HEY CRUSH || 18
Assalamualaikum bestie 😚
Hehe kita ketemu lagi, makasih lho buat kalian yang udah mau tah aku di story! Seneng deh 🥰
***
Elzio menunduk, memerhatikan tangannya yang sedikit gemetar. "Tapi kalau kamu pengen tahu, sebenarnya akhir-akhir ini nama kamu sering aku sebut di depan Allah," lanjut Elzio. "Apa kamu keberatan, kalau di setiap doa yang aku panjatkan ada nama kamu aku selipkan?"
***
Bertepatan pertanyaanya yang rampung, Elzio beranikan diri untuk mendongak karena tidak juga ada jawaban dari Shabira. Dan apa yang dia lihat adalah Shabira yang terdiam, pandangannya kosong, seolah raganya di sini tapi jiwanya entah di mana.
Elzio menunduk lagi, masih ada hal yang harus dia katakan pada Shabira.
"Tadi kamu nanya, apa aku suka sama kamu? Jujur aku bingung gimana jawabnya. Kalau jawab 'Iya' lalu apa seudahnya? Kamu mengharapkan status? Kayak pacaran seperti orang lain? Jujur, aku nggak bisa, aku nggak berani, Farahani. Tapi kalau jawab 'Nggak' jelas aku lagi membohongi diri sendiri," jelas lelaki itu.
Elzio menarik napas, mengendalikan degup jantungnya yang berantakan. Lalu melanjutkan. "Rumit ternyata jatuh cinta saat masih muda. Tapi namanya juga 'Rasa' bisa muncul kapan aja, nggak bisa di cegah. Tapi kita bisa mengendalikannya, 'kan?" tanyanya.
Tapi, agaknya Elzio tidak membutuhkan jawaban karena detik berikutnya lelaki itu kembali bicara. "Kamu udah tahu gimana perasaan aku sama kamu. Maaf kalau aku nggak bisa ngasih 'Ke jelasan' yang kamu ingin," lelaki itu berujar dengan senyum kecil. "Semuanya kembali lagi sama kamu, Shabira. Kalau kamu ingin menikmati masa muda seperti teman lainnya, pacaran maksudku, aku nggak bisa. Aku cuma bisa usahain dan perjuangin kamu lewat doa."
"Soal 'Kenapa aku nggak kasih kabar kamu duluan' jujur, aku juga ingin, tapi aku tahan. Kamu tahu rasanya nahan rindu tapi cuma bisa berdoa tanpa bisa ungkapin langsung ke orangnya?" tanya Elzio lagi, senyumnya kini terbit lebih lebar. "Rasanya luar biasa. Aku kangen kamu tapi aku ngadu nya sama Allah, dan lihat Allah itu maha penyayang, Allah kirim Adam, dia chat aku dan dari situ aku bisa tahu kabar kamu.
Besoknya aku kangen lagi sama kamu, aku berdoa lagi sama Allah, ngadu lagi sama Allah. Nggak lama kemudian, Nadia dm aku, ngedadak undang aku buat datang ke ulang tahunnya, suruh bareng sama kamu pula. Allah selalu kasih jalan buat aku biar bisa ketemu sama kamu. Allah dengar doa aku."
"Jadi Farahani, maksudku, nggak semua usaha yang aku lakukan bisa kamu lihat dengan mata kamu. Teman kamu ada benarnya, lelaki yang suka sama kamu mungkin bakal chat kamu duluan. Tapi tiap orang punya kepala berbeda dan juga jalan pikiran yang nggak sama. Dan aku lebih percaya melibatkan Allah dalam urusan perasaan. Bukan dengan pesan."
Elzio selesai. Dia melirik Shabira yang ternyata sudah berderai air mata. Lelaki itu jelas kaget, kenapa Shabira hobi sekali membuatnya syok begini?
"Shabira kenapa?"
Shabira menggeleng sambil turun dari mobil. "Ayok El, aku pengen ice cream," ujarnya sambil pergi tanpa mengusap air matanya.
Elzio melongo, memerhatikan Shabira yang berjalan dengan kedua bahu berguncang. Ya Allah, apa dia salah bicara?
***
"Udah mau bicara sama aku?" Shabira melirik Elzio yang berdiri di sampingnya sembari menatap ke depan, pada Adam yang tampak sibuk memasukan bola demi bola pada ring.
Mereka kini ada di Game Master, setelah membeli Sour Sally yang Shabira inginkan, mereka hendak pulang namun suara Adzan ashar membatalkan niat mereka dan memutuskan untuk Shalat di Mushola Mall.
Shabira dan Adam selesai Shalat duluan tadi, mereka keluar lebih dulu dan memutuskan untuk masuk Game Master saja selagi menunggu Elzio selesai berdzikir.
"Shabira...."
Shabira menghela napas lalu melirik Elzio dengan kepala sedikit mendongak karena bedanya tinggi mereka, gadis itu jadi salah fokus karena rambut Elzio yang masih setengah basah bekas wudhu sementara wajah lelaki itu terlihat lebih bersinar dari biasanya.
Shabira kagum bagaimana paras lelaki itu bisa membuatnya silau dan mendebarkan seperti ini.
"Maaf kalau ucapanku tadi bikin kamu sedih," ungkap Elzio masih fokus ke depan sementara Shabira belum mau berhenti memandanginya. "Itu..., apa bisa kamu jawab dulu? Jangan lihatin aku terus." Elzio menggaruk telinganya sendiri dan hal itu membuat Shabira terkekeh karena ujung telinga Elzio memerah. Salting huh?
"Tadi kamu nanya apa?"
"Kenapa kamu nangis dan kabur gitu aja? Diamin aku lagi lama. Apa ada ucapan aku yang bikin kamu sedih terus marah?" ulang Elzio.
Shabira menggeleng. "Nggak. Cuma aku ngerasa haru aja tadi, sama... sedikit ngerasa bersalah," urainya dengan ringisan tak enak.
"Karena?"
"Aku terharu karena ... tahu ternyata aku nggak berdoa sendirian perihal perasaan. Ada kamu, yang doanya berisi nama aku, dan doa aku berisi nama kamu. Terharu aja, selama beberapa waktu ternyata aku sama kamu saling mendoakan diam-diam," jelas Shabira dengan pipi mulai menghangat. "Terus, aku ngerasa bersalah, karena sempat kepikiran mungkin kamu nggak chat aku karena nggak suka sama aku. Atau mungkin...."
Elzio menoleh karena kalimat Shabira menggangtung. "Atau mungkin?" tanyanya dengan alis terangkat.
Shabira menunduk, "Atau mungkin kamu udah punya cewek lain," cicitnya.
Elzio langsung menegakkan badan. "Aku nggak punya," bantahnya.
"Hmm?" Shabira bingung. "Nggak punya. Nggak punya apa?"
"Cewek lain."
Shabira menahan senyum. Sementara Elzio segera merogoh saku celananya, menyodorkan ponselnya pada Shabira. "Lihat aja sama kamu, aku nggak pernah chattingan sama cewek selain kamu," katanya. "Selain kamu sama Mama. Mama ku, kan, cewek."
Shabira tertawa kecil. "Nggak usah nggak apa-apa. Itu privasi kam— loh kok di masukin lagi hape nya?!"
Elzio terlonjak, batal menyakui ponselnya dan menatap Shabira bingung. "Kamu nggak mau lihat, kan?"
Shabira melengos tak percaya. Ini Elzio ngerti basa basi nggak sih?! Please, cewek mana yang nggak mau lihat isi pesan gebetannya?!
"Kenapa cewek selalu bicara hal yang berlawanan sama hatinya?" tanya Elzio, mulai paham kenapa Shabira cemberut. "Ini, kamu udah tahu, kan, kode sandinya?" lanjutnya menyodorkan benda pipih itu.
Shabira melirik malu-malu, kemudian secepat kilat menyambar ponsel itu. "Boleh, nih, nggak apa-apa?"
Elzio hanya mengangguk dengan senyum tipis lalu berjalan mendekat pada Adam, membantu bocah gendut itu memasukan bola.
Shabira segera mengusap layar dan menekan kode sandi. 24434. Ck, tiga hari lalu Shabira sempat overthinking karena menebak-nebak apa maksud kode sandi itu. Tapi ternyata setelah di cari tahu, kode itu adalah jumlah rakaat shalat lima waktu.
Masya Allah, gimana Shabira nggak tergila-gila kalau Elzio nya idaman begini?!
Berhasil terbuka, tujuan utama Shabira adalah aplikasi pesan tentu saja. Senyum lebar mendadak mekar ketika melihat nomornya di pin paling atas.
Nama Shabira ada paling atas woi! Di pin lagi!
Shabira screenshot itu lalu mengirim hasilnya ke nomor sendiri. Setelah usai, jari Shabira mulai lincah menscroll ke bawah.
Banyak nomor asing yang pesannya tidak di balas lagi oleh Elzio setelah nomor tersebut menyebut nama.
Putri, Anissa, Rahma, Azizah, Fauziah, Siska, Febi, Salsa, Diana, Citra, Fani. Dan banyak lagi pesan lainnya dari berbagai macam kelas dan jurusan, ada juga yang mengaku dari beberapa ekskul sekolah.
Shabira sampai pusing membuka satu-satu pesan itu hanya untuk memastikan isinya sama.
Assalamualaikum Kak El
Waalaikumsalam, siapa?
Kak El lagi apa?
Ini Anissa kelas X-1
Seperti itu rata-rata isi chat yang ada di ponsel Elzio. Shabira terkekeh senang, tak bisa di pungkiri ada rasa puas tersendiri melihat pesan-pesan itu di abaikan Elzio.
"Ck, ck, ck, kasian amat lo," kekehnya. Lalu Shabira tersadar, apa mungkin Elzio juga tidak akan membalas pesannya kalau hari itu isi pesan Shabira tidak nyeleneh?
Bisa saja kan Elzio mengabaikan pesannya begitu saja seperti pada chat lainnya. Mungkin karena isi pesan Shabira yang tidak tahu diri, menjadi alasan Elzio tidak pernah mengabaikan pesannya.
Apa Shabira harus bersyukur sekarang karena urat malunya putus?
Shabira scroll lagi sampai bawah dan gerakan jarinya terhenti pada satu nama. Ghufaira. Selain Shabira, ternyata ada juga nomor perempuan yang Elzio simpan.
Rasa penasaran membuat Shabira membuka pesan itu, rasa lega memenuhi rongga dadanya ketika ternyata pesan-pesan itu Elzio abaikan juga.
Ghufaira. Shabira tahu gadis itu, anak IPA-2 yang menjabat sebagai sekretaris OSIS. Ghufaira adalah gadis manis yang berjilab, kulitnya putih bersih dan kemerahan. Ghufaira cukup terkenal di sekolah karena kegiatannya.
Gadis itu sering menjadi pengibar bendera yang selalu menjadi sorotan saat upacara. Selain itu juga, Ghufaira kerap mendatangi seluruh kelas untuk meminta sumbangan jika ada orang tua murid yang kecelakaan atau meninggal dunia.
Jadilah wajah Ghufaira cukup eksis di sekolah mereka.
Shabira mencebik kesal, Elzio bukanlah anak OSIS. Shabira tahu itu. Melainkan ketua ROHIS di sekolahnya.
ROHIS adalah singkatan dari Rohani Islam, organisasi yang di bentuk guna memperdalam dan memperkuat ajaran Islam. Elzio sendiri sudah aktif mengikuti organisasi itu dari kelas X, dan resmi di angkat menjadi ketua di kelas XI.
Masalahnya yang membuat Shabira kesal adalah, Ghufaira juga mengikuti organisasi itu. Ck, awalnya Shabira tidak curiga pada gadis itu, tapi kini melihat bagaimana Ghufaira sering mengirim pesan pada Elzio, Shabira yakin Ghufaira naksir Elzio.
Shabira matikan layar ponsel Elzio lalu mendekat pada dua lelaki berbeda usia di depannya. "El!" panggilnya agak keras.
Elzio menoleh dan mendekat. "Udah?"
Shabira mengangguk dengan wajah suram. "Nih!" ujarnya memberikan benda pipih itu pada Elzio.
Melihat wajah Shabira masih juga cemberut, Elzio menghela napas. "Kenapa masih cemberut?"
"Aku baca chat nya Ghufaira," cetus Shabira jujur.
Elzio menahan senyum. "Cemburu?" dengkusnya geli. "Padahal aku nggak pernah bales lagi seudah ngasih tahu kalau aku udah save nomor dia," jelasnya. Lelaki itu menyimpan nomor Ghufaira karena gadis itu sendiri yang memintanya.
Shabira diam saja, menatap ke depan. Mengabaikan ucapan Elzio, entahlah hatinya jadi dongkol begini. Rasa khawatir sebenarnya menganggu Shabira. Ghufaira adalah gadis manis yang sejuk jika di pandang, gadis itu pasti akan sering menghabiskan waktu bersama Elzio jika ada perkumpulan organisasi.
Bagaimana kalau Elzio lama-lama kepincut?
Melihat Shabira yang hanya diam, Elzio hanya mampu menggeleng kepala saja. Dia menunduk, dan tersenyum melihat kaki mereka yang terbalut sepatu tampak berdekatan.
Elzio membuka kamera, membidik ke bawah sana, tepat pada kaki-kaki mereka lalu mengunggahnya sebagai story nya di whatsapp.
"Mau jajan nggak?" tanya Elzio sambil kembali menyakui ponsel. Shabira menggeleng. "Bener? Aku mau beli boba ya, jangan minta."
Shabira mencebik. "Brown sugar, yang Large. Sama Amos, barbeque toping bakso."
Elzio mendengkus geli, gemas karna gadis itu, dia tarik ujung jilbab Shabira dari belakang. Sangat sangat pelan, tapi mampu membuat Shabira menoleh sinis.
"Jangan marah-marah terus, nanti di temenin syaitan. Sayang loh, cantik gini temennya syaitan," ucap Elzio, menyeringai jahil lalu pergi membeli yang Shabira inginkan.
Shabira mencebik, namun pipinya merona. "Apa sih sebel," gumamnya pada diri sendiri. "ADAM! BURUAN MAEN NYA! KITA PULANG!!" teriaknya kemudian.
Shabira yang bosan di tinggal sendiri, memutuskan untuk membuka ponsel dan ternyata banyak panggilan tak terjawab dari Alef.
Shabira abaikan kemudian beralih pada kolom status. Matanya melebar saat sadar ada nama Elzio di barisan kedua. Tumben sekali lelaki itu membuat story?
Tanpa menunggu lama, Shabira tap story itu, seketika jadi salah tingkah saat melihat isinya. Itu foto kaki mereka kan? Iya, kan?!
Dengan senyum sumringah, Shabira masukan lagi ponselnya pada tas, lalu menarik Adam agar ikut menyusul Elzio.
Baru beberapa langkah mereka ambil, Shabira mendadak berhenti membuat Adam menoleh. "Kenapa, Kak?" tanya bocah itu.
Shabira membeku, menatap ke depan sana. Pada Elzio yang berjalan sambil merangkul seorang perempuan berpakaian hitam lengkap dengan cadar.
Tunggu sebentar .... jangan bilang?!
"Nah, itu Shabira," ucap Elzio agak keras sambil menunjuk padanya. Shabira melotot, berniat membalik badan tapi kakinya kaku seperti di lem rekat pada lantai.
Akhirnya Elzio sampai, mengusung senyum lebar. Lelaki itu menatap pada Shabira dengan sorot mata geli. "Shabira, kenalin ini mamaku. Ma, ini yang namanya Shabira."
***
Bersambung bestie 😚
Rabu, 23 Maret, 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top