HEY CRUSH || 03
Calon Ayang | Online
Calon Ayang | 06.13
Kenapa lo lucu? :)
Anda | 06.13
Bentar ✋🏻 biarin gue napas dulu.
Calon Ayang | 06.13
Lo blm jawab.
Lo IPS 1?
Anda | 06.14
Iya, kok tau?
Calon Ayang | 06.14
Nilai kuis Bahasa Inggris lo 35.
Kemarin gue yang cek.
Atas nama Shabira Faharani Widjie.
Anda | 06.15
Oh bukan, tadi gue prank.
Nama gue Shabiru sebenernya 🙏🏻
Calon Ayang | 06.15
:)
Nanti gue ke kelas lo sudah istirahat pertama.
Anda | 06.16
Heh!
Mau apa?!!
Calon Ayang | 06.16
Kasih lembar kuis B. Inggris yang udah di cek.
Sekalian kasih tugas dari guru B. Indo, gak bisa ngajar soalnya.
Anda | 06.16
O-ohhh
Okaayy.
-----
Shabira semakin lemas saja di tempatnya. Harapannya yang ingin namanya di lupakan oleh Elzio nyatanya tinggal angan semata.
Seakan belum cukup membuatnya malu, kini Shabira di permalukan lagi karena ternyata Elzio lah yang memerika lembar kuis bahasa Inggrisnya. Parahnya, nilai bahasa Inggris itu 35. Alamak, mampus sudah. Tidak ada bagus-bagusnya Shabira di mata Elzio.
Shabira membuka group dengan temannya setelah mengambil layar pecakapannya dengan Elzio, dia kirim screen shot itu di sana.
Rombongan Fix masuk Neraka.
Anda | 06.20
Guys tolong siapin liang lahat buat gue menuju Surga Firdaus, yaaa
Gue mau mati nggak sanggup hadapin hari ini, bye :(
Anda mengirim gambar.
Chelsea | 06.20
AHAHAHA nilai lo 35?! Kok lebih tinggi harga cabe rawit Bir 😭
Nadia | 06.20
Wkwkwkk ngakak sampe hamil anak Al debaran 😭✋🏻
Karina | 06.21
😭😭😭
Sekalinya tau sama lo, gegara nilai b inggris jeblok.
Bir, bir, gue dukung lo pindah sekolah🥺
Anda | 06.21 |
:'))))))
----
"Kak, kamu yakin nggak sakit?" Bapak Ridwan bertanya untuk kesekian kalinya sambil melirik Shabira yang duduk di kursi kirinya.
"Hmm. Bira nggak sakit kok, Yah."
"Terus kenapa lesu begitu?"
"Nggak apa-apa," jawab Shabira masih dengan pikiran menerawang tentang apa yang harus dia lakukan jika nanti Elzi sungguhan datang ke sekolah.
"Kalau Kakak sakit, nggak usah sekolah."
Mendengar usulan dari Ayahanda nya, Shabira segera menengakkan badan dengan mata berbinar. Ya Allah terima kasih akhirnya pertolongan mu datang. Batin Shabira girang.
"Iya, Yah, Shabira sakit sebenarnya!" jawab Shabira nge gas, sama sekali tidak terlihat dan terdengar seperti orang sakit. "Bira boleh pulang istirahat di rumah kan yah?
Bapak Ridwan mengangguk lalu menggeleng. "Kita ke Rumah sakit bukan ke rumah, kamu kan sakit, kita minta suntik vitamin di sana nanti biar imun kamu nggak lemah."
Shabira melotot mendengar itu. Astagfirullah ya Allah, bukan ini yang Shabira inginkan!
"Bira sekolah aja, deh. Nanti di kelas mungkin mendingan."
"Yakin? Ayah takut Kakak pingsan nanti di kelas."\
"Hmm yakin, lebih baik pingsan daripada di suntik," gumam Shabira untuk terdengar oleh dirinya sendiri.
Bapak Ridwan melirik anaknya itu, meneliti dari atas sampai bawah, anak sulungnya itu hari ini aneh sakeli. Maksudnya selain dari sikap, Shabira juga terlihat beda segi penampilan.
Bagaimana tidak, biasanya Shabira akan tampil cantik dan centil, hari ini Shabira malah menutup wajahnya dengan masker, memakai hodie longgar dengan penutup kepala menyembunyikan surai indahnya yang bergelombang.
"Bira turun ya Ayah, Assalamu'alaikum," ucap Shabira sambil menyalimi tangan sang ayah.
"Wa'alaikumsalam, yang semangat dong, Kak. Banyakin senyum, biar harinya penuh berkah," ucap Ridwan.
Shabira menyengir tertekan. "Hmm ayah." Lalu kemudian gadis itu turun dengan kepala celingak-celinguk, memastikan bahwa Elzio belum datang ke sekolah. Seetelah yain, tidak ada baru lah Shabira menutup pintu mobil ayahnya.
Kesialan bagi Shabira, karena tepat saat mobil ayahnya melaju, saat itu juga dia melihat motor Vario hitam yang sudah sangat dia kenali, baru saja muncul dari belokan. Shabira kelabakan, tidak tahu harus berbuat apa selain lari sambil semakin menutup tudung hodie nya agar menyembunyikan wajah.
Shabira terus berjalan dengan keringat dingin, dan jantung jedag-jedug tak beraturan, setiap mendengar suara motor yang berada di belakangnya, saat itu juga Shabira mempercepat langkah dan dia hampir saja berlari jika saja tidak ada sapaan dari suara datar dan dingin milik Hazel.
"Shabira."
Shabira terpaksa menghentikan langkah, karena tidak mungkin lewat begitu saja ketika Hazel yang sebenarnya sangat Shabira puja itu mau menyapanya duluan. "Eh Hazel. Zel mon maap nih, bukannya sombong apa gimana yeee, tapi gueburu-buru sekarang. Nanti istirahat gue samper ke kelas lo, ya. Bye."
Shabira hendak mengayun langkah lagi namun suara menyebalkan Shaga mengurungkan niat itu. "Heh Shabira! Lo ngapa dah? Belum bayar tunggakan lo? Gak mau keliat samapetugas keuangan?"
Shaga kampret! Ingin sekali rasanya Shabira mengumpat, namun takut di amuk oleh Hazel tunangannya. "Berisik lo bucin!" Shabira menjawab sinis, "Udah ya, Hazel gue duluan."
Dan syukurlah Hazel mengangguk maka Shabira segerea melanjutkan pelariannya tanpa mempedulikan bahwa gerakannya terlihat aneh. Shabira pikir setelah melewati koridor utama, Shabira sudah aman, tapi ternyata tidak, karena satu detik setelah Shabira berpikir demikian, bisa di dengarnya suara Shaga yang berteriak menggelegar. "SHABIRA! INI ELZIO!"
"Shaga kampret! terkutuk! awas aja lo!" gerutu Shabira sambil mempercepat larinya seperti kilat cahaya yang lewat.
***
"Pak, saya ijin pakai jaket di kelas ya, Bu. Lagi nggak enak badan," ucap Shabira sambil berdiri dari tempat duduknya agar sosoknya bisa terlihat oleh Pak Toni selaku guru Bahasa Indonesia yang sedang mengajar di depan.
"Kamu sakit apa Shabira? Flu dan batuk?"
"Eh?" Shabira garuk kepala bingung. "Itu anu..., saya ngerasa dingin banget, Pak. Sampai menggigil."
Pak Toni mengangguk. "Jadi nggak sedang flu betul?"
"Betul, Pak."
"Baik, silakan pakai jaket kamu tapi lepas masker kamu karena panas dingin nggak ngaruh sama pernapasan kamu," ujar Pak Toni dan beliau segera duduk yang artinya Shabira tidak di berikan kesempatan lagi untuk bicara.
Sambil melepas maskernya Shabira kembali duduk dengan lesu, dia tidak berbohong, badannya menggigil karena Shabira rasa udara pagi ini terlalu dingin. Tangan Shanira juga berkeringat dingin, sementara hatinya selalu merasa cemas dan was-was.
Selama pelajaran Pak Toni, Shabira gelisah, dan tak mau diam. Di tambah perutnya yang sekarang terasa mulas setiap kali melihat matahari semakin tinggi.
"Lo takut banget Elzio jadi ke sini, Bir?" bisik Karena bertanya.
Shabira mengangguk saja sebagai jawaban sambil sesekali melirik jam yang terasa cepat sekali berjalan. Sial, satu jam mata pelajaran (Empat puluh menit) lagi bel istirahat akan berbunyi. Dan Shabira sungguhan tidak sanggup jika harus di datangi Elzio.
Tidak masalah kalau di datangi saat keadaan Shabira tidak memalukan, Shabira mungkin akan senang hati ketika tahu Elzio akan ke kelasnya. Tapi ini? Bagaimana Shabira bisa senang jika bertemu setelah kejadian memalukan kemarin?
"Lo ijin ke ruang kesehatan aja Bir sekarang, sebelum bel. Tuh Pak Toni udah keluar sebelum jam selesai, terus Pak Haris belum datang," usul Chelsea, Pak Haris adalah guru Kesenian yang akan mengajar setelah Pak Toni dan biasanya Pak Haris selalu datang terlambat.
"Iya, mending dari sekarang lo ijin ke ruang kesehatan. Kalau Pak Haris udah masuk, dia suka susah kasih ijin. Dan kalau lo ke sana sekarang, lo bakal aman. Pas bel istirahat, dari ruang kesehatan lo langsung kabur aja ke kantin, biar gue nanti yang terima kertas kuis yang Elzio kasih ke sini." Nadia menimpali.
Shabira mengangguk, syukurlah ada teman-temannya yang bisa berpikir jernih karena Shabira sedang tidak bisa menemukan ide apapun.
Mendadak bodoh karena mau di datengin calon ayang.
"Yuk gue temenin lo di ruang kesehatan," usul Karina sambil membantu Shabira, benar-benar menikmati peran padahal Shabira tidak sakit sungguhan.
Shabira berdiri di papah Karina, jalan pelan dan sesekali memegangi kepala agar seisi kelas percaya bahwa Shabira sakit dan mereka mau bersaksi jika Pak Haris menanyakan keberadaannya.
Semua murid memperhatikan dan mulai benar-benar percaya bahwa Shabira sakit. Bahkan Shaga yang biasanya usil, sampai berdiri dari kursinya demi menggeser meja lain agar Shabira dan Karina bisa lewat tanpa kesusahan.
"Thanks, Ga," ucap Shabira.
"Hmm, lo mau gue ant—"
Tok
Tok
Tok
"Assalamu'alaikum..."
Shaga tidak jadi meneruskan ucapannya karena ketukan pintu di susul suara rendah dan berat mengucapkan salam.
"Oy El, ngapain?" sambut Shaga kaget, karena tidak biasanya Elzio mendatangi kelasnya.
"Shabira ada?" tanya Elzio.
Shaga mengangguk. "Ada ini Shab—" Shaga melotot melihat Shabira sudah tidak ada di belakangnya dan ternyata sedang mencoba bersembunyi di kolong meja.
Sungguh tindakan bodoh menurut seisi kelas karena seberapa kerasnya usaha Shabira bersembunyi, nyatanya semua mata bisa melihat sosok gadis yang kini sedang menyembunyikan wajah di antara lutut yang tertekuk itu.
"Lo ngapain Shabira?!" tanya Shaga heran. "Woy! Ini ada gebetan lo nyariin."
Kampret!
Kampret!
Kampret!
Shaga kampret!
Bisa diam gak sih itu cowok?!
Shabira masih berjongkok di kolong meja sambil mengeluarkan sumpah serapah bagi Shaga dan teman yang lain karena mereka hanya diam, tidak mengalihkan perhatian Elzio.
Shabira mengigit bibir bawahnya sendiri dan coba untuk mengintip, jantungnya terasa jumpalitan saat sadar ternyata Elzio masih ada di kelasnya. Sepatu hitam Nike yang cowok itu kenakan sudah Shabira hapal di luar kepala.
Shabira hanya bisa diam bersembunyi, dia tahu apa yang dia lakukan ini sangat konyol. Tapi apalah daya, dia suah terlanjur panik dan kabur untuk bersembunyi tadi. Menampakkan diri sekarang hanya akan membuatnya semakin malu bukan?
Shabira berharap Elzio mau segera keluar dari kelasnya atau tidak Pak Haris cepat datang.
Karina berdeham."El, Shabira lagi sakit mata, dia lagi belekan banyak. Makanya dia itu anu..., apa..., dia gak mau ketemu sama orang takut orangnya ketul—"
"Lah? Bukannya si Bira panas dingin? Kenapa jadi sakit mata?" tanya Shaga.
Shaga berengshake! Umpat Shabira dalam hati.
"Coba deh, El. Lo liat sendiri tuh si Shabira kenapa," usul Shaga.
Shaga berengshake! (2)
Elzio mengangguk, kemudian berjalan melewatin beberapa baris bangku untuk sampai ke meja di mana Shabira sembunyi.
Cowok itu tak kuasa menahan senyum geli nya ketika mendengar Shabira sedang menyebut nama Allah berulang kali sambil meminta pertolongan.
Sedangkan di posisinya, Shabira rasanya akan segera metong hanya karena sadar Elzio ada di depannya. Sangat dekat dengannya sampai Shabira bisa mencium aroma Elzio dengan sangat jelas.
Alamaakk! Gimana nih? Doa biar pingsan ada nggak sih? Shabira mending pingsan aja deh, dia sungguhan tidak sang—
"Assalamu'alaikum, Shabira."
Masya Allah. Masya Allah. Masya Allah. Bergetar hati Shabira mendengar suara Elzio menyapanya.
"Bisa lo keluar sebentar? Gue ada perlu," pinta Elzio.
Shabira memejamkan mata erat, lalu meyakinkan hatinya sendiri bahwa tidak apa-apa untuk bertemu Elzio hari ini.
Setelah menarik napas panjang akhirnya Shabira membuka mata dan perlahan mengangkat kepalanya dari lutut, dia memundurkan badannya agar keluar dari kolong kemudian memberanikan diri mendongak kepala untuk menatap Elzio.
Shabira coba tersenyum tipis di antara sesaknya dada karena jantung di dalam sana berdetak terlalu keras. "Wa'alaikumsalam, El, ada ap—" Shabira terkejut, sementara Elzio membulatkan mata ketika Shabira rasakan ada sesuatu yang keluar dari hidungnya. "Sebentar..., ini...."
"Inalillahi, kenapa lo mimisan, Shabira?" tanya Elzio panik.
Dan yah, Shabira mimisan karena mendengar suara calon ayang.
***
Bersambung...
Rabu, 09 Januari 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top