HEY CRUSH || 17
Assalamualaikum 😚🤗
Pasti kangen banget, kan, sama Shabira? Apa sama Elzio? Sksksk
Mau kasih tantangan ah, kalau ada 20 orang yang tag aku di story ig berisi bab 17 ini (Scene yang kalian suka) besok aku update deh 🥰
Ig aku @destharan btw 😚
Tandai kalau ada typo ya 🙈
***
Shabira mengernyit, coba mendengar apa yang sedang Elzio gumamkan namun lelaki itu benar-benar bicara dengan cara berbisik, hanya untuk di dengar diri sendiri. "Hah? Kamu ngomong apa, El?" tanyanya.
Elzio menggeleng. "Nggak ada. Kita langsung pulang?"
Shabira melengos, masih merasa dongkol. Dia hanya mengangguk sambil menyenderkan punggung di kepala kursi.
"Kamu kok nggak bilang kalau Nadia undang kamu?" Shabira bertanya, memecah keheningan di antara mereka sementara Adam sudah terlelap sejak mobil melaju.
"Aku baru dapat undangan dari Nad semalam."
"Terus kenapa pas tadi di rumah nggak bilang?"
Elzio mengembuskan napas pelan. Itulah yang dia sesali sebenarnya. "Iya maaf. Rencananya baru mau bilang seudah selesai bantu Adam, aku nggak tahu kalau kamu mau berangkat lebih awal dan udah ada janji sama Alef."
Shabira mencebik. "Kalau kamu bilang dan ajak aku pergi bareng, aku nggak akan bareng sama dia," katanya jujur.
"Nggak bisa gitu, Farahani. Mana enak aku sama Alef kalau bikin kamu ingkar janji," kata Elzio. "Lagipula aku pikir kamu ngehindar dari aku."
Shabira menegakkan badan. "Kapan aku ngehindar dari kamu?" tanyanya sewot.
Elzio menggaruk ujung hidungnya lalu berdeham. "Hampir tiga hari kamu nggak ada kirim pesan ke aku. Bukannya ngehindar?"
Shabira menepuk jidatnya sendiri. "Nggak aku nggak ngehindar."
"Terus? Kata Adam hape kamu nggak rusah, wifi juga nyala."
Mendengar jawaban Elzio Shabira jadi mesem-mesem, pipi nya menghangat dan bibirnya tidak bisa untuk tidak menyeringai. "Kamu nanyain aku ke Adam?"
Lelaki itu mengangguk. "Aku khawatir. Sedikit kepikiran juga takutnya aku ada salah sama kamu terus kamu marah," terang Elzio.
Shabira meringis. "Itu sebenarnya aku sengaja nggak kasih kabar ke kamu," ujar nya memulai penjelasan. "Mati-matian itu aku nahan kangen," lanjutnya dengan bibir mengerucut. "Di suruh sama teman-teman aku, katanya jangan aku terus yang kasih kabar duluan. Sesekali kamu yang chat aku lebih dulu. Sekalian buat pembuktian, kamu suka sama aku apa nggak? Kalau kamu suka, pasti kamu nyariin aku. Kabarin aku duluan misalnya. Tapi nggak ada."
Elzio mengerjap, Ya Allah ternyata itu alasannya. Mengapa kaum perempuan ini selalu berpikiran rumit, sih? Tidak mengirim pesan duluan bukan berarti Elzio tidak suka Shabira.
Mungkin ada benarnya juga saran dari teman Shabira. Tapi cara itu tidak bisa di aplikasikan pada semua laki-laki. Apalagi lelaki yang sepertinya, Elzio sama sekali tidak mengerti cara mendekati perempuan dan hal-hal yang di inginkan perempuan.
Dia minim pengalaman. Ini hal baru untuknya. Bertukar pesan dengan perempuan atau kadang bertelepon, menjemput dan mengunjungi rumah perempuan, membawa perempuan ke lapang futsal. Semuanya baru pertama kali Elzio lakukan dengan Shabira.
Shabira adalah satu-satunya perempuan yang dekat dengannya. Gadis itu adalah satu-satunya perempuan yang dia balas pesannya sementara pesan lain dia abaikan. Pesan dari Shabira adalah satu-satunya hal yang selalu Elzio tunggu belakangan ini. Elzio bahkan rela membuat instagram hanya karena permintaan Shabira dan berakhir dia yang bulak balik mengecek profil gadis itu untuk melihat apakah Shabira membuat story atau tidak selama tiga hari.
Memang, Elzio tidak mengatakannya secara gamblang, tapi katanya perempuan ini mahluk paling peka. Apa Shabira tidak merasakan bagaimana Elzio terhadapnya?
Melihat Elzio yang tampak diam, Shabira mencebik dengan harapan yang terhempas. Dia kira Elzio akan terpancing atas ucapannya kemudian lelaki itu akan mengatakan 'Suka' pada Shabira.
Tapi lihatlah, Elzio hanya diam.
"Kamu nggak suka ya sama aku, El?" tanya Shabira memberanikan diri. Tak tahu malu memang, tapi dia butuh kepastian. Doa saja tidak cukup bukan? Orangnya juga harus di perjuangkan. Iya, kan?
Setidaknya dengan bertanya begini, Shabira tahu perasaan Elzio untuknya.
Kalau suka, akan Shabira pepet sampai pelaminan.
Kalau nggak suka, akan Shabira pepet lewat sepertiga malam.
Elzio menghela napas lalu melirik Shabira di spion, dia jadi melotot horor saat ternyata Shabira menatapnya juga dengan mata lebar.
"Shabira ak—"
Drrtt drrrtt drrttt
Getaran panjang di susul dengan nada dering dari handphone yang Elzio simpan di holder tertempel di dashboard membuat ucapannya terhenti.
Nama 'Mama Ayumi' terpampang di layar membuat Elzio melirik Shabira lagi di spion. "Aku angkat telepon bentar," ijinnya.
Shabira mengangguk memperbolehkan, diam-diam dia berdebar karena calon mama mertuanya menelepon.
Bolehkan manggil mama mertua? Latihan aja dulu.
Elzio menggeser tombol hijau lalu menyalakan speaker mengingat dia tidak bisa menerima telepon dengan tangan sambil menyetir, dia juga lupa tidak membawa headseat bluetooth karena jarang sekali ada yang meneleponnya.
"Assalamualaikum, Ma?"
"Waalaikumsalam El, kamu di mana sekarang?"
"Aku di jalan, baru keluar dari rumahnya temen."
"Temen yang mana?" Elzio memutar bola mata mendengar suara Mama nya yang cekikikan.
"Nadia. Yang ulang tahun."
"Oalaahh iya-iya. Gimana Nadia suka hadiah yang mama kasih?"
Elzio tersenyum. "Suka dia. Bagus banget katanya, aku bilang itu dari Mama karena aku nggak siapin kado soalnya ngedadak. Dia nya seneng, titip salam katanya buat Mama."
"Wa'alaihis salaam wa rahmatullah. Syukur deh kalau Nadia nya suka," kata Ayum di sana semeringah.
Shabira mendengarkan diam-diam, tidak bermaksud menguping, tapi karena loudspeaker yang aktif mau tidak mau dia mendengar ucapan Mama nya Elzio dan itu membuat hatinya sedikit um.... tidak nyaman.
Ya, ya, ya, Shabira jelas cemburu dan ini kekanakkan. Dia cemburu pada Nadia yang lebih dulu mendapat hadiah dari Mama nya Elzio, sementara dia?
Astagfirullahaldzim...
Shabira beristighfar dalam hati, ya Allah tidak seharusnya dia iri terhadap rejeki orang lain.
Shabira menghela napas lalu kembali menyandarkan punggungnya dan memalingkan wajah ke samping, tepat ke luar jendela di mana mobil Elzio kini melewati gedung Mall cukup populer.
Apa dia turun saja, dan menghabiskan waktunya sendiri di Mall? Nonton misalnya, lalu kemudian makan dan pulang. Shabira rasa kondisi hatinya cukup buruk dan dia butuh menenangkan diri.
Terlalu larut dalam pikiran, Shabira sampai tidak sadar Elzio beberapa kali mencuri pandang padanya, bertanya-tanya dalam hati, kenapa lagi dengan Shabira sampai wajah cantiknya kembali cemberut?
"Ya udah Ma, aku lagi di jalan. Nanti aku telepon." Suara Elzio yang cukup keras membuat Shabira tersentak dan kembali melirik Elzio di spion.
"Eh eh tunggu dulu, Mama belum selesai nanya, El."
"Kenapa lagi, Ma?"
"Itu..., kamu bilang Nadia suka sama kerudung yang mama kasih. Kalau ... kalau Shabira suka nggak sama hadiah yang mama kasih?" tanya Ayumi di sana.
Shabira terbelalak. Apa? Apa? Apaaa?!!
Dia tidak salah dengar, kan? Tadi Mama nya Elzio menyebut nama 'SHABIRA' kan? Iya, kan?!
Shabira kembali menegakkan badan sampai dekat sekali pada jok di mana Elzio duduk. Gadis itu menatap penuh tanya pada Elzio yang seketika berdeham.
"Yang Shabira belum aku kasih, Ma. Rencananya nanti di kasih pas udah di rumah. Nanti aku telepon Mama supaya bisa dengar, dianya suka atau nggak."
"Aahh gitu. Ya udah iya, jangan lupa telepon Mama nanti ya El, udah janji lho?"
"Iya Mama," kata Elzio geli. Akhirnya panggilan itu terputus setelah Ayumi berpamitan lanjut belanja.
Elzio berdeham lagi merasakan tatapan Shabira menghunusnya tajam, dia jadi merinding merasakan suasana begitu mencekam.
"Kenapa?" tanya Elzio.
"Mama kamu itu? Mama kandung?"
Elzio mengangguk kaku.
"Kok bisa tahu namaku?!"
Elzio bingung.
"El?!"
"Hmm?"
"Jawab ih?!"
"Jawab yang mana dulu?"
"Kenapa Mama kamu tahu namaku?" decak Shabira.
Elzio menggaruk tengkuknya. Salah tingkah. "Itu ... karena aku pernah cerita tentang kamu," ungkapnya jujur.
"Hah?!" Shabira syok sampai mulutnya mengaga. Adam bahkan sampai terbangun karena teriakan itu. "Cerita tentang aku? C-cerita apa?"
"Ada, deh."
"El ih! Yang bener! Ya Allah, kamu nggak cerita soal aku yang ketipu temen-temen kan yang ngira kamu pindah sekolah?!" tuntut Shabira cemas.
Buset serepet tetew, bisa anjlok harga dirinya di mata Mama mertua. Belum juga ketemu, udah bikin malu aja.
"Eeell!!"
"Nanti aku ceritain di rumah, Shabira." kata Elzio tersenyum.
Shabira mencebik, "Ya udah, deh. Eh tapi, Mama kamu memang titip hadiah buat aku?"
Elzio mengangguk masih dengan senyum. "Ambil paperbag di jok belakang, itu hadiah buat kam— pelan-pelan Farahani," tegurnya saat kepala Shabira terjeduk karena terburu-buru mengambil apa yang Elzio maksud.
Shabira temukan paperbag super besar di belakang sama, dia ambil sambil menatap Elzio. "Ini beneran buat aku, El?"
"Iya, coba buka. Aku nggak tahu juga isinya apa."
Dengan hati yang berdebar senang, Shabira membuka paperbag tersebut. Dia keluarkan beberapa pakaian dari sana. Shabira menganga mendapati tiga gamis bermotif bunga berwarna salem, abu dan coklat serta dua abaya berwarna hitam dan putih polos."
"El, lihat?!"
Elzio melirik sebentar, tapi bukan menatap apa yang Shabira tunjuk, melainkan melirik ekspresi Shabira yang menggemaskan.
"Kamu suka hadiahnya?"
"Suka banget El, Masya Allah cantik-cantik banget ini," seru Shabira heboh.
Elzio terkekeh gemas. "Itu Mama beli di Dubai beberapa bulan lalu. Mama emang seneng beli-beli baju, katanya di simpan buat saudara-saudara atau temannya yang ulang tahun. Syukurlah kalau kamu suka."
Shabira semakin menganga, demi apa? Dia dapat hadiah dari Dubai, nih?!
Rasa cemburunya terhadap Nadia seketika sirna diganti rasa bahagia. Shabira senyum-senyum sendiri dan terkadang bersenandung membuat Elzio tersenyum geli.
Ternyata benar ya, cara ampuh meluluhkan perempuan saat ngambek itu di kasih hadiah.
"El aku pengen ke Mall, deh. Pengen beli Sour Sally," ucap Shabira saat mobil Elzio putar balik dan di depan sana terlihat ada gedung Mall.
"Iya, Bang. Kayaknya seger," timpal Adam.
Elzio mengangguk, mengelus puncak kepala Adam. "Kita ke sana kalau gitu," putusnya.
Shabira mencebik diam-diam, lalu dia mengusap kepalanya sendiri dan hal itu tidak luput dari pandangan Elzio yang kembali terkekeh gemas.
Ah sudah berapa kali hari ini dia tersenyum karena tingkah gadis itu?
"Yeaaayyy!!" Shabira dan Adam bersorak senang saat mobil Elzio masuk kepelataran Mall, lalu turun menuju basement di mana tempat mobil terparkir.
Saking senangnya, Adam bahkan turun duluan membuat Shabira berdecak. Saat mesin mobil ElIo matikan, barulah Shabira membuka pintu, hendak keluar namun urung saat suara Elzio menyerukan namanya.
"Kenapa, El?" tanya Shabira tanpa menutup pintu tapi dia masih duduk di dalam.
Elzio melirik sungkan, lalu berdeham. "Itu... sebenarnya aku bukan sama Mama aja cerita soal kamu," ungkapnya membuat kening Shabira mengernyit.
"Mungkin kamu nggak tahu, dan orang lain pun nggak akan tahu. Aku emang nggak pandai nunjukin perasaan aku ke kamu. Nggak ada niat juga buat umbar ke temen aku atau temen kamu mengenai perasaan aku," ucap Elzio membuat dada Shabira berdebar.
Elzio menunduk, memerhatikan tangannya yang sedikit gemetar. "Tapi kalau kamu pengen tahu, sebenarnya akhir-akhir ini nama kamu sering aku sebut di depan Allah," lanjut Elzio. "Apa kamu keberatan, kalau di setiap doa yang aku panjatkan ada nama kamu aku selipkan?"
***
Bersambung bestieee....
Selasa, 22 Maret, 2022.
Gimana Bir, keberatan kagaakk?! 😌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top