Epilog
Jika beberapa detik sebelumnya waktu bergulir sangat cepat, kini sang waktu seakan bergerak sangat lambat di mata Xi. Gadis itu seolah dapat melihat bongkahan puing dan butiran debu yang jatuh bersamanya membeku di udara, sedangkan dirinya serupa kapas yang melayang-layang tertiup angin.
Apa aku akan mati?
Benak Xi dipenuhi tanda tanya. Lalu, secara tiba-tiba, otaknya memutar kembali tumpukan memori yang selama ini tersimpan rapi. Tumpah ruah begitu saja.
Pertama-tama, dia dapat melihat sang ibu tersenyum kepadanya, lalu suara kekeh Pratt terdengar menyapanya. Setelah itu, dia seakan melihat perjalanan hidupnya diputar ulang di depan matanya.
Xi dapat melihat dirinya mendaftar untuk misi menuju Liberte. Kemudian kilasan kenangan tentang pertemuan pertamanya dengan Edda dan Raz melintas dalam bayangannya.
Hati Xi kembali patah saat melihat monster cacing menelan tubuh ringkih Edda. Perasaan bersalah kembali menghantuinya.
Kurasa kita akan bertemu lagi, Edda.
Selarik senyum terbit di bibir Xi saat teringat hari-hari terakhir yang dia lewati dengan kawan-kawan baru. Pertemuan singkatnya dengan J dan Ducky ternyata meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Namun dari semua kenangan yang membanjiri ingatannya, bayang-bayang Raz yang paling membuatnya senang.
Perasaan hangat kembali menyapa hati Xi kala dia teringat pada apel pemberian Raz. Apel itu adalah makanan paling enak yang pernah Xi cicip. Entah karena apel itu tumbuh di tanah Rogue yang lebih subur dari kampung halamannya, atau karena Raz yang membelikannya.
Detik itu juga, Xi pun sadar bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Raz.
Kau salah, Pratt Ternyata, aku bisa jatuh cinta juga.
Senyum Xi kian lebar membentuk sebuah seringai penuh kemenangan. Pratt pernah mengatainya terlalu galak sehingga tidak mungkin jatuh cinta seperti gadis kebanyakan. Namun, senyum itu langsung pudar saat Xi sayup-sayup mendengar teriakan Raz dari atas sana.
"Xi! Aku sudah berjanji untuk selamat! Aku akan mengembalikan koinmu. Jadi, Xi, keluarlah kemari kalau kau memang datang bersama J!"
Suara Raz terdengar begitu pilu. Setetes air mata perlahan jatuh dari sudut mata Xi. Rasa sesal menyelinap di hatinya. Harusnya dia bersikap lebih jujur atas perasaannya sejak awal.
Xi memejamkan mata. Dia tak bisa lagi menerka konsep waktu. Rasanya, waktu yang dia habiskan dengan terombang-ambing sangat-sangatlah lama meski dirinya yakin mustahil seperti itu kenyataannya. Xi juga sadar saat beberapa rompalan gedung sempat menghantam kaki, tangan, dan tubuhnya. Akan tetapi, gadis itu sama sekali tidak merasakan sakit. Seluruh sarafnya seakan telah mati.
"Maaf, Raz. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi janjiku," bisik gadis mungil itu lirih. Dia sadar Raz tidak mungkin mendengarnya. Suara ledakan dan debuman di sekeliling mereka jauh lebih keras terdengar.
Xi tidak tahu apakah tubuhnya masih melayang di udara atau telah jatuh menghantam tanah. Dia tidak merasakan apa-apa. Kosong. Gadis itu seolah terperosok jatuh ke dalam ruang hampa, di mana segala yang fana tidak lagi memiliki kuasa atas diri mereka.
Selamat tinggal, Raz, J, Ducky, Silas. Tidak perlu buru-buru menemuiku.
Pelan tapi pasti.
Sang Kematian merengkuh Xi ke dalam pelukan.
--------
Katamela:
Hai. Ini bukan prank. Memang sesuai plot dan putaran roda gacha, Xi gagal menuntaskan misi kali ini.
Tapi, cerita masih terus berjalan. Masih ada karakter-karakter lain yang bertahan hidup.
Kalian harus mampir ke cerita dari sudut pandang Sara (frixasga ), Deo (dreaminblue_), dan Ducky (Catsummoner )untuk dapat menemukan plot twist tak terduga yang sudah mengagetkan Xi dan saya sendiri.
Kalian juga harus mampir ke sudut pandang Raz ( rafpieces) dan J (justNHA ) yang berhasil bikin saya mewek dan jauh lebih sedih daripada kenyataan kalau Xi harus mati muda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top