;
"Sebagai dirimu, kau mencintaiku bukan?"
Kutatap wajahku. Kuperhatikan retakan bedak, ketidaksempurnaan polesan pemerah pipi dan bibir. Kecantikan di balik retakan itu.
"Ya. Sangat."
Teramat sangat sampai aku melewatkan banyak hal. Namun kini saat aku melihat diriku secara langsung, bukan dari cermin atau mata orang lain. Aku meragukan pernyataanku.
Aku melihat diriku sendiri bernapas, berbicara, bergerak. Tapi tak pernah kulihat sejelas ini betapa tidak benarnya diriku. Tanganku lebih panjang sebelah, mataku seperti seorang pecandu dan aku banyak mencicitkan omong kosong.
Namun lebih daripada itu, pernahkah aku menyadari betapa aku selalu mempermalukan diriku sendiri? Misalkan saat aku berusaha melakukan segala cara supaya diakui oleh orang-orang penting (bukan orang yang aku cintai). Aku rela menjadi yang paling akhir pulang saat jam kerjaku sudah lama berakhir, aku membersihkan kekacauan yang bukan disebabkan olehku, aku berdiri di sisi orang brengsek hanya agar supaya aku mendapat cipratan rasa keagungan. Sekejap hanya sekejap. Kulakukan segalanya.
Tapi apakah aku pernah melihat betapa sakitnya istriku saat aku membiarkannya menunggu semalaman di dapur dengan makanan yang sudah dingin, pernahkah aku menyadari kesedihan di mata anak-anakku, kekecewaan pada setiap gerak-gerik orangtua dan saudaraku? Tidak.
Waktu bukan bagian kekuasaanku, jadi aku takkan mampu melakukan apa-apa selain melihat dan menyesali.
"Atau membenahi." Kataku yang lain. "Tidak perlu semuanya. Lihat, istri kita, bukankah kita beruntung memilikinya, anak-anak kita juga."
"Kau benar."
Jadi apa yang salah. Dimana letak kesalahannya?
"Ada pada diri kita. Kau lupa?"
"Bagaimana aku bisa lupa? Tidak ada yang tahu kita lebih baik daripada diri kita sendiri."
"Tapi, dan, apakah kita mencintai diri kita sendiri? Betul-betul mencintai? Kita biarkan diri kita berkubang kejayaan sekejap, kita biarkan orang-orang memperlakukan kita seperti bidak catur padahal kita punya kesadaran sendiri. Istri kita menangis dan salah satu anak kita nyaris mati dan apa yang kita lakukan?"
"Persis seperti yang kita lakukan saat ini." Kataku.
Diriku yang lain tersenyum muram. "Kita hanya peduli pada diri kita sendiri."
"Lalu apa?"
"Kita sama-sama tahu jawabannya."[]
Final Match: 324 Words
Blackpandora_Club
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top