan diri demi orang lain. Lebih baik aku mengurus urusanku sendiri.
Makanan yang layak sungguh susah diperoleh di Direland. Apalagi sejak ibuku jatuh sakit dan tidak bisa bekerja. Kami hanya bisa hidup dari belas kasihan orang lain. Di malam-malam tertentu aku akan ikut rombongan pemburu, menjadi buruh yang memungut ceceran anak panah mereka, juga membawakan hasil buruan mereka. Jika beruntung, aku dapat membawa pulang satu dua kerat daging.
Mungkin karena kurang gizi dan terbiasa memanggul barang-barang berat, tubuhku tidak mau tumbuh tinggi. Di usiaku yang kedua puluh lima ini, masih banyak yang mengiraku anak kecil berusia belasan tahun. Hal itu benar-benar membuatku kesal setengah mati.
Ibu akhirnya menyerah pada penyakitnya saat aku berusia empat belas tahun. Sebelum meninggal, dia sempat bercerita bahwa ayahku berasal dari Liberte, kota modern yang bagai dongeng itu. Dia juga sempat menyerahkan sekeping koin perak kepadaku. Katanya koin itu adalah peninggalan ayahku.
Aku pun kemudian bergabung dengan kelompok Messenger, orang-orang yang dapat disewa untuk mengirimkan pesan atau paket-paket rahasia. Tidak banyak perempuan muda yang dipercaya mengemban amanah itu.
Ternyata tubuh mungilku ini ada gunanya juga. Aku dapat mengendap-endap dan menyelinap dengan mudah. Beratku yang ringan juga membuatku dapat berlari lebih cepat dari kebanyakan orang. Hanya dalam waktu lima tahun, aku sudah dipercaya untuk membawa paket-paket penting yang perlu cepat sampai.
Meski cukup bangga dengan kemampuanku bersembunyi, tetap saja ada saat-saat berbahaya yang menuntutku untuk bertarung, baik melawan monster ataupun para pencoleng. Sebagai seorang kurir, aku harus melindungi paketku dengan sebaik mungkin. Makanya, aku meminta Pratt untuk mengajariku berkelahi. Di ulang tahunku yang kedua puluh, Pratt menghadiahiku dengan dua golok tajam yang terbuat dari gigi taring singa gurun.
Ah, kurasa aku perlu menjelaskan siapa Pratt ini. Dia bisa dibilang semacam mentor bagiku. Dialah yang mengajakku bergabung dengan kelompok Messenger. Tidak ada yang tahu pasti berapa usianya. Yang jelas, rambut perak gimbalnya itu bukanlah karena faktor gen sepertiku, melainkan memang usianya yang sudah tua.
Hoahm. Kurasa Pratt tidak mengada-ada saat bilang menulis mungkin dapat bantu mengatasi insomniaku. Sekarang, aku tiba-tiba saja mengantuk. Cerita ini kuakhiri dulu di sini.
—--
—---
Oh, hai.
Akhir-akhir aku benar-benar sibuk. Banyak sekali paket yang harus diantar. Jadi, aku akan menulis singkat saja.
Cuaca di Direland makin tidak tertebak. Badai pasir makin sering terjadi. Membuatku harus selalu memakai masker gas saat bertugas.
Kemarin, aku sempat mengantarkan paket untuk salah satu petugas AYX Corporation. Katanya, mataku mengingatkannya pada seseorang.
Apakah mungkin itu ayahku?
—--
—---
Lagi-lagi aku tidak bisa tidur. Aku benar-benar penasaran dengan identitas ayahku. Salah satu pelangganku bilang, ada seorang peneliti Liberte yang punya raut wajah mirip denganku.
Membuatku bertanya-tanya. Apakah ayahku masih hidup? Kenapa dia tidak pernah mencariku?
Well, sebenarnya aku tidak peduli dia hidup atau mati. Sejak kecil aku sudah terbiasa hidup tanpa kehadirannya. Hanya saja, membayangkan dia hidup bahagia di Liberte sementara aku dan ibuku harus berjuang di Direland sungguh membuatku kesal. Kurasa kalau bertemu dengannya, alih-alih menangis dan memeluknya, aku akan memaki dan menyumpahinya dengan kata-kata kasar.
—--
—---
Tampaknya aku harus menyerah mencari ayahku. Liberte sungguh berada di luar jangkauanku. Sejauh ini, jarak terdekatku dengan Liberte adalah seratus kilometer dari perbatasan terluarnya. Petugas AYX corp selalu menjemput paket mereka di sana. Tidak ada yang diizinkan menginjakkan kaki di Liberte kecuali para penduduknya dan orang-orang AYX.
Kabarnya ada beberapa penduduk Direland yang berhasil pindah ke sana, tapi tidak ada yang tahu kabar mereka. Makanya muncul rumor kalau penduduk Direland yang direkrut hanya menjadi kelinci percobaan para peneliti. Mungkin nasib mereka lebih buruk dari kami.
—--
—---
Aku baru saja pulang menjenguk Pratt. Dia terjatuh dari tebing saat sedang bertugas.
Pratt terus tertawa dan berkata dia baik-baik saja, tapi aku dapat melihat dia berusaha menahan sakit. Kami tidak berhasil mendapatkan obat pereda nyeri untuknya. Obat-obatan sangat langka di AX0976.
—--
—---
Kupikir, aku tidak akan pernah merasa sedih setelah kehilangan ibuku. Ternyata aku salah. Pemakaman Pratt membuatku menangis. Untung saja wajahku tertutup masker gas. Jadi tidak ada yang tahu kalau aku menangis.
Mungkin, aku harus berusaha lebih keras untuk menulis jurnal, supaya keberadaanku tidak hilang begitu saja. Pratt punya banyak teman, sementara aku tidak. Kurasa kalau aku mati, tidak akan ada yang mengingatku lagi. Lagi pula, buku ini adalah hadiah terakhir dari Pratt. Dia sampai harus membayar cukup mahal untuk membelinya.
Mungkin kalau kubayangkan sedang berkirim surat kepada Pratt, akan lebih mudah menulisnya.
—--
—---
Halo, Pratt.
Apakah kau baik-baik saja di sana?
Di sini kami masih bersedih karena kepergianmu. Tidak ada lagi yang akan membual tentang petualangan serunya kepada kami. Tidak ada yang melemparkan lelucon-lelucon garing saat sedang berkumpul di sekeliling api unggun. Hari-hari kami terasa begitu membosankan tanpa kehadiranmu, Pratt
Pratt. Kurasa AX0976 makin tidak layak untuk dihuni. Stok airnya makin menipis. Belum lagi, hewan-hewan liar mulai sering menerobos lewat perbatasan utara. Kau benar, tembok itu sudah terlalu tua dan tidak bisa diandalkan lagi. Kurasa satu-satunya yang membuat koloni lain tidak ada yang menyerang koloni kita hanyalah karena tidak ada yang bisa mereka rebut dari sini.
Beberapa penduduk memutuskan pindah, coba mengadu nasib di tempat lain. Tapi, yang bertahan masih lebih banyak. Aku sendiri masih ragu, Pratt. Selama bertahun-tahun AX0976 telah menjadi rumah bagiku. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, tidak ada juga yang menahanku untuk tetap tinggal.
—--
—---
Hai, Pratt!
Kau tidak akan percaya ini.
Pagi tadi, rombongan AYC corp datang ke AX0976. Mereka datang dengan mobil-mobil yang dilengkapi dengan berbagai senjata. Rombongan konvoinya sampai membuat gurun pasir seperti diserang badai. Mobil-mobil itu sungguh keren. Andai aku bisa mengendarainya, tentu aku dapat mengantar paket-paket lebih cepat.
Oh, tapi bukan mobil-mobil itu yang ingin kuceritakan kepadamu. Kurasa kau sendiri sudah pernah melihat yang jauh lebih hebat dari itu.
Mereka akan merekrut orang untuk dibawa ke Liberte, Prat. Iya, Liberte yang itu. Kabarnya di sana banyak makanan dan obat-obatan. Dan mungkin, kalau aku beruntung, aku dapat bertemu pria itu dan meludahi wajahnya. Yah, jadi aku coba mendaftar. Tidak ada salahnya juga, kan?
Aku hampir menendang wajah petugas AYX yang mencatat namaku, Pratt. Dia dengan kurang ajarnya berkata, "Anak kecil tidak boleh mendaftar. Kami hanya menerima orang dewasa yang mampu bertahan di alam liar."
Dia pikir dia siapa! Untung saja salah satu petugas yang pangkatnya lebih tinggi mengenaliku. Aku pernah mengantar beberapa paket untuknya. Dia langsung menyuruh petugas sialan itu meloloskanku.
Mereka memintaku datang lima hari lagi.
Aku tidak berharap banyak, tapi mungkin aku perlu berpamitan pada anggota Messenger lainnya.
—--
—---
Halo, Pratt.
Aku menulis surat ini saat sedang menunggu rombongan konvoi berangkat. Aku benar-benar terpilih, Pratt. Selain aku, ada dua orang lainnya yang terpilih dari AX0976. Lebih sedikit dari yang kukira. Kupikir mereka akan membawa banyak orang karena kabarnya misi kali ini cukup berbahaya. Tapi, baguslah. Dengan begitu aku tidak perlu berurusan dengan banyak orang. Kau tahu aku lebih suka bekerja sendirian. Apalagi gadis yang bersamaku itu terlihat terlalu muda. Sepertinya aku pernah melihatnya di bengkel langgananmu. Aku lupa namanya. Emma atau Ella. Yang jelas, aku tidak ingin menjadi babysitter-nya.
Oh, jangan bertanya tentang orang yang satu lagi. Lelaki itu sangat-sangat menyebalkan. Dia tipe orang yang selalu ingin ikut campur urusan orang lain. Mentang-mentang badannya dua kali lipat lebih besar dariku, dia merasa dapat bersikap sok pahlawan di depanku, menawarkan bantuan untuk segala hal yang tidak kuperlukan. Benar-benar tipe orang yang membuatku jengkel setengah mati. Kalau tidak salah namanya Raz. Ah, mengingatnya saja sudah membuatku ingin mengumpat. Dia memperlakukanku seolah aku ini anak kecil yang tersesat.
Sudah dulu ya, Pratt. Mereka menyuruh kami berkumpul untuk mendengarkan pengumuman.
--------
Katamela:
Entri pertama untuk event roleplay. Bentuknya memang sengaja dibuat seperti buku harian. Nantinya cerita ini akan berselang-seling diisi dengan catatan Xi dan rangkuman interaksi di room Roleplay.
Mention dulu dua teman satu koloni. rafpieces selaku bapaknya Raz, dan Happy_Shell selaku ibunya Edda
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top